C Pengertian Anggaran
Anggaran dalam berbagai pengertian banyak
diartikan sebagai pernyataan kuantitatif. Hal ini terlihat antara lain pada
pengertian anggaran yang dikemukakan oleh Charles T. Hongren dan George Foster
dalam bukunya Cost Accounting, (2002: 146), sebagai berikut anggaran adalah
suatu pernyataan kuantitatif tentang apa rencana atau tindakan dan alat bantu
untuk koordinasi dan implementasi.
Dalam hal ini anggaran dirumuskan untuk
organisasi secara keseluruhan ataupun
sub unit, di mana anggaran merupakan suatu prosedur yang disebut budgenting
system.
Perencanaan dengan anggaran dengan
mengidentifikasi pada manajemen mengenai :
1. Jumlah laba
yang ditetapkan untuk dicapai perusahaan
2. Sumber dana
yang diperlukan dalam mencatatkan laba
Pengendalian biaya, yaitu membandingkan
antara hasil aktual dengan anggaran yang akan membantu manajemen untuk
mengevaluasi kinerja dari individu, departemen divisi atau keseluruhan
organisasi perusahaan.
Komunikasi dan koordinasi, yaitu anggaran
mampu untuk mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan keseluruh level dalam departemen, karena anggaran merupakan
bagian integral dari tujuan-tujuan
tersebut departemen divisi dan organisasi perusahaan.
Selanjutnya, definisi anggaran yang
mengandung pengertian yang sama dilakukan oleh Ray H. Garisson (1995: 297),
menyatakan bahwa a budget is a detail
plan outlining acquistion and use of financial and other resources some gives
time period.
Selain mencakup ramalan atau perencanaan
mengenai pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya untuk mempermudah
proses perencanaan ini sendiri, maka semua kegiatan operasi dari perusahaan
yang menyusun anggaran harus dikonversikan kedalam bentuk kesatuan nilai uang.
Hal ini dimaksudkan agar
kegiatan-kegiatan tersebut dapat
diukur dalam alat
kesatuan yang sama.
Pengertian anggaran yang mengandung
pengertian sebagaimana disebutkan di atas, ditemukan oleh, Teguh Pajo Mulyono
(2000 : 287) yang menyatakan bahwa budget
is a plan of operation expessed in monetary terms it consequently includes a
forecast a forecast of income and expenditures and of receipts and cost for a
specific period.
Setiap organisasi perusahaan utamanya
perusahaa dengan organisasi yang besar, tidak akan terlepas dari kegiatan
pengendalian. Pengendalian ( control )
dapat memberikan keputusan bahwa sumber-sumber yang diperoleh telah digunakan
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk
maksud tersebut di atas, budgeting adalah salah satu tehnik yang tersedia.
Budgeting
merupakan rencana kegiatan yang terperinci ditetapkan sebagai suatu
pedoman pelaksanaan dan sebagai suatu dasar penilaian terhadap prestasi kerja
manajer.
Jika kita melihat pengertian budget yang
dikemukakan, maka dimensi waktu juga turut dimasukkan sebagai batasan anggaran,
karena dapat menyebabkan semua biaya total menjadi variabel atau semua biaya
tidak dapat dibedakan antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
cost).
Pada perusahaan yang sudah sedemikian
stabil, biasa saja membuat peramalan untuk beberapa tahun, atau dengan kata
lain dalam jangka panjang. Namun bagi
perusahaan yang banyak menghadapi ketidak pastian, hanya mungkin untuk membuat
peramalan jangka waktu yang pendek saja, jadi jangka waktu yang dicukupi oleh
anggaran juga, tergantung dari sifat suatu perusahaan itu sendiri, namun
anggaran yang disusun menurut kurun waktu bulanan adalah yang paling baik
karena rencana kegiatan nampak. Disamping itu anggaran bulanan sangat menunjang
pelaksanaan pengendalian yang terjadi dengan segera dapat diketahui.
Proses penganggaran mempunyai beberapa
tujuan :
1. Anggaran menyajikan
perencanaan keuangan yang memungkin
kan perusahaan untuk dapat mengkoordinasikan semua aktivitasnya. Dengan
menggunakan anggaran para manajer dapat memproyeksikan hasil dan mengatur
strategi yang dibutuhkan sebelum operasi perusahaan dapat dimulai, sehingga
dapat menghindari kesalahan yang merugikan perusahaan.
2. Proses penganggaran mendorong para manajer untuk menguji
kembali prestasi yang pernah diraih dan memungkinkan mereka mengubah kembali
dan mengoreksi metode operasi yang kurang efisiensi ketinggalan jaman.
3. Anggaran memungkinkan para manajer untuk
mengimpelementasikan fungsi perencanaan dan pengawasan.
Berdasarkan pengertian di atas, Calvin
Engler (1999 : 305), mengemukakan bahwa, A budget
is a financial plan that sets forth resources neccesary to carry out activities
and meet financial golas for a future period time.
Agar
supaya anggaran dapat
berfungsi sebagai alat koordinasi dan kontrak, maka masing-masing
manajer harus satu tahun jelas luas kekuasaan dan tanggungjawabnya. Ini supaya
tidak terjadi overlapping yang mungkin menyebabkan keruwetan dan kekaburan
mengenai tugas masing-masing yang telah dibebankan. Demikian pula dengan
anggaran dapat berfungsi sebagai alat motivasi kalau setiap manajer dan kepala
bagian diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan anggaran ini berarti perlu
adanya pendelegasian wewenang kepada masing-masing manajer,
untuk itu menyusun anggaran operasionya. Dengan demikian masing-masing
manajer akan merasa bertanggung jawab sehingga timbul partisipasi untuk
mencapai target yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan
kesemuanya itu menunjukkan sifat yang sama, yaitu bahwa anggaran itu merupakan suatu
rencana kegiatan yang tertulis mengenai apa yang dilakukan oleh suatu
organisasi yang meliputi peramal an
pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya-biaya selama periode tertentu
yang dikonversi dalam kesatuan nilai atau moneter.
Menurut D. Hartanto dalam bukunya
Akuntansi Untuk Usahawan (2003 : 131) ada 4 (empat) macam anggaran sebagai
berikut :
1. Appropriation
budget
2. Performance
budget
3. Fixed budget
4. Flexible
budget.
ad 1. Appropriation budget adalah untuk memberikan batas
pengeluaran yang boleh dilakukan. Batas
tersebut merupakan jumlah maximun yang dapat dikeluarkan untuk satu hal
tertentu. Dalam macam anggaran ini umumnya digunakan dalam pemerintahan. Namun
bagi perusahaan untuk hal-hal tertentu sangat terbatas keinginan seperti, hanya
untuk penelitian dan advertising saja.
ad 2. Performance budget adalah anggaran yang didasarkan
pada atas fungsi aktivitas dan proyek. Pada anggaran ini perhatian ditujukan
pada penilaian atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk suatu hal tertentu.
Dengan demikian efisiensi dan efektifitas operasi dapat diketahui. Di dalam
perusahaan anggaran yang lazim digunakan adalah formance budget.
ad 3. Fixed budget adalah anggaran yang dibuat untuk satu
tingkat kegiatan selama jangka waktu tertentu, dimana tingkat kegiatan ini
dapat dinyatakan dalam prosentase dan kapasitas jumlah produk yang dihasilkan
selama jangka waktu tertentu pada Foxed budget hanya digunakan jika diketahui
dengan pasti bahwa volume real yang akan dicapai tidak jauh berbeda dengan
volume yang direncanakan semula.
ad 4. Flexible budget adalah bahwa untuk setiap tingkat
kegiatan terdapat norma-norma atau ketentuan antar biaya yang diperlukan. Norma
itu merupakan patokan dari pengeluaran yang seluruhnya dilakukan pada
masing-masing tingkat kegiatan tersebut.
Dalam penyusunan anggaran suatu
perusahaan perlu diperlukan beberapa syarat seperti yang dilakukan oleh
Gunawan Adisaputra dan
Marwan Asri dalam bukunya Anggaran Perusahaan (2000 : 7) menyatakan
bahwa di dalam penyusunan anggaran perusahaan, maka perlu diperlukan beberapa
syarat bahwa anggaran harus realitis, luwes dan kontinyu.
B Pengertian
Penggunaan Anggaran
Penggunaan yang penulis maksudkan disini
menyangkut masalah perencanaan anggaran belanja rutin sebagaimana yang
disamiapiakn oleh Haw Widjaya, dalam bukunya Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi
(2002 : 15) apa yang digariskan dalam dalam penetapan penggunaan anggaran
rutin, sebagai berikut :
1.
Suatu rencana yang sudah disyahkan
2. Rencana bagian
dari pada rencana keseluruhan yang berupa anggaran.
3. Kalkulasi dari pembiayaan kegiatan
pemerintah.
Dengan fungsinya yang demikian itu, maka
rencana anggaran adalah perkiraan untuk
waktu yang akan datang disusun berdasarkan perjalanan-perjalanan masa lalu dan
masa kini. Penyusunannya yang sistimatis haruslah dilakukan atas dasar
klasifikasi anggaran yang digunakan.
Untuk lebih jelasnya klasifikasi anggaran
yang dimuat maka terlebih dahulu dijelaskan dalam berbagai macam klasifikasi
anggaran, dalam anggaran sebagai klasifikasinya meliputi :
1. Klasifikasi
obyek
2. Klasifikasi
organik
3. Klasifikasi
fungsional
4. Klasifikasi
ekonomi
5. Klasifikasi
program perfomance.
Dari pengertian klasifikasi obyek
pengelompokkan pengeluaran-pengeluaran ke dalam jenis barang jasa yang apakan dibeli. Sedangkan untuk klasifikasi
organik adalah pengelompokan anggaran atas kategori suatu organisasi.
Klasifikasi Fungsional adalah merupakan
salah satu pengelompokkan pengeluaran atas dasar fungsi-fungsi yang akan
dijelaskan oleh Mardiasmo, dalam bukunya Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
(2002 : 1240 menytakan bahwa ekonomi adalah pengelompokkan pengeluaran atas
dasar kelompok kegiatan fungsi dan proyek yang akan dicapai sehingga dari
pengeluaran-pengeluaran anggaran nantinya dapat diukur efisiensi dan penegasan
yang dapat dijalankan. Dengan mengetahui macam-macam klasifikasi anggaran
tersebut di atas, dengan data yang ada
dapatlah ditentukan perencanaan anggaran belanja rutin pada lokasi penelitian
yang terpilih disusun berdasarkan dengan sistimasi sebagai dasar dalam
pertimbangan klasifikasi anggaran yang sesuai.
Untuk itu penulis akan menyajikan
data-data dalam penyusunan anggaran belanja rutin pada lokasi yang terpilih
dimana anggaran tersusun sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai terbagi atas :
a. Gaji Pokok
b. Tunjangan Tambahan
c. Tunjangan istri / suami
d. Tunjangan anak
e. Tunjangan jabatan
f.
Belanja Pegawai lainnya yang meliputi :
1. Tunjangan pangan/beras
2. Biaya lembur
3. Honor untuk juru pemelihara bangunan
purbakala
2. Belanja barang
terdiri atas :
a. Keperluan sehari-hari perkantoran,
dipergunakan untuk :
1. Keperluan bahan/ alat tulis
menulis
2. Perlatan kantor ketata usahaan
3. Perlatan bahan/ alat tulis menulis dan
bahan lain
4. Perlatan rumah tangga kantor
5. Bahan rumah tangga kantor
6. Pembiayaan benda-benda pos
7. Biaya rapat dinas
8. Biaya penerimaan tamu
9. Biaya transportasi
10 Biaya petugas jaga malam.
b. Belanja barang inventaris kantor :
- Semua
barang-barang yang berhubungan dengan barang inventaris kantor.
-
Barang-barang keperluan tambahan
c. Belanaja langganan daya jasa yang terbai
atas :
- Biaya langganan listrik
- Biaya langganan telepon
- Biaya langganan gas dan air
d. Bahan alat-alat dan barang-barang lain,
meliputi belanja :
- Peralatan pemeliharaan benda-benda dan
bangunan kuno
- Peralatan penggambaran
- Peralatan fotografi
- Peralatan pemerataan
- Peralatan laboratorium
- Bahan-bahan untuk fotografi
- Ganti rugi tanah
- Pembelian benda-benda kuno/ benda-benda
bersejarah
- Pembelian benda-benda seni
- Perlatan survey
e. Lasin-lain belanaja terdiri dari :
- Biaya
pengamanan/ penjagaan pemilikan benda-benda, situs-situs, bangunan-bangunan
bersejarah.
- Biaya ganti
rugi tanah/ barang dalam rangka perlindungan sejarah dan kepurbakalan.
- Biaya pemerataan obyek-obyek sejarah
dan ke purbakalaan.
3. Belanja
Pemerintah terdiri dari :
a. Belanja pemeliharaan gedung kantor
b. Belanja pemeliharaan kendaraan dinas
c. Belanja pemeliahraan barang-barang
inventaris kantor
d. Belanjan pemeliharaan perlatan teknis
e. Lain-lain belanja pemeliahraan, yaitu :
- Pemeliharaan bangunan kuno
- Pemeliharaan benda-benda bersejarah/
kuno.
4) Belanja
perjalanan dinas
Untuk perjalanan dinas disini, maka semua
unit kerja harus dapat menentukan, daerah mana saja yang direncanakan dan
perlu ditinjau, dibina,
diarahkan kegiatan yang mana harus dilaksanakan oleh semua daerah atau
suaka-suaka yang ada di daerah.
Setelah penulis mengemukakan sistimatika
perencanaan pembelanjaan tersebut dibagi atas :
a. Jenis belanja
pegawai
b. Jenis belanja
barang
c. Jenis belanja
perjalanan dinas
C Pengertian
Pengawasan
Fungsi seorang pimpinan adalah
menjalankan fungsinya sebagai merencanakan, mengontrol, pengorganisasi,
aktuating fungsi ini merupakan fungsi setiap manager yang terakhir setelah
fungsi-fungsi menyusun tenaga kerja, untuk memberi perintah. Dari kelima fungsi
ini sebagai fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan untuk
jalannya suatu organisasi ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Untuk melakukan tugas hanya mungkin
dengan baik apa bila seseorang melaksanakan tugas itu mengerti arti tujuan dari
tugas yang dilaksanakan. Demikian halnya dengan seorang pimpinan yang melakukan
tugas pengawasan, haruslah dengan secara sungguh-sungguh mengerti arti dan
tujuan dari pada apa yang akan dilaksanakan dalam pengawasan itu.Oleh karena
itulah dalam pembahasan ini perlu dijelaskan pengertian pengawasan agar dapat
memberikan arah pada pembahasan untuk selanjutnya. Mengerti arti dari pada
pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
Di bawah ini penulis akan mengemukakan
beberapa pendapat dari pada ahlii tentang pengertian pengawasan atau dengan
kata lain istilah kontrol. Untuk lebih jelasnya pengertian pengawasan
dijelaskan Panglaykim dan Hazil,
Manajemen Sumber Daya Manusia, (1997: 123) menyatakan bahwa Control tidak berarti
mengontrol saja, ia meliputi
juga aspek penelitian; apakah yang dicapai itu sesuai
dan sejalan dengan tujuan yang telah diteditetapkan lengkap dengan rencana,
kebijaksanaannya program dan lain-lain
sebagainya dari pada management.
Sedangkan menurut M. Manullang, Manajemen
Pertsonalia, (1998: 87), memberikan batasan pengertian sebagai berikut,
internal control sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang mudah
dilaksanakan menilai dan mengoreksi kita bila
perlu membuat supaya pelaksanaan
pekerjaan sesuatu sesuai dengan rencana semula.
Selanjutnya Martoyo Susilo, Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas Kerja (1998 : 134) yang dijelaskan mengenai
pengertian pengawasan (terjemahan), menyatakan bahwa controling dapat
didefinisikan sebagai proses yang memetingkan apa yang dilakukan, yaitu standar
apakah yang sedang dilakukan, yaitu
pekerjaan; menilai pekerjaan itu dan jika perlu menggunakan ukuran-ukuran
perbaikan oleh sebab itu pekerjaan yang berlangsung sesuai dengan rencana,
yaitu sesuai dengan standar.
Controlling bersifat kelanjutan bagi keempat fungsi dasar
dari pada management. Bantuannya untuk memberikan jaminan bahwa apa yang ingin dilakukan
adalah dijalankan dan untuk itu berbagai usaha dipertahankan di dalam
memperbaiki hubungan mereka sebab itu koordinasi yang cukup dicapai. Dapatlah
dikatakan bahwa tidak ada controllimg tampa adanya rencana terlebih dahulu, organizing dan actuating.
Titik berat dari pada kebutuhan menurut
kenyataannya bahwa kontrol/ pengawasan mempunyai hubungan erat dengan
fungsi-fungsi dasar yang lain dari pada management. Rencana yang baik meliputi pertimbangan untuk
menjalankan fungsi-fungsi mengenai
control. Begitu juga, untuk organizing dan actuating diusahakan pengangkatan
yang baik, dengan mengingat pertimbangan kontrol. Dengan jalan fungsi-fungsi
actuating yang dibuat kurang sulit dan lebih efektif dan efisien dalam
penggunaannya.
Control pengawasan termasuk kebijaksanaan
yang aktif dari pada suatu usaha untuk menjaga dari dalam bantuannya bagian
dari tugas ini untuk menyelidiki apakah yang akan dilakukan dan merumuskan satu
keputusan mengenai pekerjaan. Tetapi campur tangan, bilamana perlu menempatkan
kembali aktivitas itu pada tempatnya juga termasuk arti dari pada control/
pengawasan.
Seiring tindakan perbaikan terdiri dari
pada membuka jalan seperti menghilangkan hambatan-hambatan yang akan dialami,
menjelaskan kewajiban-kewajiban atau memberikan tambahan-tambahan alat-alat
fisik atau keuangan agar supaya usaha-usaha yang dijalankan itu dapat
dilanjutkan dengan efektif.
Control/ pengawasan bukanlah berarti
bahwa mengawasi semata-mata, tapii juga mengarahkan, membimbing dan mendidik
para bawahan yang dipimpinnya agar supaya wewenang yang dilimpahkan padanya
tidak disalagunakan wewenang dan
tanggung jawan yang diberikan.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas
penmgertian control, dalam pembahasan ini akan dikemukakan pengertian internal
control. Menurut Sri Kadarisman, Manajemen Personalia, (1997: 112), menyatakan
bahwa internal control atau pengawasan intern ialah tindakan yang dilakukan
oleh manajer untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya sesuai
dengan planning atau tidak, jadi fungsi-fungsi planning to detect a mistake immediate as it accours".
Apa yang dikontrol ialah rencana-rencana
pekerjaan atau pelaksanaan planning. Dalam hal ini kontrol bukan itu sesuatu
yang telah dikerjakan saja, tetapi sesuatu yang mungkin terjadi di mana yang
akan datang. Dengan demikian, planning kita kembali keputusan-keputusan yang
kita ingini, membuat gambaran yang pasti dengan kontrol kita ingin mengetahui
sudah sampai dimanakah rencana itu dilaksanakan. Bagaimana foloow up sesuatu keputusan yang telah diambil, kemudian ada
kemajuan atau tidak, bila ada kemacetan sampai dimana kemacetan itu dan apa
sebabnya, menurut M. Manullang, Manajemen Personalia, (1998: 92), menyatakan
bahwa pengawasan intern berarti kemampuan untuk meneruskan dan memberikan
motivasi serta untuk mengetahui apa yang sesungguhnya telah dilakukan
dibandingkan, dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan pengawasan pembuatan
standard-standard mengandung untuk pengawasan pengukuran pekerjaan kantor.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka proses kontrol terdiri dari pada langkah-langkah tertentu yang menjadi
dasar bagi semua controlling. Tanpa memperdulikan aktivitas dari pafa beberapa
dasar penerapan dalam proses mengenai kontrol intern yang ada di dalam
perusahaan itu sendiri.
Dengan demikian, menurut Soekarno, K,
Pengantar Manajemen (1999 : 105), menyatakan bahwa :
"1)
Menentukan standard atau dasar bagi control
2) Pengukuran bagi
pekerjaan
3)
Membandingkan pekerjaan dengan standard, dan menentukan perbedaan jika
ada.
4) Memperbaiki
penyimpangan dengan bantuan tindakan
yang bersifat membetulkan”.
Pada pengertian tersebut di atas, di
nyatakan dalam kebiasaan yang sedikit berbeda, controlling, terdiri dari pada
bagian, yaitu :
a. Menentukan apa
yang harus dikerjakan atau dapat diharapkan sesungguhnya.
b. Untuk
menentukan hasil dengan
harapan - harapan
yang mana membawa
kepada tercapainya tujuan.
c. Menyelidiki apa yang akan dikerjakan.
d. Menguji hasil sudah
sesuai atau belum, mana
kemudian menerapkan dalam ukuran-ukuran perbaikan yang akan perlu
ditambah. Penggunaan dari pada proses control untuk suatu illustrasi mengenai
aktivitas-aktivitas dari bagian pembelanjaan, berita yang disampaikan untuk
menjual kepada toko-toko khusus eceran. Pesanan yang sebenarnya memberikan
kepastian untuk ini dengan kelak menjual yang menjalankan sebagai aktivitas
pekerjaan.
D Pengertian Kas dan
Anggaran Kas
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu
membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam suatu instansi
pemerintah. Dalam hal ini instansi tersebut perlu menyusun anggaran kas.
Untuk lebih jelasnya oleh Bambang Riyanto
(2004 : 19) menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang
paling tinggi tingkat likuiditasnya.
Kalau Syafaruddin (1998 : 27) memberikan
batas tertentu tentang penggunaan dana yaitu pengertian anggaran kas atau cash
forecast (ramalan kas), adalah kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan
bagian dari financial planning perusahaan.
Periode anggaran kas umumnya disusun
untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti
bulanan, kuartalan dan enam bulan, untuk menyusun anggaran kas yaitu dalam
mingguan atau bulanan. Sedangkan perusahaan yang mempunyai pola cash flow
relatif dapat menyusun anggaran kas dalam kuartalan atau tahunan. Namun
demikian jarang sekali anggaran kas disusun untuk lebih dari waktu satu tahun.
Walaupun dengan interval bulanan.
Karena sukar untuk menjamin validitas
ramalan baik ramalan penerimaan kas namun ramalan pengeluaran kas. Apabila jika
dihadapkan dengan situasi ekonomi yang kurang stabil. Pada tingkat inflasi yang
tinggi misalnya, anggaran kas lebih baik disusun dalam interval yang lebih
pendek yaitu dalam bulanan.
Masukan kunci dari anggaran kas adalah
ramalan penjualan atas sales forecash yang diberikan oleh bagian penjualan.
berdasaekan ramalan tersebut, manajer financial dapat mengestimasikan cash flow
bulanan yang dihasilkan dari produksi penerimaan baik penerimaan dari penjualan
tunai maupun dari penjualan kredit dan pengeluaran.
E
Pengertian Efektivitas
Kata efektif menjadi efektivitas adalah
pencapaian prestasi yang sebesar-besarnya dari suatu kegiatan melalui suatu
produktivitas kerja, untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan melalui
perencanaan sebelumnya.
Menurut The Liang Gie (1999 : 30)
menyatakan efektivitas adalah suatu kegiatan terbaik antara usaha dengan
hasilnya, antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai untuk suatu tujuan,
yaitu :
1. Hasil disini
dimaksudkan adalah suatu pekerjaan dapat disebut efektif kalau dengan usaha
tertentu dapat memberikan hasil yang maksimal mengenai mutu atau jumlah satuan
hasil itu atau dengan kata lain terjaminnya kualitas dan kuantitasnya.
2. Dalam usaha,
maksudnya adalah suatu pekerjaan dapat dikatakan efektif jika suatu hasil
tertentu tercapai suatu tujuan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,
Adisapoetra dan Marwan, Asri, 2000, Anggaran
Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Hasil dan
Paglaykim, 1999, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Hartanto, D, 2003,
Akuntansi Untuk Usahawan, Cetakan
Pertama, Edisi Kedua, Yogyakarta.
Horngen, Charles,
2002, Cost Accounting, Alih Bahasa
Mohammad Badjuri dan Kusnaedi, Jilid Pertama Edisi Keenam, penerbit Erlangga,
Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
Cetakan Kedua, Andy, Yogyakarta.
Mulyono, Teguh,
Pajo , 1999, Analisis dan Disain Sistem
Informasi, Cetakan Pertama, Edisi Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
Andy, Yogyakata.
Ray H. Garisson,
1995, Akuntansi Pemerintahan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
Syafaruddin, 1998, Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Susilo, Martoyo,
1998, Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, Cetakan Ketiga,
Edisi Ketiga, Penerbit STIE-YKPN, Yogyakarta.
Widjaya, Haw,
2002, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar