Dalam
kehidupan suatu organisasi ada beberapa asumsi tentang perilaku manusia sebagai
sumber daya manusia, yang mendasari pentingnya penilaian prestasi kerja.
Asumsi-asumsi dalam kehidupan
organisasi, sebagai berikut :
1. Setiap orang ingin memiliki peluang untuk mengembangkan
kemampuan kerjanya sampai tingkat yang maksimal.
2. Setiap orang ingin
mendapat penghargaan apabila ia dinilai melaksanakan tugas dengan baik.
3. Setiap orang ingin
mengetahui secara pasti tangga karier yang dinaikinya apabila dpat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
4. Setiap orang ingin
mendapat perlakuan yang objektif dan penilaian dasar prestasi kerjanya.
5. Setiap orang
bersedia menerima tanggung jawab yang lebih besar.
6. Setiap orang pada
umumnya tidak hanya melakukan kegiatan yang sifatnya rutin tanpa informasi.
Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja adalah
penting dalam suatu organisasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan
manajer dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kegiatan mereka.
Secara rinci manfaat penilaian prestasi
kerja dalam suatu organisasi antara lain :
1. Peningkatan prestasi kerja, dengan adanya penilaian, baik
manajer maupun karyawan memperoleh umpan balik, dan mereka dapat memperbaiki
pekerjaan mereka.
2. Kesempatan kerja yang adil, dengan adanya penilaian kerja
yang akurat menjamin setiap karyawan akan memperoleh kesempatan untuk menempati
posisi pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
3. Kebutuhan-kebutuhan pelatihan pengembangan, maka
dengan meningkatkan kinerja melalui
penilaian prestasi kerja akan dideteksi karyawan-karyawan yang tingkat
kemampuannya rendah, dan kemudian memungkinkan adanya program pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
4. Penyesuaian kompensasi, adalah salah satu tujuan utama
dalam meningkatkan prestasi kerja, maka penilaian perstasi kerja dapat membantu
para manajer untuk mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian
kompensasi, gaji, bonus dan sebagainya.
5. Hasil penilaian prestasi kerja terhadap karyawan dapat
dilakukan untuk mengambil keputusan untuk mempromosikan karyawan yang
berprestasi baik, dan demosi untuk karyawan yang berprestasi jelek.
6. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan, biasa pekerjaan
yang diberikan tidak diarahkan sehingga hasil penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk menilai menilai desain
kerja. Artinya penilaian prestasi kerja ini dapat membantu mendiagnosis
kesalahan-kesalahan desain kerja.
7. Penyimpangan-penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi,
untuk menilai prestasi kerja dapat digunakan untuk menilai proses rekruitmen
dan seleksi karyawan yang telah lalu. Prestasi kerja yang sangat rendah bagi
karyawan baru adalah mencerminkan adanya penyimpangan-penyimpangan proses
rekruitmen dan seleksi.
Penilaian prestasi
kerja dalam suatu oganisasi mencakup beberapa elemen. Eelemen pokok sistem penilaian
prestasi kerja ini mencakup kriteria yang ada hubungannya dengan pelaksanaan
kerja, ukuran-ukuran kriteria tersebut, dan pemberian umpan balik kepada
karyawan dan manajer personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem
penilaian prestasi kerja, tetapi mereka yang melakukan penilaian prestasi kerja
pada umumnya atasan langsung karyawan yang bersangkutan.
Penilaian yang
harus dapat memberikan gambaran yang akurat tentang yang diukur. Artinya
penilaian tersebut benar-benar menilai prestasi pekerjaan karyawan yang
dinilai. Agar penilaian mencapai tujuan ini maka ada 2 hal yang perlu
diperhatikan, yakni :
1. Penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
related), Artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai perilaku atau
kerja yang mendukung kegiatan organisasi di mana karyawan itu bekerja.
2.Adanya standar
pelaksanaan kerja (performance standards).
Standar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai prestasi kerja
tersebut. Agar penilaian itu efektif, maka standar penilaian hendaknya
berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan setiap pekerjaan.
3.Praktis, sistem
penilaian yang praktis, bila mudah dipahami dan dimengerti serta digunakan,
baik oleh penilai maupun karyawan yangakan dinilai.
4.Metode penilaian,
adalah suatu metode untuk memberikan penilaian prestasi kerja pada umumnya
dikelompokkan menjadi dua macam, yakni penilaian yang berorientasi waktu yang
lalu, dan metode penilaian yang berorientasi pada waktu yang akan datang.
Payaman J Simanjuntak, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia (2000 : 198) instansi yang memberikan metode penilaian
prestasi pada karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, sebagai berikut
:
1. Metode
penilaian prestasi kerja berorientasi waktu lalu
Penilaian
prestasi kerja pada umumnya berorientasi pada masa lalu, artinya penilaian
prestasi kerja seseorang karyawan yang berdasarkan hasil yang telah dicapai
oleh karyawan selama ini. Pada metode yang berorientasi masa lalu ini mempunyai
kelebihan dalam hal perlakuan terhadap kerja yang telah terjadi dan sampai
derajat tertentu dapat diukur. Namun demikian, metode ini juga mempunyai
kelemahan yakni prestasi kerja pada waktu yang lalu tidak dapat diubah. Tetapi
dengan mengevaluasi prestasi kerja yang lalu para karyawan untuk memperoleh
umpang balik terhadap pekerjaan mereka. Selanjutnya umpang balik tersebut dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan-perbaikan prestasi mereka.
Teknik-teknik
penilaian prestasi kerja mencakup, sebagai berikut :
a. Rating
Scale
Dalam hal ini penilai prestasi melakukan penilaian subjektif terhadap
prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu dari yang terrendah sampai dengan tertinggi. Penilai
memberikan tanda pada skala yang sudah ada tersebut dengan cara membandingkan
antara hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang telah ditentukan tersebut
berdasarkan justifikasi penilai yang bersangkutan.
b. Checklist
Dalam metode checklist penilai hanya
memilih pernyataan-pernyataan yang sudah tersedia dapat menggambarkan prestasi
kerja dan karakteristik-karakteristik karyawan yang dinilai. Cara ini dapat
memberikan gambaran prestasi kerja yang akurat, apabila pernyataan-pernyataan
dalam instrumen penilaian itu disusun secara cermat, dan diujui terlebih dahulu
tentang validitasi dan reliabilitasnya.
Misalnya
: 2 karyawan hasil pekerjaannya sama, oleh sebab itu mereka mempunyai nilai
yang sama. Pada hal dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut berbeda yang
satu mengerjakan dengan kasar (sikap negatif), sedangkan yang satu mengerjakan
dengan sikap yang baik.







1 Karyawan
bersedia kerja lembur ?
2 Karyawan
bekerja sesuai dengan prosedur
3 Karyawan
merawat peralatan dengan baik ?
4 Tempat
kerja karyawan rapi dan bersih ?
Dan sebagainya

c. Metode peristiwa kritis
Dalam metode penilaian ini didasarkan kepada
catatan-catatan dari pimpinan atau penilai karyawan yang bersangkutan. Pimpinan
membuat catatan-catatan tentang pekerjaan atau tugas-tugas dari karyawan yang
akan dinilai. Catatan-catatan itu tidak hanya mencakup hal yang negatif tentang
pelaksanaan tugas saja, tetapi juga hal-hal yang positif. Kemudian berdasarkan
catatan-catatan peristiwa kritis tersebut penilai atau pimpinan membuat
penilaian terhadap karyawan yang bersangkutan.
d.
Metode peninjauan lapangan
Metode
penilaian dilakukan dengan cara para penilai atau pimpinan melakukan terjun
langsung ke lapangan untuk menilai prestasi kerja karyawan.
e.
Tes prestasi kerja
Metode
penilaian ini dilakukan dengan mengadakan tes tertulis kepada karyawan yang
akan dinilai. Oleh karena apa yang dinyatakan (tes) dan jawaban dari karyawan
ini dalam bentuk tertulis, dan tidak mencerminkan langsung prestasi seseorang
maka metode ini termasuk tidak langsung.
2. Metode penilaian prestasi kerja berorientasi
waktu yang akan datang
Metode
penilaian prestasi kerja yang berorientasi waktu yang akan datang, memusatkan
prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan sasaran prestasi kerja di masa
yang akan datang.
Teknik-teknik
yang dapat digunakan antara lain :
a. Penilaian diri (self appraisals)
Metode penilaian ini menekankan bahwa
penilaian prestasi kerja karyawan dinilai oleh karyawan itu sendiri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk pengembangan diri karyawan dalam rangka
pengembangan organisasi
b.
Pendekatan management by objektive (MBO)
Metode penilaian ditentukan bersama-sama antara penilai
atau pimpinan dengan karyawan yang akan dinilai. Mereka bersama-sama untuk
menentukan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja yang akan
datang kemudian dengan menggunakan sasaran tersebut penilaia prestasi kerja
yang dilakukan secara bersama-sama.
c. Penilaian psikologis
Metode
penilaian dilakukan dengan mengadakan wawancara secara mendalam, diskusi atau
tes-tes psikologis terhadap karyawan yang akan dinilai. Aspek-aspek yang
dinilai antara lain, intelektual, emosi, motivasi dan sebagainya dari karyawan
yang bersangkutan. Dari hasil ini akan dapat membantu untuk memperkecil prestasi
kerja di waktu yang akan datang. Evaluasi ini
relevan untuk keputusan-keputusan penempatan atau perpindahan tugas di
lingkungan organisasi.
d. Teknik pusat penilaian
Di
dalam suatu organisasi yang sudah maju, terdapat satu pusat penilaian karyawan.
Pusat ini mengembangkan sistem penilaian yang baku dan dapat digunakan untuk menilai para
karyawannya. Hasil penilaian pusat ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi
kemampuan manajemen di waktu-waktu yang akan datang.
3. Kriteria penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu
pedoman dalam bidang personalia untuk mengetahui dan menilai hasil kerja
karyawan selama periode tertentu. Perlu diketahui bahwa kinerja sangat erat
hubungannya dengan produktivitas individu, latihan dan pengembangan,
perencanaan karier/kenaikan pangkat serta pengupahan. Oleh karena itu informasi
secara rutin tentang kinerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta
menentukan kebijaksanaan di bidang personalia.
Secara terperinci,
tujuan penilaian kinerja menurut John Suprihanto dalam buku Penilaian Kinerja
dan Pengembangan Karyawan (2000 : 8), sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keadaan keterampilan dan
kemampuan karyawan secara rutin.
2. Digunakan sebagai
dasar perencanaan bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja,
peningkatan mutu dan hasil kerja.
3. Digunakan sebagai
dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin, sehingga dapat
diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan
kenaikan jabatan.
pekerjaan
manajerial. Tetapi dalam kondisi relatifpun
sebaliknya dicoba disusun dan ditentukan kriteria.
B. Flippo Principle Of Personal
Management, (2002 : 9) dinyatakan bahwa syarat-syarat sistem penilaian adalah relevance acceptabiitym sencitivity dan
practicality.
1. Relevance, berarti bahwa suatu sistem
penilaian yang digunakan untuk mengukur hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang ada
hubungannya. Hubungan yang ada kesesuaian antara hasil pekerjaan dan tujuan
yang ditetapkan terlebh dahulu.
2. Acceptability, berarti hasil dari sistem
penilaian tersebut dapat diterima dalam hubungannya dengan kesuksesan dari
pelaksanaan pekerjaan dalam suatu organisasi.
3. Reliability,
berarti hasil dari sistem penilaian tersebut dapat dipercaya (konsisten dan
stabil). Reliabilitas sistem penilaian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain waktu dan frekuensi penilaian.
4. Sensitivity,
berarti sistem penilaian tersebut cukup peka dalam membedakan atau menunjukkan
kegiatan berhasil/ sukses, cukup ataupun gagal/ jelek telah dilakukan oleh
seorang karyawan.
5. Practicality,
berarti semua penilaian agar dapat mendukung secara langsung tercapainya tujuan
organisasi melalui peningkatan produktivitas para karyawan.
Setelah sistem
penilaian ditentukan dan telah dijelaskan, maka selanjutnya ditentukan
kriteria keberhasilan suatu pekerjaan
yang biasanya meliputi kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan.
Acmad S. Ruky, Manajemen Sumber Daya
Manusia (2001 : 487) karakteristik yang diberlakukan secara umum untuk semua
pekerjaan dalam suatu lingkup organisasi/ perusahaan, yaitu :
1. Kuantitas
pekerjaan, yaitu volume pekerjaan yang dapat diselesaikan persatuan waktu.
2. Kualitas
pekerjaan, yaitu untuk mengukur ketepatan (akurasi) ketelitian dan kepuasan orang
yang dilayani.
3. Kejujuran, jujur
berarti berterus terang ( tidak munafik) dan mengatakan apa yang ada.
4. Ketaatan, yaitu
taat pada aturan dan atasan.
5. Inisiatif, yaitu
untuk mencari metode kerja yang lebih efektif dan efisien sehingga lebih cepat
menyelesaiakan tugas.
6. Kecerdasan yaitu
suatu pengukuran yang berhubungan dengan IQ dalam pekerjaan sehari-hari.
Penilaian aspek-aspek tersebut ditentukan
kriteria tertentu sehingga dapat diketahui bahwa seorang karyawan tingkat
prestasinya sangat memuaskan, kurang memuaskan, tidak memuaskan atau dengan
ungkapan lain tingkat prestasinya sangat baik, baik, cukup sedang dan kurang.