Powered By Blogger

Selasa, 12 Februari 2013

Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas


      Untuk menyusun pedoman tentang system dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu diadakan analisa tentang fungsi pengeluaran kas tersebut. Dalam hal ini Ruckiyat Kosasi, Auditing, Prinsip Accounting (2003 : 102) menjelaskan sebagai berikut :
1.      Pengeluaran kas harus diperinci agar dapat disusun suatu ichtisar laoran dan pencatatan, ke dalam jurnal pengeluaran kas.
2.      Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat berasal dari voucher register, jurnal pembelian (buku pembelian), atau dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur jurnal ataukah catatan harian. Buku jurnal atau pencatatan pengeluaran kas dapat sebagai control chek terhadap buku-buku tersebut di atas. 
3.      Sebgian besar pos-pos debt sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utamh dan biaya, tetapi juga berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca serta rugi laba. Cacatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting pos debet.
Untuk menjamin kebenaran pengeluaran kas, diperlukan adanya pembuktian yang cukup. Zaki Baridwan dalam bukunya Akuntansi Keuangan (2003 : 116) menyatakan bahwa fungsi bagian pengeluaran uang adalah :
a.    Memeriksa bukti-bukti pendukung faktur pembelian atau voucehernya untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut sudah cocok dan perhitungan benar serta disetujui oleh orang-orang yang berwenang.
b.    Mendatangani check
c.    Mengecap lunas pada bukti-bukti pendukung pengeluaran kas atau melubangi pada perforator.
d.    Mencatat chek ke dalam daftarnya (cek register)
e.    Menyerahkan chek kepada kreditur (orang yang dibayar).  
       Suatu system yang efektif mengenai pengeluaran kas sangat penting sehingga tidak kalah pentingnya dengan system yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena itulah pengurus dan pimpinan perusahaan harus mengirimkan surat kepada bank dengan menjelaskan mengenai siapa yang berwenang untuk mendatangani chke. Semua pembayaran/ pengeluaran kas, dilakukan dengan chek atas nama perusahaan atau chek voucher, yaitu merupakan suatu formulir yang dikirimkan kepada kreditur sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan chkenya.
      Setelah itu tembusan merupakan cacatan hutang yang menunjukkan suatu persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara otomatis. Oleh karena pendatanganan chek yag cukup banyak ini memerlukan suatu ketelitian dan keamanan, maka mereka yang mendatangani chek harus mempertanggungjawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak mengerti sepenuhnya.
      Zaki Baridwan, Akuntansi Keuangan, (2003 : 117) menyatakan bahwa meskipun system pengendalian intern dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam system pengendalian intern yang harus diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Sebelum faktur pembelian disetujui untuk dibayar, harus dilakukan pemeriksaan perhitungan-perhitungannya dalam faktur-faktur dan dokumen.
2.  Dalam hal adanya transaksi retur pembelian, maka jumlahnya harus dapat ditentukan untuk dapat mengurangi hutang yang akan dibayar.        
3. Semua hutang dibayar dalam periode potongan sehingga diperoleh potongan pembelian.
4.  Jumlah saldo-saldo dalam buku pembantu hutang harus cocok dengan besarnya saldo rekening kontrolnya dan dengan surat pernyataan piutang dari penjual (kreditur).
5. Semua pengeluaran uang harus dengan chek kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil.
6.    Pembentukan dana kas kecil dengan impers system.
7.   Penandatanganan chek harus dipisahkan dari orang yang memegang buku chek.
8. Petugas yang mendatangani chek dibedakan dari petugas yang menyetujui pengeluaran kas dan sedapat mungkin keduanya harus menyerahkan uang jaminan.
9.  Harus ada pertanggungjawaban dari pemegang buku chek tentang normo-nomor  chek yang digunakan, serta yang dibatalkan.
10. Tanggung jawab penerimaan uang harus dipisahkan dari tanggung jawab atas pengeluaran kas, di mana prinsip ini tidak berlaku lembaga keuangan seperti bank.
11. Petugas mengeluarkan uang harus dipisahkan dari petugas yang mengerjakan pembukuan kas.
12. Rekonsiliasi laporan dari bank dilakukan oleh petugas yang tidak mendatangani chek, atau menyetujui pengeluaran.
13. Persetujuan mengeluarkan uang harus didukung dengan faktur dari penjual yang sudah disetujui serta dokumen-dokumen pendukung lainnya.
14. Chek untuk mengisian kas kecil dan gaji pegawai harus dibuat atas nama penerima.
15. Sesudah dibayar, semua dkumen pendukung harus di cap lunas atau  dilubang agar tidak digunakan lagi.
16.  Dilakukan cuti berkala untuk petugas-petugas pengeluaran uang kas.
17. Transfer uang antara bank harus dengan izin khusus dan dibuatkan rekening perantara (performance).
      Dari uraian di atas, prosedur merupakan pembayaran dalam jumlah cukup besar  yang dilakukan dengan uang tunai atau chek. Dengan demikian perlu pula diperkirakan pembayaran dalam jumlah kecil yang dilakukan dengan kontan dan bukan dengan chke, seperti untuk pembelian perangko, materai dan sebagainya. Untuk kebutuhan inilah perlu diselenggarakan pembentukan dana kas kecil. Agar dana ini dapat diawasi, maka pengelolanya sebaiknya menggunakan dua bentuk metode yang pemiliknya tergantung kepada perusahaan bersangkutan yang mana harus digunakan.
      Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada dua metode yang lazim digunakan yaitu :
1      Metode Imperst
Metode imperst yaitu metode yang menentukan jumlah kas kecil yang selalu kostan dan tidak berubah. Biasanya kas kecil diisi ( dari kas besar) sejumlah uang tertentu untuk keperluan pembayaran-pembayaran selama jangka waktu tertentu, mislnya untuk satu minggu, dua minggu, dan seterusnya.
Pada saat pembentukan kas kecil, maka dibuat jurnal sebagai   berikut :
                              Kas kecil                    Rp. xxxx
                                      Kas                                        Rp. xxxx
Bilamana sisa saldo uang dalam kas kecil sudah hamper habis atau jika pada saat pengisian kembali dana kas kecil sudah tiba, kuitansi (bukti) pembayaran tersebut dikeluarkan dengan uang kepada pemegang kas besar. Jurnal pengisian kembali dana kas kecil pada metode imprst adalah sebagai berikut :
                             Biaya-biaya               Rp. xxxx
                                        Kas                                          Rp. xxxx       
2     Metode fluktuasi
Metode fluktuasi yaitu metode yang menentukan kas kecil dalam jumlah yang selalu konstan, melainkan memberikan kemungkinan untuk berubah-ubah (berfluktuasi). Oleh sebab itu, biasanya pengisian uang dari kas besar ke kas kecil tidak dikaitkan dengan jangka waktu tertentu. Pada waktu pemebentukan kas kecil dibuat jurnal sebagai berikut :  
                            Kas kecil                     Rp. xxxx
                                        Kas                                 Rp. Xxxx
Sewaktu-waktu dana habis pada kas kecil menggunakan tersebut untuk pembayaran yang menjadi wewenangnya, harus dibuat jurnal, sebagai berikut :
                       Biaya-biaya                     Rp. xxxx
                                        Kas kecil                         Rp. xxxx       
Bilaman sisa uang dalam kas kecil sudah hampir habis, kasir pemegang kas  kecil dapat menerima dropping tambahan kepada kas besar. Jumlah dropping tersebut tidak selamanya sama dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan melalui kas kecil.       

Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas


Di dalam suatu perusahaan prosedur penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi penerimaan uang tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi prinsip-prinsip internal control.
      Ruchiyat Kosasi, Auditing Prinsip Accounting (2001 : 35) mengatakan bahwa diantara bagian-bagian yang terlibat di dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian pemeriksaan interen
      Bagian surat masuk bertugas menerima semua surat-surat yang diterima perusahaan. Surat yang berisi pelunasan piutang  harus  dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap hari bagian surat membuat daftar penerimaan uang harian,  mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara jumlah dalam chek dengan jumlah dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian surat masuk.Setelah daftar penerimaan uang harian selesai dikerjakan oleh bagian surat masuk, maka  daftar tersebut didistribusi oleh kepala bagian yang  bersangkutan, satu lembar bersama-sama dengan chek di serahkan kepada kasir.
      Dari Satu lembar bersama dengan remitttance advice diserahkan kepada seksi piutang. Jika dalam surat yang diterima oleh bagian surat masuk terdapat remittance sesudah diterima, amplop dari langganan dapat digunakan sebagai remittance sesudah ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop tersebut.
      Kasir bertugas menerima uang yang berasal dari bahan surat masuk pembayaran langsung dari penjualan oleh salesman. Kasir membuat surat setoran kebank dan menyetorkan semua uang yang diterimanya.
      Agar penerimaan uang ini dapat diawasi dengan baik,  maka satu lembar bukti sebagai setoran dari bank langsung dikirm ke bagian akuntansi. Bukti setoran yang diterima di bagian akuntansi dicocokkan dengan daftar penerimaan uang yang dibuat oleh bagian surat masuk dan oleh kasir. Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh kasir dapat dilakukan dengan dibuatnya bukti kas masuk yang di  beri nomor urut yang dicetak
      Sumber  dan  bentuk  penerimaan   uang  menurut  Zaki Baridwan       (2003 ; 199), sebagai berikut penerimaan uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber yang sering terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula sumber penerimaan yang jarang terjadi, seperti penjualan aktiva tetap.
      Selain sumber-sumber tersebut, penerimaan-penerimaan uang bisa juga berasal dari adanya pinjaman baik dari bank maupun dari pinjaman wesel. Apabila terjadi setoran model baru, maka ini juga merupakan sumber penerimaan kas.
      Formulir-formulir yang digunakan dalam prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan, Akuntansi Keuangan (2003 : 100) adalah sebagai berikut
1.  Dokumen (bukti) asli  pendukung setiap  penerimaan uang yang terdiri dari :
    -  Pemberitahuan tentang pelunasan dari para langganan (remittance advice) atau amplop.
    -  Bukti penerimaan uang yang diberi nomor urut yang  di cetak dan dibuat oleh kasir untuk penerimaan uang   langsung.
    -   Pita daftar penjualan tunai
    -   Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar penjualan salesman.
    -   Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman, penagihan oleh bank.
2. Data  harian  yang  menunjukkan  kumpulan ataukah  ringkasan  penerimaan kas yang terdiri dari :
    -    Bukti setoran ke bank                                                        
    - Daftar penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir)  dan daftar penerimaan kas harian (yang dibuat oleh bagian surat masuk).
    -   Ringkasan cash register
    -   Proof tapes
3.  Buku jurnal (book of original entry)                                                        
    - Jurnal penerimaan uang (terperinci)
    - Kombinasi proof shhet dengan jurnal penerimaan uang.
4.   Buku pembantu piutang dan buku besar
Uang tunai/ kas adalah barang yang mudah menjadi sasaran pencurian dan penyelewengan, karena uang itu mudah dibawa, maka mudah disimpang dan mudah digunakan untuk mengadakan transaksi. Oleh karena itulah pengawasan yang baik sangat diperlukan, sejak saat diterimannya sampai dimaksudkan  ke dalam basi peti atau ( brankas ), atau langsung disimpang kebank agar uang tersebut dapat terhindar dari beberapa bahaya (resiko) yang bisa melanda perusahaan.
      Untuk bisa menyusun suatu manual atau pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu harus diadakan analisa tentang fungsi daripada pengeluaran  kas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Ruchiyat Kosasi, Auditing, Prinsip Accounting, (2001 :102) mengemukakan, sebagai berikut :
1. Pengeluaran  kas  harus  diperinci  agar  dapat  disusun suatu ikhtisar laporan   dan pencatatan, dari kedalam jurnal pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat berasal dari "voucher  register", jurnal  pembelian (buku pembelian),  atau dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur jurnal ataukah catatan harian. Jadi buku jurnal atau pencatatan  pengeluaran kas dipakai sebagai kontrol chek   terhadap buku-buku tersebut di atas.                                                        
3. Sebagian  besar pos-pos debet sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang dan biaya tetapi juga bisa berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca serta rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting ke pos debet. Suatu sistem  efektif mengenai  pengeluaran kas  hal sangatlah penting sehingga tidak kalah pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena pengurus dan pimpinan suatu perusahaan harus  mengirim surat dan dapat  menjelaskan  mengenai  siapa yang berwewenang untuk menandatangani chek. Semua pembayaran/ pengeluaran kas, sebaiknya dilakukan dengan chek atau nama perusahaan ataukah chek voucher, merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan cheknya, tembusannya merupakan catatan utang yang menunjukkan suatu persetujuan  pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara otonomi. Oleh karena penandatanganan chek-chek yang cukup banyak ini yang memerlukan suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang menandatangani chek harus mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak dimengerti sepenuhnya.  Meskipun sistem pengendalian interen tidak dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam hal ini perlu adanya pedoman dalam pembukuan.
      Sistem dan  pembukuan dalam pengendalian interen yang  perlu diperhatikan, sebagai berikut :                                                      
1. Sebelum faktor pembelian disetujui untuk dibayar, harus dilakukan pemeriksaan perhitungan-perhitungannya dalam faktur dan dokumen-dokumen pendukungnya.
2   Dalam  hal  adanya  retur pembelian, maka jumlahnya harus dapat ditentukan untuk mengurangi hutang yang akan dibayar.
3.  Semua hutang dibayar dalam periode potongan sehingga diperoleh potongan pembelian.
4.  Jumlah saldo dalam buku pembantu hutang harus cocok dengan besarnya saldo rekening kontrolnya dan dengan surat pernyataan piutang dari penjual (kreditur).
5. Semua pengeluaran uang harus dengan chek kecuali untuk pengeluaran dari kas kecil.
6.   Pembentukan dana kas kecil dengan inpers sistem.
7.  Penandatanganan chek harus dipisahkan dari orang yang memegang buku chek.
8. Petugas yang menandatangani chek dibedakan dari petugas yang menyetujui pengeluaran kas dan sedapat mungkin ke-  duanya harus menyarankan uang jaminan.
9.  Harus ada pertanggung jawaban dari pemegang buku chek tentang nomor-nomor chek yang digunakan, serta yang di-   batalkan.
10. Tanggung  jawab  penerimaan  uang harus dipisahkan dari tanggung jawab atas pengeluaran kas, dimana prinsip ini  tidak  berlaku untuk lembaga-lembaga keuangan seperti bank.                                                        
11. Petugas  pengeluaran uang harus dipisahkan dari petugas    
yang mengerjakan pembukuan kas.
12. Rekonsiliasi dibuat laporan  dilakukan  oleh  petugas  yang  tidak menandatangani chek, atau menyetujui pengeluaran.
13. Persetujuan pengeluaran uang harus didukung dengan faktur dari penjual yang sudah disetujui serta dokumen-dokumen pendukung lainnya.
14. Chek untuk pengisian kas kecil dan gaji pegawai harus dibuat atas nama penerima.
15. Sesudah dibayar, semua dokumen pendukung harus di cap lunas atau dilubang agar tidak digunakan lagi.
16.   Dilakukan cuti berkala untuk petugas-petugas pengeluaran uang kas.
17. Transfer uang antara bank harus dengan izin khusus dan dibuat rekening perantara.  

Pengertian Kas


Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam suatu instansi pemerintah. Dalam hal ini instansi tersebut perlu menyusun anggaran kas.
      Untuk lebih jelasnya oleh Bambang Riyanto, (2004 : 19) menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.
      Kalau Syafaruddin, Pembelanjaan Persahaan (1998 : 27) memberikan batas tertentu tentang penggunaan dana yaitu pengertian anggaran kas atau cash forecast (ramalan kas), adalah kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan bagian dari financial planning perusahaan.
      Periode anggaran kas umumnya disusun untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti bulanan, kuartalan dan enam bulan, untuk menyusun anggaran kas yaitu dalam mingguan atau bulanan. Sedangkan perusahaan yang mempunyai pola cash flow relatif dapat menyusun anggaran kas dalam kuartalan atau tahunan. Namun demikian jarang sekali anggaran kas disusun untuk lebih dari waktu satu tahun. Walaupun dengan interval bulanan.
      Karena sukar untuk menjamin validitasi ramalan baik ramalan penerimaan kas namun ramalan pengeluaran kas. Apabila jika dihadapkan dengan situasi ekonomi yang kurang stabil. Pada tingkat inflasi yang tinggi misalnya, anggaran kas lebih baik disusun dalam interval yang lebih pendek yaitu dalam bulanan.                                                                                                                                                                     
      Masukan kunci dari anggaran kas adalah ramalan penjualan atas sales forecash yang diberikan oleh bagian penjualan. berdasaekan ramalan tersebut, manajer financial dapat mengestimasikan cash flow bulanan yang dihasilkan dari produksi penerimaan baik penerimaan dari penjualan tunai maupun dari penjualan kredit dan pengeluaran. 

Proses Aliran Dana


      Implementasi penerimaan kas (uang) yang ada pada perusahaan atau bank (kas)  yang setiap saat dibutuhkan dalam perputarannya, sehingga dana yang dalam kas dalam membiayai kegiatan operasional, tidak hanya penyajiannya dalam laporan neraca dan laporan rugi laba, melainkan juga dalam hal penyelenggaraan pencatatan selama periode akuntansi yang sedang berjalan.
       Harnanto, Pokok-Pokok Intermediate Accounting, (2000 : 21) menyatakan bahwa dalam penyajian laporan keuangan perusahaan harus menampakkan lebih jelas terhadap dana yang pada aktiva lancar. Berdasarkan hal tersebut untuk menampung atau mengakomodasi transaksi-transaksi yang berhubungan dengan kas dalam perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan menyelenggarakan rekening-rekening pembukuan, yang terdiri dari :
1.     Kas yaitu digunakan untuk menampung transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran kas melalui kasir perusahaan, termasuk penerimaan dan pengeluaran secara tunai melalui bank.
2.    Kas kecil yaitu merupakan sejumlah dana (uang) yang dibentuk atau dipersiapkan khusus untuk kepentingan tertentu termasuk pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin dan relatif kecil.
3.    Selisih kas, yaitu digunakan untuk menampung perbedaan jumlah fisik kas (yang ada dalam perusahaan) menurut hasil kas opname dengan jumlah kas menurut catatan pembukuan sementara sebelum penyebab terjadinya perbedaan itu dapat diketahui.         
      Pada dasarnya setiap penanaman investasi mengandung dua macam aliran kas. Bambang Riyanto (2004 : 98) aliran kas terdiri dari :
1. Aliran kas keluar netto ( net out flow cash ) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru.
2. Aliran kas  masuk  netto  tahunan (net anual inflow of cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru yang ini sering pula disebut net cash proceceeds atau cukup dengan istilah proceeds.
      Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa yang dianggap sebagai aliran kas keluar adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi, sedangkan aliran kas masuk secara netto tahunan adalah hasil dari investasi yang ditanamkan.
      Ada perbedaan pengertian antara cash flow atau proceeds dengan laba yang dilaporkan dari laporan keuangan. Laporan  keuangan  akan  menujukkan  data tentang laba yang belum tentu menunjukkan kas perusahaan, karena ada pos yang dianggap pengeluaran menurut laporam rugi laba sementara itu konsep cash flow menganggap bukan pengeluaran. Pos yang dianggap pengeluaran menurut laporan rugi laba adalah depresiasi. Oleh karena itu pada konsep cash flow dapatlah dihitung proceeds atau cash flow dengan menggunakan rumus (Subajah E. 2000 : 32), yaitu :
1.  Kas masuk bersih = laba  setelah  pajak  +  penyusutan :
     Kalau kita menganggap bahwa proyek tersebut dibelanjai dengan modal sendiri seluruhnya.
2. Kas  masuk  bersih = laba  setelah  pajak + penyusutan + bunga           ( 1 - Tax ) : kalau proyek tersebut dibelanjai sebagian dengan modal pinjaman.

Pengertian Dana


Indriyo, Prinsip Anggaran dan Pembelanjaan Perusahaan, (1997:27) mengatakan bahwa dana adalah merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar.
      Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 49) mengemukakan bahwa dana dengan adanya tiga konsep yaitu :
1.    Konsep Kwantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kwantitas dari pada dana yang tertanam dalam keseluruhan unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dana yang dimaksud adalah modal kerja bruto, yaitu keseluruhan dari pada aktiva lancar.
2.    Konsep Kwalitatif
Konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasinya.
Dana yang dimaksud adalah modal kerja netto yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya.
3.    Konsep Fungsional
Konsep ini berdasarkan fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan dalam perusahaan adalah dimaksud untuk menghasilkan laba.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 175) membedakan jenis-jenis dana yaitu  dana asing atau hutang adalah dana yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnyasementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan dan tersebut merupakan “hutang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali.
Dana asing atau hutang dibagi atas tiga golongan yaitu :
1.    Dana asing atau hutang jangka pendek (short term debt), yaitu jangka waktunya pendek, kurang dalam satu tahun terdiri dari:
-    Kredit rekening koran
-    Kredit dari penjual
-    Kredit dari pembeli dan
-    Wesel.
2.    Dana asing atau hutang jangka menengah (intermediate term debt), yaitu hutang jangka waktunya atau umurnya lebih dari satu tahun.
3.    Dana asing atau hutang jangka panjang (long term debt) umumnya lebih dari sepuluh tahun terdiri dari:
-    Pinjaman obligasi
-    Pinjaman hipotik.
4.     Dana sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik (dari dalam) perusahaan atau sumber intern yang ternama untuk waktu yang tidak tertentu lamanya, berupa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dan dana sendiri yang berasal dari luar perusahaan atau sumber extern yaitu dana yang berasal dari pemilik perusahaan terdiri dari:
a. Dana saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan Bentoel saham tersebut dapat berupa saham biasa (commond stock), saham preferren stock) dan saham preferren kumulatif (commulative preferren stock).
b. Cadangan yang dimaksud adalah merupakan cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang didapat oleh perusahaan selama beberapa periode yang telah lalu atau dari tahun sedang berjalan antara lain: cadangan espansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan umum.
c.   Keuntungan atau laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang mana sebagian dibayar sebagai devident dan sebagian ditahan oleh perusahaan, akan tetapi apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan.

Implementasi Rasio Financial Terhadap Kinerja Keuangan


Analisa ratio financial penilaian terhadap kinerja keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Tujuan  untuk menemukan kelemahan-kelemahan di dalam kinerja   keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah masa yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan-kekuatan  perusahaan yang dapat diandalkan. Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan suatu perusahaan dapat ditujuan terhadap penilaian likuiditas perusahaan atau penilaia penyelenggarakan-penyelenggaraan perusahaan di masa lalu. Analisa rasio finacial juga berasal dari luar perusahaan sebagian usaha untuk menentukan keandalan kredibilitas perusahaan atau potensi industri. Dari manapun analisa berasal alat yang digunakan pada dasarnya sama.
      Rasio finansial merupakan alat utama dalam analisa keuangan, karena dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
     Dalam implementasi analisa rasio finansial terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua cara perbandingan yang akan dipergunakan perusahaan. Menurut apa yang dijelaskan oleh Van Horne dan Wachowichz, Manajemen Keuangan Perusahaan, (2002, 133) tentang kedua cara perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1.   Perbandingan internal
Analisa dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi kewajiban lancar untuk tahun sekarang dapat di bandingkan rasio lancar tahun sebelumnya.
Jika rasio finansial diurutkan dalam beberapa periode tahun, analisa dapat mempelajari  komposisi  perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau menurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
 2.   Perbandingan  eksternal dan sumber-sumber rasio industri
Metode  perbandingan yang kedua  melibatkan  perbandingan rasio satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan  sejenis atau dengan rata-rata industri titik waktu yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan. Rasio ini juga membantu dalam mengidentifi kasikan penyimpangan dari rata-rata standar industri.
Dengan perbandingan internal, perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan perubahan yang terjadi selama beberapa periode tahun buku yang akan dianalisis. Sedangkan melalui perbandingan eksternal perusahaan dapat melihat kekuatan persaingan (competition power) yang ada pada perusahaannya, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio finansial internal perusahaan dengan suatu standar atau norma indutri. Akan tetapi industri yang dimaksudkan adalah rasio - rasio finansial yang di terbitkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan sebagai standar atau ukuran atau ukuran yang dapat dibandingkan dengan rasio finansial suatu perusahaan.  
       Pendapat lain dari Cahyono, Analisa Kinerja Keuangan, (2000, 392) juga membagi metode-metode penganalisaan rasio-rasio finansial menjadi 2 (dua) perbandingan, yaitu :
1.  Membandingkan  rasio  sekarang ( present  ratio )  dengan ratio-ratio  kita dari  waktu-waktu  yang  lalu  ( ratio historis) dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current rasio, tahun 1997 dibandingkan dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan- perubahan dari rasio tersebut dari tahun ketahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan. 
2.   Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama.                                                      
     Dengan membandingkan rasio  perusahaan dengan rasio industri, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak dibawah rata-rata (below average).
      Jadi ada 2 (dua) metode perbandingan yang digunakan perusahaan untuk menganalisa rasio finansial oleh Amin Tunggal, Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan, (2002, 125) yaitu analisa internal dan eksternal. Perbandingan internal, yaitu rasio-rasio internal yang dibandingkan antara rasio-rasio (rasio historis) yang lalu dengan rasio sekarang (present ratio). Perbandingan eksternal  yaitu  rasio-rasio yang  sengaja dikeluarkan oleh lemaga-lembaga keuangan atau badan-badan keuangan untuk dijadikan standar bagi perusahaan - perusahaan dalam  menganalisa rasio-rasio finansialnya.
      Dengan demikian, perbandingan internal dan eksternal merupakan indikator perusahaan dalam menyusun rasio finansial Manajer keuangan dapat mengambil salah satu indikator dari keduanya. Indikator ini untuk menjawab kondisi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat mengambil kebijaksanaan strategis tentang pembelanjaan perusahaan di masa yang akan datang. Di Amerika Serikat perbandingan rasio perusahaan dengan rasio industri sudah sangat luas penggunaannya karena di negara tersebut ada beberapa badan atau bank yang menyusun rasio-rasio industri antara lain "DUN and Bradstreef dan Robert Morris Associates ( RMA )" (Anonim  2002,  214). Di Indonesia jika perusahaan hendak mengadakan analisa rasio, mungkin pada saat ini hanya dapat mengadakan analisa rasio internal belum adanya lembaga atau badan yang menyusun rasio industri.

Penentuan Besarnya Modal Kerja


     Untuk mengukur prestasi perusahaan atau tingkat kemampuan, maka analisa memperoleh laba merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setipa perusahaan menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan sampai sejauhmana hasil yang dan bunga dengan harta.Analisa resiko dalam memperoleh laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana, mengenai hasil akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu, selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk pengertian yang lebih jelasnya beberapa batasan yang diberikan oleh penulis berikut ini, seperti Bambang Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan  (2004, 27) mengatakan bahwa keuntungan perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau model yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain keuntungan diperoleh yang adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu.                                                                                                                                                                
      Bagi batasan tersebut untuk memperoleh dari laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan.
      Selanjutnya, Edwan Dukar Analisa Laporan Keuangan, (2000, 68) mengemukakan bahwa profitabilitas diukur dengan keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden yang dapat  menguntungkan sementara ada yang bersamaan maju untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap.
      Penulis lain yaitu D. Hartanto Akuntansi Manajemen, (1999, 46) mengemukakan bahwa keuntungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa periode yang berurutan akan dapat dilihat kecenderungan harga pokok penjualan dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut.
    Secara  garis  besarnya  untuk  memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua bagian,   yaitu :
     Keuntungan  secara  ekonomi  (return  on  total accers) yang sering juga disebut dengan istilah Earning Power adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruh an modal.
     Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah laba  operasi dan modal adalah modal operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas S. Munawir (2003, 13) mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada opeasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operaso perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (Net Operating Assets).
       Analisa profit margin tersebut dimaksud untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai volumepenjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Sedangkan operating Assets Turn Over untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat tercermin dari kecepatan operating assets turn over.
     Suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sejauhmana perusahaan mengelola usahanya agar dapat menghasilkan laba maksimal mungkin sedangkan laba itu sangat dipengaruhi oleh sebagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume penjualan tertentu dengan biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin perusahaan.
     Untuk menaikkan profit margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh dapat ditempuh :                                                         
   - Menaikkan  Net Sales yang lebih besar dari ke naikkan operating expenses.
   -  Mempertahankan Net Sales dengan menekan operating expenses. 
   - Mengusahakan  penurunan  Net  Sales dengan harapan terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar.
       Salah satu alternatif lain dalam menaikkan keunagnan sebagai berikut :
1.     Menaikkan net sales yang lebih besar dari kenaikan  operating expenses.
2.     Mempertahankan net sales dengan menekan  operating expenses.
3.     Mengusahakan  penurunan net  sales dengan  harapan terjadi  penurunan  operating  expenses yang lebih besar.
      Selain masalah efisiensi tersebut suatu kenyataan bahwa setiap perusahaan senantiasa memperhatikan masalah perputaran modalnya, di mana perputaran modal yang cepat menunjukkan kemajuan perusahaannya.
    Keuntungan  modal  sendiri ( return  on  net  worth )                                                     
Return on net worth tersebut menyangkut bagaimana tingkat kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini Return on worth tersebut yang dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khusus modal sendiri. Adapun batasan oleh Bambang Riyanto (2004, 37) mengatakan bahwa laba modal  sendiri juga dikenakan laba yang tersedia bagi para pemilih modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut    dipabrik lain.
       Besar kecilnya kebutuhan akan modal kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar. Menurut Bambang Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan  (2004, 12), hal itu ditentukan oleh  dua faktor yaitu :
1.  Pengeluaran kas rata-rata setiap hari.

           2. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja.  
Ad 1 Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
  Kas adalah merupakan alat yang  mempunyai  penggunaan yang tinggi karena dengan tersedianya kas, maka akan membiayai  kewajiban-kewajiban, setiap harinya seperti untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah buruh  dan apa saja yang  dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
  Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan  kas yang tinggi. Karena dengan demikian berarti hanya mengutamakan kepentingan faktor likuiditas, tetapi akan menekan rentabilitas perusahaan di lain pihak ada keharusahn  untuk menahan jumlah  minimal pada kas supaya perubahan  dapat  memenuhi  kewajiban-kewajibannya dengan baik.  Persediaan minimal  adalah apa yang disebut dengan persediaan bersih kas.
  Adapun  persediaan  bersih kas itu dapat dihasilkan untuk memperoleh  keuntungan,  besarnya  persediaan  bersih kas tergantung pada :
a.  Sifat  transaksi  komersial  dan  keuangan, sifat pada  transaksi  dalam  arti bagaimana pembelian bahan dan penjualan  hasil  akhir dilakukan, misalnya dengan tunai atau  kredit. Bila transaksi dilakukan dengan  tunai,  maka  tidak  perlu persediaan kas yang tinggi.                                                      
Begitupula  dengan  sering  tidaknya transksi keuangan (penerimaan/ pembayaran)  akan  berpengaruh  terhadap bersihnya kas.
b.   Selisih antara penerimaan dan pengeluaran
Besar  kecilnya  selisih  antara penerimaan dan jumlah pengeluaran kas dalam satu periode tertentu, untuk menentukan pula suatu tingkat persediaa bersih kas.
Disamping  itu, penerimaan  dan pengeluaran yang dapat diramalkan  atau diduga terlebih dahulu. Misalnya: ada pemogokan,  kegagalan dan penjualan produksi dan lain-lainnya.
Apabila telah dapat ditentukan besarnya persediaan bersih kas, maka diatur penerimaan dan pengeluaran kontinutas dapat terjamin dengan tidak menurunkan likuiditas di atas, maupun rentabilitas untuk dapat mengatur penerimaan dan pengeluaran alat dengan baik dan efisiensi perlu dibuat cash budget.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusu­nan cash budget oleh Djahidin, Analisa Laporan Keuangan, (2003,  114) adalah :
- Jumlah penerimaan  selama  periode  tertentu, misalnya dalam satu bulan, pada umumnya penerimaan hal ini berasal dari :
1.   Penjualan tunai                                                      
2.   Debitur yang membayar hutang-hutangnya.
3.   Sumber-sumber lain misalnya penjualan aktiva tetap
4.  Jumlah kas yang ada permulaan periode                                                     
5. Jumlah  pengeluaran-pengeluaran  selama  periode  tertentu  seperti :
6.  Pembelian bahan/bahan lain secara tunai.
7.  Pembayaran hutang perniagaan dan hutang lain.
8.  Adanya Surplus atau defisit
      Dalam pengertian  ini adalah termasuk simpanan dalam bank yang setiap hari atau setiap saat dapat dipergunakan  untuk  menguasai  atau memilih barang atau jasa yang  diinginkan oleh konsumen, sehingga dalam keadaan ini  istilah  surplus  atau  defisit  pada  perusahaan tergantung dari pengelolah.                                                     
      Periode perputaran dan terikatnya modal kerja. Dalam pengertian periode perputaran yang relatif  singkat,  karena perputaran dari piutang ke kas hanya memerlukan  satu tingkat saja. Adanya piutang dagang, terutama dimaksudkan sebagai salah satu alat untuk memperbesar  volume  penjualan. Untuk mengukur periode perputaran dari piutang oleh Djarwanto, Popok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, (2001, 29) dilihat dan dihitung dengan rumus :
Penjualan Kredit
                   Perputaran piutang = 
Piutang rata-rata

       Makin tinggi tingkat perputarannya berarti bahwa modal  yang ditanamkan dalam piutang tersebut makin banyak berputar dalam satu periode. Pada transaksi penjualan dengan kredit tertentu, berarti makin tinggi turnover, juga akan berarti bahwa modal yang ditanamkan dalam piutang adalah sedikit. Disamping itu perusahaan harus menahan sejumlah piutang sebagai kredit penjualan untuk dapat memelihara transaksi normalnya yang merupakan inti dari permanent kebutuhan modal, piutang yang ditanam dalam piutang.
Faktor-faktor yang  harus  diperhatikan dalam menentukan besarnya piutang bersih, (Djarwanto 2001,  89) yaitu :
-   Syarat pembayaran dari penjualan kredit
Biasanya dinyatakan dalam term 2/10 n/30, artinya pembayaran dinyatakan dalam waktu 10 hari sesudah penyerahan  barang si pembeli mendapatkan potongan 2% hari sesudah penyerahan barang.                                                                                                        
- Kebiasaan para  langganan  dalam  pembayaran. menurut pengalaman banyak yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan cash discount, maka    persediaan bersih piutang di atas waktu untuk     mendapatkan cash discount.
-  Sifat dan kesediaan  para pelanggan dalam membayar hutangnya, sebab sering terjadi langganan yang mampu, tetapi segan memenuhi kewajibannya.