Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2017

Metode-Metode Alokasi Biaya Overhead Pabrik

      Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adaha mengalokasikan baya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan bahan baku menjadi produk yang biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi dalam departemen-departemen produksi saja, maka dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, baya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
      Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1.  Metode alokasi langsung (direct alokasi method)
2.  Metode alokasi bertahap (step method) yang terdiri dari :
       3.  Metode alokasi kontinyu
       4.  Metode aljabar
Ad 1 Metode alokasi langsung
         Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen-departemen pembantu yang memakai jasa departemen pemantu lainnya.
Ad 2 Metode alokasi bertahap
         Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead pabrik didua departemen tersebut dialokasikan ke dapartemen produksi.
1     Metode alokasi kontinyu
Dalam metode ini biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.
   b.  Metode aljabar

             Ketidak lengkapan dalam hal pembagian timbul dalam menggunakan metode bertahap karena pendistribusian yang berturut sehingga departeemen yang ditutup terlebih dahulu tidak menerima pembagian biaya dari departemen yang ditutup kemudian. 

Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Departemen Pembantu

1.  Pengertian Biaya Overhead Pabrik
     Sebagaimana diketahui bahwa masalah biaya sangat di perlukan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tanpa biaya, maka perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya  dengan baik, bahkan dapat menghambat pada perusahaan untuk memperoleh suatu produk jadi, guna dipasar kan kepada konsumen dengan sasaran laba yang malsimal.
    Untuk mengatasi agar perusahaan dapat memperoleh suatu barang tidak mengalami hambatan dan bahkan dapat mempengeruhi pula kelangsungan hidup suatu perusahaan, maka diperlukan biaya produk yang digunakan untuk memperoduksi suatu produk jadi. Namun pada dasarnya biaya yang dikeluar kan perusahaan dalam memproduksi suatu produksi jadi dengan laba  yang  semaksimal  mungkin  juga  seringkali mengalami  kekurangan dan kelebihan terhadap biaya prroduksi yang digunakan dalam memproses produk.  
    Dengan demikian, maka diperlukan suatu standar cost dalam memperoduksi suatu produk dengan sasaran laba yang maksimal. Di mana standar cost adalah merupakan suatu alat pengendalian biaya dalam proses produksi barang jadi. Sebab kita ketahui dalam memproduksi suatu produk dengan mengeluarkan biaya produksi yang relatif besar nilainya. Agar lebih menguntungkan perusahaan maka diperlukan standar cost sehingga biaya yang dikeluarkan dapat lebih efisien.
    Perkembangan produksi yang sangat pesat dengan  sendirinya mempunyai peranan yang cukup besar sebagai penunjang terhadap kegiatan perusahaan bahkan dapat dikatakan bahwa sistem produksi produksi yang tepat akan memberikan dampak positif perkembangan serta kemajuan perusahaan sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dan setiap perusahaan adalah untuk merupakan produk guna dipasarkan kepada konsumen dengan sasaran laba yang semaksimal mungkin Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, maka masalah produksi dapat dikatakan masalah utama di dalam perusahaan industri yang hendaknya diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan sebab kegagalan di dalam memproduksi bahan baku menjadi produk jadi akan mengakibatkan perusahaan tidak memperoleh sejumlah dana untuk membiayai operasinya sehingga menghambat masalah pemasaran pembelanjaan di dalam perusahaan yang bersangkutan dan selanjutnya masalah personil di dalam perusahaan.                                                            
    Untuk menunjang pelaksanaan produksi dalam suatu perusahaan sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup, maka diperlukan biaya produksi, mana merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelolah bahan baku menjadi prodduk. Salah satu biaya yang menjadi titik pokok dalam pembahasan adalah biaya overhead pokok pabrik yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003 : 12) yaitu semua produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overad pabrik terdiri dari bahan penolong biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya.
    Definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya produksi tak langsung lainnya.
    Selanjutnya, menurut Mas'ud Machfoedz (1999: 31) yang memberikan pengertian biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang digunakan untuk membuat suatu barang jadi selain bahan dasar langsung dan upah tenaga kerja langsung. Dalam artian ini biaya overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
2.  Deprtemen Pembantu

     Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja karena pengolahan bahan baku menjadi produk biasanya hanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik tidak hanya terdiri dari di Departemen produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja, tetapi juga meliputi semua biaya yang terjadi di separtemen-departemen pembantu.

     Dalam rangka penentuan tarif, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.  

Sistem Pengumpulan Biaya Produksi

      Bagi perusahaan perdagangan R. Soemita Adikusumah (2001 : 177) mengemukakan bahwa penjualan merupakan kegiatan utama, oleh karena itu, sistem pengumpulan biaya produksi yang diterapkan oleh perusahaan ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat terperinci, sebagai berikut :
   1. Semua biaya-biaya selama  dalam  proses  produksi  harus teliti dan dikumpulan untuk dilakukan pencatatan.
   2. Semua pengeluaran biaya-biaya harus selama proses produksi dianggap sebagai termasuk keperluan lain harus diperiksa sedemikian rupa sehingga kemungkinan pemboson biaya produksi dikurangi sampai semimimun mungkin.
   3. Pencatatan dan pengelompokan harus diklasifikasikan biaya, agar kelak   perhitungan dalam proses produksi dapat diketahui melalui pembukuan dengan tepat.
   4. Biaya administrasi dan penjualan masih termasuk biaya produksi.
   5. Dengan meminimumkan biaya dalam proses produksi agar harga pokok penjualan seminimum, sehingga penjualan barang hasil produksi dapat bersaing.
   6. Pengendalian biaya yang sesuai dengan tujuan harus dilakukan terhadap unsur-unsur biaya, sehingga biaya yang telah dianggarkan digunakan seefisien mungkin, karena efisien yang dapat meningkatkan keuntungan.
      Untuk mencapai adanya di atas maka perlu organisasi yang baik didalam sistem pengumpulan biaya produksi barang agar terdapat pengendalian intern yang baik dalam proses produksi sebaiknya diadakan pemisahan fungsi antara lain :
   1. Bagian pesanan
Pelaksanaan bahan baku bagi perusahaan kecil dipegang  satu orang saja, sedangkan bagi perusahaan besar dipegang oleh satu bagian produksi yang melibatkan beberapa personal fungsi dari bagian adalah :
a.   Mengawasi semua pesanan yang diterima
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan dan melengkapi yang masih kurang.
c.   Jika pesanan barang, harus diminta persetujuan dari bagian gudang.
d.  Menentukan tanggal pengiriman, membuat surat perintah pengiriman serta tembusan-tembusannya.
e.   Membuat catatan pesanan yang dikirim dan pesanan yang                                                       
sudah diperhitungkan.
f.   Melakukan hubungan dengan pembelian, apakah barang yang diterima sudah cocok dengan pesanan masih ada yang perlu dikemukakan.
   2. Bagian gudang
Bagian gudang ini kredit berarti melibatkan bagian pesanan di mana setiap pengiriman barang yang dijual dengan pesanan harus mendapat persetujuan dari bagian gudang membuat catatan atau kartu  piutang  setiap langganan tentang identitas pembeli, jumlah order dan jangka waktu pembayaran. Faktur penjualan yang dibuat oleh bagian pesanan dan surat perintah pengiriman atau di kirim ke bagian pesanan untuk mendapat persetujuan atau penolakan dan surat perintah pengiriman. Jika ada persetujuan maka faktur penjualan dan surat perintah pengiriman diberikan kepada bagian pengiriman, kemudian  barang tersebut di kirim kepada yang bersangkutan.       
   3. Pengklasifikasian biaya-biaya
Bagian pengumpulan biaya bertugas sebagai berikut :
a. Mencatat sejumlah pengeluaran yang biasanya harus dilengkapi dengan data, pos-pos pengeluaran, misalnya pembelian barang dan jenis-jenis biaya lainnya.
b.  Mencantumkan data biaya pengiriman dan pihak pertam  bahan nilai yang dibebankan kepada pembeli.
c. Biaya-biaya yang telah dicatat itu dikirim pada bagian-bagian memerlukan terlebih dahulu diperiksa kebenaran tulisan dan perhitungannya.                                                                                                           
      Kemudian untuk mengadakan pemisahan wewenang tersebut di atas tergantung dan besarnya perusahaan dan jumlah  pegawai yang ada. Apabila organisasi sudah memisahkan fungsi-fungsi yang perlu ditetapkan adanya wewenang bahwa iniatif untuk menjadi barang datangnya dari satu inisiatif yang ditentukan semula misalnya bagian pesanan atau bagian-bagian lain yang memerlukan. Selain itu dimaksudkan pula agar semua pengeluaran-pengeluaran barang dari gudang baik melalui penjualan maupun untuk keperluan lainnya mendapat pengawasan sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan penyalagunaan dapat dihindarkan atau dikurangi sedapat mungkin.
      Di dalam pelaksanaan fungsi pengumpulan biaya pada umumnya dilaksanakan oleh bagian pesanan dan organisasi administrasi serta dipengaruhi oleh sistem penjualan yang dilakukan misalnya sistem penjualan kredit, tunai dan sebagainya.
      Selanjutnya cara-cara yang biasa dipakai di dalam sistem pengumpulan biaya, sebagai berikut :
  1. Pemisahan antara
 a.  Mencatat pengaluaran
Pencatatan pertama-tama dilakukan oleh petugas bagian pengeluaran yang membuat faktur penjualan. Faktur ini sedikitnyas dibuat rangkap 4 (empat) yang pertama (asli) untuk pembelian, lembar ke 2 dikirim ke bagian penyerahan barang, lembar ke 3 dikirim ke pemegang buku  tambahan  piutang dan lembar ke 4 ditahan untuk  arsip.
Jika pembeli akan mengambil sendiri barang yang dibeli nya, maka faktur dibawa ke kasir dan jumlah uang yang tertera di situ dibayar. Kasir akan menghitung uang memutar register kas, mencap faktur pengembalikannya pada pembeli jika ditambah kwitansi. Faktur yang telah dicap oleh si pembeli dibawa ke bagian penyerahan barang dan dikeluarkan dengan barang yang telah diserahkan lembaran kedua.                                                            
Kalau pembeli tidak mengambil sendiri barang yang dibeli, maka sesudah ia membayar kepada kasir diberi kwitansi si pembeli akan mendapat surat perintah pengeluaran atau delivery order. Satu tembusan DO dikirim kepada seksi gudang dan menerima barang-barang yang dinyatakan dalam DO tersebut.
 b.  Penyerahkan barang                                                                                     
Bagian ini bertanggungjawab terhadap kehancuran distribusi barang kepada langganan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh bagian pengeluaran. Penyerahan barang sering terjadi secara langsung dari gudang dengan memakai DO dan biasa juga secara tidak langsung yaitu dengan pengiriman barang ke rumah langganan dimana karena adanya penyerahan barang secara tunai dan penyerahan barang secara kredit.
 c.  Menerima uang
Barang ini  berada  di bawah koordinasi  bagian keuangan, atas persetuajun pimpinan perusahaan dan bertugas sebagai berikut :                                                                                                             
* Mencatat semua  penerimaan  uang, baik tunai,  cek,
maupun bilyet giro dalam suatu daftar.
*  Daftar penerimaan diserahkan kepada pemegang buku harian dan pemegang buku tambahan piutang.
*  Uang tunai, cek dan giro yang diterima diserahkan kepada kasir dan disetor ke bank seluruhnya, selambat-lambatnya ke esokan harinya.
*  Harus ada pemisahan antara kasir dan petugas yang memegang buku tambahan piutang dan hutang.                                                 
  2.  Penjualan secara kredit   
Pada penjualan kredit ini maka setiap kali nilai kredit, pembeli harus dinilai. Buku piutang harus setiap bulan dibandingkan dengan perkiraan piutang di buku besar.
Pengawasan intern atas piutang meliputi :
 a.  Pembagian tugas antara lain :                                                     
* Penerimaan pesanan 
* Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit
* Petugas yang harus mengirim barang
* Petugas yang mencatat buku tambahan piutang
* Petugas yang menerima uang.
* Petugas yang bagian arsip.  
 b.  Pembayaran mengenai faktur-faktur yang tertentu.

 c.  Setiap bulan secara periodik dikirim daftar saldo pada para piutang.

Pengertian Produksi

    Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada. Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2002 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth (2000 ; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengatalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai berikut :
1. Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu  ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
1       Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2002 ; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1.  Faktor produksi tanah
      2.  Faktor produksi modal
2     Faktor produksi tenaga kerja      
      Sedangkan Richard (1999; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas, menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
   - Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas singkat operasinya dan lain-lain.
  - Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang mana memberikan kepuasan.
  - Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap  komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality ofconformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).              
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam pembentukan suatu  standard  dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
        1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
        2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
        3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel (2002 ; 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1999; 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah  bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian  produksi dapat  dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor produksi sekaligus, maka akan diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson (2002 ; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi garus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (2000 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur  dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat  menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi  dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.

      Dalam hubungan antara input dengan output berarti kita bicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat diketahui hasil  yang telah diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh  keuntungan atau menderita  rugi  dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

Pengertian dan Klasifikasi Biaya

1.  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang  mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi dengan dasar itulah dapat memulai berhitung harga pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya  peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya-biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan satu yang lainnya dalam proses produksi. Oleh Winardi, (2002: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluar kan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.


Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997 : 26) di  katakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan proses pengeluaran modal atau saham, jasa - jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang.                                                         
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa  suatu hal yang merupakan pengertian secara  luas oleh  karena semua yang  tergolong dalam unsur  pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya tetap diperhitungkan dan menjadi pencatatan dalam proses produksi perusahaan, sehingga biaya yang selama proses produksi menjadi hal secara keseluruhannya..
Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto  ( 2002:                                                           89), memberikan pengertian tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberi­kan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya  adalah pada perkiraan laba rugi.




2.  Klasifikasi Biaya      
Dalam pengelolaan keuangan perusahaan  utamanya  pada proses produksi tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa  manajemen memerlukan informasi biaya. Sebaiknya  selalu dipakai konsep "different cost for different  purposes”.  
Kalfisikasi biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan. Oleh karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok  dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya atas hubungan biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.

Analisis Alokasi Biaya Overhead Pabrik Atas Penentuan Biaya Produksi

Sebagaimana diketahui bahwa kondisi Negara kita yang dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, sehinggga bagi perusahaan swasta memerlukan ketelitian dalam mengelolahnya agar aktivitas berkesinambungan, artinya dapat memberikan gambaran tentang keadaan suatu perusahaan. Biasanya gambaran keuangan pada setiap periode tertentu dilaporkan dalam suatu laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu kegiatan akuntansi. Laporan keuangan biasanya dalam bentuk neraca serta perhitungan laba rugi, di samping itu terdapat pula laporan laba yang ditahan dalam suatu periode tertentu.
      Dalam proses perkembangan industri pabrik , maka diperlukan informasi-informasi yang cukup untuk dapat mengelolah perusahaan dengan baik. Di antaranya berbagai macam informasi tersebut, maka masalah biaya perlu diperhatikan dan data biaya dalam overhead pabrik diperoleh melalui Sistem Akuntansi Biaya.
       Penentuan biaya produksi adalah tugas akuntansi biaya yang harus mengikuti aliran fisik dari produksi, kemudian menetapkan pencatatan dan analisa dari informasi biaya yang diikutinya tersebut, secara efektif dan efisien. Selama proses produksi berlangsung biaya yang terjadi meliputi :
1.    Biaya bahan baku
2.  Biaya Tenaga Kerja
3.  Biaya overhead pabrik
4. Biaya bahan pembantu
      Selanjutnya, yang perlu diperhatikan dalam penentuan biaya produksi yaitu apakah semua biaya yang merupakan unsur biaya produksi tersebut telah diperhatikan khususnya biaya overhead pabrik. Sehubungan dengan hal tersebut langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan informasi dari sumber biaya (bahan baku, upah langsung, biaya overhead pabrik) kemudian membebankan biaya-biaya tersebut kepada produk baik yang masih dalam proses maupun produk jadi. Kemudian untuk mengetahui besarnya upah tenaga kerja langsung bisa dilihat dari jumlah waktu kerja pekerja Dengan menjumlah gaji menurut kartu kerja bisa diketahui berapa upah langsung satu periode.
      Masalah yang rumit terjadi dalam hal biaya overhead pabrik karena selain jumlah jenisnya banyak juga sukar diikuti jejaknya. Maka sangat penting untuk menentukan berapa besarnya biaya produk setiap saat. Biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan secara langsung terhadap setiap unit produksi, apabila biaya itu tidak jelas sumbernya.
      Kemudian ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu :
     1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
     2. Memilih dasar pembebanan
     3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik
      Dasar yang dapat dipakai sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung jam kerja langsung dan jam mesin. Setelah tarif biaya overhead ditentukan produk yang diproduksi dalam tahun anggaran dibebani dengan biaya overhead pabrik tarif tersebut. Dalam tahun anggaran dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesunggunya terjadi.
      Pada akhir tahun, biaya overhead pabrik yang dibeban kan kepada produk berdasarkan tarif dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang seseungguhnya terjadi, kemudian analisa menjadi empat macam selisih. Selisih tersebut pada akhir tahun diperlukan sebagai penyesuai terhadap rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau diperlukan sebagai penyesuaian perhitungan rugi laba.
      Mengalolakasikan biaya overhead pabrik dalam proses prduksi, maka seluruh jumlah yang digunakan dalam proses produksi tersebut sehingga dapat menghasilkan barang, kalau biaya produksi disini biasanya terbagi9 dua, yaitu tetap dan biaya variabel, jadi ada pengelompokkan sejumlah biaya untuk memudahkan dalam perhitungannya

A.  Pengertian dan Klasifikasi Biaya
1.  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang  mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi dengan dasar itulah dapat memulai berhitung harga pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya  peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya-biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan satu yang lainnya dalam proses produksi. Oleh Winardi, (2002: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluar kan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.


Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997 : 26) di  katakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan proses pengeluaran modal atau saham, jasa - jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang.                                                         
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa  suatu hal yang merupakan pengertian secara  luas oleh  karena semua yang  tergolong dalam unsur  pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya tetap diperhitungkan dan menjadi pencatatan dalam proses produksi perusahaan, sehingga biaya yang selama proses produksi menjadi hal secara keseluruhannya..
Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto  ( 2002:                                                           89), memberikan pengertian tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberi­kan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya  adalah pada perkiraan laba rugi.




2.  Klasifikasi Biaya      
Dalam pengelolaan keuangan perusahaan  utamanya  pada proses produksi tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa  manajemen memerlukan informasi biaya. Sebaiknya  selalu dipakai konsep "different cost for different  purposes”.  
Kalfisikasi biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan. Oleh karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok  dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya atas hubungan biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.

B.  Pengertian Produksi   

    Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada. Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2002 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth (2000 ; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengatalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai berikut :
1. Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu  ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
1       Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2002 ; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1.  Faktor produksi tanah
      2.  Faktor produksi modal
2     Faktor produksi tenaga kerja      
      Sedangkan Richard (1999; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas, menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
   - Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas singkat operasinya dan lain-lain.
  - Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang mana memberikan kepuasan.
  - Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap  komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality ofconformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).              
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam pembentukan suatu  standard  dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
        1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
        2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
        3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel (2002 ; 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1999; 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah  bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian  produksi dapat  dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor produksi sekaligus, maka akan diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson (2002 ; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi garus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (2000 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur  dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat  menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi  dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
      Dalam hubungan antara input dengan output berarti kita bicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat diketahui hasil  yang telah diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh  keuntungan atau menderita  rugi  dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

C.  Sistem Pengumpulan Biaya Produksi
      Bagi perusahaan perdagangan R. Soemita Adikusumah (2001 : 177) mengemukakan bahwa penjualan merupakan kegiatan utama, oleh karena itu, sistem pengumpulan biaya produksi yang diterapkan oleh perusahaan ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat terperinci, sebagai berikut :
   1. Semua biaya-biaya selama  dalam  proses  produksi  harus teliti dan dikumpulan untuk dilakukan pencatatan.
   2. Semua pengeluaran biaya-biaya harus selama proses produksi dianggap sebagai termasuk keperluan lain harus diperiksa sedemikian rupa sehingga kemungkinan pemboson biaya produksi dikurangi sampai semimimun mungkin.
   3. Pencatatan dan pengelompokan harus diklasifikasikan biaya, agar kelak   perhitungan dalam proses produksi dapat diketahui melalui pembukuan dengan tepat.
   4. Biaya administrasi dan penjualan masih termasuk biaya produksi.
   5. Dengan meminimumkan biaya dalam proses produksi agar harga pokok penjualan seminimum, sehingga penjualan barang hasil produksi dapat bersaing.
   6. Pengendalian biaya yang sesuai dengan tujuan harus dilakukan terhadap unsur-unsur biaya, sehingga biaya yang telah dianggarkan digunakan seefisien mungkin, karena efisien yang dapat meningkatkan keuntungan.
      Untuk mencapai adanya di atas maka perlu organisasi yang baik didalam sistem pengumpulan biaya produksi barang agar terdapat pengendalian intern yang baik dalam proses produksi sebaiknya diadakan pemisahan fungsi antara lain :
   1. Bagian pesanan
Pelaksanaan bahan baku bagi perusahaan kecil dipegang  satu orang saja, sedangkan bagi perusahaan besar dipegang oleh satu bagian produksi yang melibatkan beberapa personal fungsi dari bagian adalah :
a.   Mengawasi semua pesanan yang diterima
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan dan melengkapi yang masih kurang.
c.   Jika pesanan barang, harus diminta persetujuan dari bagian gudang.
d.  Menentukan tanggal pengiriman, membuat surat perintah pengiriman serta tembusan-tembusannya.
e.   Membuat catatan pesanan yang dikirim dan pesanan yang                                                       
sudah diperhitungkan.
f.   Melakukan hubungan dengan pembelian, apakah barang yang diterima sudah cocok dengan pesanan masih ada yang perlu dikemukakan.
   2. Bagian gudang
Bagian gudang ini kredit berarti melibatkan bagian pesanan di mana setiap pengiriman barang yang dijual dengan pesanan harus mendapat persetujuan dari bagian gudang membuat catatan atau kartu  piutang  setiap langganan tentang identitas pembeli, jumlah order dan jangka waktu pembayaran. Faktur penjualan yang dibuat oleh bagian pesanan dan surat perintah pengiriman atau di kirim ke bagian pesanan untuk mendapat persetujuan atau penolakan dan surat perintah pengiriman. Jika ada persetujuan maka faktur penjualan dan surat perintah pengiriman diberikan kepada bagian pengiriman, kemudian  barang tersebut di kirim kepada yang bersangkutan.       
   3. Pengklasifikasian biaya-biaya
Bagian pengumpulan biaya bertugas sebagai berikut :
a. Mencatat sejumlah pengeluaran yang biasanya harus dilengkapi dengan data, pos-pos pengeluaran, misalnya pembelian barang dan jenis-jenis biaya lainnya.
b.  Mencantumkan data biaya pengiriman dan pihak pertam  bahan nilai yang dibebankan kepada pembeli.
c. Biaya-biaya yang telah dicatat itu dikirim pada bagian-bagian memerlukan terlebih dahulu diperiksa kebenaran tulisan dan perhitungannya.                                                                                                           
      Kemudian untuk mengadakan pemisahan wewenang tersebut di atas tergantung dan besarnya perusahaan dan jumlah  pegawai yang ada. Apabila organisasi sudah memisahkan fungsi-fungsi yang perlu ditetapkan adanya wewenang bahwa iniatif untuk menjadi barang datangnya dari satu inisiatif yang ditentukan semula misalnya bagian pesanan atau bagian-bagian lain yang memerlukan. Selain itu dimaksudkan pula agar semua pengeluaran-pengeluaran barang dari gudang baik melalui penjualan maupun untuk keperluan lainnya mendapat pengawasan sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan penyalagunaan dapat dihindarkan atau dikurangi sedapat mungkin.
      Di dalam pelaksanaan fungsi pengumpulan biaya pada umumnya dilaksanakan oleh bagian pesanan dan organisasi administrasi serta dipengaruhi oleh sistem penjualan yang dilakukan misalnya sistem penjualan kredit, tunai dan sebagainya.
      Selanjutnya cara-cara yang biasa dipakai di dalam sistem pengumpulan biaya, sebagai berikut :
  1. Pemisahan antara
 a.  Mencatat pengaluaran
Pencatatan pertama-tama dilakukan oleh petugas bagian pengeluaran yang membuat faktur penjualan. Faktur ini sedikitnyas dibuat rangkap 4 (empat) yang pertama (asli) untuk pembelian, lembar ke 2 dikirim ke bagian penyerahan barang, lembar ke 3 dikirim ke pemegang buku  tambahan  piutang dan lembar ke 4 ditahan untuk  arsip.
Jika pembeli akan mengambil sendiri barang yang dibeli nya, maka faktur dibawa ke kasir dan jumlah uang yang tertera di situ dibayar. Kasir akan menghitung uang memutar register kas, mencap faktur pengembalikannya pada pembeli jika ditambah kwitansi. Faktur yang telah dicap oleh si pembeli dibawa ke bagian penyerahan barang dan dikeluarkan dengan barang yang telah diserahkan lembaran kedua.                                                            
Kalau pembeli tidak mengambil sendiri barang yang dibeli, maka sesudah ia membayar kepada kasir diberi kwitansi si pembeli akan mendapat surat perintah pengeluaran atau delivery order. Satu tembusan DO dikirim kepada seksi gudang dan menerima barang-barang yang dinyatakan dalam DO tersebut.
 b.  Penyerahkan barang                                                                                     
Bagian ini bertanggungjawab terhadap kehancuran distribusi barang kepada langganan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh bagian pengeluaran. Penyerahan barang sering terjadi secara langsung dari gudang dengan memakai DO dan biasa juga secara tidak langsung yaitu dengan pengiriman barang ke rumah langganan dimana karena adanya penyerahan barang secara tunai dan penyerahan barang secara kredit.
 c.  Menerima uang
Barang ini  berada  di bawah koordinasi  bagian keuangan, atas persetuajun pimpinan perusahaan dan bertugas sebagai berikut :                                                                                                             
* Mencatat semua  penerimaan  uang, baik tunai,  cek,
maupun bilyet giro dalam suatu daftar.
*  Daftar penerimaan diserahkan kepada pemegang buku harian dan pemegang buku tambahan piutang.
*  Uang tunai, cek dan giro yang diterima diserahkan kepada kasir dan disetor ke bank seluruhnya, selambat-lambatnya ke esokan harinya.
*  Harus ada pemisahan antara kasir dan petugas yang memegang buku tambahan piutang dan hutang.                                                 
  2.  Penjualan secara kredit   
Pada penjualan kredit ini maka setiap kali nilai kredit, pembeli harus dinilai. Buku piutang harus setiap bulan dibandingkan dengan perkiraan piutang di buku besar.
Pengawasan intern atas piutang meliputi :
 a.  Pembagian tugas antara lain :                                                     
* Penerimaan pesanan 
* Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit
* Petugas yang harus mengirim barang
* Petugas yang mencatat buku tambahan piutang
* Petugas yang menerima uang.
* Petugas yang bagian arsip.  
 b.  Pembayaran mengenai faktur-faktur yang tertentu.
 c.  Setiap bulan secara periodik dikirim daftar saldo pada para piutang.

D. Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Departemen Pembantu
1.  Pengertian Biaya Overhead Pabrik
     Sebagaimana diketahui bahwa masalah biaya sangat di perlukan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tanpa biaya, maka perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya  dengan baik, bahkan dapat menghambat pada perusahaan untuk memperoleh suatu produk jadi, guna dipasar kan kepada konsumen dengan sasaran laba yang malsimal.
    Untuk mengatasi agar perusahaan dapat memperoleh suatu barang tidak mengalami hambatan dan bahkan dapat mempengeruhi pula kelangsungan hidup suatu perusahaan, maka diperlukan biaya produk yang digunakan untuk memperoduksi suatu produk jadi. Namun pada dasarnya biaya yang dikeluar kan perusahaan dalam memproduksi suatu produksi jadi dengan laba  yang  semaksimal  mungkin  juga  seringkali mengalami  kekurangan dan kelebihan terhadap biaya prroduksi yang digunakan dalam memproses produk.  
    Dengan demikian, maka diperlukan suatu standar cost dalam memperoduksi suatu produk dengan sasaran laba yang maksimal. Di mana standar cost adalah merupakan suatu alat pengendalian biaya dalam proses produksi barang jadi. Sebab kita ketahui dalam memproduksi suatu produk dengan mengeluarkan biaya produksi yang relatif besar nilainya. Agar lebih menguntungkan perusahaan maka diperlukan standar cost sehingga biaya yang dikeluarkan dapat lebih efisien.
    Perkembangan produksi yang sangat pesat dengan  sendirinya mempunyai peranan yang cukup besar sebagai penunjang terhadap kegiatan perusahaan bahkan dapat dikatakan bahwa sistem produksi produksi yang tepat akan memberikan dampak positif perkembangan serta kemajuan perusahaan sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dan setiap perusahaan adalah untuk merupakan produk guna dipasarkan kepada konsumen dengan sasaran laba yang semaksimal mungkin Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, maka masalah produksi dapat dikatakan masalah utama di dalam perusahaan industri yang hendaknya diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan sebab kegagalan di dalam memproduksi bahan baku menjadi produk jadi akan mengakibatkan perusahaan tidak memperoleh sejumlah dana untuk membiayai operasinya sehingga menghambat masalah pemasaran pembelanjaan di dalam perusahaan yang bersangkutan dan selanjutnya masalah personil di dalam perusahaan.                                                            
    Untuk menunjang pelaksanaan produksi dalam suatu perusahaan sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup, maka diperlukan biaya produksi, mana merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelolah bahan baku menjadi prodduk. Salah satu biaya yang menjadi titik pokok dalam pembahasan adalah biaya overhead pokok pabrik yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003 : 12) yaitu semua produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overad pabrik terdiri dari bahan penolong biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya.
    Definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya produksi tak langsung lainnya.
    Selanjutnya, menurut Mas'ud Machfoedz (1999: 31) yang memberikan pengertian biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang digunakan untuk membuat suatu barang jadi selain bahan dasar langsung dan upah tenaga kerja langsung. Dalam artian ini biaya overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
2.  Deprtemen Pembantu

     Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja karena pengolahan bahan baku menjadi produk biasanya hanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik tidak hanya terdiri dari di Departemen produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja, tetapi juga meliputi semua biaya yang terjadi di separtemen-departemen pembantu.
     Dalam rangka penentuan tarif, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi. 

E.  Metode-Metode Alokasi Biaya Overhead Pabrik
      Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adaha mengalokasikan baya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan bahan baku menjadi produk yang biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi dalam departemen-departemen produksi saja, maka dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, baya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
      Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1.  Metode alokasi langsung (direct alokasi method)
2.  Metode alokasi bertahap (step method) yang terdiri dari :
       3.  Metode alokasi kontinyu
       4.  Metode aljabar
Ad 1 Metode alokasi langsung
         Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen-departemen pembantu yang memakai jasa departemen pemantu lainnya.
Ad 2 Metode alokasi bertahap
         Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead pabrik didua departemen tersebut dialokasikan ke dapartemen produksi.
3     Metode alokasi kontinyu
Dalam metode ini biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.
   b.  Metode aljabar

             Ketidak lengkapan dalam hal pembagian timbul dalam menggunakan metode bertahap karena pendistribusian yang berturut sehingga departeemen yang ditutup terlebih dahulu tidak menerima pembagian biaya dari departemen yang ditutup kemudian.