Sebagaimana diketahui bahwa kondisi
Negara kita yang dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, sehinggga bagi
perusahaan swasta memerlukan ketelitian dalam mengelolahnya agar aktivitas
berkesinambungan, artinya dapat memberikan gambaran tentang keadaan suatu
perusahaan. Biasanya gambaran keuangan pada setiap periode tertentu dilaporkan
dalam suatu laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu kegiatan
akuntansi. Laporan keuangan biasanya dalam bentuk neraca serta perhitungan laba
rugi, di samping itu terdapat pula laporan laba yang ditahan dalam suatu
periode tertentu.
Dalam proses perkembangan industri pabrik
gula ini, maka diperlukan informasi-informasi yang cukup untuk dapat mengelolah
perusahaan dengan baik. Di antaranya berbagai macam informasi tersebut, maka
masalah biaya perlu diperhatikan dan data biaya dalam overhead pabrik diperoleh
melalui Sistem Akuntansi Biaya.
Penentuan biaya produksi adalah tugas
akuntansi biaya yang harus mengikuti aliran fisik dari produksi, kemudian
menetapkan pencatatan dan analisa dari informasi biaya yang diikutinya
tersebut, secara efektif dan efisien. Selama proses produksi berlangsung biaya
yang terjadi meliputi :
1. Biaya bahan baku
2. Biaya Tenaga Kerja
3.
Biaya overhead pabrik
4. Biaya bahan pembantu
Selanjutnya, yang perlu diperhatikan
dalam penentuan biaya produksi yaitu apakah semua biaya yang merupakan unsur
biaya produksi tersebut telah diperhatikan khususnya biaya overhead pabrik.
Sehubungan dengan hal tersebut langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan informasi dari sumber biaya (bahan baku , upah langsung, biaya overhead pabrik)
kemudian membebankan biaya-biaya tersebut kepada produk baik yang masih dalam
proses maupun produk jadi. Kemudian untuk mengetahui besarnya upah tenaga kerja
langsung bisa dilihat dari jumlah waktu kerja pekerja Dengan sejumlah gaji
menurut kartu kerja bisa diketahui berapa upah langsung satu periode.
Masalah yang rumit terjadi dalam hal
biaya overhead pabrik karena selain jumlah jenisnya banyak juga sukar diikuti
jejaknya. Maka sangat penting untuk menentukan berapa besarnya biaya produk
setiap saat. Biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan secara langsung
terhadap setiap unit produksi, apabila biaya itu tidak jelas sumbernya.
Kemudian ada tiga tahap yang harus
dilakukan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu :
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
2. Memilih dasar pembebanan
3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Dasar yang dapat dipakai sebagai dasar
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah satuan produk, biaya
bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung jam kerja langsung dan jam mesin. Setelah tarif
biaya overhead ditentukan produk yang diproduksi dalam tahun anggaran dibebani
dengan biaya overhead pabrik tarif tersebut. Dalam tahun anggaran dikumpulkan
biaya overhead pabrik yang sesunggunya terjadi.
Pada akhir tahun, biaya overhead pabrik
yang dibeban kan
kepada produk berdasarkan tarif dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang
seseungguhnya terjadi, kemudian analisa menjadi empat macam selisih. Selisih
tersebut pada akhir tahun diperlukan sebagai penyesuai terhadap
rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau diperlukan sebagai
penyesuaian perhitungan rugi laba.
Mengalolakasikan biaya overhead pabrik
dalam proses prduksi gula, maka seluruh jumlah yang digunakan dalam proses
produksi tersebut sehingga dapat menghasilkan barang, kalau biaya produksi
disini biasanya terbagi9 dua, yaitu tetap dan biaya variabel, jadi ada
pengelompokkan sejumlah biaya untuk memudahkan dalam perhitungannya.
A Pengertian dan
Klasifikasi Biaya
1. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu
barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang
dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya
selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah
dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha
hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi
dengan dasar itulah dapat memulai berhitung harga pada dasarnya setiap untuk
yang merupakan komponen biaya peruhaan.
Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan
total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya-biaya
merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua
pihak yang saling berhubungan satu yang lainnya dalam proses produksi. Oleh
Winardi, (2002: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya
yang harus dikeluar kan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam
dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak
yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.
Demikian
halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas
kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas
kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997 : 26) di katakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang
diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk
konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan
proses pengeluaran modal atau saham, jasa - jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban
yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang.
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah
dikatakan bahwa suatu hal yang merupakan
pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam unsur pengeluaran secara nyata keseluruhannya
termasuk biaya tetap diperhitungkan dan menjadi pencatatan dalam proses
produksi perusahaan, sehingga biaya yang selama proses produksi menjadi hal
secara keseluruhannya..
Sejalan
dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto ( 2002:
89), memberikan pengertian tentang biaya (cost) dan ongkos (expense),
sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat
atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva
yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya
yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya ini
tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka
tempatnya adalah pada perkiraan laba
rugi.
2. Klasifikasi
Biaya
Dalam
pengelolaan keuangan perusahaan
utamanya pada proses produksi
tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk
menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat
mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan
menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya.
Sebaiknya selalu dipakai konsep "different cost for different purposes”.
Kalfisikasi
biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan. Oleh
karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan
biaya sebagai berikut :
1. Penggolongan
biaya atas dasar obyek pengeluaran
2. Penggolongan
biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok
dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya atas hubungan
biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya atas dasar
hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
5. Penggolongan
biaya atas dasar waktu.
B Pengertian
Produksi
Sebagaimana
sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas
produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan
kondisi konsumen dimana berada. Dalam menguraikan pengertian produksi oleh
beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2002 : 7), menyatakan bahwa
produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Martin Kenneth (2000 ;
3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa
produksi itu merupakan prosedur desaing
barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input
emelent.
Berdasarkan dari kedua definisi tersebut
di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha
untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi
mengatalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai
berikut :
1. Azas efisiensi
maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk
mendapatkan hasil tertentu
ataupun dengan pengorbanan tertentu
untuk mendapatkan hasil yang
semaksimal mungkin.
1. Azas kontinutas,
adalah azas sesuatu yang menghendaki agar dalam pemakaian
alat-alat produksi terdapat perbandingan
yang serasi.
Selanjutnya akan dikemukakan arti kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2002
; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu hasil yang menyebabkan barang atau hasil
tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat.
Sesuai dengan pengertian di atas ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan
barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1. Faktor produksi
tanah
2.
Faktor produksi modal
2. Faktor produksi
tenaga kerja
Sedangkan Richard (1999; 84), sebagai
berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di
pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas,
menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi,
karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian mutu untuk berperan
serta dalam bersaing di pasar.
Dalam hubungannya dengan pengertian
diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
- Grade yaitu sifat kelakuan,
kemiripan, tingkat reabilitas singkat operasinya dan lain-lain.
- Fitenss for use menunjukkan
tingkat produk produk yang mana memberikan kepuasan.
- Consistency in characteristic
adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap
komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan
spesifikasi design atau maka disebut consistency
atau quality ofconformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).
Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan
dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam pembentukan
suatu standard dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58),
menyatakan bahwa :
1) Memenuhi syarat kegunaan yang
ditetapkan
2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
3) Diproduksi dengan peralatan yang ada
sekarang.
Untuk itulah E.Mansffiel (2002 ; 121),
menyatakan bahwa proses produksi
memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan
jasa yang sama pada perusahaan.
Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1999;
127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang
diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas
produksi sesuai dengan permintaan konsumen, sehingga perusahaan ini tetap
produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
Dari beberapa pengertian produksi yang
telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan
suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan
dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan
jasa yang disebabkan input dirubah menjadi barang dan jasa lain
yang disebut output.
Pengertian produksi dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan
faktor-faktor produksi sekaligus, maka akan diperoleh suatu faedah dalam memenuhi kebutuhan atau
pemenuhan kebutuhan pertanian yang
dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait
dengan satu sama lainnya.
Paul A. Samuelson (2002 ; 357), membatasi
diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi
ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor
produksi, sehingga out put dari proses produksi garus sepesifikasi produksi,
agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (2000
; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi
pertanian adalah penggunaan unsur-unsur
dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi
kebutuhan.
Pendapat di atas, bahwa dapat menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi
adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa
faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh.
Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
Dalam hubungan antara input dengan output
berarti kita bicarakan mengenai masalah
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat
diketahui hasil yang telah diperoleh
dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh
keuntungan atau menderita
rugi dan perlu kita memperhatikan
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.
C Sistem Pengumpulan
Biaya Produksi
Bagi perusahaan perdagangan R. Soemita
Adikusumah (2001 : 177) mengemukakan bahwa penjualan merupakan kegiatan utama,
oleh karena itu, sistem pengumpulan biaya produksi yang diterapkan oleh
perusahaan ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat terperinci, sebagai
berikut :
1. Semua biaya-biaya selama
dalam proses produksi
harus teliti dan dikumpulan untuk dilakukan pencatatan.
2. Semua pengeluaran biaya-biaya harus selama proses produksi dianggap
sebagai termasuk keperluan lain harus diperiksa sedemikian rupa sehingga
kemungkinan pemboson biaya produksi dikurangi sampai semimimun mungkin.
3. Pencatatan dan pengelompokan harus diklasifikasikan biaya, agar
kelak perhitungan dalam proses produksi
dapat diketahui melalui pembukuan dengan tepat.
4. Biaya administrasi dan penjualan masih termasuk biaya produksi.
5. Dengan meminimumkan biaya dalam proses produksi agar harga pokok
penjualan seminimum, sehingga penjualan barang hasil produksi dapat bersaing.
6. Pengendalian biaya yang sesuai dengan tujuan harus dilakukan terhadap
unsur-unsur biaya, sehingga biaya yang telah dianggarkan digunakan seefisien
mungkin, karena efisien yang dapat meningkatkan keuntungan.
Untuk mencapai adanya di atas maka perlu
organisasi yang baik didalam sistem pengumpulan biaya produksi barang agar
terdapat pengendalian intern yang baik dalam proses produksi sebaiknya diadakan
pemisahan fungsi antara lain :
1. Bagian pesanan
Pelaksanaan bahan baku
bagi perusahaan kecil dipegang satu
orang saja, sedangkan bagi perusahaan besar dipegang oleh satu bagian produksi
yang melibatkan beberapa personal fungsi dari bagian adalah :
a. Mengawasi semua
pesanan yang diterima
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan
dan melengkapi yang masih kurang.
c.
Jika pesanan barang, harus diminta persetujuan dari bagian gudang.
d.
Menentukan tanggal pengiriman, membuat surat perintah pengiriman serta
tembusan-tembusannya.
e.
Membuat catatan pesanan yang dikirim dan pesanan yang
sudah diperhitungkan.
f.
Melakukan hubungan dengan pembelian, apakah barang yang diterima sudah
cocok dengan pesanan masih ada yang perlu dikemukakan.
2. Bagian gudang
Bagian gudang ini kredit berarti melibatkan bagian pesanan
di mana setiap pengiriman barang yang dijual dengan pesanan harus mendapat
persetujuan dari bagian gudang membuat catatan atau kartu piutang
setiap langganan tentang identitas pembeli, jumlah order dan jangka
waktu pembayaran. Faktur penjualan yang dibuat oleh bagian pesanan dan surat perintah pengiriman atau di kirim ke bagian pesanan
untuk mendapat persetujuan atau penolakan dan surat perintah pengiriman. Jika ada
persetujuan maka faktur penjualan dan surat
perintah pengiriman diberikan kepada bagian pengiriman, kemudian barang tersebut di kirim kepada yang
bersangkutan.
3. Pengklasifikasian biaya-biaya
Bagian pengumpulan biaya bertugas sebagai berikut :
a. Mencatat sejumlah pengeluaran yang
biasanya harus dilengkapi dengan data, pos-pos pengeluaran, misalnya pembelian
barang dan jenis-jenis biaya lainnya.
b.
Mencantumkan data biaya pengiriman dan pihak pertam bahan nilai yang dibebankan kepada pembeli.
c. Biaya-biaya yang telah dicatat itu
dikirim pada bagian-bagian memerlukan terlebih dahulu diperiksa kebenaran
tulisan dan perhitungannya.
Kemudian untuk mengadakan pemisahan
wewenang tersebut di atas tergantung dan besarnya perusahaan dan jumlah pegawai yang ada. Apabila organisasi sudah
memisahkan fungsi-fungsi yang perlu ditetapkan adanya wewenang bahwa iniatif
untuk menjadi barang datangnya dari satu inisiatif yang ditentukan semula
misalnya bagian pesanan atau bagian-bagian lain yang memerlukan. Selain itu
dimaksudkan pula agar semua pengeluaran-pengeluaran barang dari gudang baik
melalui penjualan maupun untuk keperluan lainnya mendapat pengawasan sedemikian
rupa, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan penyalagunaan dapat
dihindarkan atau dikurangi sedapat mungkin.
Di dalam pelaksanaan fungsi pengumpulan
biaya pada umumnya dilaksanakan oleh bagian pesanan dan organisasi administrasi
serta dipengaruhi oleh sistem penjualan yang dilakukan misalnya sistem
penjualan kredit, tunai dan sebagainya.
Selanjutnya cara-cara yang biasa dipakai
di dalam sistem pengumpulan biaya, sebagai berikut :
1. Pemisahan antara
a. Mencatat pengaluaran
Pencatatan pertama-tama dilakukan oleh petugas bagian
pengeluaran yang membuat faktur penjualan. Faktur ini sedikitnyas dibuat
rangkap 4 (empat) yang pertama (asli) untuk pembelian, lembar ke 2 dikirim ke
bagian penyerahan barang, lembar ke 3 dikirim ke pemegang buku tambahan
piutang dan lembar ke 4 ditahan untuk
arsip.
Jika pembeli akan mengambil sendiri barang yang dibeli nya,
maka faktur dibawa ke kasir dan jumlah uang yang tertera di situ dibayar. Kasir
akan menghitung uang memutar register kas, mencap faktur pengembalikannya pada
pembeli jika ditambah kwitansi. Faktur yang telah dicap oleh si pembeli dibawa
ke bagian penyerahan barang dan dikeluarkan dengan barang yang telah diserahkan
lembaran kedua.
Kalau pembeli tidak mengambil sendiri barang yang dibeli,
maka sesudah ia membayar kepada kasir diberi kwitansi si pembeli akan mendapat surat perintah pengeluaran
atau delivery order. Satu tembusan DO dikirim kepada seksi gudang dan menerima
barang-barang yang dinyatakan dalam DO tersebut.
b. Penyerahkan barang
Bagian ini bertanggungjawab terhadap kehancuran distribusi
barang kepada langganan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh bagian
pengeluaran. Penyerahan barang sering terjadi secara langsung dari gudang
dengan memakai DO dan biasa juga secara tidak langsung yaitu dengan pengiriman
barang ke rumah langganan dimana karena adanya penyerahan barang secara tunai
dan penyerahan barang secara kredit.
c.
Menerima uang
Barang ini
berada di bawah koordinasi bagian keuangan, atas persetuajun pimpinan
perusahaan dan bertugas sebagai berikut :
* Mencatat semua
penerimaan uang, baik tunai, cek,
maupun bilyet giro dalam suatu daftar.
*
Daftar penerimaan diserahkan kepada pemegang buku harian dan pemegang buku
tambahan piutang.
*
Uang tunai, cek dan giro yang diterima diserahkan kepada kasir dan
disetor ke bank seluruhnya, selambat-lambatnya ke esokan harinya.
*
Harus ada pemisahan antara kasir dan petugas yang memegang buku tambahan
piutang dan hutang.
2.
Penjualan secara kredit
Pada penjualan kredit ini maka setiap kali nilai kredit,
pembeli harus dinilai. Buku piutang harus setiap bulan dibandingkan dengan
perkiraan piutang di buku besar.
Pengawasan intern atas piutang meliputi :
a. Pembagian tugas antara lain :
* Penerimaan pesanan
* Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit
* Petugas yang harus mengirim barang
* Petugas yang mencatat buku tambahan piutang
* Petugas yang menerima uang.
* Petugas yang bagian arsip.
b. Pembayaran mengenai faktur-faktur yang
tertentu.
c. Setiap bulan secara periodik dikirim daftar
saldo pada para piutang.
D Pengertian Biaya
Overhead Pabrik dan Departemen Pembantu
1. Pengertian Biaya
Overhead Pabrik
Sebagaimana diketahui bahwa masalah biaya sangat di perlukan untuk
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tanpa biaya, maka perusahaan tidak akan
dapat menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya
dengan baik, bahkan dapat menghambat pada perusahaan untuk memperoleh
suatu produk jadi, guna dipasar kan
kepada konsumen dengan sasaran laba yang malsimal.
Untuk mengatasi agar perusahaan dapat memperoleh suatu barang tidak
mengalami hambatan dan bahkan dapat mempengeruhi pula kelangsungan hidup suatu
perusahaan, maka diperlukan biaya produk yang digunakan untuk memperoduksi
suatu produk jadi. Namun pada dasarnya biaya yang dikeluar kan perusahaan dalam memproduksi suatu
produksi jadi dengan laba yang semaksimal
mungkin juga seringkali mengalami kekurangan dan kelebihan terhadap biaya
prroduksi yang digunakan dalam memproses produk.
Dengan demikian, maka diperlukan suatu standar cost dalam memperoduksi
suatu produk dengan sasaran laba yang maksimal. Di mana standar cost adalah
merupakan suatu alat pengendalian biaya dalam proses produksi barang jadi.
Sebab kita ketahui dalam memproduksi suatu produk dengan mengeluarkan biaya
produksi yang relatif besar nilainya. Agar lebih menguntungkan perusahaan maka
diperlukan standar cost sehingga biaya yang dikeluarkan dapat lebih efisien.
Perkembangan produksi yang sangat pesat dengan sendirinya mempunyai peranan yang cukup besar
sebagai penunjang terhadap kegiatan perusahaan bahkan dapat dikatakan bahwa
sistem produksi produksi yang tepat akan memberikan dampak positif perkembangan
serta kemajuan perusahaan sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dan setiap
perusahaan adalah untuk merupakan produk guna dipasarkan kepada konsumen dengan
sasaran laba yang semaksimal mungkin Dalam hubungannya dengan uraian tersebut
di atas, maka masalah produksi dapat dikatakan masalah utama di dalam
perusahaan industri yang hendaknya diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan
sebab kegagalan di dalam memproduksi bahan baku menjadi produk jadi akan
mengakibatkan perusahaan tidak memperoleh sejumlah dana untuk membiayai
operasinya sehingga menghambat masalah pemasaran pembelanjaan di dalam
perusahaan yang bersangkutan dan selanjutnya masalah personil di dalam
perusahaan.
Untuk menunjang pelaksanaan produksi dalam suatu perusahaan sehingga
dapat menunjang kelangsungan hidup, maka diperlukan biaya produksi, mana
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelolah bahan baku menjadi prodduk.
Salah satu biaya yang menjadi titik pokok dalam pembahasan adalah biaya
overhead pokok pabrik yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003 : 12) yaitu semua
produksi selain bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overad pabrik terdiri dari bahan
penolong biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya produksi tak langsung
lainnya.
Definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya overhead
adalah semua biaya produksi selain bahan baku
tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung Biaya overhead pabrik terdiri
dari biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya
produksi tak langsung lainnya.
Selanjutnya, menurut Mas'ud Machfoedz (1999: 31) yang memberikan
pengertian biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik adalah seluruh
biaya yang digunakan untuk membuat suatu barang jadi selain bahan dasar
langsung dan upah tenaga kerja langsung. Dalam artian ini biaya overhead pabrik
termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
2. Deprtemen Pembantu
Pada umumnya tarif biaya overhead
pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja karena
pengolahan bahan baku
menjadi produk biasanya hanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya
overhead pabrik tidak hanya terdiri dari di Departemen produksi selain biaya
bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung saja, tetapi juga meliputi semua biaya yang terjadi
di separtemen-departemen pembantu.
Dalam rangka penentuan tarif, biaya overhead departemen pembantu
dialokasikan ke departemen produksi.
Dalam penentuan tarif biaya overhead
pabrik per departemen adaha mengalokasikan baya overhead pabrik departemen
pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Pada
umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen
produksi saja, karena pengelolaan bahan baku
menjadi produk yang biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya
overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari
biaya yang terjadi dalam departemen-departemen produksi saja, maka dalam rangka
penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, baya overhead pabrik
departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
Alokasi biaya overhead pabrik departemen
pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara
berikut ini :
1. Metode alokasi langsung (direct alokasi
method)
2. Metode alokasi bertahap (step method) yang
terdiri dari :
3.
Metode alokasi kontinyu
4.
Metode aljabar
Ad
1 Metode alokasi langsung
Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi
langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen-departemen
pembantu yang memakai jasa departemen pemantu lainnya.
Ad
2 Metode alokasi bertahap
Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu
tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh
departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead pabrik
didua departemen tersebut dialokasikan ke dapartemen produksi.
3. Metode alokasi
kontinyu
Dalam metode ini biaya overhead pabrik departemen-departemen
pembantu yang saling memberikan jasa, dialokasikan secara terus menerus,
sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.
b. Metode aljabar
Ketidak lengkapan dalam hal
pembagian timbul dalam menggunakan metode bertahap karena pendistribusian yang
berturut sehingga departeemen yang ditutup terlebih dahulu tidak menerima pembagian
biaya dari departemen yang ditutup kemudian.
Adikoesoemah, Soemita, R, 2001, Biaya dan Harga Pokok, Edisi Kedua, Penerbit Bina Aksara, Bandung,
Assauri, Sofyan, 2002, Manajemen Produksi, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Djoyohadikusumo, Sumitro, Hadikusumo, 2000, Perencanaan Produksi, Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, Penerbit Arisco< Yogyakarta.
Hartanto, D, 2002, AKUNTANSI Untuk Usahawan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Marting Kenneth, 2000, Production Planning and Inventory Control, New York, John McGraw-Hill Book Company.
Mulyadi, 2003, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakta.
Mas’ud, Machfieds, 1999, Analisa Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Richard, 1999, Cost Accounting, Fourth Edition, Private-Hall New York.
Winardi, 2002, Kapita Selecta, Edisi Kelima, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alumni, Bandung.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Norma-Norma Pemeriksaan Akuntansi, Penerbit YKPN, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar