Powered By Blogger

Jumat, 08 Maret 2013

AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT




A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Pemerintah Pusat

Dasar     hukum      Akuntansi     Pemerintah     Pusat     adalah     Keputusan      Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/KMK.012/2003 tanggal 18 Juli 2003
tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan ini, Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses
elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaki
keuangan, aset, utang dan akuitas seluruh entitas Pemerintah Pusat. Dalam
Pedoman Pelaksanaan SAPP, yang menjadi satu kesatuan dengan KMK diatas, SAPP
ini mempunyai beberapa tujuan yakni:
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi dibawahnya melalui pencatatan,
pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum.
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntanbilitas.
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan.
4. Menyediakan      informasi     keuangan      yang      berguna      untuk      perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.

Karakteristik SAPP.
SAPP mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:
1. Basis Akuntansi.
SAPP menggunakan basis kas untuk pendapatan dan belanja, yang artinya
pendapatan diakui dan dicatat pada saat diterima oleh Kas Umum Negara dan
belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara.
Sedangkan untuk pos-pos neraca, SAPP menggunakan basis akrual, yang
artinya aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkuangan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada saat kas diterima atau
diabayar.
2. Sistem Pembukuan.
SAPP menggunakan sistem pembukuan berpasangan (double entry system),
dimana persamaan akuntansi Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana digunakan
untuk      mencatat     setiap     transaksi.     Setiap     transaksi     dibukukan      dengan
melakukan pendebetan suatu perkiraan dan secara bersamaan melakukan
pengkreditan di perkiraan lainnya yang terkait.
3. Sistem Terpadu dan Terkomputerisasi.
SAPP terdiri dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dimana proses pembukuan dan
pelaporan sistem tersebut sudah dikomputerisasi. Seluruh transaksi yang
berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan dibukukan
dan dilaporkan dalam SAPP ini.
4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi.
SAPP mendesentralisasi pencatatan maupun pelaporan keuangannya, dimana
kegiatan-kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan
secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor instansi tingkat
pusat maupun kantor instansi tingkat daerah.
5. Bagan Perkiraan Standar.
SAPP     menggunakan      perkiraan     standar     yang     ditetapkan     oleh     Menteri
Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

Kerangka Umum SAPP.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat
(SAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sistem Akuntansi Pusat merupakan
sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh entitas pemerintah pusat, dalam hal ini
Kementerian Keuangan (lebih khusus lagi oleh Badan Akuntansi Keuangan
Negara/BAKUN).1      Sedangkan      Sistem      Akuntansi      Instansi      dilaksanakan      oleh
kemeterian/lembaga pengguna anggaran negara.
Sistem Akuntansi Pusat terdiri dari Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
(SAKUN) dan Sistem Akuntansi Umum (SAU). SAKUN ditujukan untuk menghasilkan
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat, sedangkan SAU ditujukan untuk menghasilkan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Pusat.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat merupakan gabungan Laporan
Realisasi Anggaran dari seluruh kementerian negara/lembaga. Laporan ini berisi
perbandingan antara estimasi pendapatan (anggaran pendapatan) dan realisasi
pendapatan, dan perbandingan antara apropriasi (anggaran belanja) dan realisasi
belanja.
Neraca Pemerintah Pusat merupakan hasil penggabungan hasil neraca instansi yang
merupakan output dari Sistem Akuntansi Instansi dan Sistem Akuntansi Kas Umum
Negara.
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan gabungan laporan arus kas dari
seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan di daerah (dalam hal ini Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara).

1 BAKUN merupakan organisasi dibawah Departemen Keuangan yang salah satu tugasnya adalah mengelola
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Setelah dilakukan reorganisasi Departemen Keuangan, tugas tersebut beralih
ke instansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Depkeu.

Sistem Akuntansi Instansi.
Sesuai dengan peraturan prundangan, setiap kementerian negara/lembaga wajib
menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi untuk menghasilkan laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Sistem Akuntansi Instansi terdiri
dari:
1. Sistem Akuntansi Kantor/Proyek yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada
Kantor / Proyek yang bersangkutan
2. Sistem Akuntansi Wilayah yang dilaksanakan oleh Unit Auntansi pada kantor
wilayah instansi yang bersangkutan
3. Sistem Akuntansi Eselon I yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada Eselon
I Departemen yang membawahinya.
4. Sistem Akuntansi Kantor Pusat Instansi yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi
Kantor     Pusat     Instansi     (tingkat     kementerian     negara     /     lembaga      yang
bersangkutan).

B. Penyusunan Neraca Awal

Penyusunan laporan keuangan pemerintah harus mengacu pada standar
akuntansi pemerintah. Sampai dengan saat ini (Juni 2005), Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang menurut peraturan perundangan merupakan
badan penyusun standar (Standard Setting Body) akuntansi pemerintahan telah
menyusun suatu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan telah pula mendapat
pertimbangan Badan Pemeriksa Keuangan. Materi Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut secara lengkap diuraikan dalam Bab 4 dan 5.
Dengan akan diberlakukannya Standar Akuntansi Pemerintahan pada semua
entitas pemerintah tersebut, berbagai kemungkinan permasalahan dapat timbul.
Salah satu permasalahan yang cukup signifikan adalah masalah penyusunan neraca
awal suatu entitas, karena neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi
dasar dimulainya pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan telah mempublikasikan Buletin Teknis Penyusunan
Neraca awal sebagai arahan atau pedoman         untuk mengatasi masalah-masalah
akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul.
Beberapa kemungkinan permasalahan dan pedoman dari KSAP adalah
sebagai berikut:

Kas.
Sumber data kas, realitanya, tersebar dan masing-masing berada dibawah tanggung
jawab       yang       berbeda.       Dalam       jangka       panjang,       peraturan       perundangan
mengamanatkan bahwa pengelolaan kas pemerintah haruslah menganut sistem
rekening tunggal untuk bendahara (treasury single account) dan pengelolaannya
dilakukan oleh bendahara umum negara, dalam hal ini Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat.
Kas yang penguasaannya menjadi dan tanggung jawab bendahara umum negara
atau kuasa bendahara bendahara kas umum negara terdiri dari:
1. Kas di Bank Indonesia.
2. Kas di KPPN
3. Kas di Bendahara Umum Negara atau kuasanya (dalam hal ini bendahara
penerimaan, bendahara pengeluaran, atau saldo kas lainnya yang diterima
oleh kementerian negara/lembaga karena penyelenggaraan pemerintahan.).

Untuk menentukan nilai saldo awal di Bank Indonesia dan Kas di KPPN, pemerintah
dapat menggunakan saldo rekening koran pemerintah pada Bank Indonesia atau
bank umum/persepsi yang dikeluarkan bank yang bersangkutan pada tanggal
neraca. Hanya, jumlah tersebut perlu dikurangi terlebih dahulu dengan nilai yang
bukan hak pemerintah, misalnya tagihan pihak ketiga yang merupakan titipan
kepada pemerintah seperti rekening Askes, Taspen dan Taperum.

Sedangkan untuk mendapatkan saldo Kas di Bendahara Umum Negara atau
kuasanya dapat dilakukan dengan inventarisasi fisik kas per tanggal neraca dan
melakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di bendahara sehingga dapat
diketahui sisa uang yang menjadi tanggung jawab bendahara.

C. Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat

Siklus akuntansi Pemerintah Pusat akan terdiri dari tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan Neraca Awal.
Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dan merupakan dasar dimulainya
transaksi. Sesuai dengan Bulletin Teknis Neraca Awal dari Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, hasil akhir tahap ini adalah Neraca yang berisikan informasi aktiva,
pasiva dan ekuitas dana. Urian-uraian tentang penyusunan Neraca Awal telah
dijelaskan dalam bagian sebelumnya dalam bab ini.

2. Pencatatan APBN yang telah disahkan.
APBN berisi rencana keuangan unit Pemerintah Pusat untuk satu tahun anggaran
yang terdiri dari pos pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dengan demikian,
tahapan ini akan terdiri pencatatan atau penjurnalan atas pos-pos pendapatan,
pencatatan      atas      pos      belanja      dan      pencatatan      pos-pos     pembiayaan,      baik
penerimaannya maupun pengeluarannya. Sub sistem yang terlibat dalam tahapan ini
adalah Sistem Akuntansi Kas Umum Negara dari Sistem Akuntansi Pusat. Akun-akun
yang     terlibat     diantaranya      adalah      Estimasi     Pendapatan,      Apropriasi     Belanja,
Surplus/Defisit,        Estimasi        Penerimaan        Pembiayaan,        Estimasi        Pengeluaran
Pembiayaan, dan Pembiayaan Netto. Sedangkan, jumlahnya merupakan jumlah total
untuk keseluruhan APBN.

3. Pencatatan DIPA
Setelah APBN disahkan, maka unit Pemerintah Pusat  melalui Departemen
Keuangan  mengalokasikan pos-pos yang terdapat pada APBN kepada unit-unit
pengguna anggaran dalam bentuk DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). DIPA
tersebut oleh Sistem Akuntansi Pusat akan dicatat dalam sub sistem Sistem
Akuntansi Umum dan oleh instansi pengguna anggaran akan dicatat dalam Sistem
Akuntansi Instansi. Akun-akun yang terlibat diantaranya Estimasi Pendapatan yang
dialokasikan, Allotment Belanja, Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan,
Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan piutang/utang Kas Umum Negara.

4. Pencatatan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan
Dalam tahun berjalan, masing-masing instansi pengguna anggaran akan
melaksanakan kegiatan kepemerintahannya yang mengakibatkan adanya realisasi
anggaran dalam bentuk kas masuk, kas keluar atau perubahan-peruabahan nilai
bersih ekuitas. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara akan terlibat jika transaksi yang
terjadi berkaitan dengan Kas Umum Negara, Sistem Akuntansi Umum akan terlibat
jika transkai yang terjadi merupakan transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih,
dan Sistem Akuntansi Instansi akan terlibat jika transaksi yang terjadi merupakan
transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih instansi yang bersangkutan. Tahapan
ini mempunyai variasi transaksi yang sangat beragam, karena tahap ini meliputi
realisasi atas seluruh pos yang ada dalam anggaran. Sehingga, akun-akun yang
terlibat akan sangat banyak, tergantung kejadian akuntansinya.

5. Penyusunan Neraca Percobaan
Kemudian, pada akhir periode  biasanya tahunan, tapi bisa juga bulanan jika
diperlukan, suatu Neraca Percobaan disusun, yang merupakan pencerminan
keseluruhan transaksi selama periode yang bersangkutan. Data Neraca Percobaan
ini berisi informasi yang lengkap mengenai satu entitas akuntansi, dimana akun-
akun yang ada akan dipilah sedemikian rupa sehingga dapat disusun laporan
keuangan pokok unit Pemerintah Pusat.

6. Pembuatan Jurnal Penyesuaian
Seperti halnya akuntansi komersial, didalam akuntansi Pemerintah Pusat, ada
kemungkinan diadakan penyesuaian-penyesuaian yang menyangkut hak atau
kewajiban keuangan untuk periode yang bersangkutan. Penyesuaian yang paling
sering muncul berkaitan dengan masalah accrued dan deffered, selain penyesuaian
yang menyangkut koreksi kesalahan yang mungkin timbul.

7. Pembuatan Jurnal Penutup
Jurnal penutup diperlukan dalam rangka memilah akun-akun mana yang akan
muncul di Laporan Realisasi Anggaran (akun nominal) dan akun-akun mana yang
akan muncul di neraca (akun riil). Akun nominal meliputi akun-akun yang dikenal
dalam akuntansi komersial, juga akun-akun yang berkaitan dengan anggaran
(budgetary accounts). Seluruh akun nominal akan ditutup di akhir periode akuntansi
melalui jurnal penutup akhir tahun sehingga seluruh akun nominal akan muncul di
laporan realisasi anggaran, yang merupakan laporan yang berisi informasi keuangan
satu periode akuntansi. Akun riil tidak dilakukan penutupan di akhir tahuan,
sehingga akun riil seluruhnya akan dilaporkan dalam laporan Neraca, yang
merupakan laporan yang berisi informasi atas aktiva, pasiva dan ekuitas pada
tanggal tertentu.

8. Penyusunan Laporan Keuangan
Berdasarkan proses tersebut diatas, akhirnya dapat disusun suatu laporan
keuangan lengkap yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi anggaran dan Laporan
Arus Kas. Keseluruhan tahapan tersebut saling berkaitan yang membentuk suatu sistem yang alurnya sangat jelas, dimana pencatatan transaksi akan mengakibatkan perubahan atas rekening-rekening yang berkaitan sedemikian rupa sehingga prosesnya menjadi sangat teratur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar