Powered By Blogger

Sabtu, 07 Januari 2017

Pentingnya Pengendalian Kualitas Dalam Penetapan Harga Pokok Produksi

     Usaha pengembangan perusahaan dan untuk menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Merealisir hal tersebut maka perlu diciptakan antara lain hasil produk pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan seluruh distribusi. Tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu produk perusahaan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi, maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau persaingan yang semakin  tajam utamanya dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
      Disadari bahwa dalam usaha pengembangan mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana semula maka hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga manusia didalam proses produksi, keadaan/ kerusakan peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
      Menjamin agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
      Terperinci menurut Sofyan Assauri (2002 : 167) tentang pengawasan mutu bahwa :
1) Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang  telah ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya desain  produk dan proses dengan  menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin pada perusahaan.
4)   Mengusahakan agar biaya  produksi menjadi  serendah    mungkin.
       Berikut ini dalam pengendalian kualitas mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan dalam proses produksi barang dan jasa, yaitu :
1) Pengendalian bahan mentah
2) Pengendalian selama proses produksi
3) Pengendalian hasil produksi akhir.
      Berdasarkan ketiga tahap pengendalian ini juga di gambarkan Elwood S. Buffa, (1998: 643), membagi 4 (empat) dari pengendalian kualitas, yaitu :
1) Kebijaksanaan dalam determinasi level kulitas untuk memasarkan produk.
2)  Dengan penggunaan tehnologi berproduksi, sehingga level kualitas  menjadi prioritas utama pada target pemasaran.
3)   Produksi masih memerlukan pengawasan tentang penggunaan bahan baku harus secara produktive.
4)  Penggunaan beberapa instalasi yang dapat meningkatkan produk secara final kualitas harus secara efisien dan efektive.
       Berdasarkan keempat tingkatan ini dapat dijelaskan hubungan kerjasama secara bersama-sama dapat dilihat dari keempat hal tersebut di atas, dengan beberapa hubungannya. Sesuai dengan penjelasana di atas, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan, produksi dan distribusi. Hal yang dijelaskan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam perusahaan.
       Tahap pertama, menunjukkan pimpinan perusahaan yang seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi retularen on invesmen (pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.  Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang akan dapat diproduksikan ditentukan oleh designer. Disini tentu dipertimbangkan mengenai bahan baku, cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
      Pada tahap ketiga, barulah diadakan pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
1) Pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
2) Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
3) Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
      Perusahaan yang melaksanakan pengendalian produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk, maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang lebih cermat.
      Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha bagaimana untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja. Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control yang dikhususkan. Analisis pengendalian mutu produk memerlukan tenaga kerja quafied untuk ditempatkan dalam gudang supaya terjamin dari kontinuitas perusahaan mengenai mutu produk.
      Melaksanakan usaha pengendalian dalam produksi khususnya pada alat tulis menulis merupakan sumber pembahasan, sehingga proses kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah dalam bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebabkan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin dari kontinutas.
      Setiap pimpinan memiliki manajemen tersendiri, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi. Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting untuk dimiliki. Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan dengan pengendalian  memang agak sulit dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
      Pemeriksaan dikaitkan dengan produksi berarti harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
      Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
1. Sebelum produksi dimulai
2. Sebelum proses dimulai
3. Sesudah produksi dilaksanakan
      Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengawasan produksi untuk menjamin mutu produk menurut Hoffman, (1997: 209), adalah :
       "1) Panca indra, misalnya mengetahui bahan baku yang baik, dapat dilihat dengan mata.                   
        2) Mempergunakan alat, diukur dengan membandingkan produksi yang lain dengan kapasitas yang sama dan bahan baku.

        3) Menggunakan  metode penetapan Harga Pokok Produksi, yang lazim  disebut  perhitungan seluruh biaya-biaya yang dipergunakan.                       

Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

   Penentuan harga pokok produksi menurut Sofyan Assauri, Manajemen Produksi (2000 : 17)  dengan penggunaan harga pokok dalam proses produknya diolah melalui beberapa tahap pengolahan. Anggapan yang digunakan dalam contoh, adalah :
1. Tidak terdapat persediaan produk dalam proses pada awal periode.
2. Tidak terdapat produk yang hilang rusak atau cacad dalam proses pengolahan.
3.  Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
Perusahaan yang memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi. Departemen A dan Departemen B. Menurut laporan produksi dari bagian produksi, produk yang dihasilkan tiap-tiap departemen tersebut dalam bulan aktivitas,  menunjukkan produksi yang berbeda.
      Metode penetapan harga pokok produksi setiap perusahaan mempunyai perhitungan tertentu, karena seluruh biaya yang telah dikorbankan turut di perhitungan secara keseluruhan sehingga harga pokok produksi dapat ditetapkan setelah bebertapa elemen pengeluaran, misalnya biaya bahan baku, biaya bahan bakar, gaji buruh, gaji karyawan dan biaya pemasaran serta biaya adminstrasi turut diperhitungkan untuk mengetahui berapa berapa yang selayaknya harga pokok yang harus ditetapkan oleh pihak perusahaan.         
      Proses produksi perusahaan memerlukan waktu yang cukup dan telah diperhitungkan oleh pihak pengelola perusahaan berapa lama dan jangka berapa biaya yang telah dikorbankan pada akhirnya secara keseluruhan biaya dikorbankan ditambah dengan pengorbanan lainnya.  
      Berangjat pada perusahaan dalam usaha pokoknya yaitu memproduksi dan menjual hasil produknya dapat bersaing dengan produk perusahaan lain dengan produk yang sama dan dapat mempertimbangkan berbagai unsur yang terkait dalam pengeluaran. Metode penetapan harga pokok perusahaan sebagai salah satu indikator untuk memperlancar arus penjualan hasil produk perusahaan.

      Perhitungan harga pokok produksi perusahaan dapat meminimalisir pengeluaran agar harga pokok produksi lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya, yang menggunaan dana adakalanya boros (tidak terkendali) pada penentuan harga pokoknya tentu agak tinggi.    

Pengertian Harga dan Harga Pokok Produksi

Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha, Cost Accounting, Panning and Control, (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
  
   Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito, Dasae-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjual telah secara bersama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Java Retainet  Makassar di Kota Makassar dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.

      Perusahaan PT Java Retainet Kota Makassar dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal perhitungan harga pokok produksi, selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya beli masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya. 

Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya

1. Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan untuk berproduksi berkualitas.
       Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                         
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto ( 2002 : 89), memberikan alasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                         
2. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain yang mengarah pada proses produksi.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1) Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi

1. Pengertian Harga Pokok Produksi
      Sebelum proses produksi dimulai, terlebih dahulu harus diketahui berapa besarnya  harga pokok dari  barang yang akan  diproduksikan. Dengan  demikian, dapat pula  diketahui  besarnya  harga  jual  serta  pengendalian biaya produksi.
      Demikian halnya untuk, mengetahui besarnya harga pokok produksi, maka terlebih dahulu harus diketahui jalannya kegiatan-kegiatan atau proses produksi, yang berarti unsur-unsur biaya yang melekat pada produksi tersebut dapat pula diidentifikasikan.
      Untuk mendapatkan gambaran tentang perhitungan harga pokok produksi, penulis memperlihatkan contoh perhitungan sederhana sebagaimana dikemukakan oleh Suharwan, (1999 : 54)  sebagai beberikut :
                                       Perhitungan Harga Pokok Produksi
                                          Untuk Jenis Perusahaan Dagang
Persediaan awal barang dagangan               Rp. ............    
Pembelian barang dagangan                         '   ............
Jumlah barang dagangan yang siap dijual    Rp. ............
Persediaan akhir barang dagangan                '   ............
Harga Pokok Produksi                                             Rp. ............
Sedangkan harga pokok produksi  (HPP) untuk jenis perusahaan industri (manufacturing), yang tidak mempunyai barang setengah jadi, dengan membandingkan perhitungan harga pokok penjualan pada perusahaan industri yang memproduksi pada suatu tertentu dan sudah dikenal oleh masyarakat konsumen.
Mengingat pentingnya suatu produksi pada perusahaan industri dengan memperhitungkan yang berdasarkan persediaan bahan baku yang harus diadakan pengendalikan, agar produk tersebut dapat dipertahankan mutu dan kualitas produk terjamin.
Untuk memproduksi barang yang setengah jadi membutuhkan waktu dalam proses produksi, sehingga dalam bahan baku telah diadakan pengendalian terlebih dahulu yang dapat menjamin mutu produk perusahaan agar konsumen yang telah dikenal.
Selanjutnya, perhitungan biaya yang terkait dengan proses produksi tentu diperhitungkan seluruh pengeluaran yaitu mulai pembelian bahan baku, ongkos angkut, tenaga kerja langsung, biaya tenaga tidak langsung dan biaya pemasaran serta biaya administrasi turut diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi, kemudian untuk dapat ditentukan harga pokok penjualan. Penetapan harga pokok produksi perusahaan dapat menetapkan setelah ditetapkan biaya-biaya dalam proses produksi pada periode tertentu.
                                        Perhitungan Harga Pokok Produksi
                           Untuk Perusahaan Industri Barang Setengah Jadi
1) Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku                                  Rp. .........
- Pembelian bahan baku                                        Rp. .........  +
- Jumlah bahan yang siap untuk diproduksi           Rp. .........
- Persediaan akhir bahan baku                              Rp. .........  _
- Jumlah Nilai bahan baku yang dipakai                               Rp…………(A)                
2) Perhitungan Biaya Produksi :
- Persediaan awal barang setengah jadi                 Rp. .........
- Nilai bahan baku yang dipakai                                Rp. .......
- Biaya upah                                                                  Rp. .......
- Biaya operasi pabrik                                                 Rp. ....... +
       - Jumlah nilai barang setengah jadi yang dapat
   menjadi barang jadi  ................                                    Rp. .................
- Persediaan akhir barang setengah jadi                   Rp. ...............
 - Jumlah biaya produksi                                                 Rp. .........   (B)
3) Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi                                   Rp. .........
- Nilai barang yang diproduksi                                Rp. ......... +
Jumlah nilai barang yang siap dijual                                    Rp. .........
- Persediaan akhir barang jadi                                             Rp. ......... _  
- Harga pokok penjualan                                                  Rp …………..
2. Tujuan Penetapan Harga Pokok       
      Adapun tujuan penetapan harga pokok sebagaimana dikemukakan Winardi (2002; 149), mengemukakan bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan         
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan  pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.

      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.

Pengertian Produksi

      Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada harus disesuaikan.
      Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2000 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth (1998; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai   berikut :
6     Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu  ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
7     Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2000; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
 1.  Faktor produksi tanah
      2.  Faktor produksi modal
      3.  Faktor produksi tenaga kerja      
       Sedangkan Richard (1997; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas,  menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian  mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
6        Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas tingkat operasinya dan lain-lain.
7        Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang   mana memberikan kepuasan.
8        Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi  untuk setiap  komponen  dari produk itu.  Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality of conformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).             
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam  pembentukan suatu  standard  dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel (1999 ; 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1998; 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari  beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian produksi diatas dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor  produksi sekaligus, maka akan  diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson (1997; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi harus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (1999 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur  dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat  menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.

      Dalam hubungan antara input dengan output berarti dibicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat di   ketahui hasil  yang telah  diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh  keuntungan ( rugi ) dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi

  Kehidupan dunia usaha senantiasa diperhadapkan pada berbagai macam  tantangan, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar perusahaan. Tantangan dari dalam perusahaan bias diatasi, tapi tantang dari luar perusahan biasanya sulit diatasi, karena masalah itu biasanya tidak disangka muncul dan harus dilewati serta tidak luput dari berbagai macam kesulitan/ persoalan.
      Untuk mengatasi masalah yang dihadapi berbagai macam tantangan perusahaan perlu adanya ketelitian yang serius untuk menyelesaikan masalah yang muncul dengan sendirinya, sehingga masalah itu dapat teratasi dan perusahaan dapat membuahkan hasil. 
      Keberhasilan perusahaan adalah sangat tergantung dari keterampilan atau kecermatan dari pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya demi kelangsungan hidupnya. Suatu perusahaan yang hendak berhasil di dalam mencapai tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh keuntungan perlu memperha­tikan faktor efisien.
      Kebijaksanaan untuk produksi kertas yang perlu diperhatikan dalam aktivitas perusahaan ialah bagaimana  pimpinan  perusahaan menentukan suatu tingkat harga pokok produksi yang dihasilkan agar dapat dijangkau oleh konsumen dapat bersaing dengan   perusahaan lain.
      Dalam rangka meningkatkan produksi kertas, maka perhatian produksi  dengan biaya-biaya  yang dikeluarkan yang relevan dengan biaya dalam proses berpengaruh terhadap kualitas produksi apabila biaya ditekan untuk  membiayai produksi.
      Total biaya ataupun biaya per rim kertas harus diketahui untuk menentukan harga pokok produksi, hal mana besarnya keuntungan atau kerugian juga dapat diketahui, sebab tiap-tiap transaksi perusahaan selalu membandingkan bila perusahaan dititik beratkan pada harga pokok per rim (cost) yang  disertai dengan pengawasan pada saat berproduksi. Untuk menjamin kualitas dan kuantitas yang diharapkan perushaan.      
      Untuk memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya dalam berbagai faktor diperhatikan seperti penghasilan dan biaya yang lebih rendah dari penghasilan itu, perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan. Dalam upaya mencari laba yang besar perusahaan harus mampu memproduksi dalam jumlah yang besar dan tingkatan harga tertentu. Keinginan perusahaan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, perusahaan harus meningkatkan kualitas dan mutu produk agar hasil dapat bersaing di pasar dan tetap konsumen memperhatikan.
       Selama ini disebabkan karena adanya penetapan harga pokok produksi kertas sebelum dikalkulasi sejumlah biaya yang telah yang dikeluarkan oleh perusahaan, karena hasil produksi diserahkan pada bagian pemasaran untuk menetapkan harga produksi.
      Penetapan harga dari hasil produk memang rumit dalam penetapan harga pokok produksi kertas, dengan memperhatikan beberapa komponen biaya yang telah dikorbangkan, sehingga dalam menetapkan harga memerlukan waktu yang cukup untuk penyelesaiannya.
      Perhatian pada produsen kertas tidak terbatas pada persediaan barang atau hasil produksinya saja, tetapi juga bagaiman barang itu dapat mencapai pasar. Pasar yang dimaksud disini adalah terdiri dari pelanggan potensial dengan kebutuhan dan keinginan tertentu atau tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang saling berintraksaksi dapat terjadinya transaksi jual beli.
      Sehubungan dengan uraian diatas,maka salah satu kebijakan perusahaan untuk mencapai keuntungan adalah dengan cara analisis penetapan harga pokok produksi kertas. Bahwa dalam menetapkan harga pokok produksi merupakan profit planning apporoach yang didasarkan pada hubungan antara volume produksi, tingkat keuntungan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu dalam menetapkan harga sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dalam bidang produksi maupun dibidang perencanaan laba dan keuntungan.
      Analisis menetapkan harga pokok produksi kertas merupakan suatu masalah ketika perusahaan akan menentukan harga pertama kali .hal ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan suatu produk atau barang yang baru, ketika perusahaan ingin memperkenalkan produk atau barangnya kesaluran distribusi atau ke daerah baru, harus memutuskan posisi produknya untuk mutu dan harga. Dalam penentuan harga pokok per unit memang rumit, karena semuanya harus dipertimbangkan terlebih dahulu terhadap unsur-unsur yang terkait menyangkut masalah biaya untuk menghasilkan.
      Dalam hal penetapan harga pokok produksi terlebih dahulu perusahaan harus biaya ditetapkan biaya kertas per rim produk yang dihasilkan dan telah memperhitungkan seluruh elemen-elemen biaya. Tanpa mengetahui harga per rim produk harga pokok tidak mungkin dapat ditentukan, dalam penetapan produksi yang pertama kali dilakukan adalah pengumpulan bahan-bahan baku yang diperlukan.
      Perusahaan berproduksi yang telah ditetapkan jumlah produksi perusahaan memang sudah diketahui secara keseluruh bahan baku utama dan tambahan yang perlu dipersiapkan dalam hal proses produksi, dengan memulainya sejak pembelian bahan baku hingga proses produksi dapat di pasar dan dapat diterima dipasar.

      Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi dan penjualan kertas di Kota Makassar dan sekitar atas dasar untuk memenuhi tuntutan permintaan konsumen terhadap kertas yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasar pada masa sekarang, maka politik pemasaran barang dagangan dapat lancar di pasar.
A  Pengertian Produksi   
      Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada harus disesuaikan.
      Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2000 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth (1998; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai   berikut :
6     Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu  ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
7     Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2000; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
 1.  Faktor produksi tanah
      2.  Faktor produksi modal
      3.  Faktor produksi tenaga kerja      
       Sedangkan Richard (1997; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas,  menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian  mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
6        Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas tingkat operasinya dan lain-lain.
7        Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang   mana memberikan kepuasan.
8        Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi  untuk setiap  komponen  dari produk itu.  Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality of conformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).             
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam  pembentukan suatu  standard  dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel (1999 ; 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1998; 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari  beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian produksi diatas dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor  produksi sekaligus, maka akan  diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson (1997; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi harus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (1999 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur  dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat  menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
      Dalam hubungan antara input dengan output berarti dibicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat di   ketahui hasil  yang telah  diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh  keuntungan ( rugi ) dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

B   Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi       
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
      Sebelum proses produksi dimulai, terlebih dahulu harus diketahui berapa besarnya  harga pokok dari  barang yang akan  diproduksikan. Dengan  demikian, dapat pula  diketahui  besarnya  harga  jual  serta  pengendalian biaya produksi.
      Demikian halnya untuk, mengetahui besarnya harga pokok produksi, maka terlebih dahulu harus diketahui jalannya kegiatan-kegiatan atau proses produksi, yang berarti unsur-unsur biaya yang melekat pada produksi tersebut dapat pula diidentifikasikan.
      Untuk mendapatkan gambaran tentang perhitungan harga pokok produksi, penulis memperlihatkan contoh perhitungan sederhana sebagaimana dikemukakan oleh Suharwan, (1999 : 54)  sebagai beberikut :
                                       Perhitungan Harga Pokok Produksi
                                          Untuk Jenis Perusahaan Dagang
Persediaan awal barang dagangan               Rp. ............    
Pembelian barang dagangan                         '   ............
Jumlah barang dagangan yang siap dijual    Rp. ............
Persediaan akhir barang dagangan                '   ............
Harga Pokok Produksi                                             Rp. ............
Sedangkan harga pokok produksi  (HPP) untuk jenis perusahaan industri (manufacturing), yang tidak mempunyai barang setengah jadi, dengan membandingkan perhitungan harga pokok penjualan pada perusahaan industri yang memproduksi pada suatu tertentu dan sudah dikenal oleh masyarakat konsumen.
Mengingat pentingnya suatu produksi pada perusahaan industri dengan memperhitungkan yang berdasarkan persediaan bahan baku yang harus diadakan pengendalikan, agar produk tersebut dapat dipertahankan mutu dan kualitas produk terjamin.
Untuk memproduksi barang yang setengah jadi membutuhkan waktu dalam proses produksi, sehingga dalam bahan baku telah diadakan pengendalian terlebih dahulu yang dapat menjamin mutu produk perusahaan agar konsumen yang telah dikenal.
Selanjutnya, perhitungan biaya yang terkait dengan proses produksi tentu diperhitungkan seluruh pengeluaran yaitu mulai pembelian bahan baku, ongkos angkut, tenaga kerja langsung, biaya tenaga tidak langsung dan biaya pemasaran serta biaya administrasi turut diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi, kemudian untuk dapat ditentukan harga pokok penjualan. Penetapan harga pokok produksi perusahaan dapat menetapkan setelah ditetapkan biaya-biaya dalam proses produksi pada periode tertentu.
                                        Perhitungan Harga Pokok Produksi
                           Untuk Perusahaan Industri Barang Setengah Jadi
1) Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku                                  Rp. .........
- Pembelian bahan baku                                        Rp. .........  +
- Jumlah bahan yang siap untuk diproduksi           Rp. .........
- Persediaan akhir bahan baku                              Rp. .........  _
- Jumlah Nilai bahan baku yang dipakai                               Rp…………(A)                
2) Perhitungan Biaya Produksi :
- Persediaan awal barang setengah jadi                 Rp. .........
- Nilai bahan baku yang dipakai                                Rp. .......
- Biaya upah                                                                  Rp. .......
- Biaya operasi pabrik                                                 Rp. ....... +
       - Jumlah nilai barang setengah jadi yang dapat
   menjadi barang jadi  ................                                    Rp. .................
- Persediaan akhir barang setengah jadi                   Rp. ...............
 - Jumlah biaya produksi                                                 Rp. .........   (B)
3) Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi                                   Rp. .........
- Nilai barang yang diproduksi                                Rp. ......... +
Jumlah nilai barang yang siap dijual                                    Rp. .........
- Persediaan akhir barang jadi                                             Rp. ......... _  
- Harga pokok penjualan                                                  Rp …………..
2. Tujuan Penetapan Harga Pokok       
      Adapun tujuan penetapan harga pokok sebagaimana dikemukakan Winardi (2002; 149), mengemukakan bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan         
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan  pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.
      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.
C  Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya

1. Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan untuk berproduksi berkualitas.
       Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                         
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto ( 2002 : 89), memberikan alasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                         
2. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain yang mengarah pada proses produksi.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1) Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

D  Pengertian Harga dan Harga Pokok Produksi
      Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha, Cost Accounting, Panning and Control, (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
  
   Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito, Dasae-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjual telah secara bersama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Java Retainet  Makassar di Kota Makassar dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Perusahaan PT Java Retainet Kota Makassar dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal perhitungan harga pokok produksi, selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya beli masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya.
      
E   Metode Penetapan Harga Pokok Produksi 

   Penentuan harga pokok produksi menurut Sofyan Assauri, Manajemen Produksi (2000 : 17)  dengan penggunaan harga pokok dalam proses produknya diolah melalui beberapa tahap pengolahan. Anggapan yang digunakan dalam contoh, adalah :
1. Tidak terdapat persediaan produk dalam proses pada awal periode.
2. Tidak terdapat produk yang hilang rusak atau cacad dalam proses pengolahan.
3.  Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
Perusahaan yang memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi. Departemen A dan Departemen B. Menurut laporan produksi dari bagian produksi, produk yang dihasilkan tiap-tiap departemen tersebut dalam bulan aktivitas,  menunjukkan produksi yang berbeda.
      Metode penetapan harga pokok produksi setiap perusahaan mempunyai perhitungan tertentu, karena seluruh biaya yang telah dikorbankan turut di perhitungan secara keseluruhan sehingga harga pokok produksi dapat ditetapkan setelah bebertapa elemen pengeluaran, misalnya biaya bahan baku, biaya bahan bakar, gaji buruh, gaji karyawan dan biaya pemasaran serta biaya adminstrasi turut diperhitungkan untuk mengetahui berapa berapa yang selayaknya harga pokok yang harus ditetapkan oleh pihak perusahaan.         
      Proses produksi perusahaan memerlukan waktu yang cukup dan telah diperhitungkan oleh pihak pengelola perusahaan berapa lama dan jangka berapa biaya yang telah dikorbankan pada akhirnya secara keseluruhan biaya dikorbankan ditambah dengan pengorbanan lainnya.  
      Berangjat pada perusahaan dalam usaha pokoknya yaitu memproduksi dan menjual hasil produknya dapat bersaing dengan produk perusahaan lain dengan produk yang sama dan dapat mempertimbangkan berbagai unsur yang terkait dalam pengeluaran. Metode penetapan harga pokok perusahaan sebagai salah satu indikator untuk memperlancar arus penjualan hasil produk perusahaan.
      Perhitungan harga pokok produksi perusahaan dapat meminimalisir pengeluaran agar harga pokok produksi lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya, yang menggunaan dana adakalanya boros (tidak terkendali) pada penentuan harga pokoknya tentu agak tinggi.   

F   Pentingnya Pengendalian Kualitas Dalam Penetapan Harga Pokok
     Produksi

     Usaha pengembangan perusahaan dan untuk menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Merealisir hal tersebut maka perlu diciptakan antara lain hasil produk pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan seluruh distribusi. Tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu produk perusahaan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi, maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau persaingan yang semakin  tajam utamanya dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
      Disadari bahwa dalam usaha pengembangan mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana semula maka hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga manusia didalam proses produksi, keadaan/ kerusakan peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
      Menjamin agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
      Terperinci menurut Sofyan Assauri (2002 : 167) tentang pengawasan mutu bahwa :
1) Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang  telah ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya desain  produk dan proses dengan  menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin pada perusahaan.
4)   Mengusahakan agar biaya  produksi menjadi  serendah    mungkin.
       Berikut ini dalam pengendalian kualitas mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan dalam proses produksi barang dan jasa, yaitu :
1) Pengendalian bahan mentah
2) Pengendalian selama proses produksi
3) Pengendalian hasil produksi akhir.
      Berdasarkan ketiga tahap pengendalian ini juga di gambarkan Elwood S. Buffa, (1998: 643), membagi 4 (empat) dari pengendalian kualitas, yaitu :
1) Kebijaksanaan dalam determinasi level kulitas untuk memasarkan produk.
2)  Dengan penggunaan tehnologi berproduksi, sehingga level kualitas  menjadi prioritas utama pada target pemasaran.
3)   Produksi masih memerlukan pengawasan tentang penggunaan bahan baku harus secara produktive.
4)  Penggunaan beberapa instalasi yang dapat meningkatkan produk secara final kualitas harus secara efisien dan efektive.
       Berdasarkan keempat tingkatan ini dapat dijelaskan hubungan kerjasama secara bersama-sama dapat dilihat dari keempat hal tersebut di atas, dengan beberapa hubungannya. Sesuai dengan penjelasana di atas, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan, produksi dan distribusi. Hal yang dijelaskan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam perusahaan.
       Tahap pertama, menunjukkan pimpinan perusahaan yang seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi retularen on invesmen (pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.  Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang akan dapat diproduksikan ditentukan oleh designer. Disini tentu dipertimbangkan mengenai bahan baku, cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
      Pada tahap ketiga, barulah diadakan pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
1) Pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
2) Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
3) Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
      Perusahaan yang melaksanakan pengendalian produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk, maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang lebih cermat.
      Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha bagaimana untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja. Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control yang dikhususkan. Analisis pengendalian mutu produk memerlukan tenaga kerja quafied untuk ditempatkan dalam gudang supaya terjamin dari kontinuitas perusahaan mengenai mutu produk.
      Melaksanakan usaha pengendalian dalam produksi khususnya pada alat tulis menulis merupakan sumber pembahasan, sehingga proses kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah dalam bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebabkan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin dari kontinutas.
      Setiap pimpinan memiliki manajemen tersendiri, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi. Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting untuk dimiliki. Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan dengan pengendalian  memang agak sulit dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
      Pemeriksaan dikaitkan dengan produksi berarti harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
      Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
1. Sebelum produksi dimulai
2. Sebelum proses dimulai
3. Sesudah produksi dilaksanakan
      Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengawasan produksi untuk menjamin mutu produk menurut Hoffman, (1997: 209), adalah :
       "1) Panca indra, misalnya mengetahui bahan baku yang baik, dapat dilihat dengan mata.                   
        2) Mempergunakan alat, diukur dengan membandingkan produksi yang lain dengan kapasitas yang sama dan bahan baku.
        3) Menggunakan  metode penetapan Harga Pokok Produksi, yang lazim  disebut  perhitungan seluruh biaya-biaya yang dipergunakan.   

                   
 DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan, 2000, Akuntansi  dan Analisis Biaya, Bina Aksara, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2000, Cost Accounting, Fourth Edfition, Prentice-Hall, New York

Bilas, R.A. 1999,  Modern Production Management, Fourth Edition, New York, London. Sydney, Toronto.

Buffa, Elwood, S, 1998, Cost Accounting, A. Managerial Emphasis, Fourth Edition, Prentice-Hall, Of India Private Limited, New Delhi.

Djoyohadikusuma, Soemitro, R, 1999, Biaya dan Harga Pokok,  Bina Aksara, Bandung.

Harding,  H.A,  2001,   Production   Management,  Second   Edition,  London,  McDonald and Evans Limited.

Hartanto, D, 2002, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kedua, Penerbit LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta.
 Martin, Kenneth, 1998, Cost Accounting, A. Managerial Emphasis, Fourth Edition,  Prentice-Hall, of India Private Limited, New Delhi.

Mansffiel, E, 1999, Akuntansi dan Analisis Biaya,  Bina Aksara, Jakarta.

Paul  A.  Samuelson, 1997,   Dasar-Dasar  Penganggaran  Bagi Eksekutif, Terjemahan  dari Budgeting  Fundamentals For Financial  Executive Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarta.

Richard, 1997, Cost Accounting, Fourth Edition,  Private-Hall New York.

Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, BPFE, Universditas Gajah Mada, Yogyakarta.         

Nitisemito, Alex, S, 2000, Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, Terjemahan dari Budgetying Fundamentals For Financial Executive, oleh Allen Sweeny dan John N, Penerbit Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarata.

Soemarso, SR, 2000, Akuntansi Manaemen dan Analisa Biaya, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.