Penetepan
harga jual dari produk suatu perusahaan, tentu memerlukan kualitas agar bisa
bersaing barang produk apalagi untuk menetapkan harga. Memperhatikan harga jual
produk perusahaan dalam bidang yang sama.
Kalau tujuan utama untuk memenuhi permintaan konsumen disamping mencari
laba dari setiap kegiatan operasional dijalankan, sehingga masing-masing
perusahaan yang harus mempunyai strategi tersendiri di dalam memasarkan hasil
produksinya.
Peningkatan penjualan hasil produk
perusahaan dalam berbagai strategi perusahaan harus memperhatikan produk
saingan dengan sejumlah pertimbangan lainnya yang meningkatkan penjualan hasil
produk.
Untuk memperoleh laba dari kegiatan
operasionalnya dalam berbagai faktor diperhatikan seperti penghasilan dan biaya
yang lebih rendah dari penghasilan itu ,perusahaan dapat mencapai laba yang
diinginkan.Dalam upaya mencari laba yang besar perusahaan harus mampu menjual
dalam jumlah yang besar dan tingkatan harga tertentu. Perusahaan berusaha untuk
memperoleh laba maksimal untuk kelangsungan hidup sehingga perusahaan tetap
ekses dalam dunia bisnis.
Penjualan yang dilakukan perusahaan
ditentukan dan permintaan konsumen terhadap barang yang dijual dan salah satu
yang mempengaruhi permintaan konsumen dalam suatu barang adalah harga jual
barang yang bersangkutan .Apalagi jumlah perusahaan yang bersifat persaingan
sempurna dimana terdapat banyak penjual,konsumen mempunyai banyak pilihan
terhadap barang yang dibutuhkan berdasarkan harga dan tingkat kepuasaan yang
diperoleh dan barang-barang yang dibelinya.
Selama ini disebabkan karena adanya
penetapan harga penjualan sebelum dikalkulasi sejumlah biaya yang telah yang
dikeluarkan oleh perusahaan ,karena hasil produksi diserahkan pada bagian
pemasaran untuk menetapkan harga jual.
Perhatian pada
produsen tidak terbatas pada persediaan barang atau hasil produksinya saja
,tetapi juga bagaiman barang itu dapat mencapai pasar.Pasar yang dimaksud
disini adalah terdiri dari pelanggan potensialdengan kebutuhan dan keinginan
tertentu.
Sehubungan dengan
uraian diatas,maka salah satu kebijakan perusahaan untuk mencapai keuntungan
adalah dengan cara analisis penetapan harga jual barang. Bahwa dalam menetapkan
harga jual merupakan profit planning apporoach yang didasarkan pada hubungan
antara penjualan ,laba dan,pembiayaan.Oleh karena itu perusahaan harus mampu
dalam menetapkan harga sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dalam
bidang penjualan maupun dibidang perencanaan laba dan keuntungan
Analisis menetapkan
harga jual merupakan suatu masah ketika perusahaan akan menetukan harga pertama
kali .hal ini terjadi ketika perusahaanmengembangkan suatu produk atau barang
yang baru ,ketika perusahaan ingin memperkenalkan produk atau barangnya
kesaluran distribusi atau kedaerah baru,haru memutuskan posisi produknya untuk
mutu dan harga.
Dalam hal penetapan
harga jual terlebih dahulu harus biaya perunut produkyang dihasilkan.Tanpa
mengetahui har per botol produk harga jual tidak mungkin dapat ditentukan dalam
penetapan harga jual yang pertama kali dilakukan adalah perhitungan biaya per
botol produk.
Harga jual sebagai
salah satu hal untuk menetapkan dari sejumlah pengeluaran, sehingga dalam menentukan
sejumlah nilai dari satuan biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan
yaitu produksi barang dan jasa.
A
Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya
1 Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan
sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui
besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh
pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan
akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan
tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan demikian,
seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan
dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya
peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat
dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan
kemungkinan laba yang akan diperoleh.
Berbicara mengenai
masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya
terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Kapita
Selecta ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua
sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang
memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian halnya bagi
konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau
merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut.
Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya
(cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu
pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran
modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan
biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi dan
pengertian biaya di atas, dapatlah
dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan
pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran
secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi
dan pengertian di atas, maka D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan
( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense),
sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat
atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva
yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya
yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak
dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah
pada perkiraan laba rugi.
2. Jenis-Jenis Biaya
Sehubungan dengan
jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, dalam bukunya Auntansi Untuk
Usahawan (2002 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan
pengawasan, sebagai berikut :
"1) Biaya
variabel dan biaya tetap
2) Biaya yang dapat
dikendalikan".
Sedangkan menurut
Mulyadi, dalam bukunya Akuntnsi Biaya dan Penentuan Harga Pokok (2003 : 57)
menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari menghubungkan tingkah laku biaya dengan
perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya
yang secara total berfluktuasi secara langsung
sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan
yang lain.
Sedangkan biaya tetap
atau biaya kapasitas merupakan biaya
untuk mempertahankan kemampuan
beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
Dari gambaran umum di
atas, maka dapat diketahui sebagai
berikut :
1. Biaya variabel adalah
sejumlah biaya yang ikut berubah
untuk mengikuti volume produksi atau penjualan.
Misalnya atau bahan langsung hanya yang
ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses
produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah
sejumlah biaya yang tidak berubah
walaupun ada perubahan volume produksi
atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan
lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang
manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan
didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan
perencanaan serta pengawasan.
B
Pengertian Harga Pokok
Harga merupakan ukuran untuk dapat
mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan
berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu
barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai
patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan
saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan
dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa.
Basu Swastha dalam bukunya Pengantar
Bisnis (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah
merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya.
Perusahaan menginginkan harga yang lebih
tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak
produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain
dari konsumen atau kurang puas.
Harga sebagai suatu standar nilai barang
dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan
bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah
uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh
penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
Kemudian Nitisemito dalam bukunya
Pembelanjaan Perusahaan (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu
harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana
berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa
yang dimilikinya kepada orang lain.
Harga menunjukkan pula terlaksananya
suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah
secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu
produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan dalam hal ini
melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu
penentuan harga produk yang akan ditawarkan pada konsumen yang bias merasa puas
terhadap hasil produk perusahaan.
Dengan demikian, harga mempunyai peranan
serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya
sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan
selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain,
daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan
lain pertimbangan tentang biaya
produksinya.
C Tujuan Penetapan Harga Pokok
Adapun tujuan penetapan
harga pokok yaitu penentuan sikap dari hasil produk barang dan jasa yang akan
ditawarkan kepada konsumen sebagaimana dikemukakan Winardi dalam bukunya Kapita
Selesta (2002 : 149), mengemukakan bahwa :
1) Sebagai alat untuk
perencanaan
2) Sebagai alat untuk pengawasan
atau pengendalian biaya.
3) Sebagai alat untuk
memecahkan persoalan khusus.
Sedangkan Winardi
menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
1) Sebagai dasar bagi
harga pokok penawaran
2) Sebagai dasar guna
menentukan hasil - hasil perusahaan.
3) Penilaian mengenai
harga-harga pasar yangberlaku
4) Sebagai alat
guna mengontrol efisiensi perusahaan.
Dengan demikian,
apabila diketahui harga
pokok sesuatu barang yang diproduksikan, maka penentuan
harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian pula dengan diketahuinya harga pokok produksi
dalam suatu barang, maka untuk kepentingan
pengendalian efisiensi dalam proses produksi dengan mudah dapat dilakukan
pengontrolan dan pengawasan.
Efisiensi yang dimaksud
tersebut adalah penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam
perusahaan, yaitu dengan pengorbanan
yang seminimal akan mencapai
hasil yang maksimal mungkin.
D Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Pokok
Harga merupakan ukuran
untuk dapat mengetahui berapa besar
nilai suatu barang dan jasa.
Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga
merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu
juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga
lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual.
Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang
atau jasa yang telah disesuaikan.
Mulyadi dalam bukunya
Akuntansi Biaya, Pengendalian Harga Pokok, (2003 : 147) memberikan definisi
tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah
beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Perusahaan menginginkan
harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan
harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan
lain dari konsumen atau kurang puas.
Harga sebagai suatu
standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan
Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut
seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah
termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga
mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
Kemudian
Nitisemito, dalam bukunya Dasar-Dasar
Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga
yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang
dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang
atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
Harga menunjukkan pula
terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan
penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu
dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan dalam hal
ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu
penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
Dengan demikian, harga
mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi
lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi
lainnya.
Perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan
harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti
harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian
harga oleh pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya.
E
Metode-Metode Penetapan Harga Pokok
Harga
pokok merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya , Penentuan Harga
Pokok (2003 : 97) menyatakan bahwa komponen-komponen biaya terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Metode pengumpulannya
disesuaikan dengan karakteristik system produksi dengan industrinya.
1. Metode harga pokok
pesanan
Metode harga pokok dalam system pesanan
digunakan dalam produksi yang menghasilkan dalam berbagai produk yang
berbeda-beda pada setiap priode. Termasuk dalam contoh produksi ini adalah
usaha meubel, percetakan dan lain sebagainya.
Beberapa karakteristik system penentuan
harga pokok pesanan yaitu :
a. Kegiatan produksi atas dasar pesanan, sehingga bentuk barang/ roduk
tergantung spesifikasi pesanan. Proses produksinya terputus-putus, tergantung
adanya tidaknya pesanan yang diterima.
b.
Biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap pesanan sehingga perhitungan total biaya produksi dihitung pada
saat pesanan selesai. Biaya per unit adlah dengan membagi total produksi dengan
total unit yang dipesan.
c.
Mengumpulan biaya produksi
dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan yang berfungsi sebagai buku
pembantu biaya yang memuat informasi umum seperti nama pemesan, jumlah pesanan
dam tanggal diselesaikan, informasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
d.
Penentuan harga pokok per
unit produk dilakukan setelah produk pesanan dengan jumlah unit produk yang
diselesaikan.
Dalam system harga pokok pesanan, ketiga elemen
biaya produksi dikumpulkan sesuai dengan nomor pesanan yang dikerjakan. Harga
pokok barang per unit dengan membagi biaya total pesanan tersebut dengan jumlah
unit yang dibuat. Nilai barang jadi adalah seluruh harga pokok darim pesanan
yang diolah. Nilai barang dalam proses adalah harga pokok pesanan yang belum
selesai.
Kekesalan dari system ini adalah bahwa setiap
biaya produksi yang dikeluarkan atau yang dibebankan harus dapat
diidentifikasikan pada pesanan yang dibuat. Semua harus dapat menampung
perhitungan harga pokok pesanan.
2. Metode harga pokok
proses
Sistem harga pokok dlam proses digunakan
untuk perusahaan yang memproduksi suatu produk tunggal, homogen yang dihasilkan
dalam jangka panjang secara berkelanjutan. Berkelanjutan dalam jangka panjang
termasuk dalam contoh produksi ini adalah usaha pabrik semen, pabrik tegigu dan
sebagainya. Untuk menghitung harga pokok barang, perusahaan dapat menggunakan
median departemen, bagian atau seksi dalam produksi.
Harga pokok proses berkaitan dengan
alokasi biaya produksi pada suatu departemen terhadap suatu barang yang
diproses di departemen tersebut. Harga pokok proses mempunyai ciri-ciri,
sebagai berikut :
a. Biaya dikumpulkan pada setiap departemen atau biaya.
b. Setiap departemen mempunyai rekening persediaan barang dalam proses
untuk mendebit biaya diterima dan mengkredit harga pokok barang.
Persediaan akhir barang dalam prosesn
akan menjadi persediaan awal periode berikutnya, hal ini dapat menimbulkan dua
macam harga pokok dalam suatu departemen, yaitu harga pokok periode sekarang da
harga pokok periode yang lalu.
Dalam sistem harga pokok proses, biaya persediaan barang dalam
proses di pisahkan dari biaya yang ditambahkan dalam periode berjalan dan tidak
dirata-ratakan dengan ditambah unit yang baru. Biaya untuk menyelesaikan
unit-unit dalam proses pada awal periode dihitung terlebih dahulu kemudian
diikuti dengan perhitungan untuk biaya unit yang dimulai dan diselesaikan pada
periode berjalan.
F Pengertian Penjualan
Sebenarnya
laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha
perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu,
perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling
sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak
merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
Dengan demikian,
sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai
tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena
penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
Stanton dalam bukunya
Strategi Pemasaran (2001 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan,
bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian
dari keseluruhan sistem pemasaran.
Pengertian penjualan
berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu
periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau
pembeli/ penerima barang atau jasa.
Penjualan barang
dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan”
(Soemarso, 1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis
transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai,
perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual
barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut.
Penjualan adalah suatu
proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas
pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara
langsung atau melalui wakil mereka.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.
Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
3. Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4. Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5. Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
Pada umumnya, para
pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal),
dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan
tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang
direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual
selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan
beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal
yang diperlukan
2. Kemampuan merencanakan
3. Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5. Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan
umum dalam penjualan yaitu
1.
Mencapai tujuan tertentu
2. Mendapatkan laba tertentu
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
G Cost Plus Pricing
Perusahaan yang
berorientasi produksi dan penjualan perlu ditinjau terlebih dahulu apakah
kegiatan tersebut dalam jangka panjang atau jangka pendek. Perusahaan yang
berproduksi hanya perusahaan musiman, misalnya pabrik payung pada saat hujang.
Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, (2000 : 127)
menyatakan bahwa kalau jangka panjang, harga jual produk harus dapat memenuhi
seluruh biaya. Jika tidak, maka perusahaan tidak mampu mempertahankan hidupnya.
Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas, biaya variabel saja, jadi harga
dapat diterima dalam jangka pendek (tingkat perputarannya cepat).
Sedangkan dalam jangka
panjang, seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus
dipertimbangkan secara eksplisit agar tujuan jangka panjang dapat tercapai.
Perusahaan yang mempunyai tujuan jangka panjang tentu proyeksi terhadap
biaya-biaya selama dalam proses produksi telah dipertimbangkan terlebih dahulu
sebelum produksi terlaksana dengan baik.
Pendekatan yang lazim
mempunyai tujuan jangka panjang, maka untuk menentukan harga jual produk
standar adalah menerapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual
adalah cosat ditambah dengan mar up sebagai prosentase tertentu dari cost plus.
Mar up harus ditentukan sebesar prosentase tertentu dari cost plus, karena mar
up harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga laba yang diinginkan dapat
tercapai pada perusahaan, dengan harapan pemilik perusahaan disesuaikan pada
tujuan semula.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, D, 2002, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kedua, Penerbit LPFE, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Horngren, Charles, T, 1998, Cost Accounting, A. Managerial Emphasis,
Fourth Edition, Prentice-Hall, Of India Private Limited, New Delhi.
Stanton, 2001, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Bina Aksara,
Jakarta.
Mulyadi, 2003, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya,
BPFE, Universditas Gajah Mada, Yogyakarta.
Matz dan
Usry, 1998, Cost Accounting, Planning and
Control, Fifth Edition, South Westeren Publishing, Company, Ohio.
Nitisemito, Alex, S, 2000, Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, Penerbit Pustaka Binaman Press Indonesia,
Jakarata.
………………….., 2002, Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Kedua, Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarta.
Soemarso, 1999,
Pemasaran Modern, Penerbit Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi,
Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia 1994, Prinsip-Prinsip
Akuntansi Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar