Powered By Blogger

Senin, 19 Agustus 2013

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK


          Peneliti mengambil 3 penelitian terdahulu sebagai dasar dalam penelitian saat ini, diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan Marwata (2001), penelitian ini hanya melakukan penelitian yang singkat atau hanya satu (1) tahun saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan dan tingkat kemahalan harga saham antara perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan yang tidak. Tehnik pengujiannya menggunakan independent t­test. Hasil dari penelitian saham yang diukur dengan laba bersih maupun laba perlembar saham tidak lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham.
Persamaan penelitian ini dengan Marwata adalah menggunakan variabel yang sama yaitu Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) sebagai rasio dalam pengukurannya. Perbedaannya terletak pada periode penelitian, penambahan variabel penelitian, dan perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu Marwata hanya meneliti perusahaan manufaktur yang bergerak pada industri kimia dasar periode 1996-1997, sedangkan penelitian sekarang melakukan penelitian pada seluruh perusahaan manufaktur yang go public untuk periode tahun 2000-2005, serta ada
serta ada penambahan beberapa variabel yaitu; return saham, ROI dalam pengukuran kinerja keuangannya, serta menggunakan obyek penelitian pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2. Penelitian yang dilakukan Muazaroh dan RR. Iramani (2004), penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar, kinerja keuangan, peningkatan laba, tingkat kemahalan harga saham dan perbedaan volume perdagangan saham. Perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan yang tidak melakukan pemecahan saham. Teknik pengujiannya menggunakan one simple t-test, independent sample t-test, dan paired sample t-test. Hasilnya menunjukkan bahwa reaksi pasar terjadi sebelum peristiwa pemecahan saham dilakukan. Pertumbuhan EAT dan pertambahan EPS tidak lebih tinggi dari pada perusahaan bukan pemecah saham.
Persamaan penelitian ini dengan Muazaroh dan RR. Iramani adalah menggunakan variabel EPS, PBV, dan PER sebagai rasio pengukurannya. Perbedaannya terletak pada periode penelitian, perusahaan yang diuji, dan sampel atau variabel penelitiannya. Penelitian Muazaroh dan RR. Iramani hanya meneliti perusahaan manufaktur yang bergerak pada industri Property dan Real Estate periode 1996-1997, sedangkan penelitian sekarang melakukan pada seluruh perusahaan manufaktur yang go public di BEJ pada tahun 2000­2005, serta ada penambahan beberapa variabel, yaitu: return saham, ROI dalam pengukuran kinerja keuangannya, serta TVA untuk mengukur likuiditas saham.
3. Penelitian yang dilakukan Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2005), penelitian ini bertujuan untuk melakukan beberapa pengujian, yaitu: (1) melakukan pengujian kandungan informasi pengumuman stock split, dengan mengelompokkan karakteristik perusahaan yang melakukan stock split menjadi perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh yang bertujuan untuk melihat efek suatu pengumuman yang didasarkan atas karakteristik perusahaan yang berbeda, (2) melakukan pengujian perbedaan resiko sistematis (beta) sebelum dan setelah stock split. Pengujian inipun juga mengelompokkan karakteristik perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, untuk melihat efek perbedaan karakteristik perusahaan, (3) melakukan pengujian efek intra industri pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, (4) menguji apakah abnormal return dan karakteristik perusahaan reporter berpengaruh terhadap abnormal return perusahaan non reporter dalam sub sektor industri yang sama.
Persamaan penelitian Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi dengan penelitian sekarang adalah menggunakan variabel yang sama, yaitu return saham. Perbedaannya terletak pada periode penelitian dan perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi hanya meneliti perusahaan yang bertumbuh dan yang tidak bertumbuh periode 1997-2002 sedangkan penelitian sekarang melakukan penelitian pada seluruh perusahaan manufaktur periode 2000-2005, serta terdapat penambahan variabel yaitu ROI yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.



2.2     Landasan Teori
2.2.1 Pengertian saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham. Suatu perseroan terbatas mengeluarkan sertifikat saham kepada pemiliknya sebagai bukti investasi mereka dalam usaha. Satuan dasar dari modal saham adalah lembar saham. Suatu perseroan terbatas mengeluarkan sertifikat saham untuk sejumlah lembar saham yang diinginkan. Saham yang ada ditangan pemegang saham disebut saham beredar. Total jumlah saham dalam peredaran pada tiap waktu mewakili seratus persen kepemilikan perseroan terbatas disebut modal saham.

2.2.2 Efisiensi pasar modal
Pasar modal dikatakan efisiensi bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh pemakai modal, sehingga informasi yang relevan dan terpercaya dan telah tercermin dalam harga-harga saham. Sebagian besar saham dihargai dengan tepat dan pemodal dapat memperoleh imbalan normal dengan memilih secara acak saham-saham dalam resiko tertentu. Karena penyampaian informasi begitu sempurna, tidak mungkin bagi pemodal manapun untuk memperoleh laba ekonomi (imbalan abnormal) dengan memanipulasi informasi yang tersedia khusus baginya.


Ciri penting efisiensi pasar adalah gerakan acak (random walk) dari harga pasar saham. Harga saham secara cepat bereaksi terhadap berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannyapun tidak bisa diduga. Sepanjang suatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin pada harga saham (Pandji, Piji, 2001:83).
Jadi yang dimaksud dengan pasar modal yang efisien adalah pasar dimana semua informasi yang tersedia secara luas dan murah untuk para informasi dan investor yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut.
Pasar modal efisien terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu (Pandji, Piji, 2001:85):
1. Pasar efisien bentuk lemah (weakform)
Adalah suatu pasar modal dimana harga saham sekarang merefleksikan semua informasi historis (seperti harga dan volume perdagangan dimasa lalu). Lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan dengan harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut tidak bisa langsung digunakan untuk memprediksi perubahan dimasa yang akan datang karena sudah tercermin pada harga saham saat ini. Berbagai kecenderungan harga dapat ditemukan oleh analisis kecenderungan informasi masa lalu. Jadi, pasar modal efisien bentuk lama, harga saham mengikuti kecenderungan tersebut.
2. Pasar efisien bentuk setengah kuat (semi strong)
Pasar efisien bentuk setengah kuat adalah pasar dimana harga saham pada pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, deviden, pengumuman stock split, penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan) sampai ke masyarakat keuangan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi perusahaan dan dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi. Jadi semua informasi yang relevan dipublikasikan menggambarkan harga saham yang relevan. Jadi dapat disimpulkan dalam pasar efisien bentuk setengah kuat ini investor tidak dapat berharap akan mendapatkan abnormal return jika strategi yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan.
3. Pasar efisien bentuk kuat (strong form)
Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisien pasar yang tertinggi (konsep pasar yang tertinggi). Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham baik informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan (private information), sehingga dalam pasar bentuk ini tidak akan ada seorang investorpun yang bisa memperoleh abnormal return. Private Information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena alasan strategi.

2.2.3 Pemecahan saham (stock split)
Menurut Agus Sartono (1996; 391-392), stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah lembar saham yang beredar bertambah pula. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan.
Haryono Yusuf (2001;346) mengemukakan bahwa salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga pasar saham­-sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan.
Stock split yang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three for one stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan (Ewijaya, Nur Indrianto, 1999), yaitu :


1.  Split up (pemecahan saham naik)
Adalah penurunan naik nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada awalnya nilai nominal per lembar saham sebelum melakukan stock split sebesar seribu lima ratus rupiah, maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham yang banx adalah lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga lembar.

2. Split down (pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down dengan faktor pemecahan 1:3 yang merupakan kebalikan dari split up. Awalnya nilai nominal per lembar saham seribu rupiah, kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3, maka nilai nominal per lembar saham baru adalah tiga ribu rupiah dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham.
          Reaksi pasar terhadap stock split dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang. Ada sebagai peneliti yang mengukur reaksi pasar stock split berdasarkan Likuiditas saham, beta saham dan harga saham (Wildhan, 2003). Sedangkan dalam penelitian ini mengambil empat reaksi pasar, yaitu :


1. Pengaruh stok split pada Likuiditas
Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan adalah tingkat Likuiditas saham tersebut. Dalam manajemen keuangan, Likuiditas suatu aset menunjukkan seberapa cepat aset tersebut dapat dikonversi menjadi uang tunai (kas). Semakin cepat aset tersebut berubah menjadi kas, maka semakin tinggi likuiditasnya.
Begitu pula halnya saham yang juga merupakan aset bagi para pemegangnya. Saham yang sudah diperdagangkan dalam waktu yang relatif singkat akan dimintai oleh banyak investor. Agar mudah diperjualbelikan. Saham-saham tersebut harus mempunyai daya tarik tersendiri. Misalnya harga saham yang murah dan biaya komisi untuk transaksi jual beli yang relatif kecil.

2. Pengaruh pemecahan saham pada harga saham
Harga saham yang dimaksud adalah harga pasarnya. Harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkatkan lagi. L7ntuk mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan melakukan stock split. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli investor dan meningkatkan harga saham tersebut. Berbagai penelitian empiris telah dilakukan untuk menguji kebenaran bahwa stock split memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Para peneliti tersebut memperoleh kesimpulan yang sama bahwa sebenarnya stock split tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Perubahan saham yang terjadi di sekitar periode stock split semata-mata hanya dipengaruhi oleh ekspektasi para investor terhadap deviden yang telah dibagikan.
Para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya :
1.  Harga yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar.
2. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi
3. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid
4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus.

3. Pengaruh Return Saham Terhadap Keputusan Pemecahan Saham
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (1996 : 300), return saham disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan perubahan nilai harga saham periode t dengan t-1. Dan berarti bahwa semakin tinggi perubahan harga saham maka semakin tinggi return saham yang dihasilkan.
Fatma et. al (1969) dalam Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999 : 54) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa harga saham meningkat pada periode menjelang pemecahan saham dilakukan. Ini berarti terjadi perolehan atau return saham yang besar pada periode sebelum pemecahan saham dilakukan. Hal tersebut akan memberikan ketertarikan bagi investor untuk melakukan investasi.
Pemecahan saham biasanya dilakukan setelah harga saham mengalami kenaikan atau perubahan harga saham yang tinggi (Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999). Hal tersebut dapat dikatakan pula perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami perolehan return saham yang besar sebelum pemecahan saham dilakukan. Dengan melihat kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan return yang tinggi maka investor akan berminat untuk menanamkan modal atau membeli saham perusahaan tersebut dan akan mendorong dan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial (Marwata, 2001 ; 753). Dengan memandang bahwa perusahaan akan memberikan return (tingkat pengembalian) yang tinggi, akan memberikan daya tarik investor untuk berinvestasi dan akan mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.
Dari uraian diatas berarti bahwa return saham merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong investor untuk berinvestasi dan menjadi faktor yang memotivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa return saham dapat mempengaruhi keputusan pemecahan saham yaitu semakin tinggi return saham yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi pula keputusan perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.

4. Pengaruh Kinerja Keuangan 'I'erhadap Keputusan Pemecahan Saham
Bar - Yosep dan Brown (1977) dan Asquith at. A1 (1989) dalam Marwata (2001 : 753) Menemukan adanya reaksi positif atas pengumuman pemecahan saham. Ewijaya dan Indriantoro (1999) menyatakan bahwa reaksi pasar tersebut sebenarnya bukan karena respon terhadap tindakan pemecahan saham itu sendiri, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh pemecahan saham tersebut. Sinyal yang ditunjukkan dalam pemecahan saham tersebut adalah bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik.
Copeland (1979 : 116) dalam Marwata (2001) menyatakan bahwa salah satu gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus. Perusahaan yang melakukan pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemecahan saham yaitu investor akan lebih cenderung tertarik pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus untuk berinvestasi, dan hal tersebut akan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.

2.2.4 Signaling Theory
Menurut teori ini kegiatan pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.
          Beberapa pendapat yang berkaitan dengan signaling theory telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti sebagai berikut :
1.  Marwata (2001) menyatakan bahwa return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan memberikan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang, dan analis yang menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang.
2. Marwata (2001) menyatakan bahwa salah satu gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus, perusahaan melakukan stock split memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukan stock split.
3.  Menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan stock split mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat tahun sebelum stock split dilakukan, peningkatan terbesar terjadi pada tahun pertama sebelum stock split dilakukan (Marwata, 2001)
Stock split merupakan upaya untuk menarik perhatian investor, dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi yang bagus. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberian sinyal kredibel. Oleh karena itu perusahaan harus menunjukkan kredibilitasnya. Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus.

2.2.5 Trading Range Theory
Menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena batas harga optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang ingin memperjualbelikan yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Beberapa pendapat yang mendukung teori ini telah dikemukakan oleh peneliti, sebagai berikut :
Merupakan hasil dari survei yang telah dilakukan yaitu manajer cenderung menyebut alasan likuiditas sebagai motivasi dari stock split (Marwata, 2001). Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat dalam perdagangan.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut teori ini, perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain,  harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan stock split.

2.2.6 Earning Per Share (Laba Per Lembar Saham)
Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139).
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning perusahaan. di masa depan.
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Lukman Syamsudin, 1992 : 66). Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan. adalah sebagai berikut :
EPS =     ……………………         (1)

2.2.7 Price to Earning Ratio (rasio harga terhadap laba bersih)
Price Earning Ratio (PER) merupakan komponen kedua setelah EPS yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Menurut Eduardus Tandelilin (2001 : 243), informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Disamping itu PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan.
Menurut Hendry dan Tjiptono (2001:140), PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dengan satuan kali. Misalnya jika suatu saham memiliki PER sebesar sepuluh kali, berarti pasar menghargai sepuluh kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi pemodal, semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah.
Oleh karena itu PER sangat efektif untuk mengukur kemahalan harga saham. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kemahalan harga saham dengan cara membandingkan antara rata-rata PER perusahaan yang melakukan stock split dengan rata-rata PER perusahaan yang tidak melakukan stock split. Apabila rata­-rata PER perusahaan yang melakukan stock split lebih tinggi dari rata-rata PER perusahaan yang tidak melakukan stock split, maka hal itu berarti harga saham perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal dari pada harga saham perusahaan yang tidak melakukan stock split.
Price to Earning Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PER =                                                               ……………………….…..            (2)

2.2.8 Price to Book Value (Rasio harga terhadap nilai buku)
Price to Book Value (PBP9 adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Tjiptono dan Hendry, 2001: 141). Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut .
Dalam ini, peneliti juga akan membandingkan antara rata-rata PBV perusahaan yang melakukan stock split dengan rata-rata PBV perusahaan yang tidak melakukan stock split. Apabila rata-rata PBV perusahaan yang melakukan stock split lebih tinggi dari pada rata-rata PBV perusahaan yang tidak melakukan stock split maka harga saham tersebut dapat dikatakan overprice, begitu pula sebaliknya.
Price to Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PBV  =   ..........................................            (3)
Dimana nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Jogiyanto, 1996 : 63). Adanya asumsi aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga nilai buku per lembar saham dapat dirumuskan sebagai berikut :
Nilai buku per lembar saham =   …........      (4)

2.2.9 Return On Investment (ROI)
Analisa ROI adalah analisa laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI merupakan tekruk analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net operation income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
ROI dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
ROI  =    ......................................................................        (5)

2.2.10. Return Saham
Return saham biasanya disebut pendapatan saham dan didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode t - 1 dengan periode t ditambah dengan pendapatan-pendapatan lain yang terjadi sebelum periode t tersebut (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 1996). Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan (return) yang diharapkan untuk masa-masa mendatang. Investor saham akan memperoleh tingkat keuntungan dari deviden yang dibagikan, ditambah perbedaan nilai perusahaan pada waktu pertama kali investasi yang meningkat berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat keuntungan tersebut. Tingkat keuntungan masa lalu bisa dipakai untuk menilai kemampuan perusahaan sekaligus memproyeksikan kemampuan perusahaan pada masa mendatang. Untuk mengukur pendapatan saham selama satu tahun (periode) digunakan persamaan sebagai berikut :
R  =  
Keterangan
R       =   Hasil pengembalian aktual (yang diharapkan) saat t menunjuk periode waktu tertentu di masa lalu (yang akan datang)
Pt       =   Harga saham pada saat t
Pt-1      =   Harga saham pada waktu (t-1)
Return di masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi return di masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Pengujian jangka pendek biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah return pada masa sebelumnya dapat digunakan untuk memprediksi return hari ini. Prediksi jangka panjang dapat diprediksi dengan menggunakan data yang berhubungan dengan tingkat return pasar dan struktur tingkat suku bunga. Investor perlu melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan (IBM Santika dan Djayani Nurdin, 2003).
Pengukuran return juga harus dipertimbangkan adanya pendapatan-pendapatan lain seperti deviden yang terjadi selama periode t tersebut (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 1996:300). Misalkan kita membeli saham pada tahun ini dengan harga Rp 1.000,- kemudian tahun depan harga saham tersebut naik menjadi Rp 1.200,-. Selama tahun tersebut perusahaan membagi deviden sebesar Rp 50,- Dengan data tersebut, return dapat dihitung sebagai berikut :
Return   =  
=   25%
Investasi saham tersebut menghasilkan return saham sebesar 25%.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengukur pendapatan saham (return saham) digunakan persamaan sebagai berikut :
R  =  
Keterangan
R       =   Hasil pengembalian aktual (yang diharapkan) saat t menunjuk periode waktu tertentu di masa lalu (yang akan datang)
Pt       =   Harga saham pada saat t
Pt-1      =   Harga saham pada waktu (t-1)
D       =   Deviden yang dibagi selama periode t


2.2.11 Trading Volume Activity (TVA)
Likuiditas saham diukur dengan menggunakan Proxi Trading Volume Activity (TVA). Trading volume Activity yang digunakan adalah rata-rata TVA lima hari sebelum dan sesudah melakukan pemecahan saham. Untuk menentukan TVA digunakan rumus :
TVA =  

2.3     Kerangka Pemikiran
          Kerangka Pemikiran dari penelitian ini adalah, sebagai berikut :
 













Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Pada gambar   kerangka pemikiran di atas dijelaskan bahwa ada / terdapat 2 jenis perusahaan manufaktur yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini, yaitu perusahaan pemecah saham dan perusahaan non pemecah saham. Perusahaan pemecah saham kemudian dibagi lagi menjadi 2, yaitu : Signaling Theory & Trading Range Theory. Signaling Theory memberikan sinyal (petunjuk) tentang kinerja keuangan yang pengukurannya menggunakan ROI dan EPS dan return saham yang pengukurannya dengan R sedangkan Trading Range Theory memberikan gambaran tentang harga saham yang pengukurannya menggunakan PER dan PBV. Dan likuiditas saham yang pengukurannya menggunakan TVA. Kemudian perusahaan non pemecah saham dimana juga membawahi 4 variabel penelitian seperti yang terdapat pada perusahaan pemecah saham, yaitu kinerja keuangan (ROI dan EPS), Return Saham (R ), harga saham (PER dan PBV), dan likuiditas saham (TVA). Analisa kedua jenis perusahaan di atas dilakukan dengan uji beda untuk memperoleh kesimpulan tindakan.

2.4     Hipotesis Penelitian
          Berdasarkan beberapa landasan teori tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1     =   Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta yang diukur dengan ROI dan EPS.
H2     =   Terdapat perbedaan tingkat kemahalan harga saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta yang diukur dengan PER dan PBV.
H3     =   Terdapat perbedaan Return saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta yang diukur dengan R.

H4     =   Terdapat perbedaan likuiditas saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta yang diukur dengan TVA.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN

2.1        Pengertian Manajemen
Dalam  menguraikan definisi manajemen ini, masing-masing pengarang mempunyai tafsiran yang berbeda tergantung dari pendekatan yang digunakan oleh pengang itu. Beberapa pengarang mendefinisikan manajemen dengan menekan kepada manajemen sebagai seni, ilmu atau profesi, walaupun demikian jika disimak dari beberapa penedekatan tersebut pada prinsipnya sama.
Yaitu agar terdapat tata kerja yang baik didalam suatu oganisasi sehingga tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap manusia dalam pejalanan hidupnya selalu menjadi anggota daribeberapa macam organisasi, sepeti organisasi sekolah, perkumpulan olahraga, kelom[ok musik, militer ataupun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini mempeunyai kesamaan dasar walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal. Dari sini terlihat bahwa dalam mengelola suatu organisasi itu mereka harus melakukannya secara profesional ataupun secara sederhana.
Ini menunjukkan bahwa ilmu manajemen bersifat universal, dan mempergunakan kerangka ilmu  pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip  dan konsep-konsep yang cenderung benar  dalam semua situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa  ilmu  manajemen   dapat diterapkan dlam semua organisasi manusi, seperti perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lain.
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua  usaha  sia-sia  dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Disini jelas bahwa manajemen sangatlah dibutuhkan dalam suatu organisasi. Pendapat dari para ahli yang menyatakan pengertian manajemen antara lain: Menurut (james. A. F Stoner, 1996 )
” Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisisan, pemimpinan dan  pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua   sumber  daya  organisasi  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Sedangkan menurut (The Liang Gie, 1982)
” Manajemen adalah unsur yang merupakan rangkaian perbuatan menggerakkan karyawan-karyawan dan mengarahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan organisasi yang bersangkutan benar-benar tercapai.”
Menurut (T. Hani Handoko, 1998) alasan utama diperlukannya manajemen, yaitu :
a.                Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.
b.      Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang sangat bertentangan.   Manajemen    dibutuhkan   untuk   menjaga     keseimbangan
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan  , maupun kreditur,  pelanggan,  supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
c.                Untuk mencapai  efisiensi dan efektifitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara berbeda. Salah satu cara umum adalah efisiensi dan efektivitas.
Dari uraian di atas  terlihat  bahwa salah satu ilmu manajemen digunakan untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan dan efisiensi dan efektivitas. Jadi di sini menurut (James.A.A.Stoner, 1996) terlihat bahwa ilmu manajemen boleh dikatakan suatu seni.
” Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melaui orang lain”.
Definisi ini   mengandung  arti  bahwa para manajer  mencapai    tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Para pakar ekonomi  mengatakan  bahwa  manajemen  itu mempunyai arti sangat luas,  sehingga dalam kenyataannya  tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang.
Sedangkan (George R. Terry, 1994) menyatakan sebagai berikut :
” Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain ”.

” Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber-sumber daya manusia seta sumber-sumber lain”.
Dari definisi di atas bahwa ada yang mengatakan  bahwa manajemen   itu adalah seni dan proses. Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa hal iti adalah kemampuan atau keterampilan pribadi. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara sistematis untuk melakukan pekerjaan atau karena manajemen tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan kegiatan tertentu yang saling bersangkutan untuk tujuan yang mereka inginkan.
Dari  uraian  diatas menunjukkan juga bahwa para manajer menggunakan semua sumber daya organisasi keuangan, peralatan  dan informasi seperti halnya orang dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Orang atau  manusia  adalah sumber daya yang terpenting bagi setiap organisasi,  tetapi  para manajer tidak akan dapat mencapai tujuan secara optimal bila mereka  mengabaikan sumber daya organisasi lainnya.



2.2.            Pengertian Organisasi
Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu maka manusia harus bekerja sama dengan pihak lainnya yaitu dengan berorganisasi. Dengan adanya organisasi mengakibatkan adanya pembagian kerja antara kelompok orang-orang yang bekerja sama.
Dalam organisasi yang kecil, pembagian kerjanya tidak begitu terlihat, tapi sebaliknya pada organisasi yang benar nampak jelas pembagian kerjanya dalam struktur oleh sebab itu dalam struktur organisasi harus secara jelas tercermin adanya pembagian kerja.
Dengan demikian kegiatan-kegiatan di dalam organisasi dengan berjalan sebagaimana mestinya guna mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Pendapat yang mengemukakan pengertian organisasi antara lain:
Pendapat (Sondang p. Siagian, 1986) :
”Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan”.
Sedangkan menurut 9James L. Gibson, a991) :
” organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan masyaakat mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan”.

Menurut (Leonard D White, 1979) memberikan 2 pengertian yaitu :
a.       Organisasi adalah pola hubungan yang ditetapakan secara formil oleh hukum dan top manajemen (organisasi formil)
b.      Organsasi adalah sejumlah tata hubungan kerjasama antara sejumlah orang dalam suatu jangka waktu yang panjang (organisasi informal).
            Dari definsi atau pengertian yang telah penulis kemukakan di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dasar daripada organisasi adalah:
a.       Adanya dua orang atau lebih
b.      Adanya maksud untuk bekerja sama
c.       Adanya pengauran hubungan
d.      Adanya tujuan yang hendak dicapai
            Berdasarkan  unsur-unsur dasar di atas maka organisasi pada pokoknya adalah sekelompok manusia, dengan sengaja dipesatkan dalam suatu kerjasama yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari uraian ini ada tiga unsur yang menonjol yaitu :
a.       Organisasi bukanlah suatu tujuan melainkan suatu alat untuk mencapai tujuan
b.      Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama dari sejumlah manusia yang terikat hubungan formal.
c.       Dengan adanya organisasi, bukan berarti manusia tergantung pada orang lain akan tetapi dengan adanya keterlibatan orang lain  mempunyai manfaat yang lebih positif yaitu dapat mempermudah usaha manusia dalam mencapai tujuan.

2.3.      Prinsip-prinsip Organisasi
               Menurut (Manullang, 1994) agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik atau dalam rangka membentuk suatu oganisasi yang baik atau dalam usaha  organisasi perlu kita perhatikan beberapa prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut :
1.      Perumusan tujuan yang jelas
2.      Pembagian keja dan Delegasi Kekuasaan
3.      Rentang kekuasaan
4.      Tingkatan-tingkatan pengawasan
5.      Kesatuan perintah dan tanggung jawab
6.      koordinasi
Perumusan tujuan yang jelas
Bila akan melakukan sesuatu aktivitas, maka pertama-tama harus jelas ialah  apakah  tujuan  akativitas tesebut. Demikian  pula  kita mengorganiser atau  membuat  suatu  skema  organisasi  atau   membentuk  suatu  badan,  maka

pertama-tama harus  jelas apa  yang menjadi tujuannya. Bagi suatu benda, tujuan itu akan berperan sebagai:
1.      pedoman ke arah mana organisasi itu akan dibawa
2.      landaan bagi organisasi yang bersangkutan
3.      menetukan macam aktivitas yang akan dilakukan dan
4.      menentukan program, prosedur dan kiss me (koordinasi, integrasi, simplikasi, sinkronisasi dan mekanisasi).
Pembagian kerja
Di dalam sebuah organisasi, pembagian kerja atau tugas pekerjaan adalah keharusan mutlak tanpa itu kemungkinan terjadinya tumpang tindih menjadi amat besar. Pembagian tugas pekerjaan pada akhirnya akan menghasilkan departemen-departemen dan job  description dari masing-  masing departemen   sampai  unit-unit  terkecil  dalam organisasi. Dengan  pembahagian tugas pekerjaan, ditetapakan sekaligus susunan organisasi (struktur organisasi), tugas  dan  fungsi-fungsi  masing-masing unit dalam organisasi,  hubungan-hubungan serta  wewenang masing-masing unit oganisasi.
Pembagian tugas saja perlu dilihat dari manfaat yang diperoleh dari penerapan spesialisasi, tetapi pula dalam rangka mewujudkan penempatan orang yang tepat pada jabatan yang tepat dan pula dalam mempermudah pengawasan oleh atasan.

Delegasi kekuasaan
Salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan. Kepada setiap pejabat harus didelegasikan kekuasaan, atau wewenang yang perlu ahar pejabat tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya. Wewenang atau kekuasaan itu mempunyai aspek, antara lain wewenang mengambil keputusan, wewenang menggunakan peralatan, bahan dari uang, wewenang memerintah, wewenang pemakaian waktu tettentu dan lain sebagainya.
Delegasi kekuasaan merupakan keahlian pimpinan yang penting dan elementer sebab dengan delegasi kekuasaan, seorang pemimpin dapat melipat gandakan waktu, perhaitan dan pengetahuannya yang terbatas. Bahkan dapat dikatakan, delegasi kekuasaan merupakan salah satu jalan utama bagi setiap pemimpin untuk dipercaya akan diri sendiri. Kesanggupan untuk menerima tanggung jawab adalah test pertama bagi seorang pemimpin, tetapi keberanian mendelegasikan kekuasaan kepada bawahan merupakan tanda nyata seorang pimpinan yang sukses.
Rentang kekuasaan
Mengenai prinsip rentang kekuasaan, dipergunakan berbagai istilah-istilah yang berbeda, seperti span of authority, span of control (rentan pengawasan), span of management  dan  span  of  managerial responsibilities  dan dalam bahasa  Indonesia  dipakai  istilah  lain  seperti  jenjang  pengawasan,

Jenjang  kekuasaan dan rentang kendali. Dengan rentang kekuasaan dimaksudkan berapa jumlah orang yang setepatnya yang menjadi bawahan seseorang pemimpin, sehingga pemimpin itu dapat memimpin, membimbing dan mengawasi dengan secara berhasil guna dan berdaya guna.
Tingkat-tingkat pengawasan
Menurut prinsip ini, tingkat pengawasan atau tingkat pemimpin hendaknya  diusahakan  sedini  mungkin.  Di  dalam suatu organisasi diusahakan agar organisasi sesederhana mungkin, selain memudahkan komunikasi pula agar ada motivasi  bagi  setiap  orang di dalam organisasi untuk mencapai timgkat-timgkat tertnggi di dalam struktur organisasi. Sehubungan dengan prinsip-prinsip tingkat-tingkat pengawasan  ini, maka  suatu organisasi yang baik yaitu berbentuk pipih dan tidak menjulang tinggi.
Kesatuan perintah dan tanggung-jawab
Menurut prinsip ini maka seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia memberi pertanggungjawaban akan  pelaksanaan  tugasnya. Dengan kata lain prinsip tidak seorangpun dapat melayani dua atasan sekaligus
Koordinasi
Prinsip yang tidak kalah pentingnya dlam organisasi adalah prinsip koordinasi.  Adanya  pembaian  tugas  pekerjaan  dan  bahagian-bahagian  serta,


unit-unit terkecil di dalam suatu organisasi, cenderung timbul kekuatan memisahkan diri dari organisasi sebagai keseluruhan.

3.3.      Pentingnya Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
Pelatihan sumber daya manusia berhubungan erat dengan penilaian terhadap hasil pekerjaan mereka, artinya pelatihan dilaksanakan setelah ada hasil penilaian. Pelatihan dilakukan agar para karyawan memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.
Melaksanakan pelatihan berarti mengembangkan pengetahuan para karyawan untuk lebih mengenal dan memahami :
1.      Seluk beluk pelaksanaan pekerjaan lebih mendalam.
2.      Perkembangan perusahaan.
3.      Sasaran yang akan dicapai perusahaan.
4.      Perlunya kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan.
5.      Informasi yang disampaikan perusahaan.
6.      Kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaan.
7.      Hubungan-hubungan dengan lingkungan.
8.      Kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
9.      Sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas perusahaan.
10.  Perilaku karyawan yang mendukung dan dituntut perusahaan.

Seseorang karyawan yang sudah terampil akan terlihat pada gejala-gejala sebagai berikut ;
1.      Tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan.
2.      Mempunyai gerak kerja yang cepat dan tepat.
3.      Jarang sekali melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam bekerja.
4.      Sudah mempunyai kiat-kiat tertentu dalam melaksanakan pekerjaan.
5.      Produktivitas kerja meningkat dari biasanya.
Bila pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia tidak dilakukan dalam suatu perusahaan, maka akan terlihat pada gejala-gejala  sebagai  berikut :
1.      Sering berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.
2.      Tidak pernah berhasil  memenuhi  standard kerja seperti yang dituntut uraian pekerjaan.
3.      Mempunyai pola pikir yang sempit dan picik.
4.      Tidak  mampu  menggunakan  peralatan  yang  lebih  canggih dalam bekerja.
5.      Akan tetap tinggal bodoh dan terpaut path pekerjaan rutin.
6.      Produktivitas kerja tidak pernah meningkat.
7.      Kesinambungan perusahaan tidak bisa dijamin.
8.      Rasa kepedulian karyawan yang rendah terhadap perusahaan.
9.      Perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan lain.
10.  Perusahaan  selalu  ketinggalan  dalam  memberikan  pelayanan  yang    baik
Kepada pelanggan.
Manfaat yang diperoleh perusahaan bila perusahaan melaksanakan kegiatan pelatihan karyawan, sebagai beikut :
1.      Perusahaan akan berkemampuan menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang.
2.      Perusahaan akan mempunyai SDM   yang    selalu tampil meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan.
3.      Perusahaan akan mampu menjawab tantangan    perkembangan keadaan masa depan.
4.      Perusahaan dapat meningkatkan prestasi   karyawan secar individual maupun kelompok
5.      Mekanisme  perusahaan   lebih fleksibel dan tidak kaku dalam menggunakan teknologi baru.
6.      Perusahaan dapat mempersiapkan karyawan-karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Menurut ( Soekidjo Notoatmodjo, 1991) program pendidikan dan pelatihan bagi suatu perusahaan memiliki arti penting antara lain sebagai berikut:
a.                Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam organisasi, belum tentu mempunyai  kemampuan  yang sesuai  dengan persyaratan yang diperlukan dalam jabatan  tersebut.Hal  ini   terjadi
karena sering seseorang menduduki jabatan tertentu bukan                                karena kemampuannya, melainkan karena tersedianya formasi. Oleh sebab itu karyawan atau staf baru ini perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan.
b.      Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu organisasi atau instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu belum diperlukan, sekarang diperlukan. Kemampuan orang yang akan menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian maka diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan oleh jabatan tersebut.
c.                Promosi dalam suatu organisasi adalah suatu keharusan apabila organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai salah satu ”reward dan insentive” (ganjaran dan perangsang).

d.      Di dalam masa pembangunan ini organisasi atau instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para karyawannya agar diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan.