Powered By Blogger

Sabtu, 14 Januari 2017

Pengertian Harga

Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha, Cost Accounting, Planning and Control,  (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
  
   Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito, dalam buku Dasar-Dasar Pemasaran,  (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT. Karya Triagung Permai Makassar di Kota Makassar dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.

      Perusahaan PT. Karya Triagung Permai Kota Makassar dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya.  

Metode Penentuan Harga Pokok

      Metode penetapan harga  pokok menurut Basu Swastha, dalam bukunya Pengantar Bisnis Modern  (2003 : 215)  dengan penentuan harga jual yaitu : pendekatan biaya (penetapan harga biaya plus, penetapan harga mark up, dan penetapan break even) serta  pendekatan pasar atau persaingan,   adalah :
1.   Penetapan harga biaya plus (Cost-Plus Pricing Method)
      Metode ini harga jual per unit ditentukan dengan menghitung juml;ah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki, jadi harga jual produk itu dapat dihitung dengan rumus :
                     Biaya Total  +  Marjin = Harga Jual
2.   Penetapan harga jual Mark-Up (Mark-Up Pricing Method)
      Penetapan harga jual berdasarkan dengan mark up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus, karena para pengusaha lebih banyak menggunakan peetapan harga marl-up. Bagi pedagang yang membeli barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up, dengan formulasi :
Harga Beli +  Mark up = Harga Jual
        Penetapan harga jual berdasarkan mark-up merupakan kelebihan harga jual di atas harga harga belinya. Keuntungan dapat diperoleh dari sebagian mark up. Selain itu pedagang juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambil dari sebagian mark up.
3.   Penetapan harga break even (Break even pricing)
      Penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya dalam penetapan harga break even, dalam keadaan break even bilamana penghasilan yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Metode ini perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik break even.
      Metode penetapan harga berdasarkan break even ini dapat diterapkan dengan menggunakan konsep biaya, sebagai berikut :
      a. Biaya variabel, adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya variabelnya juga akan meningkat.
       b. Biaya tetap, adalah biaya-biaya yang tidak mengalami perubahan (konstan) untuk setiap tingkatan/ sejumlah hasil yang diproduksi, biaya tetap ini termasuk gaji pimpinan, sewa gedung, dan pajak kekayaan. 
       c.  Biaya total, adalah merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau biaya total ini merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya total yang disebabkan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata (average total cost) dengan formulasi :
Biaya Total  = Biaya tetap + Biaya variabel
d. Penghasilan total adalah jumlah penerimaan yang dapat diperoleh perusahaan dari penjualan produk, yang dapat dihitung dengan mengalikan jumlah hasil dengan harga jual per unit.
           Setelah diketahui beberapa konsep biaya dan menghasilan, maka sekarang titik pertemuan antara biaya total dengan penghasilan total. Titik ini dinamakan titik break even (break even point). Untuk menentukan titik break even point dapatlah menggunakan foemula :
                                    Titik Break Even  =    BTT
                      (dalam unit)
                                                   H  -  BVR

 


                                    Titik Break Even  =    BTT
                      (dalam rupiah)
                                                           BVR
                                                                  1 - 
                                                                               H                                     

       Dimana :
       -  BTT       =  biaya tetap total
       -  H           =  harga jual per unit
       -  BVR     =  Biaya variabel rata-rata
       -  H – BVR  disebut kontribusi per unit pada overhead
 4.   Penetapan haraga dalam hubungannya dengan pasar.

      Penetapan harga pasar tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar ikut bersaing atau ditentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.


Pengertian Penjualan

Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton, dalam buku Prinsip-Prinsip Pemasaran, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” Soemarso, dalam buku, Analisa Pemasaran Produk, (1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya  cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jual beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung  atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
      Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.    Fungsi perencanaan
2.    Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
3.    Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4.    Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5.    Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
      Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Modal yang diperlukan
2.    Kemampuan merencanakan
3.    Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.    Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.    Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6.    Unsur penunjang
      Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan   yaitu
1.   Mencapai tujuan tertentu
2.   Mendapatkan laba tertentu

6.    Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Unsur - Unsur Biaya

Untuk membicarakan unsur-unsur dlam proses produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan, sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka  dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil produksi bisa memperoleh laba.
      Dalam suatu proses produksi melibatkan suatu unsur - unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam   unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
      Unsur - unsur biaya menurut Mulyadi, dalam buku Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000 : 15) tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
1) Manufacturing  cost, adalah  semua  biaya  yang  muncul  sejak  pembelian  bahan-bahan sampai berubah menjadi produk  selesai (final product)
       Manufacturing cost terbagi atas :
   a) Prime cost  (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah tenaga  kerja langsung dalam kegiatan pabrik.
      - Prime cost terdiri dari :
        - Direct material, yaitu semua bahan baku yang membentuk  keseluruhan  bahan yang dapat secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja pokok.
       - Direct  cost, yaitu setiap tenaga  kerja yang  ikut secara langsung pemberian  sumbangan dalam  proses produksi.
   b) Manufacturing  expenses,  dapat  juga disebut  factory over head cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
      Yang termasuk golongan biaya ini adalah
         - Indirect  labour,  yaitu  tenaga  kerja  yang   tidak  terlibat   langsung  dalam proses produksi   
         Proses produksi,  misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.  
        -  Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti  biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan
2) Commercial expenses, yang meliputi :
   a. Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan  penagihan  dan ongkos  yang menyangkut  fungsi-fungsi penjualan.
   b. Administration  expenses,  adalah  ongkos-ongkos  yang meliputi ongkos  perencanaan dan pengawasan.
       Biasanya  semua  ongkos-ongkos yang  tidak  dibebankan  pada bagian   produksi  atau  penjualan  dipandang sebagai ongkos administrasi.
      Sedangkan  menurut  Charles  T. Horngren, dalam buku, Cost Accounting A.Managerial Emphasis, ( 1999: 15 )   unsur-unsur biaya dapat diklasifikasikan ke dalam :           
     1) Kapan waktu berkompromi
         a. Biaya yang harus dikeluarkan
         b. Anggaran Biaya                                                                                                           
     2) Kelakuan dihubungkan dengan adanya fluktuasi dalam aktivitas :
         a. Biaya variabel
         b. Biaya tetap
         c. Biaya lain-lain
      3) Resiko dalam pengeluaran biaya  :
         a. Total biaya
         b. Biaya per unit
      4) Fungsi manajemen  :
         a. Biaya pabrik
         b. Biaya pemasaran
         c. Biaya administrasi
      5) Mudah untuk mengubahnya  :
         a. Biaya langsung
         b. Biaya tak langsung
      6) Perubahan  biaya pajak tentang keuntungan  :
         a. Biaya produksi
         b. Biaya Industri
       Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang  diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang.
2) Variabel cost, adalah  biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah  dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan  tidak  akan  mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan.                                                                                                            
3) Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebankan pada seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari obyektif.
4) Manufacturing  cost, adalah biaya  yang diperlukan  untuk menghasilkan  barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga kerja). Manufacturing  cost terdiri  dari direct  cost,  material cost, direct labour cost dan inderect cost/overhead cost.
      Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan secara keseluruhan.
5)  Direct cost, adalah  biaya-biaya  yang  mudah  ditelusuri terhadap  suatu obyek  tertentu.   
     Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya  yang tidak  ditelusuri  hubunganny dengan obyek tertentu.

     Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang timbul karena berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost adalah  setiap biaya  yang dialokasikan  berdasarkan waktu.

Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya

a. Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam buku Kapita Selecta, ( 2002: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan untuk berproduksi berkualitas.
       Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                         
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto, dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                         
b. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, dalam buku, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain yang mengarah pada proses produksi.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1) Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

Perhitungan dan Tujuan Penetapan Harga Pokok

a.  Perhitungan Harga Pokok Produksi
      Sebelum proses produksi dimulai, terlebih dahulu harus diketahui berapa besarnya  harga pokok dari  barang yang akan  diproduksikan. Dengan  demikian, dapat pula  diketahui  besarnya  harga  jual  serta  pengendalian biaya produksi.
      Demikian halnya untuk, mengetahui besarnya harga pokok produksi, maka terlebih dahulu harus diketahui jalannya kegiatan-kegiatan atau proses produksi, yang berarti unsur-unsur biaya yang melekat pada produksi tersebut dapat pula diidentifikasikan.
      Untuk mendapatkan gambaran tentang perhitungan harga pokok produksi, penulis memperlihatkan contoh perhitungan sederhana sebagaimana dikemukakan oleh Sofyan Assauri, dalam buku Manajemen Produksi, (1999 : 54)  sebagai beberikut :
                                      Perhitungan Harga Pokok Penjualan
                                          Untuk Jenis Perusahaan Dagang
Persediaan awal barang dagangan               Rp. ............    
Pembelian barang dagangan                         '   ............
Jumlah barang dagangan yang siap dijual    Rp. ............
Persediaan akhir barang dagangan                '   ............
Harga Pokok Produksi                                             Rp. ............
Sedangkan harga pokok propduksi  (HPP) untuk jenis perusahaan industri (manufacturing), yang tidak mempunyai barang setengah jadi, bertutur  dapat dilihat pada contoh perhitungan yaitu :
                                      Perhitungan Harga Pokok Penjualan
                     Untuk Perusahaan Industri Tanpa Barang Setengah Jadi
1) Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku                      Rp. .........
- Pembelian bahan baku                                Rp. .........  +
- Jumlah bahan yang siap untuk diproduksi   Rp. .........
- Persediaan akhir bahan baku                      Rp. .........  _
- Nilai bahan baku yang diproses                   Rp. .........
2) Biaya produksi :
- Nilai bahan yang dipakai                              Rp. .........
- Nilai upah                                                        Rp. .........
- Biaya overhead pabrik                               Rp. ......... +
     Jumlah biaya produksi                                              Rp. .........                            
3) Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi                       Rp. .........
- Nilai barang yang diproduksi                     Rp. ......... +
- Jumlah nilai barang yang siap dijual         Rp. .........
- Persediaan akhir barang jadi                    Rp. ......... _
     Harga pokok penjualan                                              Rp. .........
                                                                                         =============
                                       Perhitungan Harga Pokok Penjualan
                           Untuk Perusahaan Industri Barang Setengah Jadi
1) Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku                                  Rp. .........
- Pembelian bahan baku                                        Rp. .........  +
- Jumlah bahan yang siap untuk diproduksi           Rp. .........
- Persediaan akhir bahan baku                              Rp. .........  _
- Jumlah Nilai bahan baku yang dipakai                               Rp…………(A)                
2) Perhitungan Biaya Produksi :
- Persediaan awal barang setengah jadi                 Rp. .........
- Nilai bahan baku yang dipakai                                Rp. .......
- Biaya upah                                                                  Rp. .......
- Biaya operasi pabrik                                                 Rp. ....... +
       - Jumlah nilai barang setengah jadi yang dapat
   menjadi barang jadi  ................                                                Rp. .................
- Persediaan akhir barang setengah jadi                             Rp. ...............
 - Jumlah biaya produksi                                                      Rp. .........   (B)
3) Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi                                   Rp. .........
- Nilai barang yang diproduksi                                Rp. ......... +
Jumlah nilai barang yang siap dijual                                    Rp. .........
- Persediaan akhir barang jadi                                             Rp. ......... _  
- Harga pokok penjualan                                                      Rp …………..
b. Tujuan Penetapan Harga Pokok       
      Adapun tujuan penetapan harga pokok sebagaimana dikemukakan Winardi dalam buku Kapita Selecta, (2002; 149), mengemukakan bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan          
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan  pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.

      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.