Powered By Blogger

Minggu, 24 Februari 2013

Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya


1  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Kapita Selecta ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses    produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
      Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                         
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                         
2. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, dalam bukunya Auntansi Untuk Usahawan (2002 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :
       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya Akuntnsi Biaya dan Penentuan Harga Pokok (2003 : 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1. Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

Pengertian Harga Jual


      Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha dalam bukunya Pengantar Bisnis (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
      Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
      Kemudian Nitisemito dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Toraja Markisa di Kota Makale dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan pada konsumen yang bias merasa puas terhadap hasil produk perusahaan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Perusahaan PT Toraja Markisa Kota Makale dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya.

Tujuan Penetapan Harga Jual


      Adapun tujuan penetapan harga pokok yaitu penentuan sikap dari hasil produk barang dan jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen sebagaimana dikemukakan Winardi dalam bukunya Kapita Selesta (2002 : 149), mengemukakan bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan          
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan  pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.
      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual


Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa yang telah disesuaikan. 
      Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya, Pengendalian Harga Pokok, (2003 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
     Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito,  dalam bukunya Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Toraja Markisa Toraja dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Perusahaan markisa botol di Tana Toraja dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya.  

Metode-Metode Penetapan Harga Jual


      Harga pokok merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya , Penentuan Harga Pokok (2003 : 97) menyatakan bahwa komponen-komponen biaya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Metode pengumpulannya disesuaikan dengan karakteristik system produksi dengan industrinya.
1.   Metode harga pokok pesanan
      Metode harga pokok dalam system pesanan digunakan dalam produksi yang menghasilkan dalam berbagai produk yang berbeda-beda pada setiap priode. Termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha meubel, percetakan dan lain sebagainya.
      Beberapa karakteristik system penentuan harga pokok pesanan yaitu :
a.    Kegiatan produksi atas dasar pesanan, sehingga bentuk barang/ roduk tergantung spesifikasi pesanan. Proses produksinya terputus-putus, tergantung adanya tidaknya pesanan yang diterima.
b.    Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai. Biaya per unit adlah dengan membagi total produksi dengan total unit yang dipesan.
c.    Mengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya yang memuat informasi umum seperti nama pemesan, jumlah pesanan dam tanggal diselesaikan, informasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
d.    Penentuan harga pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan dengan jumlah unit produk yang diselesaikan.
Dalam system harga pokok pesanan, ketiga elemen biaya produksi dikumpulkan sesuai dengan nomor pesanan yang dikerjakan. Harga pokok barang per unit dengan membagi biaya total pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dibuat. Nilai barang jadi adalah seluruh harga pokok darim pesanan yang diolah. Nilai barang dalam proses adalah harga pokok pesanan yang belum selesai.
Kekesalan dari system ini adalah bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan atau yang dibebankan harus dapat diidentifikasikan pada pesanan yang dibuat. Semua harus dapat menampung perhitungan harga pokok pesanan.    
2.   Metode harga pokok proses
       Sistem harga pokok dlam proses digunakan untuk perusahaan yang memproduksi suatu produk tunggal, homogen yang dihasilkan dalam jangka panjang secara berkelanjutan. Berkelanjutan dalam jangka panjang termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha pabrik semen, pabrik tegigu dan sebagainya. Untuk menghitung harga pokok barang, perusahaan dapat menggunakan median departemen, bagian atau seksi dalam produksi.  
       Harga pokok proses berkaitan dengan alokasi biaya produksi pada suatu departemen terhadap suatu barang yang diproses di departemen tersebut. Harga pokok proses mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
a.    Biaya dikumpulkan pada setiap departemen atau biaya.
b.    Setiap departemen mempunyai rekening persediaan barang dalam proses untuk mendebit biaya diterima dan mengkredit harga pokok barang.
       Persediaan akhir barang dalam prosesn akan menjadi persediaan awal periode berikutnya, hal ini dapat menimbulkan dua macam harga pokok dalam suatu departemen, yaitu harga pokok periode sekarang da harga pokok periode yang lalu.
       Dalam sistem harga pokok proses, biaya persediaan barang dalam proses di pisahkan dari biaya yang ditambahkan dalam periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan ditambah unit yang baru. Biaya untuk menyelesaikan unit-unit dalam proses pada awal periode dihitung terlebih dahulu kemudian diikuti dengan perhitungan untuk biaya unit yang dimulai dan diselesaikan pada periode berjalan.

Pengertian Penjualan


    Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton dalam bukunya Strategi Pemasaran (2001 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” (Soemarso, 1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya  cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung  atau melalui wakil mereka. Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.   Fungsi perencanaan
1.    Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
2.    Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
3.    Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
4.    Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
       Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.  Modal yang diperlukan
1.    Kemampuan merencanakan
2.    Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
3.    Kemampuan memilih penyalur yang tepat
4.    Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
5.    Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan   yaitu
1.  Mencapai tujuan tertentu
1.    Mendapatkan laba tertentu
2.    Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Cost Plus Pricing


      Perusahaan yang berorientasi produksi dan penjualan perlu ditinjau terlebih dahulu apakah kegiatan tersebut dalam jangka panjang atau jangka pendek. Perusahaan yang berproduksi hanya perusahaan musiman, misalnya pabrik payung pada saat hujang. Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, (2000 : 127) menyatakan bahwa kalau jangka panjang, harga jual produk harus dapat memenuhi seluruh biaya. Jika tidak, maka perusahaan tidak mampu mempertahankan hidupnya. Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas, biaya variabel saja, jadi harga dapat diterima dalam jangka pendek (tingkat perputarannya cepat).
      Sedangkan dalam jangka panjang, seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus dipertimbangkan secara eksplisit agar tujuan jangka panjang dapat tercapai. Perusahaan yang mempunyai tujuan jangka panjang tentu proyeksi terhadap biaya-biaya selama dalam proses produksi telah dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum produksi terlaksana dengan baik.
      Pendekatan yang lazim mempunyai tujuan jangka panjang, maka untuk menentukan harga jual produk standar adalah menerapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual adalah cosat ditambah dengan mar up sebagai prosentase tertentu dari cost plus. Mar up harus ditentukan sebesar prosentase tertentu dari cost plus, karena mar up harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai pada perusahaan, dengan harapan pemilik perusahaan disesuaikan pada tujuan semula.      

Pengertian Sumber Dan Penggunaan Dana


Analisa sumber dan penggunaan modal kerja merupakan alat penting bagi manajemen keuangan, yang mana akan memperlihatkan dari mana dana tersebut diperoleh dan kemana dana tersebut dibelanjakan, manajemen keuangan harus mampu memperkirakan seberapa besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan dari mana keuangan tersebut di peroleh, pengalokasian dana secara layak, pengelolaan finansial secara efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil penggunaan sumber-sumber dana, tidak semata-mata menentukan tingkat profitabilitas tetapi turut pula menentukan kontinuitas perusahaan.
      Adapun mengenai pengertian sumber dan penggunaan dana dapat diketahui berdasarkan defenisi yang dikemukakan oleh s. munawir  (1999 : 110) sebagai berikut bahwa, analisa sumber dan penggunaan dana merupakan suatu alat analisa keuangan yang sangat penting bagi finansial manajer atau bagi para calon kreditur atau bagian bank dalam menilai permintaan kredit yang diajukan kepadanya, dengan analisa sumber dan penggunaan dana akan diketahui bagaimana perusahaan mengelola atau menggunakan dana yang dimilikinya.
      Pengertian dana yang digunakan dalam analisa sumber dan penggunaan dana tersebut dapat dalam artian yang sempit yaitu kas atau dalam artian yang lebih luas yaitu sebagai modal kerja. Pengertian mana yang akan digunakan dalam analisa sumber dan penggunaan dana itu tergantung kepada  kebutuhan kita sendiri, yaitu apa yang kita analisa.
     Selanjutnya pengertian dana yang dikemukakan oleh Alex s. nitisemito menyatakan bahwa dana adalah elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan baku, mesin, gedung dan sebagainya. Sedangkan sumber dana yaitu dana jangka panjang dan dana sendiri.
     Uraian ini menunjukkan bahwa pengertian dana dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
a.    Dana yang berada di sebelah debet (aktiva) atau disebut dana aktif dapat dibedakan berdasarkan cara dan lamanya berputar, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
b.    Dana yang berada di sebelah kredit, suatu neraca yang menunjukkan sumber-sumber dari mana dana itu diperoleh yang biasa disebut dana pasif.

Pengertian Sumber Dana


Dengan adanya keputusan untuk mengadakan investasi maka diperlukan dana yang dapat membelanjai investasi. Timbullah masalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi yang direncanakan dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan dengan mengingat, bahwa para pemilik dana mengharapkan balas jasa atas penggunaan dananya dan merupakan biaya investasi yang direncanakan tersebut.
      Menurut Bambang Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 25), bahwa sumber dana yang dapat diperoleh untuk membelanjai suatu perusahaan adalah:
1.    Sumber dana dari dalam perusahaan (internal source) dapat diartikan sebagai bentuk dana dimana pemenuhan kebutuhan dananya berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, dengan kata lain dana dengan kekuatan atau kemampuan sendiri. Dana dari dalam perusahaan dapat diadakan dengan atau menggunakan laba cadangan dari sebagian sisa hasil usaha yang merupakan unsur dana sendiri, sebagai sumber dana intern. Akumulasi penyusutan aktiva tetap karena jangka waktu penggunaan dari aktiva tersebut biasanya lama, misalnya lima tahun, maka cadangan penyusutan yang masih menganggur dapat digunakan dan disebut sebagai sumber dana insentif.
       Dana dari dalam perusahaan terdiri dari:
a.  Dana yang berasal dari pemilik perusahaan
      b.  Saldo keuntungan yang ditanam kembali dalam perusahaan.
c.  Surplus dana dan akumulasi penyusutan atau yang disebut sebagai cadangan dana.  Terdiri atas nilai buku dan nilai pasar dari harta yang dimiliki perusahaan.
2.    Sumber dana dari luar perusahaan (external source) yaitu pemenuhan kebutuhan dana diambil atau berasal dari sumber-sumber dana yang ada di luar perusahaan. Dana yang berasal dari luar perusahaan adalah dana yang berasal dari pihak bank, asuransi, dan kreditur lainnya. Dana yang berasal dari para kreditur adalah hutang bagi perusahaan yang disebut sebagai dana pinjaman. Dana pinjaman yang dimaksud adalah dana yang didapat dari pihak ketiga (kreditur).
     Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa
sumber dana terdiri dari:
1.    Berkurangnya aktiva lancar selain kas
2.    Berkurangnya aktiva tetap
3.    Bertambahnya setiap jenis hutang
4.    Bertambahnya modal
5.    Adanya keuntungan dari operasi perusahaan

Penggunaan Dana


Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 95) menyatakan bahwa penggunaan dana akan menyebabkan perubahan-perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar,tetapi penurunan aktiva tidak selalu diikuti oleh penurunan dana.
      Penggunaan aktiva lancar menyebabkan berkurangnya dana, hal ini disebabkan karena:
1.    Pembayaran biaya atau ongkos perusahaan meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Pembayaran biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau penghasilan perusahaan yang bersangkutan. Penggunaan aktiva lancar untuk operasi ini baru merupakan penggunaan dana kalau jumlah biaya suatu periode lebih besar dari pada jumlah penghasilannya timbulnya kerugian. Besarnya penggunaan dana untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan dengan jalan menganalisis laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut.
  1. Kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainnya. Diluar usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan kerja perusahaan dana. Hal ini dimaksudkan agar laporan itu lebih informatif bagi para pembaca. Adapun kerugian yang rutin atau insidentil akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya dana perusahaan.
  2. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan- tujuan tertentu dalam jangka panjang lainnya, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai dan lain-lain.
  3. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, ataupun hutang jangka panjang lainnya mengakibatkan penarikan kembali untuk atau seterusnya saham perusahaan yang beredar, atau adanya hutang jangka panjang, diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
  4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat kurangnya dana. 
  5. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik perusahaan perorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa   penggunaan dana terdiri dari:
a.    Bertambahnya aktiva lancar selain kas
b.    Bertambahnya aktiva tetap
c.     Berkurangnya setiap jenis hutang
d.    Berkurangnya modal
e.    Pembayaran cash dividend
f.      Adanya kerugian dalam operasinya perusahaan
Dana Dalam Pengertian Kas dan Modal Kerja
a.    Dana dalam pengertian kas
     Dana dalam pengertian kas adalah suatu kekayaan yang paling likuid. Perusahaan yang tidak mempunyai persediaan kas yang cukup akan mengalami kesulitan di dalam menjalankan usahanya, antara lain untuk membeli bahan mentah, membayar upah tenaga kerja dan biaya- biaya lain.
     Perusahaan yang tidak dapat melunasi hutang-hutangnya tepat pada waktunya akan merusak citra perusahaan itu sendiri di mata kreditur.
     Dana dalam pengertian kas dapat diartikan sebagai uang beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk membayar kebutuhan finansialnya.
b.     Dana dalam pengertian modal kerja
     Dana dalam pengertian modal kerja adalah merupakan dana yang selalu tersedia dalam perusahaan yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan. Kegiatan perusahaan baru dapat dimulai jika telah tersedia dana yang akan dipakai untuk membiayai kegiatan perusahaan. Jadi dana yang dikeluarkan itu diharapkan dapat diterima kembali dalam jangka waktu di bawah satu tahun. Biasanya pengembalian itu dengan jalan menjual hasil produksi dan dari hasil penjualan itu digunakan kembali untuk membiayai kegiatan perusahaan sampai waktu tidak terbatas.           
Dengan demikian, dana dalam pengertian modal kerja akan berputar terus menerus dalam perusahaan untuk kegiatan operasi perusahaan.

Pengertian Laba


     Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan perusahaan mempunyai tujuan tertentu, sehingga perusahaan berusaha semaksimal mungkin dalam memaksimalkan laba sebagai tujuan umum perusahaan (bisnis) adalah “ membuat suatu produk atau jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya, dan menjual dengan harga yang wajar “. Dalam pembuatan keputusan merupakan elemen penting manajemen produksi dan operasi, karena semua manajer harus membuat keputusan-keputusan, maka tidak ada salahnya bila kita membicarakan masalah pembuatan keputusan.
      Dengan melaksanakan usahanya perusahaan dalam hal menggunakan sumber daya manusia (sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, bahan mentah dan sebagainya. Dalam proses transportasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi produk atau jasa.
      Selanjutnya, T. Hani Handoko, Penentuan Laba Perusahaan, (2001 : 84) mengemukakan bahwa dalam penentuan maksimisasi laba perusahaan akan menempatkan teknik-teknik atau metode perancangan dan pengalokasian berbagai sumber daya yang terbatas diantara berbagai alternatif penggunaan sumber daya manusia untuk mendukung kontinuitas usaha, serta dapat meminimalisasi biaya yang telah dioptimalkan.
      Problem produksi biasanya diformulasikan sebagai maksimalisasi keuntungan dimana sumber daya dialokasikan untuk mencapai efektifitas yang maksimal dan distribusi modal berbagai periode, dimana fungsi-fungsi dan tujuan dieksperimenkan dalam kaitannya dengan Net Present Value (NPV) aplikasi-aplikasi yang dimaksud.
a. Pemilihan proses yang dapat membantu manajemen untuk memilih kombinasi metode produksi yang terbaik dari yang tersedia.
b. Pencampuran (Blending) untuk menentukan biaya terkecil dari kombinasi unsur-unsur yang akan membentuk sebuah spesifikasi produk yang dihasilkan.
c. Transportasi untuk menentukan biaya transportasi minimal menggunakan rute yang tersedia.
      Dari ketiga aplikasi ini mempunyai fungsi dan tujuan yaitu biaya yang minimal, artinya segala aktivitas dapat dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
      Untuk mengukur prestasi perusahaan atau tingkat kemampuan, maka analisa untuk memperoleh laba merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setiap perusahaan menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan sampai sejauh mana hasil yang dicapai dan bunga dengan harta. Analisa resiko dalam memperoleh laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana, mengenai hasil akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu, selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk pengertian yang lebih jelasnya beberapa batasan yang diberikan oleh penulis berikut ini, seperti Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2000: 27) mengatakan bahwa keuntungan perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau model yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain keuntungan yang diperoleh adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu.
     Bagi batasan tersebut untuk memperoleh laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan.
     Selanjutnya, Edwan Dekar, Analisa Laporan Keuangan, (2000: 68) mengemukakan bahwa profitabilitas diukur dengan keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden menguntungkan sementara ada yang bersamaan maju untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap.
      Penulis lain yaitu Hartanto, Akuntansi Manajemen, (1999 : 46) mengemukakan bahwa keuntungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa periode yang berurutan akan dapat dilihat kecenderungan harga pokok penjualan dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut.
     Secara garis besarnya untuk memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu:
     Keuntungan secara ekonomi (return on total accers) yang sering juga disebut dengan istilah Earning Power adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruhan modal.
     Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah laba operasi dan modal adalah modal operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas           S. Munawir (1997 : 13) mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Assets).
      Analisa profit margin tersebut dimaksudkan untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai volume penjualan untuk menghasilkan laba yang di harapkan. Sedangkan operating assets turn over untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat tercermin dari kecepatan operating assets turn over.
      Suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sejauh mana perusahaan mengelola usahanya agar dapat menghasilkan laba semaksimal mungkin sedangkan laba itu sangat dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume penjualan tertentu dengan biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin perusahaan.
      Untuk menaikkan profit margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh :
a.Menaikkan Net sales yang lebih besar dari kenaikan operating expenses.
b.    Mempertahankan Net sales dengan menekan operating expenses.
c.     Mengusahakan penurunan Net sales dengan harapan terjadi penurunan     operating   expenses yang lebih besar.

Implementasi Financial Terhadap Evaluasi Kinerja Keuangan


Analisa ratio financial merupakan penilaian terhadap kinerja keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Tujuannya untuk menemukan kelemahan-kelemahan di dalam kinerja keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah di masa yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan-kekuatan perusahaan yang dapat diandalkan. Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan suatu perusahaan dapat ditujukan terhadap penilaian likuiditas perusahaan atau penilaian penyelenggaraan-penyelenggaraan perusahaan di masa lalu. Analisa rasio  financial juga berasal dari luar perusahaan sebagai usaha untuk menentukan keandalan kredibilitas perusahaan atau potensi industri. Dari manapun analisa berasal dan alat yang digunakan pada dasarnya sama.
      Rasio financial merupakan alat utama dalam analisa keuangan, karena dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
      Dalam implementasi analisa rasio financial terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua cara perbandingan yang akan dipergunakan perusahaan. Menurut apa  yang dijelaskan oleh Van Horne dan Wachowichz, Manajemen Keuangan Perusahaan, (1997 : 133) tentang kedua cara perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1.  Perbandingan internal
Analisa dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi kewajiban lancar untuk tahun sekarang dapat dibandingkan rasio lancar tahun sebelumnya.
Jika rasio financial diurutkan dalam beberapa periode tahun, analisa dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
2.  Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri
Metode perbandingan yang kedua melibatkan perbandingan rasio satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri titik waktu yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan.
Rasio ini juga membantu dalam mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata standar industri.
      Dengan perbandingan internal, perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan perubahan yang terjadi selama beberapa periode tahun buku yang akan dianalisis. Sedangkan melalui perbandingan eksternal perusahaan dapat melihat kekuatan persaingan (competition power) yang ada pada perusahaannya, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio financial internal perusahaan dengan suatu standar atau norma industri. Akan tetapi industri yang dimaksudkan adalah rasio-rasio financial yang diterbitkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan sebagai standar atau ukuran yang dapat dibandingkan dengan rasio financial suatu perusahaan.
      Pendapat lain dari Cahyono, Analisa Kinerja Keuangan, (2000:392) juga membagi metode-metode penganalisaan rasio-rasio financial mnjadi 2 (dua) perbandingan yaitu:
1.       Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan ratio-ratio kita dari waktu-waktu yang lalu (ratio histories) dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current rasio, tahun 1997 dibandingkan dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan.
2.      Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama.
      Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek financial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata (below average).
      Jadi ada 2 (dua) metode perbandingan yang digunakan perusahaan untuk menganalisa rasio financial oleh Amin Tunggal, Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan, (2002 : 125) yaitu analisa internal dan eksternal. Perbandingan internal yaitu rasio-rasio internal yang dibandingkan antara rasio-rasio (rasio histories) yang lalu dengan rasio sekarang (present rasio). Perbandingan eksternal yaitu rasio-rasio yang sengaja dikeluarkan oleh lembaga-lembaga keuangan atau badan-badan keuangan untuk dijadikan standar bagi perusahaan-perusahaan dalam menganalisa rasio-rasio finansialnya.
      Dengan demikian, perbandingan internal dan eksternal merupakan indikator perusahaan dalam menyusun rasio financial manajer keuangan dapat mengambil salah satu indikator dari keduanya. Indikator ini untuk menjawab kondisi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat mengambil kebijaksanaan strategis tentang pembelanjaan perusahaan dimasa yang akan datang. Di Amerika serikat perbandingan rasio perusahaan dengan rasio industri sudah sangat luas penggunaannya karena dinegara tersebut ada beberapa badan atau bank yang menyusun rasio-rasio industri antara lain “DUN and Bradstreef dan Robert Morris Associates (RMA)” (Anonim 2002:214). Di Indonesia jika perusahaan hendak mengadakan analisa rasio, mungkin pada saat ini hanya dapat mengadakan analisa rasio internal karena belum adanya lembaga atau badan yang  menyusun rasio industri.