Powered By Blogger

Selasa, 20 Desember 2016

Pengertian dan Jenis-Jenis Produksi

   Pengertian Produksi   
      Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada harus disesuaikan.
      Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi (2000 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth dalam bukunya Production Management (1998; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai   berikut :
1.  Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu  ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
2. Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Manajemen Produksi (2000; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1.   Faktor produksi tanah
      2.  Faktor produksi modal
      3.  Faktor produksi tenaga kerja      
       Sedangkan Richard dalam bukunya Management Production (1997; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas,  menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian  mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
 1.  Grade    yaitu   sifat   kelakuan,   kemiripan,   tingkat   reabilitas   tingkat
operasinya dan lain-lain.
   2. Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang   mana memberikan kepuasan.
 3.  Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi  untuk setiap  komponen  dari produk itu.  Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality of conformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).             
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam  pembentukan suatu  standard  dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel (1999 ; 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1998; 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari  beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian produksi diatas dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor  produksi sekaligus, maka akan  diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson (1997; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi harus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (1999 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur  dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
      Dalam hubungan antara input dengan output berarti dibicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat di   ketahui hasil  yang telah  diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh  keuntungan ( rugi ) dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

     Jenis-Jenis Produksi
      Proses produksi yang memerlukan persediaan bahan baku yang nanti akan menjadi bahan jadi, sehingga perusahaan perlu menyiapkan bahan baku yang harus siap sedia setiap saat. Persediaan mempunyai jenis-jenis sesuai dengan kebutuhan dalam proses produksi oleh T. Hani Handoko (1999: 334) menurut jenis-jenis persediaan dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
      1.  Persediaan bahan  baku (raw materials), yaitu  persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan/ atau dibuat sendiri oleh   perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya
2. Persediaan pada komponen-komponen rakitan (purchased parts/ components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
6     Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplier), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses  produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
7     Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.

Persediaan Pengaman (Safety Stock)

      Persediaan pengaman pada semua situasi ada suatu "safety stock" antara menempatkan pesanan untuk penggantian persediaan, penerimaan dari pada barang yang masuk kedalam persediaan. Oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production (2000: 25) Tenggag waktu ini biasanya disebut dengan delivery lead time. Setelah mengadakan pesanan untuk penggantian, pemenuhan pesanan dari langganan harus dipenuhi persediaan yang ada. Permintaan dari langganan biasanya berfluktuasi dan tidak dapat diramalkan dengan tepat kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya dan tidak melebihi permintaan yang telah disepakati bersama.
      Safety stock disini sudah tertanggar. Apabila pesanan dilakukan pada waktu persediaan sebesar 300 unit maka pada waktu barang yang dipesan datang persediaan gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama besar nya dengan besarnya safety stock, yang berarti safety stock tidak tertanggar.
      Persediaan pengaman dengan sendirinya akan ada resiko yang tidak dapat di hindari bahwa persediaan yang ada akan habis sama sekali sebelum penggantian datang sehingga pelayanan kepada langanan tidak dapat dipenuhi dengan baik. Karena tingkat pelayanan  ini  harus dipertahankan dengan menciptakan suatu Safety  stock yang akan menampung setiap penyimpanan selama lead time.
      Menurut Sofjan Assauri, Management Production, dalam bukunya (2000 : 114) pengertian tentang safety stock, yaitu yang dimaksud dengan persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock-out).
      Perencanaan persediaan bahan baku yang telah diperhitungkan, namun sering persediaan bahan baku tersebut tidak mencukupi karena sering meloncatnya persediaan hasil produksi perusahaan ataukah persediaan tersebut mengalami rusak atau tidak memenuhi standar industri untuk memenuhi permintaan konsumen.
      Berdasarkan pengertian di atas, sebagai bahan baku tambahan apabila persediaan yang telah disiapkan menitis, maka tambahan baku merupakan tambahan dapat juga digunakan untuk menjaga kesinambungan pekerjaan. Sehubungan dengan kebijaksanaan pengendalian persediaan bahan mentah yang dilakukan oleh Perusahaan CV Sinar Wonomulyo  Kabupaten Polman,  persediaan pengaman (safety stock) perlu diperhatikan karena :
    1. Kemungkinan  terjadinya  kekurangan bahan mentah, oleh karena   pemakain yang lebih besar dari perkiraan semula.

2.  Keterlambatan dalam penerimaan bahan mentah yang dipesan.

Pengertian Reorder Point

      Reorder point pada suatu perusahaan memang sangat penting, karena reorder berarti memperhatikan kembali, lebih jelasnya Suad Husnan, dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan, (2001 : 69) mengatakan reorder point adalah saat yang tepat dimana persediaan dilakukan kembali.
      Apabila tenggang waktu antara saat perusahaan memesan dan barang tersebut datang biasanya disebut lead time sama dengan nol, maka pada saat jumlah persediaan sama dengan nol pada saat itulah dilakukan pemesanan.
      Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 73) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan serupa, sehingga kedatangan atau  penerimaan material yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan atas safety stock sama dengan nol.
      Dengan demikian, diharapkan datangnya material yang dipesan  tidak  akan  melewati waktu sehingga akan melanggar  safety stock. Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point, maka material yang dipesan akan diterima setelah perusahaan terpaksa mengambil material dari safety stock.
      Dengan penentuan/penetapan reorder point diperhatikan faktor-faktor, sebagai berikut :
    1. Procurement  lead time, yaitu penggunaan material  selama tenggang waktu mendapatkan barang.
2. Besarnya  safety  stock,  dimaksudkan  dengan  pengertian "procurement lead time" adalah waktu dimana meliputi saat dimulainya usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang sampai barang/material diterima dan ditempatkan dalam gudang penugasan.
     Reorder point dapat ditetapkan dengan berbagai cara antara lain :
4       Menetapkan jumlah penggunaan selama "lead time" ditambah prosentase tertentu, misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama "lead time"-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 40 Unit, maka Reorder point = (5 x 40) + 50 % (5 x 40) = (200 + 100) = 300 unit.
5       Dengan menetapkan penggunaan selama "lead time" dan ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu  sebagai safety stock misalnya kebutuhan selama 4 minggu, maka Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40) = 200 + 160 = 360 unit.

      Apabila  pesanan  baru  dilakukan  sesudah  persediaan tinggi 300 unit ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan darang, perusahaan terpaksa sudah mengambil material dari safety stock sebesar Rp. 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan datang persediaan dalam gudang tinggal 100 unit (yaitu 300 - 200) padahal safety stock sudah ditetapkan sebesar 100 unit.

Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya

1.  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu, apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui yang merupakan komponen biaya perusahaan. Hal ini, total biaya selalu dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Capita Selecta, (2002: 147) menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat di bagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah pendapatan bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.
      Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (1997: 26) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau menyangkut kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh.
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan (2001: 89) memberikan ulasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense) sebagai berikut, cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi perusahaan.
      Dalam pengertian biaya yang dikemukakan oleh Hartanto yang telah memisahkan tentang pengertian yang akan datang dan tercantum dalam neraca. Sedangkan expenses atau ongkos adalah biaya yang menghasilkan prestasi dan tidak memberikan manfaat diwaktu yang akan datang.
      Berkaitan dengan hal tersebut, maka suatu perusahaan sebaiknya memegang dan menjalankan aktivitasnya dengan azas-azas sebagai berikut :
     1.  Azas  efisiensi  maksudnya  dengan biaya yang sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil tertentu ataupun dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
2.  Azas kontinutas adalah azas kelangsungan hidup pada perusahaan
3. Azas proposionalitas adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Dalam upaya memanfaatkan azas efisiensi ini yang menjadi titik berat adalah usaha untuk mendapatkan ketepatan ukuran dari setiap pengorbanan yang telah diberikan adalah dikeluarkan keuntungan dan hendaknya terdapat proposional yang sesuai antara pengeluaran untuk pengorbanan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi.
      Pengertian biaya ini juga dikemukakan oleh Matz dan Usry, dalam bukunya Production and Control, (2000: 30) sebagai berikut cost is foregoing, measured in monetary terms incurred or potenially to be incurred to archieve a spesific ebjective.
      Dengan dasar pengertian biaya yang dikemukakan oleh Matz Usry diatas, mereka mengemukakan bahwa biaya adalah pengeluaran-pengeluaran yang dapat di nilai dengan uang atau dengan potensial yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan khusus.
      Sejumlah pengeluaran/ pengorbanan untuk proses produksi yang dapat dinilai dengan ukuran tertentu yang menghasilkan lebih banyak daripada yang telah dikeluarkan, biaya disini mengharapkan lebih banyak hasil diharapkan oleh perusahaan.
      Selanjutnya oleh Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, (2000: 3) dikatakan bahwa di dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.
      Menurut definisi di atas pengorbanan sumber ekonomis dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
        1. Pengorbanan yang telah terjadi adalah nilai ekonomis yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan historis yaitu biaya yang telah terjadi.
  2. Pengorbanan yang mempunyai kemungkinan akan terjadi yaitu nilai ekonomi yang akan dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang.
3.  Sejumlah pengorbanan untuk mengharapkan hasil yang lebih banyak untuk mengharapkan hasil yang lebih memuaskan oleh perusahaan manufactur. 
      Dengan demikian, definisi biaya yang telah disampaikan oleh beberapa ahli ekonomi di atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya adalah mempunyai tujuan yang sama, yaitu pada pengorbanan sejumlah nilai-nilai dalam bentuk biaya untuk menciptakan barang dan jasa demi untuk mendapatkan sejumlah pendapatan atau keuntungan dari setiap kegiatan yang dikerjakan dalam menghasilkan sesuatu.

2. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
       "1. Biaya variabel dan biaya tetap
        2. Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain yang mengarah pada proses produksi.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1. Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

Metode Pengendalian Persediaan

Biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan sehubungan dengan pengadaan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan pesanan menurut Chase Aquilano dalam bukunya Management Production, (2000: 314) membagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1.  Holding costs (carrying costs) atau biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya penyimpanan persediaan. Besarnya biaya ini berubah-ubah adakalanya berubah-ubah disebabkan kegiatan pada perusahaan yang dapat disesuaikan dengan besar kecilnya persediaan yang disimpan.
      Penentuan besarnya biaya ini didasarkan kepada presentase nilai rupiah dari persediaan, yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya perdagangan (biaya sewa gudang atau biaya penyimpanan), biaya fasilitas pergudangan, biaya pemeliharaan (manitenance), biaya asuransi kerugian atas pencurian, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya penyusutan serta biaya pajak yang dianggap pengeluaran.
2.   Production changer cost (setup costs), yaitu biaya-biaya yang timbul karena terjadinya penambahan, pengurangan fasilitas produksi sebagai akibat persediaan yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan produksi dan penjualan pada suatu saat yang termasuk dalam production change costs seperti biaya lembur, biaya pemberhentian, biaya pelatihan/training serta biaya pengangguran. Umumnya biaya-biaya pengadaan persediaan ini sulit ditentukan jumlahnya untuk satu periode produksi sehingga dimasukkan ke dalam setup costs.
3.   Ordering costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya pemesanan bahan baku hingga sampai ke dalam gudang perusahaan. Biaya ini besarnya tergantung pada frekuensi pemesanan, yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya administrasi, biaya pembelian dan pemesanan biaya pengangkutan dan bongkar muat biaya penerimaan serta biaya pemeriksaan.
4.   Shortage costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari jumlah persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk proses produksi sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam keadaan demikian akan melakukan pemesanan mendadak yang mengandung banyak resiko seperti kerusakan bahan sehingga harus dikirim kembali enggan mengeluarkan biaya tambahan.
      Kebijaksanaan permintaan pengadaan bahan baku material merupakan bagian dari kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Manajemen investasi atau persediaan tidak hanya berhubungan dengan manager pembelian melainkan juga berhubungan dengan manager keuangan
      Manager pembelian cenderung untuk berorientasi pada pembelian dalam jumlah yang besar untuk memperoleh discount atau potongan dari supplier. Begitu pula manager produksi ingin mempertahankan jumlah persediaan yang besar untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sedangkan manager financial, mempertahankan pembelian dalam jumlah yang kecil demi efisiensi penggunaan dana.
      Untuk lebih jelasnya pengertian Economic Order Quantity oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production, (1998: 176) menyatakan bahwa dalam menentukan kebutuhan untuk menghasilkan sejumlah barang jadi yang direncanakan untuk suatu periode tertentu.
      Pengendalian bahan baku merupakan bagian dari pada kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena dapat memenuhi para langganan atau konsumen.
      Demikian pada terlalu banyaknya persediaan walaupun hal ini mempunyai kebaikan terhadap kelancaran proses produksi, akan tetapi menimbulkan biaya penyimpanan yang terlalu besar dan dapat menimbulkan kerugian karena kemungkinan kerusakan persediaan yang berlebihan tersebut.
      Aktiva keseluruhan dan kekurangan inilah diperlukan yaitu tersedianya jumlah persediaan yang ekonomis. Hal ini dapat terlaksanan bila dalam melakukan sistem pemesanan yang ekonomis disebut “Economic Order Quantity”, dalam menghitung economic order quantity ini dipertimbangkan 2 (dua) jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
1.  Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi pemesanan semakin tinggi pula biayanya, sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah/kuantitas setiap kali pesanan berarti akan semakin rendah tingkat frekuensi pemesanan.
2. Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang dipesan. Makin besar bahan baku yang dipesan akan semakin besar pula biaya penyimpanannya dengan biaya pemesanan.


Pengertian Pengendalian Persediaan

      Pengendalian persediaan mengandung beberapa istilah yang perlu diketahui mengenai pengertian persediaan yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya. Selanjutnya akan diuraikan mengenai pengertian sistem, pengendalian dan pengendalian persediaan.
a.   Pengertian Sistem
Berikut ini akan dikutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian sistem menurut H.A. Harding, dalam bukunya Productiin Management, (1999: 26) sistem adalah sekumpulan bagian yang mempunyai kaitan satu sama lain yang bersama-sama beraksi menurut pola tertentu terhadap masukan dengan tujuan untuk menghasilkan pola keikhlasan.
b.   Pengertian Pengendalian
Menurut Sofyan Assauri, Management Production, (1998: 159) dalam hal ini pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan dasar pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang dilakukan agar kegiatan dapat disesuailan apa yang diharapkan atau direncanakan.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu tehnik dan untuk mengatur pemeriksaan, pengawasan dan tindakan pencegahan serta memperhatikan pelaksanaan kegiatan kerja untuk kemudian disesuaikan dengan rencana realisasi pelaksanaan kerja. jadi pengendalian berfungsi untuk mencegah mengurangi kemungkinan timbulnya penyimpangan dari apa yang telah direncanakan.
c.   Pengertian Pengendalian Persediaan
Untuk dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimun dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dalam jumlah yang cukup, mutu dan pada waktu yang cepat serta jumlah biaya rendah seperti g diharapkan diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan.
      Pengertian  pengendalian  persediaan  menurut  Sofyan  Asssauri, dalam bukunya,  Manajemen   Produksi, (  1998 : 229  )    menyatakan    bahwa

     “pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dan urutan kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dari seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuatu dengan apa yang telah direncanakan terlebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya”.

      Untuk dapat mencapai persediaan yang optimun, harus memenuhi beberapa syarat pengendalian persediaan, syarat-syarat tersedianya persediaan yang optimun menurut Sofyan Assauri. Dalam bukunya Management Production, (1998: 229), sebagai berikut :
     1.   Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat/barang yang tetap dan identifikasi bahan/barang tertentu.
  2.  Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya terutama penjaga gudang.
  3.   Suatu  system  pencatatan  dan  pemeriksaan  atas  penerimaan barang.
  4.   Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.
  5.  Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan dibagikan atau dikeluarkan dari yang tersedia di dalam gudang.
 6. Pemeriksaan fisik bahan/barang yang ada dalam persediaan secara langsung.
7. Perencanaan untuk menggunakan barang-barang yang lebih dikeluarkan, barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-barang yang sudah usang dari keunggulan zaman.
4     Pengecekan untuk manajemen dapat efektifitasnya kegiatan rutin.
      Persediaan atau inventory merupakan bagian dan aktiva perusahaan yang membutuhkan investasi yang cukup besar dan merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja yang selalu berputar. Oleh karena itu pihak manajemen dituntut untuk mengelola secara wajar mengenai bagian dari aktiva tersebut.
      Persediaan optimun merupakan batas jumlah persediaan yang ekonomis yang sebaiknya dapat diadakan oleh perusahaan. Batas persediaan optimun ini kadang-kadang tidak didasarkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan, melainkan atas dasar kemampuan perusahaan terutama kemampuan keuangan serta kemampuan gudang yang dimiliki perusahaan sehingga sering diadakan jumlah yang besar. Keadaan seperti ini tidak ekonomis sehingga merugikan perusahaan karena akan terjadi penumpukan beban dan biaya penyimpanan atas biaya pemeliharaan menjadi besar.
      Untuk mencapai persediaan optimun, hal tertentu tidak terlepas dari besar kecilnya biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan investasi yang ditanamkan dalam persediaan bahan/barang.
      Pada semua situasi ada suatu “tenggang waktu” antara menempatkan pesanan untuk penggantian persediaan dan penerimaan dari pada barang yang masuk ke dalam persediaan. Oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production, (1998: 25) tenggang waktu ini biasanya disebut dengan delivery lead time. Setelah mengadakan pesanan untuk penggantian, pemenuhan pesanan dari langganan harus dapat dipenuhi persediaan yang ada. Permintaan dari langganan biasanya berfluktuasi dan tidak dapat diramalkan dengan tepat.
      Maka dengan sendirinya akan ada resiko yang tidak dapat dihindari bahwa persediaan yang ada akan habis sama sekali sebelum penggantian datang sehingga pelayanan kepada langganan tidak dapat dipenuhi dengan baik. Karena itu tingkat pelayanan ini harus dipertahankan dengan menciptakan suatu safety stock yang akan menampung setiap penyimpanan selama lead time.
      Menurut Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production, (1998: 114) dalam hubungan dengan persediaan pengamanan, yang dimaksud dengan persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock-out).
      Berdasarkan pengertian persediaan pengaman, maka sehubungan dengan kebijaksanaan pengendalian persediaan bahan mentah yang dilakukan oleh CV Sinar Wonomulyo  di Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat, maka persediaan pengaman (safety stock) ini perlu diperhatikan oleh karena :
4       Kemungkinan terjadinya kekurangan bahan mentah, karena pemakaian yang lebih besar dari perkiraan semula.
Keterlambatan dalam penerimaan bahan mentah yang dipesan

Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan

      Pada dasarnya setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan organisasionalnya perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Di dalam rangka mengadakan persediaan maka dibutuhkan sejumlah dana yang akan digunakan untuk mebiayai persediaan tersebut. Oleh karena barang-barang yang dibutuhkan tidak selamanya dapat diperoleh setiap saat, tetapi melalui proses yang memerlukan tenggang waktu tertentu untuk pengadaannya, maka setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum.
      Adapun pengertian tentang persediaan oleh Sofyan Assauri dalam bukunya Management Production, (1998: 7) menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa yang dibutuhkan faktor-faktor produksi.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas, maka setiap hasil produksi mempunyai kegunaan tertentu dan dibutuhkan faktor-faktor produksi yang mendukung kelancaran produksi tersebut.
      Sedangkan menurut Mubyarto, dalam bukunya Metodologi Penelitian, (1999: 62) menyatakan bahwa produksi itu adalah suatu hasil yang diperoleh sebagai akibat pekerjaannya yang dapat mendukung dalam peningkatan faktor-faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.
      Dari pengertian tersebut dijelaskan sebelumnya, maka persediaan dapat diartikan sebagai barang yang diperlukan dalam proses produksi dan yang digunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan atau bahan yang diperoleh atau diperlukan untuk diolah kedalam rangkaian proses produksi dan menjadi barang jadi yang dihasilkan.
      Di samping hal di atas timbul masalah lain yaitu jika perusahaan penyediaan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak lebih dari yang dibutuhkan, tentu perusahaan akan mengeluarkan sejumlah dana untuk penyimpangan dan biaya pemeliharaan persediaan bahan baku. Oleh karena itu perusahaan perlu menetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah yang optimal untuk mencapai kuantitas produk dengan biaya seminimal mungkin.
      H.A. Harding dalam bukunya Production Management (2000: 151) menyatakan bahwa persediaan meliputi semua barang dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam proses produksi atau memberikan jasanya.
      Sedangkan Assauri dalam bukunya Management Production, (1998: 219) memberikan definisi bahwa persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
      Pengertian persediaan yang tidak dijelaskan sebelumnya, yaitu persediaan dapat diartikan sebagai semua bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang menunggu penggunaannya untuk digunakan atau untuk memperlancar kegiatan proses produksi.
      Pengertian persediaan yang dimaksud diklasifikasikan menurut jenis dan posisi bahan baku dalam urutan pekerjaan produk, menurut Sofyan Assauri dalam bukunya Production Management, (1998: 222) bahan baku atau barang-barang yang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan dalam urutan proses produksi meliputi :
4     Persediaan bahan baku (Row Material Stock)
      2.   Persediaan bagian produk atau parts dibeli (Purchased Parts)
      3.  Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Surplus Stock)
4     Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work In Process/Progress Stock)
5     Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock)
      Jadi secara umum persediaan dapat diartikan sebagai sejumlah harta kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat berupa sejumlah bahan baku, parts yang disediakan untuk diolah kedalam urutan-urutan rangkaian proses produksi dan jumlah barang yang terdapat dalam masing-masing proses yang masih memerlukan proses pengolahan lebih lanjut pengerjaan dalam kegiatan pengerjaan bahan tersebut atau sejumlah barang jadi disiapkan untuk memenuhi permintaan langganan setiap waktu.
      Maksudnya bahwa dengan adanya persediaan maka akan menjamin kelancaran proses produksi serta kebutuhan konsumen dapat dipenuhi tepat pada waktunya.
      Di samping itu persediaan dapat juga mengurangi tingkat ketergantungan perusahaan terhadap supplier dan konsumen, maksudnya bahwa pabrik dapat  matang yang berkaitan dengan perkembangan atau pemesanan kembali persediaan.
      Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam pemesanan kebambaki bahan baku, sebagai berikut :
4     Berapa jumlah bahan yang harus dipesan
5     Berapa besarnya jumlah persediaan pengaman
6     Pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan ulang
      Chase Aquilano, dalam bukunya System Planning, (2000: 315) ada dua sistem pemesanan, sebagai berikut :  
1.   The Fixed Order Quantity System
Sistem ini pemesanan dilakukan jika tingkat pemesanan telah mencapai suatu batas tertentu dengan ketentuan bahwa persediaan bahan baku cukup untuk diproduksi dan telah diperhitungan order yang telah diterima, dimana perusahaan harus melakukan pemesanan ulang (reorder point). Tingkat persediaan yang dimaksud adalah sisa persediaan yang dapat menempuh kebutuhan produksi atau permintaan selama tenggang waktu pemesanan (lead time) yaitu jangka waktu pemesanan sampai barang diterima.
2.  The Fixed Order Period System

      System pemesanan ini didasarkan pada suatu batas waktu yang telah ditetapkan (menggunakan tenggang waktu) dengan menghitung persediaan yang ada. Jika persediaan jumlahnya yang sangat menipis atau dengan istikah   dibawah  jumlah  tertentu   maka,   dibutuhkan   pemesanan   ulang, sedang jumlah pemesanan setiap kali pesan tidak sama volumenya karena harus disesuaikan dengan jumlah persediaan masih tersisa.

Pengaruh Biaya Promosi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Promosi dalam meningkatkan penjualan barang dagangan, maka salah satu aspek penting adalah masalah peranan dalam memainkan perilaku konsumen sebagai bagian dari kegiatan perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam bidang yang sama, maka kualitas produk yang perlu dipertahankan untuk memainkan serta meningkatkan volume penjualan. Apabila perusahaan dapat menjalankan prinsip pemasaran atau marketing dengan baik, tentunya perusahaan mempunyai strategi tentang upaya penjualan barang dagangan dengan di fungsikan perwakilan dalam memenuhi permintaan konsumen.      
      Promosi sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan volume penjualan, dengan jalan mengadakan promosi baik melalui media elektronik dan media surat kabar, untuk memperkenalkan barang produk  perusahaan yang harus bersaing dalam percaturan dunia perdagangan yang berjalan dengan baik tetapi apabila perusahaan akan memperbaiki strategi dan situasi persaingan pasar kian hari semakin ketat, sehingga perlu mempunyai pisi dan pandangan terhadap barang apa yang akan dipasarkan.
      Sejalan dengan perkembangan jaman sekarang semakin hari semakin ketat persaingan, maka persaingan tersebut perusahaan mau tidak mau harus mengeluarkan biaya promosi , agar lebih dikenal produk barang dan jasa dari perusahaan. Biaya promosi sebagai pengorbanan di luar biaya produksi, mengharapkan dapat lebih meningkatkan produk perusahaan.  
      Pemenuhan konsumen dengan melalui promosi  merupakan  sarana  dalam  memperlancar  arus peningkatan penjualan barang hasil produksi. Dalam mempertahankan  penjualan, perusahaan harus meningkatkan mutu dan  kualitas  produk,  sehingga konsumen tetap terkesan terhadap  barang  yang dihasilkan perusahaan agar lebih meningkatkan penjualan perusahaan.
      Dengan  demikian, kualitas produk  diperhatikan  agar perusahaan tetap mempertahankan volume penjualan  seminimal mungkin,  karena peran serta  promosi  dalam  meningkatkan omzet penjualan hasil produksi ditentukan oleh lancar  arus barang,  perusahaan mempunyai beberapa bidang usha, namun hal ini pembahasan hanya pada bagian alat-alat listrik. 
      Selanjutnya,  promosi  pada perusahaan juga  menambah biaya dalam pemasaran, maka biaya akan  bertambah  karena proses pemasaran bertambah, di samping itu juga lebih  mem­perlancar  arus  penjualan barang. Dalam usaha mencapai  tujuan perusahaan, maka perusahaan itu mengadakan pengawasan dalam kegiatan utamnanya promosi sebagai salah satu tujuan untuk meraih kesuksesan meningkatkan volume penjualan.
      Pemasaran  memegang  fungsi perusahaan  yang  penting bagi keberhasilan  usaha  suatu  perusahaan,   penerapan prinsip-prinsip pemasaran  yang efisien dan  efektif  akan  sangat menunjang tercapainya tujuan  perusahaan.   Setiap pemilik  perusahaan selalu menghendaki, agar perusahaannya senantiasa  mengalami kemajuan, tetapi tidak semua  pemilik  perusahaan  mengetahui dengan pasti  bagaimana  menjalankan dan mengendalikan  perusahaan  untuk   mencapai   tingkat kemajuan  yang diharapkan.  Untuk  mengatasi  masalah  ini diperlukan  pengetahuan yang baik tentang  fungsi  promosi dalam  kaitannya  dengan  penjualan dalam perusahaan  dan kemampuan mengelola perusahaan itu sendiri. Dalam proses  perkembangan perusahaan  pada  umumnya fungsi  promosi, merupakan fungsi yang  perlu  diperhatikan  oleh  pimpinan perusahaan dalam mengembangkan  perusahaan. 
      Dalam kaitannya dengan meningkatkan volume penjualan barang dagangan, perusahaan bergerak dalam bidang alat-alat listrik yang terdiri dari ballon, kabel dan instalasi listrik, maka promosi bagian  dari usaha  memperlancar  barang   hasil produksi. Jika pengertian promosi diteliti dalam arti  sempit, maka fungsi promosi merupakan usaha bagaimana meningkatkan cara hasil penjualan perusahaan dengan cara menguntungkan.
      Sedangkan dalam arti luas, fungsi promosi bukan hanya untuk mengetahui tentang   bagaimana  cara   perusahaan   untuk mendapatkan langganan dalam  jumlah  yang  banyak  dengan menggunakan tenaga secara efisien dan efektif. Tetapi  juga  bagaimana  cara  memperoleh sejumlah keuntungan yang diharapkan bersama.  Promosi  sebagai  arus informasi  atau  yang dapat menarik  konsumen  dalam menggunakan  produksi  dipasarkan yang tidak pernah menggunakan bisa beralih dan yang  telah menggunakan tetap pada barang yang dipromosikan.                                                   
      Sedangkan  iklan adalah menerangkan  mengenai  fungsi-fungsi  produk dalam  perintisan  atau  untuk  menciptakan permintaan  produk atau katagori produk tertentu

A   Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
1  Pengertian Pemasaran

      Sebagaimana diketahui bahwa pemasaran ialah bagaimana cara meningkatkan volume penjualan hasil produksi, karena biasanya hasil produksi susah untuk menembus pemasaran, sebab kapan hasil produksi tidak bisa bersaing.
      Dalam membicarakan pengertian pemasaran kita harus melihat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran karena dalam memberikan defenisi pemasaran kita sering menjupai beberapa penafsiran yang dapat memberikan estimasi bagaimana cara meningkatkan volume penjualan sesuai dengan titik pandang masing-masing ahli. Secara umum defenisi-defenisi tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu bahwa kegiatan atau aktivitas pemasaran barang dan jasa bukan hanya sekedar kegiatan menjual barang/jasa tetapi lebih luas dari pada itu.
      Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pemasaran berarti suatu aktivitas atau kegiatan manusia berlangsung dalam kaitannya jual beli di pasar, atau berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan  manusia.
      Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam  mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan  dengan  tujuan  untuk  memperoleh laba. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan tersebut tergantung bagaimana memasarkan  suatu  produk  itu sendiri sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
      Pemasaran merupakan suatu proses pemilihan, pasar mana yang akan kita masuki, produk apa yang kita pasarkan, berapa harga yang kita tetapkan serta distributor mana yang akan kita gunakan. Oleh sebab itu, maka sasaran yang ingin dicapai perusahaan adalah untuk volume peningkatan penjualan Dalam hal ini bukan semata-mata didasarkan pada selera dan pemenuhan keinginan di dalam memasarkan produknya agar supaya produk yang ditawarkan itu dapat terjual.
      Untuk memperjelas pengertian pemasaran ini, maka dikutip oleh beberapa para ahli. Menurut Sofyan Assauri, dalam bukunya Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis (2001: 2), menyatakan bahwa, pemasaran adalah untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa tepat pada orang, atau konsumen  pada tempatnya dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat.
      Selanjutnya, W.S Stanton dalam bukunya Marketing Praktis, (2000 : 4), mengemukakan bahwa pemasaran adalah stau sistem dari keseluruhan kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosi kan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
      Kalau kita menelaah lebih lebih jauh didifinisikan tersebut, maka pada dasarnya pemasaran merupakan suatu sistem yang terkait untuk membuat perencanaan, penentuan harga, melaksanakan promosi, mendistribusikan barang dan  jasa  dalam rangka  memuaskan  kebutuhan dan  keinginan para  konsumen.
      Sedangkan Winardi, dalam bukunya Azas-Azas Marketing (2002 : 10) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah pelaksanaan aktivitas dunia usaha yang mengamati arus benda-benda serta jasa-jasa pada produsen ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.
      Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pemasaran adalah semua kegiatan proses pemindahan barang atau jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen dengan menggunakan suatu keseluruhan distribusi dalam rangka    memperlancar arus pertukaran barang atau jasa tersebut.
     Alex S. Nitisemito dalam bukunya Azas-Azas Marketing, (2000: 13), memberikan pengertian tentang pemasaran yaitu pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen kekonsumen secara efisien dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif.
    Sedangkan Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2002 : 5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang memberikan kepada individu atau kelompok, apa yang mereka butuhkan, inginkan dan ciptakan serta menukarkan produk-produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
     Salah satu beberapa kegiatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan adalah melakukan suatu proses pertukaran, jadi dengan demikian dapat diketakan bahwa pemasaran diciptakan oleh para penjual dan pembeli atau lebih dikatakan bahwa pemasaran diciptakan oleh para produsen dan konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang jumlahnya tidak terbatas. Jelas bahwa antara produsen dan konsumen senantiasa beberapa untuk mencari kepuasan dengan cara meraih keuntungan, sedangkan dalam pihak para konsumen memenuhi kebutuhan prestasi pemilikan barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.
      Dengan memperhatikan beberapa definisi pemasaran yang jelas dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran serta usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada pemasaran kebutuhan dan keinginan konsumen, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

2  Pengertian Manajemen Pemasaran

      Dalam melakukan pemasaran hasil  produksi  pada perusahaan, maka perlu  diperhatikan manajemen terhadap memasarkan hasil produk bagaimana pada  tingkat kepuasan konsumen, apakah  sepatutnya barang tersebut diproduksi,  ataukah sudah sesuai  dengan  selera konsumen. Dengan dasar ini perusahaan perlu adanya  jaminan produk, sehingga mutu dan kualitas tetap menjadi perioritas utama  agar langganan tetap memilih pada produk yang  telah lama disenangi.
      Jika  ditelaah  lebih  lanjut,  sebenarnya  terdapat dalam  berbagai faktor yang  dapat  mempengaruhi  pilihan ditetapkan para konsumen dalam rangka menentukan pilihannya mengenai mengenai produk yang dikonsumsinya.
Faktor-faktor manajemen  tersebut  pada perusahaan  antara  lain  tingkat pendapatan,  pendidikan  dan status sosial  yang  disandang oleh para konsumen yang secara potensial akan  mengkonsumsi barang  yang akan dipasarkan perusahaan. Ketiga faktor  ini akan  turut  berpengaruh  bagi perilaku  konsumen  sehingga perusahaan  perlu mengkajinya, dan meningkatkan  produknya sehubungan  dengan  upaya perusahaan didalam meningkatkan volume penjualan.
      Dengan  melakukan  suatu kajian atau  studi  terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu  barang,  akan diperoleh  suatu petunjuk  yang konkret  mengenai   perlu tidaknya  perusahaan  melakukan  perluasan  dan  penyebaran  produk-produknya  dipasar.  
      Sehubungan dengan hal  ini  maka Sofyan  Assauri, dalam bukunya Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis (2001  : 17) mengemukakan  bahwa  dengan mengkaji  manajemen pemasaran tersebut, perusahaan   dapat mengetahui  diagnosa tentang siap dan apa serta bagaimana  kebenaran   mengenai   pemakaian   suatu produk.       Hasil  pengkajian  tentang  perilaku konsumen  tersebut  digunakan oleh perusahaan untuk menentukan perlu tidaknya  perusahaan merubah strategi pemasaran produknya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa aspek  perilaku konsumen perlu mendapatkan perhatian dari manajemen perusahaan,  saat mana perusahaan yang bersangkutan  merencanakan untuk mempertahankan posisinya di pasar. Meskipun  terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk mempertahankan posisinya dipasar,namun masalah perilaku konsu­men  ini  perlu mendapatkan perhatian  yang  cukup  serius,   khususnya  bagi barang-barang industri yang pangsa pasarnya berada pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan relatif tinggi. Secara  lebih konkret dapat dikemukakan  bahwa  unsur manajemen yang dijalankan bagian pemasaran barang,  pada  dasarnya mencerminkan  tanggapan atau respon mereka terhadap  berba­gai  rangsangan pemasaran. Tanggapan atau  respon tersebut terutama  terlihat  melalui berbagai bentuk pewadahan  pro­duk, harga, daya tarik advertensi dan unsur  lainnya  yang berdampak secara psikologi bagi konsumen.
      Mengenai perlunya perusahaan menelaah mengenai periku konsumen tersebut,  maka perlu adanya  perincian  mengenai  dimensi penting  dari unsur prilaku  konsumen.  Sehubungan dengan  konteks  ini, maka Yanti B. Sugarda dalam bukunya Kerangka Strategi Perusahaan (2001:  119) membedakan  adanya  tiga dimensi  perilaku konsumen  dalam konteks pembelian  suatu  produk perusahaan,  dimana dimensi-dimensi yaitu pikiran, perasaan dan perbuatan untuk memenuhi permintaan konsumen.
      Komponen  cognitive merupakan elemen rasional  yang dipergunakan dalam proses penelaahan secara mental mengenai adanya perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang.  Kompo­nen efective merupakan elemen emosional serta adanya  unsur perasaan  yang secara alamiah berada pada  setiap  individu yang akan mengkonsumsi barang. Komponen conative merupakan suatu  kecenderungan  untuk melakukan suatu  tindakan  atau perbuatan sehingga konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar.
B   Pengertian dan Tujuan Promosi

1. Pengertian Promosi

      Sebagaimana diketahui bahwa sukses tidaknya  kegiatan pemasaran tidak hanya tergantung pada kualitas produk  yang dihasilkan, kebijaksanaan yang tepat, tetapi juga  melalui banyaknya  konsumen yang berkelanjutan untuk menjaga  agar hubungan tersebut jangan terputus, maka diperlukan hubungan yang sistimatis dengan pembeli potensial para perantara. 
      Kata Promosi atau komunikasi pemasaran dapat memberikan interprestasi dan  bahasa  yang  berbeda-beda.   Pada dasarnya  maksud kata promosi adalah  untuk  memberitahu, membujuk  dan  mengingatkan. Tujuannya untuk mempengaruhi potensial consumer's atau pedagang perantara melalui  komunikasi (bauran  promosi). Ditinjau dari segi ini maka  yang termasuk dalam  kegiatan ini adalah  advertising,  promosi dagang, publisitas penjualan pribadi. Keempat macam promosi tersebut  merupakan  komunikasi yang  umum  digunakan, guna mempengaruhi pikiran dan tingkalaku pembeli.  Oleh karena itu, peranan promosi dalam pemasaran sangat diperlukan oleh perusahaan dalam meningkatkan usahanya.
      Untuk lebih mengetahui pengertian promosi sebagaimana yang dikemukakan oleh Winardi, dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2003 : 379), bahwa promosi adalah (usaha untuk menunjukkan sesuatu) kerap kali latihan promosi  dihubungkan  dengan  perdagangan,   kepriwisataan, produksi yang berarti untuk memajukan ketiga usaha tersebut dengan sasaran laba yang semaksimal mungkin".
      Berdasarkan  pengertian tersebut di atas, maka  dapat ditarik  suatu kesimpulan bahwa promosi  adalah  merupakan suatu  usaha yang digunakan oleh perusahaan baik yang  ber­gerak di bidang jasa, industri maupun perdagangan.  Promosi penjualan  menurut  Basu  Swastha, dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern  (2002 :  115) mempunyai tujuan, sebagai berikut :
1. Memperkenalkan suatu barang  atau jasa yang dihasilkan industri  dengan  sasaran untuk  meningkatkan  penjualan suatu produk sehingga dapat memperoleh laba yang  semaksimal mungkin.
2. Memberikan kesan atau daya tarik bagi orang akan membeli suatu produk yang ditawarkan jika memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
3. Menyampaikan  pesan  menarik  dengan cara yang jujur  untuk menciptakan pelanggan mempunyai pesan.

2 . Tujuan Promosi

      Promosi  pada perusahaan mempunyai  tujuan  tertentu, yaitu untuk menyampaikan suatu barang yang sudah diproduksi pada konsumen, agar informasi dapat meluas, maka  digunakan beberapa media masa menunjang informasi tersebut.
      Basu Swasta dan Irawan dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern (2002 : 10) bahwa dalam praktek promosi mempunyai beberapa tujuan untuk menyampaikan  misi, sebagai berikut :
1. Modifikasi  tingkah  laku,  dimaksudkan  disini   adalah penjualan dalam promosi yang berusaha menciptakan  kesan tentang  dirinya dan mendorong pembeli barang  dan  jasa melalu  usaha  perubahan  tingkah laku  serta  pendapat konsumen.  Konsumen sebelumnya tidak senang menggunakan produk perusahaan, selanjutnya diarahkan agar mau  beralih  kepada produk yang ditawarkan atau yang  dihasilkan perusahaan.
2.  Memberitahu,  berarti kegiatan promosi  ditujukan  untuk memberitahu tentang  pasaran  produk  perusahaan. Dengan kata lain promosi ini  bersifat informatif kepada  konsu­men  sehingga  dapat membantu mereka  dalam  pengambilan keputusan pembeli agar bisa tertarik akhirnya.
3. Membujuk,  dengan  cara promosi yang  sifatnya  membujuk (persuasif) yang diharapkan penjualan dapat ditingkatkan dengan terlebih dahulu membujuk konsumen agar mau membe­lanjakan  uangnya terhadap produk yang  ditawarkan  oleh perusahaan. Umumnya metode promosi ini kurang  disenangi oleh  masyarakat,  tetapi kenyataannya  sekarang  justru banyak  muncul adalah promosi yang  sifatnya  persuasif.
      Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pembeli dan berusaha untuk menciptakan kesan positif terhadap produk  perusa­haan  serta  memberi pengaruh yang  lama  pada  perilaku pembeli. Di samping itu promosi yang sifatnya  persuasif lebih diutamakan jika produk bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan.    
4. Mengingatkan, yaitu promosi yang sifatnya mengingatkan untuk  dilakukan  terutama  dalam  memperhatikan   merek produk dihati masyarakat dan perlu dilakukan seama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk ini, berarti pula perusahaan berusaha untuk paling tidak mempertahan­kan pembeli yang ada.

C   Bauran Promosi
      Perusahaan harus mendisrtibusikan biaya promosi  yang digunakan dalam pemasangan iklan, baik melalui  elektronik maupun iklan cetak, sehingga perusahaan selalu mencari cara untuk  bisa mencapai efektivitas dengan beralih  dari  satu alat promosi ke alat promosi yang lain karena nilai ekonominya lebih baik. Menurut Agus Maulana dalam bukunya Azas-Azas Marketing (2003 : 115) dalam merancang  bauran promosi akan lebih rumit bila  satu alat  promosi  digunakan untuk mempromosikan  barang  lain.
      Banyak faktor yang mempengaruhi pemasar dalam memilih alat-alat promosi yang bisa meningkatkan volume penjualan. Promosi yang banyak ragam dan penggunaan iklan,  maka sukar sekali membuat generalisasi yang menyeluruh  kualitas khusus  dari iklan sebagai suatu komponen bauran promosi, namun kualitas kualitas bauran promotion, sebagai berikut :
1)  Penampilan  publik, artinya iklan model komunikasi  yang paling  memasyarakat.  Sifat publik  iklan  menghasilkan suatu pengesahan terhadap produk yang diiklankan memberi perwatan standar.
2)   Biaya serap, artinya iklan atau media yang dapat meresap karena  penjual bisa mengurangi pesan. Juga  memungkinkan pembeli  menerima dan membandingkan pesan dari  berbagai saingan. Iklan berskala besar memungkinkan sesuatu  yang  positif mengenai besarnya suatu perubahan.
3) Ungkapan perusahaan yang diperjelas, artinya iklan mampu mendramatisasi suatu perusahaan beserta produknya  melalui lukisan,  bunyi dan warna.
4)  Tidak  adanya  tatapmuka,  artinya  iklan  tidak  begitu memaksa, seperti tenaga penjual.   
D   Pengertian dan Jenis-Jenis Penjualan
      Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton, dalam bukunya Strategi Pemasaran, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh Soemarso, Akuntansi Manajemen, (1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya  cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jual beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung  atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
      Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.    Fungsi perencanaan
2.    Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
  3.  Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
  4.  Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
  5.  Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
      Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.  Modal yang diperlukan
2.   Kemampuan merencanakan
3.    Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.    Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.    Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6.    Unsur penunjang
      Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan yaitu  :
       1.  Mencapai tujuan tertentu
       2.  Mendapatkan laba tertentu
      3.   Menunjang pertumbuhan

E   Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya Promosi  

      Untuk lebih memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor yang penting adalah penatapan harga jual, akan tetapi sebelum ditetapkan harga jual terlebih dahulu dtetapkan besarnya biaya promosi dalam memasarkan barang. Biaya promosi menurut  Philip Kotler, dalam bukunya Manajemen Pemasaran, (2002 : 28), menyatakan bahwa biaya promosi  sebagai alat yang digunakan untuk sarana penghubung terjadinya transaksi jual beli barang dan jasa.
      Biaya pemasaran merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan bagaimana untuk memperlancar barang dan jasa hasil produk, karena  bermunculan produk yang sama, peranan biaya pemasaran dalam memerangi saingan dan tantangan perlu diatasi serta harus dilewati,  kecermatan dan kelihaian pengelola perusahaan ditentukan oleh keunggulan menghadapi pesaing muncul dengan sendirinya.   
      Bilamana terjadi suatu kesalahan dalam pemlihan dalam penatapan harga jual akan memberikan pengaruh yang dapat memperlambat atau menghambat usaha penyaluran barang dan jasa. Produk yang sudah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dan sudah memenuhi selera konsumen namun jika ternyata harga tinggi dibandingkan dengan produk perusahaan lain, maka produk tidak mempunyai kemampuan dan inisiatif atau  kurang bertanggung jawab, maka usaha penyaluran akan mengalami hamabatan.
      Secara umum biaya pemasaran dapat dibedakan dalam beberapa macam menurut rangkaiannya, sebagai berikut :
 1.  Produsen ke konsumen, ialah dalam bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan sederhana adalah saluran distribusi dari produsen langsung ke konsumen tanpa menggunakan perantara, atau bisa disebut distribusi secara langsung. Produsen disini kurang memperhatikan salurtan distrbusi yang telah terbangun selama ini.
 2. Produsen ke pengecer ke konsumen, ialah suatu hal dapat dipengaruhi oleh konsumen atau pengecer secara langsung untuk melakukan penjualan kepada konsumen. Adapun beberapa kriteria produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga secara langsung melayani konsumen, mempunyai pengaruh kepada masyarakat, bekepribadian tinggi, dikenal oleh masyarakat.
 3. Produsen ke pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti  bahwa saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Produsen disini hanya berhubungan kepada pedagang besar (pengusaha besar) tidak melayani pengecer dan penjual. Produsen disini khususnya melayani dalam partai besar tanpa menghiraukan pengecer dan penjual.
 4. Produsen ke agen ke pengecer ke konsumen, dalam melaksanakan saluran distribusi produsen memilih agen (agen penjualan atau pabrik) sebagai penyalurannya. Produsen menjalankan kegiatan perdagangannya besar dalam saluran distribusi yang ada dan sasaran penjualannya terutama diajukan kepada pengecer.

 5.  Produsen ke agen ke pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti saluran distribusi ini berfungsi untuk saling menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.        
 DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S, 2001, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis, Edisi Kedua, Balai Penelitian Fakultas  Ekonomi, UGM, Yogyakarta.  

Kotler, P, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Jaka Wasana, 2000, Edisi kelima, Cetakan Kedua,  Erlangga, Jakarta.

Maulana, A, 2003, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga, Edisi       Kedua,  Alumni, Bandung.

Nitisemita, A,S, 2000, Azas - Azzas Marketing, Edisi Ketiga, Liberty, Yogyakarta.                

Sugarda, B.Y, 2001, Kerangka Strategi Perusahaan, Manajemen dan Usahawan Indonesia,  Edisi ke 21, Jakarta.

Soemarso, 1999, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh, Liberty, Yogyakarta.

Stanton, W.S, 2000, Marketing Praktis, Edisi Kedua, Cetakan Pertama,  Liberty Yogyakarta.

Swastha,  B, dan  Irawan, 2002,  Manajemen  Pemasaran  Modern, Edisi Kedua,  Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.

Winardi, 2002, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga, Edisi Kedua, Alumni, Bandung.