Powered By Blogger

Minggu, 03 Februari 2013

Pengertian Efektivitas


Kata efektif menjadi efektivitas adalah pencapaian prestasi yang sebesar-besarnya dari suatu kegiatan melalui suatu produktivitas kerja, untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan melalui perencanaan sebelumnya.
      Menurut The Liang Gie (1999 : 30) menyatakan efektivitas adalah suatu kegiatan terbaik antara usaha dengan hasilnya, antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai untuk suatu tujuan, yaitu :
1.    Hasil disini dimaksudkan adalah suatu pekerjaan dapat disebut efektif kalau dengan usaha tertentu dapat memberikan hasil yang maksimal mengenai mutu atau jumlah satuan hasil itu atau dengan kata lain terjaminnya kualitas dan kuantitasnya.
2.    Dalam usaha, maksudnya adalah suatu pekerjaan dapat dikatakan efektif jika suatu hasil tertentu tercapai suatu tujuan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
3.    Keberhasilan, maksudnya sesuatu aktivitas dianggap berhasil apabila kegiatan itu sesuai dengan rencana semula.  

Tujuan dan Unsur-Unsur Internal Control


1. Tujuan Internal Control
      Pada umumnya semua kegiaatan dalam pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya internal control, kalau menurut R. Soemita  Adikoesumah (2000 : 121), mengemukakan tujuan internal control, sebagai berikut ::
1) Membantu manajemen dalam pelaksanaan administrasi pada perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan prosedur untuk menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2)    Memberi tahukan dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3)    Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4)    Menentukan sampai sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian. 
      Untuk mencapai tujuan ini, maka internal control dilakukan pada obyek-obyek yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, terhadap :
1.    Jumlah hasil kerja, yaitu banyaknya (kuantitas) daripada hasil yang telah dicapai dalam suatu proses pelaksanaan kegiatan.
2.    Mutu hasil kerja, yaitu tinjauan dari segi kaulitas dari pada hasil yang telah dicapai.
3. Pegawai, dalam bidang ini sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan kecakapan kerjanya.
4.    Uang yaitu, dimana obyek ini sangat penting artinya dan yang menjadi sasaran kontrol adalah apakah pemakaian uang itu sah dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5.  Barang pembekalan, obyek ini menyangkut pembelian penggunaan  dan  pemeliharaan  barang-baramnh inventaris,  apakah telah dilakukan dengan baik sesuai dengan  ketentuan atau belum.
6.    Ruang kerja, apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.
7.    Waktu, dari segi ini maka yang menjadi sasaran pengawasan adalah apakah waktu yang dipergunakan dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.
8.    Metode kerja, yang enjadi sasaran dengan obyek ini adalah  apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.
.
2.  Unsur-Unsur Internal Control
      Pelaksanaan internal control pada dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang internal control dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur internal control, yang dilaksanakan perusahaan sebagai berikut :
    1)  Rencana organisasi                                                         
    2)  Metode  dan  ketentuan - ketentuan  yang  terkoordinir  untuk  melindungi harta milik perusahaan.
     3)  Personalia.
     4)  Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
      Sehubungan dengan tersebut, maka rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :  
1)    Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan  keuangan dan laporan-laporan lainnya dengan ekonomis.
2) Meliputi rekening-rekening yang dapat diperlukan untuk menggambarkan dengan baik dan teliti harta-harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasi perusahaan dan penggunaan keuangan .
3)  Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat didalam setiap rekening.

Pengertian Pelatihan Khususnya Karyawan


Pendidikan dan latihan akan menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan karyawan dapat mempunyai dampak langsung terhadap produktivitas. Kegiatan pengembangan ini dapat mengakibatkan pertumbuhan produktivitas yang terus menerus. Latihan-latihan yang diberikan kepada karyawan merupakan  dorongan  bagi  karyawan  tersebut  untuk bekerja  lebih keras (Sisdjiatmo 2000 : 115). Ini disebabkan karena karyawan yang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, akan berusaha  mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Manajer-manajer yang baik menyadari bahwa latihan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus dan bukan proses yang sesaat saja.

1. Tujuan Pelatihan bagi Karyawan
      Latihan yang tidak diketahui apa yang akan dicapai akan tidak fektif dan tidak ada gunanya. Oleh sebab itu maka tujuan setiap latihan harus dijelaskan dengan baik, sebab tujuan latihan merupakan pedoman dalam penyusunan program pendidikan dalam pelaksanaan dan pengawasan.
      Jadi tujuan pengembangan karyawan menurut Payaman Simanjuntak, (1998 : 35) adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil yang telah ditetapkan. Sikap para karyawan terhadap pelaksanaan tugas, juga perlu diperhatikan sebab juga pengembangan sikap harus diusahakan dalam pengembangan karyawan.
      Di atas kami menyinggung tujuan latihan bagi para karyawan secara umum. Sedangkan tujuan latihan khususnya   bagi karyawan operasional, adalah :
       1. Meningkatkan produktivitas
       2. Memperbaiki  moral
       3. Mengurangi pengawasan
       4. Mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan
       5. Meningkatkan kestabilan dan keluwesan organisasi perusahaan                                                                                                

2. Prinsip-Prinsip Latihan
      Prinsip-prinsip latihan sebagai pedoman dalam merubah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat digunakan beberapa prinsip untuk melaksanakan kegiatan yang dibebankan (Susilo Martoyo, 1998 : 19), dengan tugas tersebut, yakni :                                                         
       - Motivasi
       - Laporan kemajuan
       - Reinforcement
       - Praktek
       - Perbedaan individual

3. Prosedur Latihan
      Agar latihan dapat terlaksana seperti diharapkan,  maka latihan tersebut harus dapat dimengerti oleh para peserta. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama antara pelatih dan yang dilatih.  Melatih pada seseorang bukan pekerjaan yang mudah, walaupun ia seorang ahli belum tentu dapat menjadi seorang pelatih yang baik.
      Untuk menjadi seorang pelatih yang bijak dan baik perlu mengetahui bagaimana melatih seseorang (Ranupandoyo, (1998 : 23), yakni :
       1. Persiapan dari pelatih
       2. Persiapan dari karyawan yang dilatih
       3. Memperagakan latihan
       4. Meminta karyawan untuk memperaktekkan latihan
      5. Mengamati karyawan yang sebenarnya setelah selesai dilatih.

4. Penilaian Program-Program Latihan
      Untuk mengetahui apakah prosedur program latihan yang  dilaksanakan sudah baik atau tidak, maka diperlukan adanya penilaian terhadap latihan tersebut.                                                                                                                   
      Flippo (1999 : 23) Faktor yang  dapat  dinilai dalam  latihan ini  adalah tingkat produksinya, dimana perlu di  peroleh gambaran dalam produktivitas sebelum dan sesudah latihan, kemudian dilakukan penilaian apakah memang benar terjadi peningkatan  produktivitas.                                              
inisiatif (memimpin) dan pengendalian (control).   

Pengertian Sistem Informasi Manajemen


Sistem informasi menurut teori dan praktek telah mengalami perubahan, sehingga untuk menghadapinya mereka tidak cukup hanya dengan keterampilan, akan tetapi lebih dari pada itu mereka harus memahami adanya suatu pendekatan sistem atau manajemen serta mampu berpercaya dalam dalam merencanakan dan memanfaatkan sistem informasi manajemen.
      Untuk memperoleh pemahaman tentang sistem informasi manajemen, akan dikemukakan beberapa pengertian dan konsep informasi. Menurut Robert Murdick (1999: 102) menyatakan bahwa informasi terdiri dari data yang telah diambil kembali diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan sebagai dasar untuk peramalan atau pengambilan keputusan.
      Sedangkan, Vincent Gespersc (2001: 25) memberikan definisi bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang terdiri bagi penerimaan dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau saat yang akan datang.
      Definisi tersebut di atas, maka berikut ini dapatlah dikemukakan beberapa pengertian dari sistem informasi manajemen. Akan tetapi perlu disadari bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang istilah sistem informasi manajemen, bahkan beberapa penulis cenderung memilih pada istilah-istilah seperti sistem informasi keputusan, atau hanya menggunakan istilah "sistem informasi" sehubungan dengan sistem pengolahan informasi berdasarkan komputer yang dirangcang untuk mendukung fungsi operatif, manajemen dan keputusan dalam sebuah organisasi.
      Sesungguhnya demikian, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sistem informasi manajemen, maka berikut ini dapat disajikan beberapa definisi yang telah diterima dan berlaku secara umum serta banyak dikenal orang. Gordon B. Davis (1999: 3) memberikan definisi bahwa, sistem  informasi manajemen adalah sebab sistem antara manusia dan mesin yang terpadu (integrasi), untuk menyajikan informasi guna mendukung target operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
      Selanjutnya, sistem informasi manajemen tersebut digambarkan dalam sebuah bentuk piramide, dimana laoisan dasarnya terdiri dari informasi untuk pengolahan transaksi, penjelasan status dan sebagainya, lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi untuk mendukung operasi bagi manajemen setiap hari. Kemudian lapisan ketiga teridiri dari sumber daya sistem informasi untuk mendukung perencanaan taktis pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen dan lapisan terakhir pada puncak piramde yang terdiri dari sumber daya informasi untuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijaksanaan pada tingkat manajemen puncak.
      Untuk lebih jelasnya lapisan informasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :                                                     






                                                             SIM        
                                                            Untuk  
                                                            Perencanaan
                                                                Strategis
                                                            dan kebijakan
                                                           serta pengam-
                                                          bilan keputusan
                                         ───────────────────────
                                                     Informasi Manajemen
                                                    untuk perencanaan taktis 
                                                        dan pengambilan
                                                               keputusan
                       ────────────────────────────────────
                                  Informasi manajemen untuk perencanaan
                                    operasional pengambilan keputusan dan
                                                            pengendalian
     ───────────────────────────────────────────────
                                 Pengolahan transaksi, pemberian informasi
                                              (tanggapan atas pertanyaan)


      ────────────────────────────────────────────────
      Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi manajemen yang merupakan komponen dari pada sistem yang memberikan informasi untuk melaksanakan perencanaan, dengan menggerakkan rencana-rencana itu, dan memberikan umpan balik informasi yang penting untuk suatu keputusan dan kemudian melaksanakannya.
      Namun demikian perlu disadari bahwa dalam pengambilan keputusan, informasi ini berkaitan erat dengan keputusan tidak pastian yang melindungi variabel-variabel perencanaan tersebut, di mana untuk mengurangi ketidak pastian ini diperlukan adanya  informasi  tambahan. Dalam  hal ini, pada umumnya informasi yang dibutuhkan tersebut hanya dapat diperoleh dengan mengorbankan sejumlah biaya tertentu, selain itu informasi tidak pernah seratus persen sempurna, atau sesuai memutuskan apakah perlu mencari informasi tambahan atau tidak, terlebih dahulu perlu kiranya diketahui berapa nilai dari informasi tersebut yang tepat persoalan keputusan yang sedang dihadapi.   

Pengertian Manajemen


      Manajemen sering diartikan sebagai ilmu dan seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui kegiatan orang lain. Salah satu definisi yang cukup jelas dan banyak digunakan orang adalah sebagaimana yang kemukakan oleh Mary Parker Pollet, sebagai berikut, manajemen adalah suatu proses perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dengan upaya anggota organisasi, untuk menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau sesuai dengan target.
      Dari definisi tersebut di atas, maka dapat dilihat adanya berbagai fungsi yang harus dilakukan oleh manajer dalam mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
      Fungsi-fungsi tersebut berinteraksi dengan yang lainnya untuk membentuk suatu proses manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian penempatan personalia (staffing), pengambilan 

Penerapan Sistem Informasi Manajemen


     Pada dasarnya sistem kerja komputer sinkrun dengan proses sistem informasi manajemen, yaitu meliputi kegiatan-kegiatan pengumpulan data (input) pengolahan data (proses) dan penyajian informasi (pengolahan output).
      Sesuai dengan aspek dalam sistem kerja komputer  (pengelolah data), yaitu :        
            - hardwere
- softwere
- brainwere
      Hardwere adalah seluruh peralatan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu sistem komputer. Perangkat keras dari perangkan masuk (input unit) dari peralatan seperti key bord, mouse, dan lain sebagainya.
      Komputer digolongkan ke dalam berbagai jenis berdasar kan prosedurnya. ROM (Read Only Memory) yaitu memori yang sudah  diisi oleh pembuat komputernya dan isinya tidak dapat berubah-ubah lagi, karena dalam komputer memang sangat pekah isinya, sehingga pengolahannya harus mempunyai kterampilan khusus.
      Perangkan keluaran (output unit) yaitu perangkat yang digunakan untuk mengeluarkan hasil olahan atau keluaran. Ada tiga bentuk perangkat keluaran, yaitu speaker (mengeluarkan bunyi) monitor (menampilkan hasil dilayar) dan printer (mencetak hasil).
      Perangkat penyimpan (strage unit) yaitu perangkat komputer yang berguna untuk menyimpang data dan program penyimpanan terdapat beberapa teknologi seperti teknologi mekanik (kartu plong-puncher channel), teknologi magnetik dan teknologi optik.
      Perangkat tambahan, yaitu peangkat yang berguna untuk menambah kegunaan komputer. Seperti pada network card yang berguna untuk menghubungkan antara PO yang satu dengan PC yang lain, sehingga membentuk suatu jaringan juga sound card yang akan timbul pengolahan suatu dengan kualitas digital stereo.
      Sistem operasi yaitu program komputer yang diperlukan untuk mengorganisasikan penggunaan komputer sejak komputer dihidupkan hingga siap dioperasikan, agar kegiatan-kegiatan dalam komputer pelaksanaannya terarah dengan baik dan bisa menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.
      Setiap sistem jaringan ini memerlukan satu komputer sentral (server)  yang bertugas  mengorganisasikan  komputer  server biasanya berada di bawah tanggung jawab super visor yang bertugas untuk mengatur penggunaan komputer dengan segala perangkatnya. Untuk dapat dibubungkan dengan komputer lain, suatu komputer harus dilengkapi dengan network card yang biasanya beban terpasang atau harus  ditambahkan.             

Sumber Informasi


       Tidak dapat disangkal bahwa informasi salah satu unsur dari manajemen dan fungsi pengampilan keputusan.
      Oleh sebab itu para ahli berpendapat bahwa langkah untuk menentukan informasi manajemen belumlah selesai dan sebelum mempertimbangkan sumber-sumber informasinya. Dalam literatur dijumpai bahwa pada dasarnya sumber informasi dibedakan dalam dua bagian yaitu data empirik dan informasi dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (2001: 146), sebagai berikut :
1.    Data empirik, yaitu  data yang  dapat  diperoleh melalui suatu pengumpulan data atau survei yang dapat digunakan untuk menduga selebaran peluang munculnya suatu peluang. Dalam hal ini pendapat awal digunakan untuk menguji bahwa relatif mencerminkan nilai peluang yang besar, yaitu mencerminkan nilai peluang pengambil keputusan. Data empirik ini juga digunakan untuk memperoleh selebaran peluang posterior (kemungkinan akhir) berdasarkan nilai peluang akhir yang sudah ada. Sehubungan dengan sumber informasi yang berasal dari data empirik ini, maka pada dasarnya pengumpulan data yang dapat dilakukan yaitu :
a.  Melalui pengamatan langsung (observasi langsung).Dalam pengamatan langsung ini peneliti/pengamat sendiri yang mengumpulkan data melalui pengamatan langsung dilapan­gan. Jadi  peneliti  turun  langsung  dilapangan  guna   mempelajari  catatan-catatan  yang  ada  sesuai dengan kebutuhannya. Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung ini, akan lebih akurat, karena peneliti mengetahui data-data yang perlu dikumpulkan agar masalah yang dihadapi dapat dipecahkan.
b.  Melalui wawancara, Cara ini adalah semacam pengamatan pribadi yang dilakukan secara tidak langsung yaitu dapat mewakilkan kepada orang lain untuk membantu peneliti mewawancarai responden, dalam hal ini keteli­tian akan tergantung pada ketelitian responden (orang yang diwawancarai) dan dan si pewancara itu sendiri.
c.    Melalui koresponden
Melalui cara ini para koresponden yang diminta untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti, akan tetapi ada kemungkinan bahwa para koresponden tersebut tidak obyektif dalam memberikan informasi, karena merasa yang tidak mempunyai kepentingan dalam penelitian, sehingga mereka memperdulikan apakah informasi yang diberikan itu benar atau salah.
d.   Melalui questionaire
Dalam hal ini daftar pertanyaan disampaikan kepada orang-orang yang merupakan sumber informasi dalam masalah penelitian, keuntungan cara ini adalah biaya relatif murah, serta data yang diinginkan dapat dikumpulkan secara cepat dan daerah pengamatan dapat lebih  luas.  Akan  tetapi  kelemahannya kemungkinan daftar pertanyaan yang dikirim itu tidak dikembalikan, atau jawaban yang dikirim kurang akurat untuk empirik sebagai konsekwensi dari pernyataan yang kurang jelas dalam daftar pertanyaan. Jika hal ini terjadi, maka ada kemungkinan bahwa penelitian tidak memperoleh informasi yang diinginkannya. Oleh karena masing-masing cara mengumpulkan data tersebut di atas, memiliki keuntungan dan ada kelemahan tersendiri, maka dalam prakteknya untuk memperoleh informasi yang tepat, para peneliti sering mengkombinasikan cara-cara tersebut di atas.
2. Informasi dari para ahli  
Dalam beberapa hal, karena terbatasnya pengetahuan suatu hal dan lain-lain, maka data empirik sulit dipero­leh. Dalam keadaan ini maka satu-satunya sumber informasi adalah dari pendapat atau pandangan subjektif para ahli atau orang yang mengetahui tentang kejadian yang tidak pasti.
Berdasarkan sumber-sumber informasi tersebut, maka dapat diartikan bahwa sumber informasi merupakan suatu konsep arus, dimana informasi mengalir dari satu orang ke orang lain baik dari perusahaan itu maupun dari luar perusahaan dan apabila informasi telah diserap maka ia tidak lagi merupakan sekedar informasi melainkan telah menjadi pengetahuan yang dapat meningkatkan persepsi seseorang atau  para  manajer  dalam bidang-bidang tertentu seperti masalah  pemilikan  alternatif, mencari peluang merencanakan. Informasi itu tidak statis akan tetapi ia bergerak dinamis, sehingga menimbulkan kebutuhan akan keputusan. Kemudian sistem informasi manajemen itu mengalir melalui jaringan keputusan ke sistem berada diluar perusahaan, sehingga menimbulkan pekerjaan yang harus dilaksanakan kemudian mengalir kembali ke sistem interen sampai pada top manajer.

Pengertian Manajemen Operasional


      Semakin canggihnya teknologi membuat sistem operasional pada hotel memiliki sejumlah pilihan yang bisa diterapkan baik sendiri maupun secara bersamaan, untuk lebih jelasnya pengertian oleh Endar Sugiarto (1998: 12) menyatakan bahwa : penerapan operasional tergantung pada tuntutan kebutuhan suatu perusahaan.
      Berdasarkan penjelasan Sugiarto, (1998: 35), ada 3 (tiga) teknologi yang digunakan untuk mencatat kegiatan, sebagai berikut :
  1. Operasi Menual
Operasi secara menual mendominasi kegiatan perhotelan di seluruh dunia sebelum tahun 1920 hingga sekitar tahun tujuh puluhan. Sementara itu di Indonesia pengoperasian hotel secara manual ini semua data dari sistem pelaporan masih menggunakan tulisan tulisan tangan dalam pengisian formulir-formulir. Secara manual tentu saja blangko formulirnya sudah dicetak. 
  2. Operasi semi otomatis
Sistem semi otomatis ini biasa disebut juga sebagai electronical system, yaitu menggabungkan cara manual dengan komputerisasi/menggunakan peralatan elektronik lainnya. Kelemahan pada sistem ini karena peralatan semi otomatis  sulit  untuk dipelajari, rumit dalam  pengoperasian tidak terintegrasi dengan sistem yang lain.
  3. Operasi otomatis/komputerisasi
Semua pendataan tamu sudah dikerjakan secara otomatis oleh program komputerisasi khusus untuk keperluan yang saling menghubungkan satu sama lain. Dengan demikian, sistem disatu pihak pada data yang diinginkan dapat terjalin satu sama lainnya.

Jenis-Jenis Informasi

      Dalam pengelola perusahaan diperlukan berbagai jenis informasi guna untuk mendukung berbagai proses pengambilan keputusan, baik oleh manajemen puncak (pimpinan), manajer berbagai bidang fungsional dan penyelenggaraan kegiatan operasional. Oleh karena itu, pengolahan informasi mutlak perlu dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga informasi terkumpul, teroleh dan tersimpang dengan baik sehingga mudah ditelusuri apabila diperlukan pengolahan informasi harus memenuhi persyaratan kelengkapan kemutahiran, keandalan dan kepercayaan.

      Pelaksanaan berbagai bidang fungsional menurut S.P. Siagian (1999: 44), maka jenis-jenis informasi itu dapat dibagi, sebagai berikut :
1. Informasi  bidang  ekonomi, yaitu informasi ini termasuk dalam bidang ini tentang tingkat pertumbuhan ekonomi, penanaman modal, baik asing maupun domestik, informasi tentang kondisi pasar berbagai komioditi, kebijakan keuangan dan  moneter yang dilakukan pemerintah informasi  tentang pasar modal, informasi tentang arah industriali sasi yang akan ditempuh dalam kurun waktu tertentu di masa depan, informasi tentang prosedur ekspor dan impor berbagai informasi yang sejenis. Bahkan juga informasi perkembangan di bidang politik.
2. Informasi di Bidang politik, informasi ini seperti yang menyangkut pemerintahan negara, peraturan kekuatan diantara beberapa kekuatan politik, frekuensi penyelengga raan pemilihan umum, kecenderungan suatu partai politik tertentu perumusan kebijakan apabila memenangkan pemili­han umum, struktur birokrasi pemerintahan negara, sistem hukum perundang-undangan yang berlaku dan instansi lain yang sejenis yang ada kaitannya dengan bidang politik termasuk politik luar negeri.
3. Berkaitan erat dengan informasi di bidang politik, dalam dunia usaha juga perlu memiliki informasi tentang situasi keamanan dan ketertiban umum termasuk estimasi tentang kemungkinan terjadinya gangguan baik karena faktor-faktor yang terdapat di dalam negeri maupun yang datang dari luar, baik yang bentuknya masih berupa hambatan, apabila yang berupa ancaman. Semuanya itu penting karena implika­si terhadap ketenangan berusaha.
4. Informasi tentang lingkungan, informasi yang dimaksud disini antara lain informasi tentang sumber daya alam, kebijakan pemerintah tentang pemanfaatannya, kebijaksanaan  nasional  dalam  pelestrian lingkungan hidup termasuk kebijakan tentang pencemaran air, pencemaran udara, kebijakan dasar daur ulang limbah industri reboisasi, kebijakan peruntukan berbagai jenis lahan.
5. Informasi tentang permasakan bahan mentah dan bahan  baku untuk diolah menjadi produk tertentu, informasi ini ialah apakah bahan mentah atau bahan baku itu relatif melimpah atau relatif langkah, siapa yang mengusainya, terdapat dimana kecenderungan pemasok bertindak vis a vis produsen tertentu, seperti dalam hal persediaan pembelian waktu penyerahan dan jaminan mutu.
6. Informasi tentang perilaku persaingan yang mungkin akan dihadapi, yang dimaksud informasi perilaku pesaing dalam memasukkan, mempromosikan dan menjual produknya, apakah akan berpegang pada norma dan etika atau tidak atau apakah justru cenderung menganut pandangan tidak sehat dengan menggunakan tehnik-tehnik yang sering disebut sebagai zero sum gane,
7. Informasi tentang target group di masyarakat yang jadi sasaran pemasaran, promosi dan penjualan produk tertentu.
Informasi yang dibutuhkan termasuk informasi tentang menyangkut masalah teoritis yaitu pada tingkat pendidikan, jenis-jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jenis kelamin, kelompok umur, status pernikahan, status tentang besar kecilnya anggota keluarga yang menjadi ranggungan pencari nafkah utama.        

Pengertian Nilai dan Sifat Informasi



      Prinsip utama yang berkenaan dengan nilai dan sifat informasi ini adalah bahwa informasi hanya mempunyai nilai jika informasi tersebut dapat mengakibatkan suatu perubahan dalam tindakan yang diambil oleh para pengambil keputusan. Kesimpulan suatu data atau pernyataan seorang ahli dapat memberikan suatu pengetahuan baru, namun hal ini tidak akan  mempunyai nilai dalam konteks suatu persoalan keputusan tertentu selama informasi tambahan tersebut tidak dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, maupun tindakan seseo rang berkaitan dengan masalah atau persoalan keputusan yang dihadapinya.
      Pengertian tentang nilai informasi menurut Gorden B. Davis (1999: 115) mengemukakan bahwa, nilai informasi adalah nilai perubahan dalam perilaku keputusan yang disebabkan oleh informasi dikurangi biaya informasi tersebut.
      Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1997: 121) menyatakan  bahwa, nilai  adalah  konsepsi/ pandangan  hidup  yang dianut oleh seseorang tentang baik dan buruk, benar atau salah yang digunakan sebagai kriteria untuk mengambil keputusan dan kemudian melaksanakannya.
      Kedua definisi tersebut di atas, jelas bahwa suatu informasi hanya akan mempunyai nilai bila informasi dapat mengakibatkan perubahan dalam perilaku seseorang dalam  mengambil keputusan. 

Pengertian Pendapatan


Pendapatan pada prinsipnya mempunyai sifat menambah atau menaikkkan nilai kekayaan pemilik perusahaan, baik dalam bentuk penerimaan maupun berupa hak dan tagihan . Untuk lebih jelasnya pengertian pendapatan ini, dapat kita ikuti penjelasan yang dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Lili M.Sadeli dan Siswanto (1999:55) Pendapatan adalah penambahan bruto dalam modal, sebagai dampak dari aktivitas perusahaan.
Sedangkan Menurut Akuntansi Perusahaan PELINDO (2007:19) Pendapatan adalah Arus masauk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas perusahaan selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan asset bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Pengertian Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Menurut Daljono (2004:40) Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung.
Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diukur secara langsung dengan produk,  yang merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai  biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada produk disebut tenaga kerja tak langsung. Upah tenaga kerja tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung dan merupakan unsur biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja tak langsung dibebankan pada produk tidak langsung, tetapi melalui biaya overhead pabrik yang ditentukan.
Mulyadi (1999:344), menyatakan bahwa biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk menggunakan tenaga kerja manusia tersebut.
Menurut R. Soemita Adikousoemo (1999:132) menyatakan bahwa biaya tenaga kerja adalah merupakan pengeluaran yang diharapkan akan memberi manfaat diwaktu yang akan datang dalam hubungannya realisasi penghasilan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa biaya tenaga kerja adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang yaitu pengeluaran dalam bentuk kontan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan, jasa yang diserahkan dalam hubungannya dengan barang dan jasa yang akan diperoleh atau yang akan dicapai.

Pengertian dan Klasifikasi Biaya


1.    Pengertian Biaya.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menghasilkan suatu produk baik berupa barang maupun jasa adalah besarnya biaya yang dikorbankan. Oleh karena itu sebelum menjalankan kegiatan operasi, diperlukan konsep biaya yang merupakan informasi bagi manajemen. Hal itu sangat penting dalam menghitung harga pokok produksi, mengadakan penganalisaan dalam hubungannya biaya dengan volume produksi yang diharapkan, serta merupakan informasi dalam estimasi laporan rugi/laba dan juga memberikan informasi yang berguna bagi manajemen dalam menetapkan suatu kebijaksanaan.
Manajemen dalam menentukan setiap kebijaksanaan yang akan dilaksanakan, maka biaya harus dipertimbangkan dengan baik jika dihubungkan dengan masalah pendapatan yang hendak dicapai perusahaan.
Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi untuk menciptakan barang dan jasa diperlukan pengorbanan dari faktor-faktor produksi yang dikeluarkan untuk proses produksi dinamakan cost  atau biaya.
Dalam hubungan analisis penetapan harga pokok penjualan, maka terlebih dahulu dikemukakan beberapa pengertian biaya yang merupakan basis dalam analisa selanjutnya.
Mulyadi (1999:3), mengatakan bahwa biaya adalah pengorbanan unsur ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya Abas Kartadinata (2000:24), mengemukakan bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan  uang yang dilakukan atau harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut R. Soemita Adikousoemo (1999:13) menyatakan bahwa biaya adalah pengobanan-pengorbanan nilai yang berfaedah untuk memproduksi barang.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999:69) menyatakan bahwa biaya adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang yaitu pengeluaran dalam bentuk kontan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan, pengeluaran modal saham, jasa yang diserahkan dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang akan diperoleh atau yang akan dicapai.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa biaya itu merupakan suatu pengeluaran yang dapat diukur dalam bentuk uang yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu diwaktu yang akan datang. Atau dapat juga dikatakan sebagai suatu pengorbanan yang dikeluarkan sekarang dan diharapkan untuk mendatangkan hasil pada waktu yang akan datang.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengertian antara biaya (cost) dengan ongkos (expenses) maka Daljono (2004:27) mengatakan bahwa cost adalah biaya-biaya yang diharapkan akan memberi manfaat diwaktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca sedangkan expenses adalah biaya yang  telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang maka tempatnya adalah diperkirakan rugi/laba dan bukan neraca.
Dari pengertian diatas dan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengeluaran yang secara ekonomis  tidak dapat dihindarkan  tetapi dapat diramalkan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
2.    Klasifikasi Biaya
Menurut Daljono (2004:35), menyatakan bahwa klasifikasi biaya sebagai berikut : biaya variabel dan biaya tetap serta biaya semi variabel  yaitu biaya yang dapat dikendalikan dan biaya tidak dapat dikendalikan.
Dari gambaran tersebut, dapat diketahui bahwa klasifikasi biaya adalah :
a.    Biaya Variabel adalah sejumlah biaya ikut berubah mengikuti volume produksi atau penjualan. Misalnya bahan baku langsung  yang dipakai dalam proses produksi atau bahan langsung lainnya yang ikut dalam proses produksi, dan biaya tenaga kerja langsung.
b.    Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau  penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain.
c.    Biaya semi variabel (semi variabel cost)  yaitu biaya-biaya  yang tidak bersifat tetap,  tetapi tidak pula bersifat variabel.
Menurut Mulyadi (1999:64), menyatakan bahwa klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan perencaan dan pengawasan adalah sebagai berikut :
1.    Manufacturing cost (biaya pabrik) adalah semua biaya yang muncul sejak pembelian bahan-bahan sampai berubah menjadi produk selesai (final product).
2.    Manufacturing expenses disebut juga factory over head cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
Yang termasuk golongan ini adalah Inderect labour, yaitu tenaga kerja yang tidak terlihat langsung dalam proses produksi, misalnya kepala bengkel, mandor, pembantu umum dan sebagainya.
3.    Other manufacturing expenses, yaitu biaya-biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti biaya atas penggunaan tanah, pajak, penghapusan, pemeliharaan  dan perbaikan.
Commercial expenses   yang meliputi :
1.    Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpanan, pengangkutan, penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi penjualan.
2.    Administrasition expenses adalah ongkos-ongkos yang meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan.

Pengertian Line Item Budgeting


Menurut Deddi Noordiawan (2006:27), Line Item Budgeting adalah biaya yang di anggarkan untuk suatu keperluan yang dibuatkan sebagai baris terpisah dalam anggaran. Biaya perunit untuk masing-masing baris artikel dari setiap tender yang akan dimasukkan kedalam formulir perbandingan.
Sedangkan, Menurut Mardiasmo (2002:35) Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru.
Line item Budgeting  merupakan anggaran yang lebih terfokus pada biaya input (personil,operasional,dll) berapa besarnya biaya sumber dana untuk program tertentu.
Menurut Ihyaul Ulum (2004:35) mengemukakan Keunggulan dan Kelemahannya antara lain :
Keunggulannya adalah Mudah dibuat, kebijakan sentralistis dan berorientasi pada input. Sedangkan Kelemahannya antara lain :
1.    Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.
2.    Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak teliti secara menyeleruh efektifitasnya.
3.    Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal atau investasi.
4.    Anggaran line item bersifat tahunan, anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan.
5.    Pengendalian belanja tidak efektif dan pemborosan.