Powered By Blogger

Sabtu, 22 Oktober 2016

Penetapan Harga Jual Dalam Meningkatkan Penjualan Pada PT XXX

 Penetepan harga jual dari produk suatu perusahaan, tentu memerlukan kualitas agar bisa bersaing barang produk apalagi untuk menetapkan harga. Memperhatikan harga jual produk perusahaan dalam bidang yang sama.  Kalau tujuan utama untuk memenuhi permintaan konsumen disamping mencari laba dari setiap kegiatan operasional dijalankan, sehingga masing-masing perusahaan yang harus mempunyai strategi tersendiri di dalam memasarkan hasil produksinya.
      Perhatian pihak pemerintah memberikan fasilitas berupa modal kerja  bagi masyarakat untuk meningkatkan perusahaan swasta dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen disamping mencari laba dari setiap kegiatan operasional yang dijalankan ,sehingga masing-masing perusahaan yang harus mempunyai strategi tersendiri didalam memasarkan hasil produksinya .
Untuk memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya dalam berbagai faktor diperhatikan seperti penghasilan dan biaya yang lebih rendah dari penghasilan itu ,perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan.Dalam upaya mencari laba yang besar perusahaan harus mampu menjual dalam jumlah yang besar dan tingkatan harga tertentu.
Penjualan yang dilakukan perusahaan ditentukan dan permintaan konsumen terhadap barang yang dijual dan salah satu yang mempengaruhi permintaan konsumen dalam suatu barang adalah harga jual barang yang bersangkutan .Apalagi jumlah perusahaan yang bersifat persaingan sempurna dimana terdapat banyak penjual,konsumen mempunyai banyak pilihan terhadap barang yang dibutuhkan berdasarkan harga dan tingkat kepuasaan yang diperoleh dan barang-barang yang dibelinya.
      Selama ini disebabkan karena adanya penetapan harga penjualan sebelum dikalkulasi sejumlah biaya yang telah yang dikeluarkan oleh perusahaan ,karena hasil produksi diserahkan pada bagian pemasaran untuk menetapkan harga jual.

            Perhatian pada produsen tidak terbatas pada persediaan barang atau hasil produksinya saja ,tetapi juga bagaiman barang itu dapat mencapai pasar.Pasar yang dimaksud disini adalah terdiri dari pelanggan potensialdengan kebutuhan dan keinginan tertentu.
      Sehubungan dengan uraian diatas,maka salah satu kebijakan perusahaan untuk mencapai keuntungan adalah dengan cara analisis penetapan harga jual barang.Bahwa dalam menetapkan harga jual merupakan profit planning apporoach yang didasarkan pada hubungan antara volume penjualan ,laba dan,pembiayaan.Oleh karena itu perusahaan harus mampu dalam menetapkan harga sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dalam bidang penjualan maupun dibidang perencanaan laba dan keuntungan
      Analisis menetapkan harga jual merupakan suatu masah ketika perusahaan akan menetukan harga pertama kali .hal ini terjadi ketika perusahaanmengembangkan suatu produk atau barang yang baru ,ketika perusahaan ingin memperkenalkan produk atau barangnya kesaluran distribusi atau kedaerah baru,haru memutuskan posisi produknya untuk mutu dan harga.
      Analisis menetapkan harga jual merupakan suatu masalah ketika perusahaan akan menentukan harga pokok penjualan, hal ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan suatu produk atau barang yang baru ketika perusahaan ingin memperkenalkan produknya kesaluran distribusi atau kedaerah baru,harus memutuskan posisi produknya untuk mutu dan harga

      Dalam hal penetapan harga jual terlebih dahulu harus biaya perunut produkyang dihasilkan.Tanpa mengetahui har per unit produk harga jual tidak mungkin dapat ditentukan,dalam penetapan harga jual yang pertama kali dilakukan adalah perhitungan biaya per unit produk
A   Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya

    1  Pengertian Biaya
         Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Kapita Selecta ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses    produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
       Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                         
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                          
2. Jenis-Jenis Biaya
       Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :
       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok (2000 : 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1. Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah    walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.
B  Pengertian Harga Pokok
      Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha dalam bukunya Pengantar Bisnis (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
      Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
      Kemudian Nitisemito dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bersama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT xxx dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan pada konsumen yang bias merasa puas terhadap hasil produk perusahaan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Perusahaan PT xxx dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya.

C  Tujuan Penetapan Harga Pokok         
      Adapun tujuan penetapan harga pokok yaitu penentuan sikap dari hasil produk barang dan jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen sebagaimana dikemukakan Winardi dalam bukunya Kapita Selesta (2002 : 149), mengemukakan bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan         
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan  pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.
      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.


D   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Pokok
      Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa yang telah disesuaikan. 
      Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya, Pengendalian Harga Pokok, (2003 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
     Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito,  dalam bukunya Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Toraja Markisa Toraja dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya. 
E  Metode-Metode Penetapan Harga Pokok 


      Harga pokok merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya , Penentuan Harga Pokok (2003 : 97) menyatakan bahwa komponen-komponen biaya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Metode pengumpulannya disesuaikan dengan karakteristik system produksi dengan industrinya.
1.   Metode harga pokok pesanan
      Metode harga pokok dalam system pesanan digunakan dalam produksi yang menghasilkan dalam berbagai produk yang berbeda-beda pada setiap priode. Termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha meubel, percetakan dan lain sebagainya.
      Beberapa karakteristik system penentuan harga pokok pesanan yaitu :
a.    Kegiatan produksi atas dasar pesanan, sehingga bentuk barang/ roduk tergantung spesifikasi pesanan. Proses produksinya terputus-putus, tergantung adanya tidaknya pesanan yang diterima.
b.    Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai. Biaya per unit adlah dengan membagi total produksi dengan total unit yang dipesan.
c.    Mengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya yang memuat informasi umum seperti nama pemesan, jumlah pesanan dam tanggal diselesaikan, informasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
d.    Penentuan harga pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan dengan jumlah unit produk yang diselesaikan.
Dalam system harga pokok pesanan, ketiga elemen biaya produksi dikumpulkan sesuai dengan nomor pesanan yang dikerjakan. Harga pokok barang per unit dengan membagi biaya total pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dibuat. Nilai barang jadi adalah seluruh harga pokok darim pesanan yang diolah. Nilai barang dalam proses adalah harga pokok pesanan yang belum selesai.
Kesalan dari system ini adalah bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan atau yang dibebankan harus dapat diidentifikasikan pada pesanan yang dibuat. Semua harus dapat menampung perhitungan harga pokok pesanan.    
2.   Metode harga pokok proses
       Sistem harga pokok dlam proses digunakan untuk perusahaan yang memproduksi suatu produk tunggal, homogen yang dihasilkan dalam jangka panjang secara berkelanjutan. Berkelanjutan dalam jangka panjang termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha pabrik semen, pabrik tegigu dan sebagainya. Untuk menghitung harga pokok barang, perusahaan dapat menggunakan median departemen, bagian atau seksi dalam produksi.  
       Harga pokok proses berkaitan dengan alokasi biaya produksi pada suatu departemen terhadap suatu barang yang diproses di departemen tersebut. Harga pokok proses mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
a.    Biaya dikumpulkan pada setiap departemen atau biaya.
b.    Setiap departemen mempunyai rekening persediaan barang dalam proses untuk mendebit biaya diterima dan mengkredit harga pokok barang.
       Persediaan akhir barang dalam prosesn akan menjadi persediaan awal periode berikutnya, hal ini dapat menimbulkan dua macam harga pokok dalam suatu departemen, yaitu harga pokok periode sekarang da harga pokok periode yang lalu.
       Dalam sistem harga pokok proses, biaya persediaan barang dalam proses di pisahkan dari biaya yang ditambahkan dalam periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan ditambah unit yang baru. Biaya untuk menyelesaikan unit-unit dalam proses pada awal periode dihitung terlebih dahulu kemudian diikuti dengan perhitungan untuk biaya unit yang dimulai dan diselesaikan pada periode berjalan.

F  Pengertian Penjualan
      Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” (Soemarso, 1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya  cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung  atau melalui wakil mereka. Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.    Fungsi perencanaan
2.    Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
3.    Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4.    Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5.    Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
      Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Modal yang diperlukan
2.    Kemampuan merencanakan
3.    Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.    Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.    Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6.    Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan   yaitu
  1. Mencapai tujuan tertentu
  2. Mendapatkan laba tertentu
  3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

G  Cost Plus Pricing
      Perusahaan yang berorientasi produksi dan penjualan perlu ditinjau terlebih dahulu apakah kegiatan tersebut dalam jangka panjang atau jangka pendek. Perusahaan yang berproduksi hanya perusahaan musiman, misalnya pabrik payung pada saat hujang. Mulyadi (2000 : 127) menyatakan bahwa kalau jangka panjang, harga jual produk harus dapat memenuhi seluruh biaya. Jika tidak, maka perusahaan tidak mampu mempertahankan hidupnya. Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas, biaya variabel saja, jadi harga dapat diterima dalam jangka pendek (tingkat perputarannya cepat).
      Sedangkan dalam jangka panjang, seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus dipertimbangkan secara eksplisit agar tujuan jangka panjang dapat tercapai. Perusahaan yang mempunyai tujuan jangka panjang tentu proyeksi terhadap biaya-biaya selama dalam proses produksi telah dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum produksi terlaksana dengan baik.
      Pendekatan yang lazim mempunyai tujuan jangka panjang, maka untuk menentukan harga jual produk standar adalah menerapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual adalah cosat ditambah dengan mar up sebagai prosentase tertentu dari cost plus. Mar up harus ditentukan sebesar prosentase tertentu dari cost plus, karena mar up harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai pada perusahaan, dengan harapan pemilik perusahaan disesuaikan pada tujuan semula.      

H  Pentingnya Pengendalian 
      Usaha pengembangan perusahaan dan untuk menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Merealisir hal tersebut maka perlu diciptakan antara lain peningkatan volume penjualan hasil produk pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan seluruh distribusi. Tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu produk perusahaan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi, maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau persaingan yang semakin  tajam utamanya dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
      Disadari bahwa dalam usaha pengembangan mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana semula maka hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga manusia didalam proses produksi, keadaan/ kerusakan peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
      Menjamin agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
      Terperinci menurut Sofyan Assauri (2002 : 167) tentang pengawasan mutu bahwa :
1. Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang  telah ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan   menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4.   Mengusahakan agar biaya  produksi menjadi  serendah    mungkin.
      Harold, (1999 : 6) membagi dalam beberapa bagian, sebagai berikut :
       "a. Increase production  
        b. Lower unit cost      
        c. Inproved employed morale
        d. Better quality".     
      Berikut ini dalam pengendalian kualitas mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan dalam proses produksi barang dan jasa, yaitu :
     a. Pengendalian bahan mentah
     b. Pengendalian selama proses produksi
     c. Pengendalian hasil produksi akhir.
      Berdasarkan ketiga tahap pengendalian ini juga di gambarkan oleh Elwood S. Buffa, (1998 : 643), membagi 4 (empat) fase umum dari pengendalian kualitas, yaitu :
1.  Policy levela in determining desired market level of    quality.
2. The engineering design stage during which quality levels  spesified to achieve the market target levels.
3. The producing stage whan control over incoming raw materials and  produktive overation and mecesary to  inplement the policies.
4. The  use stage in the field where instalation can effect final quality and where the guarantee of quality and  erfotmance must the made effective.
      Berdasarkan keempat tingkatan ini dapat dijelaskan hubungan kerjasama secara bersama-sama dapat dilihat dari keempat hal tersebut di atas, dengan beberapa hubungannya. Sesuai dengan penjelasana di atas, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan, produksi dan distribusi. Hal  yang dijelaskan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam perusahaan.
      Tahap pertama, menunjukkan pimpinan perusahaan yang seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi retularen on invesmen (pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.
      Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang akan dapat diproduksikan ditentukan oleh designer. Disini tentu di pertimbangkan mengenai bahan baku, cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
     Pada tahap ketiga, barulah diadakan pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
    a.  Pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
    b.  Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
    c.  Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
     Perusahaan yang melaksanakan pengendalian produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk, maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang lebih cermat.
      Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha bagaimana untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja. Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control khususnya gula. Analisis pengendalian mutu produk khususnya gula memerlukan tenaga kerja quafied untuk ditempatkan dalam gudang supaya terjamin dari kontinuitas perusahaan mengenai mutu produk.
      Melaksanakan usaha pengendalian dalam produksi khususnya pada gula pasir merupakan sumber pembahasan, sehingga proses kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah dalam bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebabkan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin dari kontinutas.
      Setiap pimpinan memiliki manajemen tersendiri, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi. Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting untuk dimiliki. Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan dengan pengendalian  memang agak sulit dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
      Pemeriksaan dikaitkan dengan produksi berati harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
      Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
     1. Sebelum produksi dimulai
     2. Sebelum proses dimulai
     3. Sesudah produksi dilaksanakan
     Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan  quality control (pengawasan produk)  menurut Hoffman, (1997: 209), adalah :
       "1. Panca indra, misalnya mengetahui mutu tebuh yang baik, dapat dilihat dengan mata.                   
        2. Mempergunakan alat, diukur dengan membandingkan produksi yang lain dengan kapasitas yang sama dan bahan baku.
        3. Menggunakan metode statistik, yang lazim  disebut  statistical quality  control"

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan, 2002, Manajemen Produksi, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Buffa, Elwood, S, 1998, Modern Production Management, Fourth Edition, New York, London Sydney, Toronto, Jhon Welley and Sone.

Hartanto, D, 2002, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kedua, Penerbit LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta.

Hoffman, dan Boodman, 1999, Production Palanning and Inventory Control, Cambride, Masschussets Artur  D. Limited.                  

Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, BPFE, Universditas Gajah Mada, Yogyakarta.         

Nitisemito, Alex, S, 2000, Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif,  Penerbit Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarata.

 ………………….., 2002, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarta.

Soemarso, 1999,  Pemasaran Modern, Penerbit Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. 

Swastha, Basu, 1999, Pengantar Bisnis, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Jakarta.   

Winardi,  2000, Kapita Selecta, Edisi Kelima, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alumni, Bandung.

Ikatan Akuntan Indonesia 1994, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.

" Penggunaan Anggaran Belanja Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Kantor Bupati

Pemerintah daerah diberikan hak untuk mengatur diri sendiri yaitu Otonomi Daerah (Otoda) yang dimulai Januari 2001 menimbulkan reaksi berbeda-beda bagi daerah. Pemerintah daerah yang memiliki sumber kekayaan alam yang besar menyambut baik otonomi dengan penuh harapan, sebaliknya daerah yang kurang sumber daya alamnya menanggapi dengan sedikit rasa khawatir dan was-was terhadap perkembangan di daerah itu sendiri.
      Pelimpahan wewenang kepada daerah tersebut bisa dipahami, oleh karena pelaksanaan otonomi daerah dan desenteralisasi fiscal membawa konsekkuensi bagi pemerintah untuk lebih mandiri baik dari system pembiayaan maupun dalam menentukan arah pembangunan daerah sesuai dengan prioritas dan kepentingan masyarakat di daerah.
       Desentralisasi atau otonomi daerah saat ini, prinsip-prinsip dasar pegelolaan keuangan daerah mengalami perubahan paragma. Paradigma baru pengelolaan keuangan daerah atau APBD paling tidak mendekati atai mengikuti paradigma yang berkembang dalam pengelolaan keuangan modern yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah.
       Sumber daya alam inilah yang sering mengakibatkan paradigma pengelolaan keuangan takut atau tidak berani untuk mengambil keputusan untuk bertindak. Apabila hal tersebut terjadi, maka tujuan dari pengawasan tentu saja tidak akan pernah tercapai, karena tidak pernah dilaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pengawasan dalam mengelola keuangan dalam kaitannya dengan APBD.
      Era otonomi daerah seperti saat ini, pengelolaan keuangan daerah  atau penetapan APBD kini sepenuhnya merupakan hak dan wewenang pemerintah daerah, walaupun ada sumber pendapatan daerah dalam APBD yang berasal dari pemerintah pusat, seperti dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus). Oleh sebab itu pengelolaan dana perimbangan juga menjadi wewenang pemerintah daerah dan perundang-undangan yang berlaku.
      Peningkatan sumber daya alam kaitannya dengan APBD perlu mendapat pengawasan setiap departemen, sehingga kebocoran pelaksanaan dana dapat terhindar sebelum dana tersebut untuk dilaksanakan oleh setiap unit pada daerah masing-masing.
      Pemberian Otonomi Daerah berhak mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah perlu diatur di dalam peraturan daerah yang dibuat pemerintah daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun Peraturan Daerah (Perda) yang dibuat harus sesuai pula dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah yang dibuat prosedur terhadap pengelolaan oleh masing-masing departemen.       
       Peraturan Daerah mengatur tentang peningkatan organisasi perlu di lakukan evaluasi terhadap pegelolaan keuangan daerah yang merupakan sarana dari segala pelaksanaan kegiatan, sehingga bisa tercipta suasana kerja dengan memanfaatkan sumber daya alam sesuai keahlian masing-masing.
      Meningkatkan kinerja pegawai berdasarkan Anggaran Belanja Daerah (APBD) pada Pemda Kabupaten Wajo dalam kaitannya dengan  pemanfaatkan keuangan secara efektifi dan efisien memang penting utamanya dalam lingkup Pemda Kabupaten Wajo perlu adanya sistem pengendalian penggunaanya (pengendalian system), karena yang dapat dijadikan sebagai alat kontrol adalah sistem pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga pengelolaan keuangan daerah dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya. 
      Pemda Kabupaten Wajo melakukan pengawasan dengan baik terhadap pengelolaan keuangan daerah dengan tujuan yang efektif dengan menggunakan sistem pengawasan yang hanya dapat tercipta bila memenuhi 2 (dua) prinsip, yaitu :
1. Merupakan suatu keharusan, bahwa rencana merupakan alat dari  pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut merupakan petunjuk apakah suatu pekerjaan telah selesai dan berhasil.
2.  Merupakan   suatu   keharusan  bagi  suatu  perusahaan  agar  sistem  pengawasan  benar-benar  efektif   pelaksanaannya.  Wewenang dan     isntruksi yang jelas harus diberikan kepada  karyawan  karena dengan   berdasarkan hal tersebut dapat diawasi pekerjaan seorang pegawai.
A   Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran
      Anggaran dalam berbagai pengertian banyak diartikan sebagai pernyataan kuantitatif. Hal ini terlihat antara lain pada pengertian anggaran yang dikemukakan oleh Charles T. Hongren dan George Foster dalam bukunya Cost Accounting, (2002: 146), sebagai berikut anggaran adalah suatu pernyataan kuantitatif tentang apa rencana atau tindakan dan alat bantu untuk koordinasi dan implementasi.
      Dalam hal ini anggaran dirumuskan untuk organisasi secara  keseluruhan ataupun sub unit, di mana anggaran merupakan suatu prosedur yang disebut budgenting system.
      Perencanaan dengan anggaran dengan mengidentifikasi pada manajemen mengenai :
1. Jumlah laba yang ditetapkan untuk dicapai perusahaan
2. Sumber dana yang diperlukan dalam mencatatkan laba
      Pengendalian biaya, yaitu membandingkan antara hasil aktual dengan anggaran yang akan membantu manajemen untuk mengevaluasi kinerja dari individu, departemen divisi atau keseluruhan organisasi perusahaan.
      Komunikasi dan koordinasi, yaitu anggaran mampu untuk  mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan keseluruh level dalam departemen, karena anggaran merupakan bagian integral dari  tujuan-tujuan tersebut departemen divisi dan organisasi perusahaan.
      Selanjutnya, definisi anggaran yang mengandung pengertian yang sama dilakukan oleh Ray H. Garisson (1995: 297), menyatakan bahwa a budget is a detail plan outlining acquistion and use of financial and other resources some gives time period.
      Selain mencakup ramalan atau perencanaan mengenai pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya untuk mempermudah proses perencanaan ini sendiri, maka semua kegiatan operasi dari perusahaan yang menyusun anggaran harus dikonversikan kedalam bentuk kesatuan nilai uang. Hal ini  dimaksudkan  agar  kegiatan-kegiatan  tersebut   dapat                                                         
diukur dalam alat kesatuan yang sama.
      Pengertian anggaran yang mengandung pengertian sebagaimana disebutkan di atas, ditemukan oleh, Teguh Pajo Mulyono (2000 : 287) yang menyatakan bahwa budget is a plan of operation expessed in monetary terms it consequently includes a forecast a forecast of income and expenditures and of receipts and cost for a specific period.
      Setiap organisasi perusahaan utamanya perusahaa dengan organisasi yang besar, tidak akan terlepas dari kegiatan pengendalian. Pengendalian ( control ) dapat memberikan keputusan bahwa sumber-sumber yang diperoleh telah digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk maksud tersebut di atas, budgeting adalah salah satu tehnik yang tersedia.   
      Budgeting  merupakan rencana kegiatan yang terperinci ditetapkan sebagai suatu pedoman pelaksanaan dan sebagai suatu dasar penilaian terhadap prestasi kerja manajer.
      Jika kita melihat pengertian budget yang dikemukakan, maka dimensi waktu juga turut dimasukkan sebagai batasan anggaran, karena dapat menyebabkan semua biaya total menjadi variabel atau semua biaya tidak dapat dibedakan antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost).
      Pada perusahaan yang sudah sedemikian stabil, biasa saja membuat peramalan untuk beberapa tahun, atau dengan kata lain  dalam jangka panjang. Namun bagi perusahaan yang banyak menghadapi ketidak pastian, hanya mungkin untuk membuat peramalan jangka waktu yang pendek saja, jadi jangka waktu yang dicukupi oleh anggaran juga, tergantung dari sifat suatu perusahaan itu sendiri, namun anggaran yang disusun menurut kurun waktu bulanan adalah yang paling baik karena rencana kegiatan nampak. Disamping itu anggaran bulanan sangat menunjang pelaksanaan pengendalian yang terjadi dengan segera dapat diketahui.
      Proses penganggaran mempunyai beberapa tujuan :
1. Anggaran menyajikan  perencanaan keuangan yang memungkin  kan perusahaan untuk dapat mengkoordinasikan semua aktivitasnya. Dengan menggunakan anggaran para manajer dapat memproyeksikan hasil dan mengatur strategi yang dibutuhkan sebelum operasi perusahaan dapat dimulai, sehingga dapat menghindari kesalahan yang merugikan perusahaan.                                                         
2. Proses penganggaran mendorong para manajer untuk menguji kembali prestasi yang pernah diraih dan memungkinkan mereka mengubah kembali dan mengoreksi metode operasi yang kurang efisiensi ketinggalan jaman.
3. Anggaran memungkinkan para manajer untuk mengimpelementasikan fungsi perencanaan dan pengawasan.
      Berdasarkan pengertian di atas, Calvin Engler (1999 : 305), mengemukakan bahwa, A budget is a financial plan that sets forth resources neccesary to carry out activities and meet financial golas for a future period time.
      Agar  supaya  anggaran  dapat  berfungsi sebagai alat koordinasi dan kontrak, maka masing-masing manajer harus satu tahun jelas luas kekuasaan dan tanggungjawabnya. Ini supaya tidak terjadi overlapping yang mungkin menyebabkan keruwetan dan kekaburan mengenai tugas masing-masing yang telah dibebankan. Demikian pula dengan anggaran dapat berfungsi sebagai alat motivasi kalau setiap manajer dan kepala bagian diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan anggaran ini berarti perlu adanya pendelegasian wewenang kepada masing-masing  manajer,  untuk itu menyusun anggaran operasionya. Dengan demikian masing-masing manajer akan merasa bertanggung jawab sehingga timbul partisipasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam anggaran.
      Dari berbagai pengertian yang dikemukakan kesemuanya itu menunjukkan sifat yang sama, yaitu bahwa anggaran itu merupakan suatu rencana kegiatan yang tertulis mengenai apa yang dilakukan oleh suatu organisasi yang  meliputi peramal an pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya-biaya selama periode tertentu yang dikonversi dalam kesatuan nilai atau moneter.
      Menurut D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan (2003 : 131) ada 4 (empat) macam anggaran sebagai berikut :
1. Appropriation budget
2. Performance budget
3. Fixed budget
4. Flexible budget.
ad 1. Appropriation budget adalah untuk memberikan batas pengeluaran yang  boleh dilakukan. Batas tersebut merupakan jumlah maximun yang dapat dikeluarkan untuk satu hal tertentu. Dalam macam anggaran ini umumnya digunakan dalam pemerintahan. Namun bagi perusahaan untuk hal-hal tertentu sangat terbatas keinginan seperti, hanya untuk penelitian dan advertising saja.
ad 2. Performance budget adalah anggaran yang didasarkan pada atas fungsi aktivitas dan proyek. Pada anggaran ini perhatian ditujukan pada penilaian atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk suatu hal tertentu. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas operasi dapat diketahui. Di dalam perusahaan anggaran yang lazim digunakan adalah formance budget.
ad 3. Fixed budget adalah anggaran yang dibuat untuk satu tingkat kegiatan selama jangka waktu tertentu, dimana tingkat kegiatan ini dapat dinyatakan dalam prosentase dan kapasitas jumlah produk yang dihasilkan selama jangka waktu tertentu pada Foxed budget hanya digunakan jika diketahui dengan pasti bahwa volume real yang akan dicapai tidak jauh berbeda dengan volume yang direncanakan semula.  
ad 4. Flexible budget adalah bahwa untuk setiap tingkat kegiatan terdapat norma-norma atau ketentuan antar biaya yang diperlukan. Norma itu merupakan patokan dari pengeluaran yang seluruhnya dilakukan pada masing-masing tingkat kegiatan tersebut.
      Dalam penyusunan anggaran suatu perusahaan perlu diperlukan beberapa syarat seperti yang dilakukan oleh Gunawan  Adisaputra  dan  Marwan Asri dalam bukunya Anggaran Perusahaan (2000 : 7) menyatakan bahwa di dalam penyusunan anggaran perusahaan, maka perlu diperlukan beberapa syarat bahwa anggaran harus realitis, luwes dan kontinyu.
                                                                                                                   
B   Prosedur Penilaian Anggaran
      Haryani (2003 : 28) dalam penilaian anggaran terdapat dua macam prosedur penilaian anggaran yaitu :
1. Perbandingan tahun berjalan
   Laba yang ditargetkan untuk setiap divisi/departemen sebaiknya disesuaikan dengan potensi laba dari divisi yang bersangkutan, jika potensi laba dibatasi oleh tersedianya fasilitas produk, kondisi personalia, produk dan pasar, maka tidak akan terjadi perubahan hasil yang besar antara tahun tertentu dengan tahun berikutnya. Akibat penilaian anggaran pada umunya dimulai dengan penilaian anggara tahun berjalan dan membahas parubahan-perubahan yang diusulkan untuk tahun yang akan datang dan pengaruhnya terhadap presentasi keuangan perusahaan.
   Jika dalam melakukan penilaian anggaran diperlukan analisa perubahan dari presentasi tahun berjalan, maka suatu usulan anggaran sebaiknya memperhitungkan hak-hal sebagai berikut :
1. Perubahan terhadap presentasi laba aktual tahun yang sedang                                   
      berjalan diuraikan dalam terminologi kegiatan manajerial.
2. Perubahan  presentasi  laba yang disebabkan karena kegiatan    
     operasional manajerial sebaiknya diidentifikasikan dengan jelas,
     sehingga manajer puncak dapat mengetahui tindakan koreksi yang     
     tepat untuk dikembalikan pada target semula, sementara  
     perubahan laba yang disebabkan oleh faktor yang berada dibawah 
     kendali manajer divisi sebaiknya dikendalikan secara terpisah.
3. Usulan anggaran sebaiknya mempertimbangkan secara terpisah     
     pengaruh beberapa proyek investasi atau penanaman modal 
     terhadap presentasi keuangan untuk tahun yang akan datang.
2. Anggaran berdasarkan program
Penilaian anggaran yang didahului dengan penyusunan program biasanya mencakup periode dua dan lima tahun, setelah program dinilai dan disahkan, maka disusun anggaran tahun pertama untuk program tersebut, prosedur ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan keuntungan prosedur biasa, yaitu :
1.    Proses perencanaan hampir terjadi sepanjang tahun dan bukan
Terpusat pasa bulan-bulan tertentu menjelang akhir tahun,
sehingga dimungkinkan untuk meyusun rencana dalam waktu yang
 lebih leluasa.
2.    Manajer puncak memiliki waktu yang lebih lama dalam memutuskan anggaran.
3.    Program untuk masa yang akan datang tidak perlu disusun secara terperinci, sehingga jika terjadi revisi akan dapat disusun anggaran yang lebih terperinci sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan analisiss varians
4.    Tahun kedua dari program manjadi dasar untuk membandingkan program-program tahun berikutnya.

C  Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
      Anggaran merupakan suatu alat pengendali, menurut Herman C Heiser (1999 : 7) menyatakan bahwa it should be overlooked that plan, them selves also have an important role in controling operations, contant comparison of the plan with the result of it’s operations of provides not only a meansure of amount of the deviation but also the reason and these are prime requisties as a basic for determining when and how the plan should amande”.
Defenisi diatas memberikan penjelasan sebagai berikut :
1.    Bahwa tidak dapat diabaikan, anggaran sendiri mempunyai peranan penting dalam mengendalikan operasi perusahaan, pengendalian dalam arti membandingkan anggarandengan realisasinya dan dari anggaran tersebut tidak hanya untuk mengukur jumlah penyimpangan yang terjadi tetapi juga penyebab penyimpangan tersebut, serta solusi terhadap tindakan koreksi yang harus dilakukan.
2.    Pengendalian merupakan suatu usaha pengendalian atau proses, dimana pelaksanananya disesuaikan degan keadaan dan hasil yang diinginkan.
Didalam pelaksanaan sebuah anggaran terdapat kemungkinan ditemukannya suatu situasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya yang membutuhkan suatu perubahan atau revisi anggaran. Sebuah sistem pengendalian dapat memberikan kemudahan untuk melaksanakan penyesuaian terhadap hal-hal yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka anggaran merupakan standar bagi pelaksanaan tugas-tugas dari suatu pusat pertanggungjawaban yang harus dicapai, serta alat kontrol yang baik bagi pemimpin untuk mengetahui kegiatan yang telah di capai oleh bawahannya, yaitu dengan melihat perbandingan natara hasil kerja yang dilakukan setiap manajer dengan standar dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

D  Proses Penyusunan Anggaran
      Penyusunan anggaran adalah proses akuntansi dan juga proses manajemen. Proses akuntansi berarti proses penyusunan anggaran merupakan studi terhadap mekanisme, prosedur untuk merakit data, dan membentuk anggaran. Oleh Halim Abdyul (2003) menyatakan bahwa proses manajemen berarti proses penetapan peran tiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program.           
      Penyusunan anggaran berhubungan dengan peran departemen anggaran dan komita anggaran.
1. Departemen Anggaran
Departemen anggran adalah departemen yang bertugas untuk  mengadministrasikan  aliran informasi sistem pengendalian melalui anggaran. Fungsi departemen ini adalah :
1.    Menerbitkan prosedur dan formulir-formulir untuk penyusunan anggaran.
2.    Mengkoordinasikan dan menerbitkan setiap asumsi-asumsi dasar yang dikeluarkan kantor pusat untuk digunakan menyusunan anggaran
3.    Menjamin bahwa informasi dikomunikasikan secar wajar diantara unit-unit organisasi yangsaling berhubungan.
4.    Membantu pusat-pusat mempertanggungjawabkan didalam penyusunan anggaran.
5.    Menganalisis usulan anggaran dan membuat rekomendasi, pertama pada penyusunan anggaran dan selanjutnya pada manajer puncak.
6.    Menganalisis laporan prestasi sesungguhnya dibandingkan anggarannya, menginterprestasikan hasil-hasilnya, dan menyiapkan laporan ringkas untuk manajemen puncak.
7.    Mengadministrasikan proses pengubahan atau penyesuaian anggaran selama tahun yang bersangkutan.
8.    Mengkoordinasikan dansecara fungsional mengendalikan pekerjaan departemen anggaran di eselon bawah. 
2. Komite Anggaran
Komite anggaran dalah komite yang dibentuk manajemen puncak untuk mengkoordinasikan fungsi manajemen dalam penyusunan anggaran.
Tugas-tugas komite anggaran mencakup :
1.    Mengusulkan pada manajemen puncak mengenai pedoman umum penyusunan anggaran.
2.    Menyebarkan pedoman tersebut setelah disetujui manajemen puncak.
3.    Mengkoordinasi berbagai macam usulan anggaran yang disusun secara terpisah oleh berbagai unit organisasi.
4.    Menyelesaikan berbagai perbedaan yang timbul diantara ususlan anggaran.
5.    Menyerahkan anggaran final terhadap manajemen puncak dan dewan komisaris untuk disahkan.
6.    Mendistribusikan anggaran yang telah disahkan kepada berbagai unit organisasi.
Anggaran biasanya berjangka waktu satu tahun dan dirinci untuk setiap semester, atau setiap triwulan, atau setiap bulan untuk selama tahun yang bersangkutan. Langkah-langkah didalam penyususnan anggaran biasanya sebagai berikut :
1.    Menentukan pedoman perencanaan
2.    Menyiapkan anggaran penjualan
3.    Menyiapkan komponen anggaran lainnya
4.    Perundingan untuk menyesuaikan rencana final setiap komponen anggaran
5.    Mengkoordinasi dan menelaah komponen-komponen anggaran
6.    Pengesahan anggaran finjal
7.    Pendistribusian anggaran yang telah disahkan

E  Revisi Anggaran
      Ellen Christina (2001) menyatakan bahwa anggaran suatu perusahaan di susun asumsi-asumsi bahwa kondisi tertentu akan berlaku selama tahuna anggaran. Jika kondisi sesungguhnya ternyata berbeda maka perlu tidaknya untuk melakukan revisi terhadap anggaran yang telah disahkan, terdapat dua pendapat yang saling bertentangan, sebagai berikut :
1.  Pihak yang berpendapat bahwa anggaran tidak perlu revisi       mendasarkan pada alasan sebagai berikut :
b.    Revisi anggaran memerlukan waktu, pemikiran, dan biaya.
c.    Revisi anggaran mengakibatkan anggaran sebagai alat pengukur yang lentur seperti karet. Jika timbul selisih rugi dalam jumlah besar cenderung pembuatan anggaran merevisi anggarannya dengan alasan kondisi yang diasumsikan berubah, padahal kondisi sesungguhnya tidak berubah.
d.    Jika tidak terjadi perubahan kondisi, cukup ditunujkkan dalam laporan analisis penyimpanagan antara anggaran dengan realisasinya.
2. Pihak yang setuju revisi anggaran mendasarkan alasan bahawa anggaran diharapkan dapat selalu digunakan untuk mengukur prestasi unit-unit organisasi sehingga perubahan kondisi harus dicerminkan dalam revisi anggaran. Revisi anggaran dapat dilaksanakan dengan salah satu dari dua macam prosedur berikut ini :
     a. Revisi anggaran dilakukan secara sistematis, misalnya setiap triwulan.
     b. Revisi anggaran hanya dilakukan jika kondisi yang mendasari penyusunan anggaran menyimpang dari yang diasumsikan semula.

F  Tahap-tahap Penyusunan Anggaran
      Tahap-tahap penyususnan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dikoordinasikan oleh komite anggaran dan departemen anggaran menurut Glen A Welsch (2002), sebagai berikut :
1. Memahami SWOT ( Streghts, Weaknesses, Opportunities, and Treats ) Manajemen puncak atau CEO menganalisis informasi masa lalu dan perubahan lingkungan melalui analisis SWOT atau Kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) yang dimiliki organisasi dari lingkungannya. SWOT perusahaan atau unit bisnis harus dikomunikasikan pada penyusun anggaran karena mempengaruhi tujuan, strategis, dan program yang akan mendasari anggaran yang akan disusunnya.
2. Memahami Perumusan Strategis dan Perencanaan Strategis
Atas dasar SWOT, manajemen puncak menyusun perumusan strategis yaitu proses penentuan tujuan dan strategi pokok yang akan digunakan mencapai tujuan tersebut. Atas dasr strategi pokok yang telah ditetapkan selanjutnya disusun program-program untuk melaksanakan strategi dalam rangka pencapai tujuan.
3. Mengkomunikasikan Tujuan, Strategi Pokok dan Program
Manajemen puncak selanjutnya mengkomunikasikan SWOT, tujuan, strategi, dan program yang telah ditetapkan kepada komite anggaran, para manejer devisi, dan para manjer dibawahnya agar mereka mengetahui dan memahami lingkungan yang akan dihadapi, tujuan yang akan dicapai, strategi poko yang akan dilaksanakan, serta program yang mendasari anggaran yang disusunnya.
4.  Memilih Taktik, Mengkoordinasi dan Mengawasi Operasi
 Manajer devisi-atas dasr SWOT, tujuan, program, dan strategi yang telah ditetapkan- selanjutnya memilih taktik yang akan digunakan. Selanjutnya manajer Departemen menbuat keputusan pengoperasian. Keputusan pengoperasian digunakan untuk mengkoordinir kegiatan dibawah departemennya. Manajer seksi bertanggungjawab merencanakan pengendalian operasional. Pengendalian operasional digunakan untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas operasional disemua seksi agar efisiensi dan efektif.
5.  Menyusun Usulan Anggaran
Setiap manajer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran untuk bagian organisasi dibawahnya yaitu departemen. Demikian juga dengan manajer departemen juga menyusun dan mengkoordinasikan anggaran bagian organisasi dibawahnya yaitu seksi. Usulan anggaran semua devisi selanjutnya selanjutnya diserahakn kepada komite anggaran.
6.  Menyarankan Revisi Usulan Anggaran
Komite anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap devisi agar terdapat penyelarasan dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen puncak.
7. Menyetujui Revisi Usulan Anggaran Dan Merakit menjadi Anggaran Perusahaan
Setelah usulan anggaran, direvisi oleh setiap divisi anggaran yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui komite anggaran, maka komite merakit usulan tersebut menjadi anggaran perusahaan.
8.  Revisi dan Pengesahan Anggaran Perusahaan
Anggaran perusahaan mungkin masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan yang resmi. Setelah dilakukan Revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan pula ke setiap divisi dan bagian organisasi sebagai alat pengendalian.

G  Hubungan Anggaran dengan Pertanggungjawaban
      Ide pokok akuntasi pertanggungjawaban adalah setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada dibawah pengendaliannya. Sesuai dengan ide pokok pertanggungjawaban tersebut diatas, anggaran tersebut harus disusun untuk setiap jenjang manajemen pusat pertanggungjawaban yang dibebani tanggungjawab atas pendapat, biaya, laba, dan investasi. Melalui laporan kinerja, anggran setiap pusat pertanggungjawaban dibandingkan denagn realisasinya sehingga dapat ditentukan kinerja manejer setiap pusat pertanggungjawaban. Sebagai akibatnya, sistem akuntansi mempertanggungjawaban memandang pendapatan, biaya, laba, dan investasi dari sudut pengendalian pribadi atyau kinerja manajer dan bukanlah dipandang dari sudut kelembagaan atau kinerja ekonomi.
      Dengan memahami dan membiasakan diri melakukan  penganggaran, perusahaan akan lebih mampu dalam memprediksi perubahan yang akan terjadi dan dampaknya bagi operasi usaha, serta mempersiapkan sedini mungkin segala perangkat yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan target yang ditetapkan. Dengan penganggaran tidak hanya perencanaan kegiatan yang dilakukan, tetapi juga koordinasi dan pengendaliannya. Ketiga fungsi manajemen ini (repencanaan, koordinasi dan pengendalian) secara sekaligus tercermin dalam proses penganggaran.
      Skenario anggaran dapat disusun dengan mudah ditampilkan komputer, tetapi yang perlu dihyati adalah hakekat anggaran cenderung banyak persamaannya dengan hubungan antar manusia (human relation) daripada sekedar rekayasa angka. Teknik-teknik kalkulasi yang telah diciptakan untuk membantu manajemen tidak akan berhasil jika realisasinya tidak benar. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu anggaran tergantung dari sikap (attitude) para individu yang bersangkutan. Mekanisme anggaran semata-mata merupakan teknik yang meyakini bahwa agar kinerja yang baik dapat dicapai, perlu ditetapkan suatu standar. Bila dalam realisasinya terdapat kondisi yang akomodatif, maka tujuan-tujuan yang telah ditentukan dapat berhasil. Dengan demikian tampak bahwa anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan proses manajemen.
      Proses manajemen adalah suatu kumpulan kegiatan yang saling berhubungan yang dilakukan oleh manajemen dari suatu organisasi untuk menjalankan fungs-fungsi manajemen. Dalam hal ini fungs-fungsi manajemen adalah :
.1.1Menyusun rencana untuk dijadikan sebagai pedoman kerja
.1.2Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan pembagian tanggung jawab kepada pera karyawan perusahaan.
.1.3membimbing, memberi petunjuk dan mengarah para karyawan
.1.4Menciptakan koordinasi dan kerjasama yang serasi diantara semua bagian yang ada dalam peruahaan
.1.5Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap pekerjaan para karyawan dalam merealisasikan apa yang tertuang dalam randaca perusahaan yang telah ditetapkan.
       Dengan demikian nampak bahwa anggaran adalah alat bantu bagi manajemen. Anggaran yang baik serta sempurna tidak dapat menjamin bahwa pelaksanaan serta realisasinya kelak akan baik tanpa dikelola dan dipimpin oleh manajer yang tepat. Selain itu anggaran juga memiliki berbagai keterbatsan-keterbatasan, dengan demikian sebagai alat bantu manajer, penggunaan serta pelaksanaannya sangat tergantung pada individu-individu yang berkecimpung di dalamnya.

H  Pengertian Kinerja Pegawai

      Kinerja dalam bahasa sehari-hari adalah aktivitas dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan karyawan adalah orang yang telah diterima sebagai karyawan yang bekerja pada perusahaan. Kalau menurut J Rabianto, (1999 : 19), menyatakan bahwa :
1.     Kinerja karyawan adalah keluaran fisik per unit dari usaha yang secara produktif.
2.     Kinerja adalah tingkat keefektifan dan manajemen pemasaran di dalam penggunaan fasilitas-fasilitas untuk pendapatan.
3.     Kinerja karyawan adalah keefektifan dari penggunaan tenaga kerja.
4.      Kinerja karyawan adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama di dalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan-kumpulan hasil-hasil.
5.     Kinwerja karyawan adalah usaha untuk mencapai tingkat (level) tertinggi dari unjuk laku (performance) dengan pemakaian dari sumber daya yang minim.
      Kalau Melapyu SP Hasibuan,  (1998 : 25), menyatakan bahwa :
1.    Kinerja karyawan adalah pada dasarnya suatu sikap yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu esik lebih baik dari hari ini.
2.    Secara umumn kinerja karyawan mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
3.     Kinerja karyawan merupakan dua pengertian yang berbeda, adalah peningkatan pendapatan/ penjualan menunjukkan pertambahan suatu hasil yang telah dicapai, sedangkan peningkatan kinerja karyawan mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian pendapatan yang diinginkan.
4.    Peningkatan kinerja dapat dilihat dalam tiga factor :
a. Jumlah  pendapatan/  penjualan  meningkat  dengan menggunakan sumber daya yang sama.
b.    Jumlah penjualan yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.
c.    Jumlah penjualan yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relative lebih kecil.  
5.    Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan pertambahan kinerja karyawan oleh karena pendapatan/ penjualan dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
      J. Ravianto dalam bukunya Produktivitas dan Pengukurannya (1998 : 18) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta kerja karyawan persatuana waktu.
      Edwin B Flippo, (1999 : 112 ) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah sebagai suatu perbandingan antara outpout ( hasil yang dicapai) dan input (tenaga kerja), di mana kinerja karyawan yang digunakan selama proses pendpatan dikatagorikan ke dalam input pendapatan.
      Payaman J Simanjuntak, (2000 : 15) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah mengefektifkan factor kinerja karyawan yang secara langsung digunakan dalam proses pendapatan.
      Dengan memandang kinerja karyawan sebagai factor masukan (input) yang paling utama guna meningkatkan kinerja karyawan pada suatu instansi,  maka upaya kearah penggunaan kinerja karyawan secara efektif semestinya dilaksanakan oleh instansi itu sendiri. Upaya-upaya penggunaan kinerja karyawan secara efektif ini dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan seperti pelaksanaan pendidikan, latihan dan berbagai upaya lainnya dilaksanakan dalam pembahasan ini.        


 DAFTAR PUSTAKA


Calvin Engler, 1999, Controllership, Tugas Akuntansi Manajemen, Alih Bahasa, Gunawan Hutahuruk, Edisi Ketigaa, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Chritina Ellen, Fuad M. Sugiarto, 2001, Anggaran Perushaan Suatu Pendekatan Praktis, Ghalia Indonesia, Jakarta,

Edwin B. F, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,  Jakarta.

Hartanto, D, 2003, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta. 

Horgren, Charles, T, 2002, Cost Accounting, A.Managerial  Emphasis, Fourth Edition, Prentice-Hall, of  India Private Limited, New Delhi.

Haryani, 2003, Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Pembantu Pengendalian dan Evaluasi Kinerja, PT Trakindo, Makassar.

Mulyono, Teguh, Pajo , 1999, Analisis dan Disain Sistem Informasi, Cetakan Pertama, Edisi Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Ray H. Garisson, 1995, Akuntansi Pemerintahan,  Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Simanjuntak,  P,  J. 2000, Pengantar  Ekonomi  Sumber  Daya  Manusia,      Edisi Kedua, Fakultas ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta