Biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan sehubungan dengan
pengadaan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan pesanan
menurut Chase Aquilano dalam bukunya Management Production, (2000: 314) membagi
dalam beberapa bagian, yaitu :
1.
Holding costs (carrying costs)
atau biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya
penyimpanan persediaan. Besarnya biaya ini berubah-ubah adakalanya berubah-ubah
disebabkan kegiatan pada perusahaan yang dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya persediaan yang disimpan.
Penentuan
besarnya biaya ini didasarkan kepada presentase nilai rupiah dari persediaan,
yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya perdagangan (biaya sewa gudang atau
biaya penyimpanan), biaya fasilitas pergudangan, biaya pemeliharaan
(manitenance), biaya asuransi kerugian atas pencurian, biaya pemeliharaan,
biaya asuransi, biaya penyusutan serta biaya pajak yang dianggap pengeluaran.
2. Production
changer cost (setup costs), yaitu
biaya-biaya yang timbul karena terjadinya penambahan, pengurangan fasilitas
produksi sebagai akibat persediaan yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan
produksi dan penjualan pada suatu saat yang termasuk dalam production change
costs seperti biaya lembur, biaya pemberhentian, biaya pelatihan/training serta
biaya pengangguran. Umumnya biaya-biaya pengadaan persediaan ini sulit
ditentukan jumlahnya untuk satu periode produksi sehingga dimasukkan ke dalam
setup costs.
3. Ordering
costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya pemesanan bahan
baku hingga sampai ke dalam gudang perusahaan. Biaya ini besarnya tergantung
pada frekuensi pemesanan, yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya
administrasi, biaya pembelian dan pemesanan biaya pengangkutan dan bongkar muat
biaya penerimaan serta biaya pemeriksaan.
4. Shortage
costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari jumlah persediaan yang
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk proses produksi sehingga
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam keadaan demikian
akan melakukan pemesanan mendadak yang mengandung banyak resiko seperti
kerusakan bahan sehingga harus dikirim kembali enggan mengeluarkan biaya
tambahan.
Kebijaksanaan permintaan pengadaan bahan
baku material merupakan bagian dari kepentingan beberapa manager dalam suatu
perusahaan. Manajemen investasi atau persediaan tidak hanya berhubungan dengan
manager pembelian melainkan juga berhubungan dengan manager keuangan
Manager pembelian cenderung untuk
berorientasi pada pembelian dalam jumlah yang besar untuk memperoleh discount
atau potongan dari supplier. Begitu pula manager produksi ingin mempertahankan
jumlah persediaan yang besar untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sedangkan
manager financial, mempertahankan pembelian dalam jumlah yang kecil demi
efisiensi penggunaan dana.
Untuk lebih jelasnya pengertian Economic
Order Quantity oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production, (1998:
176) menyatakan bahwa dalam menentukan kebutuhan untuk menghasilkan sejumlah
barang jadi yang direncanakan untuk suatu periode tertentu.
Pengendalian bahan baku merupakan bagian
dari pada kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Hal ini penting
untuk menjaga agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan karena dapat memenuhi para langganan atau konsumen.
Demikian pada terlalu banyaknya
persediaan walaupun hal ini mempunyai kebaikan terhadap kelancaran proses produksi,
akan tetapi menimbulkan biaya penyimpanan yang terlalu besar dan dapat
menimbulkan kerugian karena kemungkinan kerusakan persediaan yang berlebihan
tersebut.
Aktiva keseluruhan dan kekurangan inilah
diperlukan yaitu tersedianya jumlah persediaan yang ekonomis. Hal ini dapat
terlaksanan bila dalam melakukan sistem pemesanan yang ekonomis disebut
“Economic Order Quantity”, dalam menghitung economic order quantity ini
dipertimbangkan 2 (dua) jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
1. Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi
pemesanan semakin tinggi pula biayanya, sebaliknya biaya ini berbanding terbalik
dengan jumlah/kuantitas setiap kali pesanan berarti akan semakin rendah tingkat
frekuensi pemesanan.
2. Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah
dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang dipesan.
Makin besar bahan baku yang dipesan akan semakin besar pula biaya
penyimpanannya dengan biaya pemesanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar