Powered By Blogger

Selasa, 21 Februari 2017

Pengertian dan Jenis - Jenis Peti Kemas

Peti kemas adalah peti yang terbuat dari logam atau aluminium yang berbentuk segi empat yang secara umum dapat diartikan sebagai gudang kecil berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain sebagai akibat adanya angkutan oleh WJ. Stanton, Analisa Transfortasi Laut, (2000, 201).
      Peti kemas/ Container Inventory Control (CIC)  dapat memuat semua jenis barang produksi industri maupun pertanian dan mempunyai daya tampung muatan yang cukup tinggi volumenya atau sesuai dengan bwsarnya peti emas tersebut, disamping barang bisa tahan lama juga dapat menjamin kerusakan barang (pemilik barang)..
      Peti kemas yang umum di gunakan digunakan dalam pelayaran dar Indonesia mempunyai bermacam macam ukuran yaitu :
1. Ukuran 2,5 x 2,5 x 6,0 meter yang biasa disebut 20 Feet container, yang berkapasitas 15 ton.
2. Ukuran 2,5 x 2,5x 12 meter yang biasa disebut 40 Feet container, yang berkapasitas 25 ton.
      Peti kemas/Container Inventory Control (CIC) secara umum dapat digambarkan sebagai gudang kecil bagian yang digunakan mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan sekaligus merupakan sistem komponen dari pada pengangkutan.
      Sistem pengangkutan Container Inventory Control (CIC) telah berkembang didunia sebagai bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi,sehingga peti kemas tidak lain adalah sebuah wadah atau peti besar yang berukuran tertentu sebagai tempat menyimpan barang yang dimuat oleh kapal.
      Adapun jenis-jenis peti kemas yang umum digunakan untuk perdagangan internasioanal adalah :
1.  Dry Cargo Container
Peti kemas ini mengangkut container cargo (muatan umum), seperti barang berkolontong dan kering yang memerlukan perlakuan khusus.
2.  Hard Top Container
     Jenis ini nama lain dari peti kemas Dry Cargo Container.
3.  Reefer Container
     Digunakan khusus mengangkut barang yang perlu pendinginan atau beku,seperti daging , ikan,udang atau komoditi tertentu.
4.  Soft Top Container
     Container Inventory Control (CIC) terbuka pada bagian atas,dimana muatan dimasukkan dan dikelurakan dan menggunakan tarpal sebagai pelindungnya.jenis barang yang dimuat terdiri dari barang barang berat dan tidak terlalu besar,baik di bungkus maupun dikirim dalam keadaan loose,seperti mesin atau generator pembangkit listrik ukuran kecil
5.  Open Top Side Container
Container Inventory Control (CIC) bagian atas dan sisinya terbuka seperti geladak dengan empat tiang sudut dan empat pengunci pada puncak keempat tiang tersebut.
6.   Flat Rack Container
Jenis container yang hanya terdiri dari landasan saja dan digunakan mengangkut barang berat seperti besar yang dimuat lewat atas.
7.  Open Side Container
      Container Inventory Control (CIC) ini pintunya berada disamping memanjang dari ujung ke ujung,tidak di beri daun pintu melainkan tarpal dan biasanya digunakan untuk mengangkut muatan tertentu yang panjang yang pemuatannya tidak dapat dilakukan dari bagian belakang.
       Analisis laporan keuangan seperti disebutkam untuk mengetahui kondisi   atau keadaan keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai pada suatu saat atau tanggal tertentu. Dengan demikian para analisis di dalam melakukan analisis akan membutuhkan laporan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui perusahaan mengalami peningkatan/ penurunan keuntungan, bahkan dalam beberapa periode sebagai bahan perbandingan.
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan, (2003 ; 35) analisis yang dinyatakan dalam persentase, akan membantu analisis dalam memahami kondisi keuangan serta hubungan keuntungan perusahaan antara biaya dengan penjualan dari suatu perusahaan. Prosentase tersebut dapat dihubungkan dengan total, baik total aktiva/ passiva maupun total penjualan atau terhadap tahun dasar dari periode-periode yang akan dianalisis. Dengan lapoean keuangan dalam persentase para analisis keuangan dapat dengan cepat menegetahui perkembangan daripada posisi keuangan serta hasil-hasil keuangan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan.
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan, (2003 : 35) jika laporan keuangan itu dinyatakan sebagai prosentase dari tahun dasar dari periode-periode yang akan dianalisis, maka laporan keuangan itu disebut index statement, sedangkan bila laporan keuangan tersebut dinyatakan sebagai prosentase dari pada total aktiva/ passiva atau total penjualan, maka laporan keuangan itu disebut common size statement
1. Tehnik Pelaporan
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan,  (2003 : 37) analisis prestasi uatu tehnik analisis keuangan untuk mengetahui keadaan keuangan atau posisi keuangan suatu perusahaan, apakah menunjukkan keadaan naik, turun atau tetap. Jadi analisis indeks, analisis keuangan dapat mengetahui trend yang menunjukan hubungan antara masing-masing pos dalam neraca laporan rugi/ laba dan periode-periode yang di analisis.
 Tehnik dalam analisis ini, adalah masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/ laba yang menjadi tahun dasar di berikan indeks seratus. Kemudian pos-pos dari neraca rugi/ laba untuk periode selebihnya dihubungkan dengan pos yang sama pada neraca dan laporan rugi/ laba yang menjadi tahun dasar, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing pos dalam periode-periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dan pos yang sama pada periode yang menjadi tahun dasar kemudian diali seratus.
 Dengan analisis tingkat prestasi keuntungan  (terjadi) akan saat dilihat kecenderungan dari masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/laba, apakah menunjukkan kecenderungan menurun, meningkat atau tetap, atau dengan kata lain apakah kecenderungan yang ditunjuk oleh masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/ laba tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan. 
1.    Common Size statament
Soegarda, Azas-Azas Pelayaran Niaga Pelabuhan, (2001 : 23) analisis common size memperhatikan atau menunjukkan sejauhmana pengaruh dari perubahan-perubahan tersebut terhadap totalnya, baik total aktiva/passiva maupun total penjualan. Analisis common size adalah tehnik analisis keuangan untuk mengetahui perubahan dari masing-masing pos dalam neraca terhadap total aktiva/ passiva dan masing-masing pos dan laporan rugi/ laba terhadap total penjualan.
Tehnik dalam analisis ini, adalah total aktiva/ passiva serta total penjualan di berikan indeks seratus, kemudian pos dalam neraca dibagi dengan total aktiva/ passiva dan masing-masing pos dalam laporan rugi/laba dengan total penjualan dikali dengan seratus.
Apabila laporan keuangan disajikan dalam prosentase yaitu masing-masing pos dalam laporam rugi/ laba terhadap total penjualan, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding. Analisis common size untuk meraca akan memperlihatkan investasi pada masing-masing aktiva serta distribusi daripada utang dan modal sendiri, sedangkan laporan rugi/ laba akan memperlihatkan harga pokok, biaya-biaya dan laporan rugi/ laba terhadap total penjualan.    

3.  Laporan Keuangan Utama


Neraca adalah suatu daftar yang memuat secara terperinci semua aktiva, kewajiban perusahaan serta modal pemilik pada waktu tertentu. Jadi neraca merupakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang dapat menunjukkan perusahaan mengalami peningkatan/penurunan keuntungan. Dari neracalah pemilik perusahaan dapat mengetahui beberapa kekayaan perusahaan dan berapa utang usaha yang harus dilunasi. Melalui neraca pulalah kreditor dapat mengetahui kesanggupan perusahaan untuk membayar utangnya. 
Pengertian neraca menurut Weston, Analisa Keuangan, (2002 : 39) neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tretentu.
Aktiva adalah jumlah harta/ kekayaan yang dimiliki perusahaan, sedangkan passiva adalah jumlah kewajiban-kewajiban perusahaan atau sumber yang digunakan untuk memperoleh aktivs tersebut. Setiap catatan dalam neraca menyebutkan macam harta, utang dan modal disebut pos neraca.
Soegarda, Azas-Azas Pelayaran Niaga Pelabuhan, (2001 : 30) dalam prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia, pos-pos neraca hendaknya dikelompokkan sebagai berikut :
Kelompok aktiva terdiri dari :
1.  Aktiva lancar
2.  Aktiva tetap
2.    Aktiva tak berwujud     
Kelompok aktiva terdiri dari :
1.    Kewajiban lancar / jangka pendek
2.   kewajiban jangka panjang

3.    Modal pemilik  

Pengertian Pengiriman Barang

      Pengusaha biasanya mengirim barang baik melalui laut maupun melalui udara untuk mempercepat proses penerimaan barang dalam waktu singkat, sehingga barang dagangan tidak mengalami keterlambatan tiba pada alamat dan tujuan.     
      Pada umumnya semua kegiaatan dalam pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya pengiriman barang, kalau menurut R. Soemita  Adikoesumah, Ke Sekretariatan dan Administrasi Per Kantoran, (2000 : 121), mengemukakan tujuan internal control, sebagai berikut :
1. Membantu manajemen dalam pelaksanaan administrasi pada perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan pengiriman barang untuk menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2.    Memberitahukan dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3.    Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4.    Menentukan sampai sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian. 
      Untuk mencapai tujuan ini, maka pengiriman barang dilakukan pada obyek-obyek yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, terhadap :
1.    Jumlah hasil kerja, yaitu banyaknya (kuantitas) daripada hasil yang telah dicapai dalam suatu proses pelaksanaan kegiatan.
2.    Mutu hasil kerja, yaitu tinjauan dari segi kaulitas dari pada hasil yang telah dicapai.
3. Pegawai, dalam bidang ini sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan kecakapan kerjanya.
4.    Uang yaitu, dimana obyek ini sangat penting artinya dan yang menjadi sasaran kontrol adalah apakah pemakaian uang itu sah dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5.  Barang pembekalan, obyek ini menyangkut pembelian, penggunaan  dan  pemeliharaan  barang-baramnh inventaris,  apakah telah dilakukan dengan baik sesuai dengan  ketentuan atau belum.
6.    Ruang kerja, apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.
7.    Waktu, dari pengiriman barang ini maka yang menjadi sasaran utama adalah apakah waktu yang dipergunakan dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.
8.    Metode kerja, yang tenjadi sasaran dengan obyek ini adalah  apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.
      Pelaksanaan pengiriman barang pada dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang pengiriman barang dapatlah dikemukakan bahwa mekanisme kerja dalam pengiriman barang, yang dilaksanakan perusahaan sebagai berikut :
    1.  Rencana organisasi terkontrol dan terkoordinasi                                                        
    2.  Methode  dan  ketentuan-ketentuan  yang  terkoordinir  untuk  melindungi harta milik perusahaan.
     3.  Personalia.
     4.  Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
      Sehubungan dengan tersebut, maka rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :  
1. Membantu dan mempermudah penelusuran barang bila tidak sampai pada tujuan.
2. Meliputi kontrol dengan pencatatan dan pembukuan dapat diperlukan untuk dapat menggambarkan dengan baik serta teliti harta-harta milik perusahaan, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, laba, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.

     3. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat didalam setiap pencatatan.

Pengertian Jasa Angkutan Laut

      Jasa angkatan laut dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang berguna dan mempunyai nilai dalam memenuhi kebutuhan bagi yang diberikan jasa pengguna anggkatan laut. Jadi jasa lebih bersifat moral yang diperlihatkan seseorang melalui tindakan perbuatannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  (1999: 213) bahwa :jasa adalah perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai tinggi bagi orang lain, negara dan instansi.
      Pengertian ini lebih diarahkan pada suatu bentuk perbuatan apakah apakah itu perbuatan sikap dan perilaku maupun bentuk kerja yang dihasilkan seseorang tempat ia bekerja dan dirasakan punya nilai dan sangat berguna.
      Pendapat para ahli juga umumnya memberikan pengertian jasa sebagai suatu kegiatan yang bermamfaat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain dengan maksud memenuhi kebutuhan atas pihak yang ditawarkan .
      Hal ini dapat dilihat apa yang dikatakan Philip Kotler, Sistem Perpadua Informasi,  (2001: 198) yang dikutip pendapatnya oleh Heryati Purnomo, bahwa jasa adalah setiap kegiatan atau mamfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu,proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
      Pengertian Philip Kotler Sistem Perpadua Informasi, (2001: 198) mengartikan jasa kedalam ilmu pemasaran, sehingga nampak bahwasanya jasa adalah nilai perbuatan yang dapat disangguppi seseorang kepada orang lain yang membutuhkan jasa tersebut, sehingga jasa dapat berbentuk barang dapat pula tidak. Namun pada prinsipnya tidaklah berwujud, karena unsure kerelaan dan kesediaan yang paling dominan.
      Kemudian oleh William J. Stanton, Analisa Transportasi Laut, (2000: 219) mendefinisikan, bahwa jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi secara tersendiri yang pada hakekatnya tidak teraba (Intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain dan untuk menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin pula tidak diperlukan benda nyata akan tetapi sekalipun penggunaan benda, namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda tersebut.
      Dari definisi jasa yang dikaitkan dengan ilmu pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan, bahwasanya jasa mempunyai ciri ciri, yaitu:   
 1. Tidak teraba atau tidak berwujud. Hal ini disebabkan karena jasa tidak dapat     dilihat diraba,atau dicium dan pihak yang menerima jasa tersebut tidak dapat mengambil suatu sampel sebelum ada transaksi pembelian
 2. Tidak terpisahkan. Jasa disini diartikan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari pribadi penjualan dan jasa tertentu harus digunakan habis pada saat bersamaan.
 3. Cepat hilang. Jasa cepat hilang dan tidak dapat disimpan, karena pasaran jasa berubah ubah menurut musim, menurut hari dalam seminggu atau jam dalam sehari hari.
      Istilah pelayanan sering diikuti dengan kata jasa, karena pelayanan lebih bersifat operasional yang umpan baliknya berupa penghasilan, sedangkan jasanya adalah perbuatan atau kinerjanya dari yang memberikan pelayanan.
     Kata pelayanan sudah mencakup unsure atau orang dan tata cara, sehingga pelayanan sebagai suatu bentuk pekerjaan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang membutuhkan pelayanan,berarti ada pula unsur prestasi atau hasil yang diperlihatkan.
     Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Abdul Rahman, Manajemen Perkantoran Modern,  (2000 : 200)  menyatakan bahwa Pelayanan adalah suatu pekerjaan atau prestasi yang dikorbankan atau dilakukan atau dilakukan untuk memenuhi permintaan kebutuhan-kebutuhan orang lain atau untuk memenuhi permintaan yang ada.
      Pelayanan menurut Abdul Rahaman, Manajemen Perkantoran Modern, (2000: 201) nampak adanya suatu perbuatan aktivitas yang diberikan seseorang kepada orang lain diakibatkan adanya kebutuhan, dimana pemberian aktivitas tersebut mengandung nilai ekonomi sebagai sesuatu yang dikorbankan dengan harapan adanya umpan balik berupa nilai uang sebagai penghasilan.
      Jadi jelas, bahwa pelayanan tergantung pada dua hal,pertama adalah yang memberikan pelayanan, dimana dalam aktivitasnya berupaya menciptakan suatu pekerjaan yang bermamfaat bagi yang membutuhkan nya.Kemudian kedua adalah pihak yang dilayani,dimana dapat merasakan daripada apa yang menjadi kebutuhannya.untuk itu pelayanan mengandung unsur manusia dan tata cara, seperti dalam istilah dalam pelayanan jasa ” Pelayanan adalah perihal atau cara melayani”.                                                    
      Pelayanan yang menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan, maka biasanya yang memberikan penyediaan sarana, misalnya yang dilakukan oleh PT.  Jakarta Lloyd (Persero) Cabang Makassar yang bergerak dibidang jasa, salah satunya adalah jasa pelayanan peti kemas, dimana pengguna jasa diberikan suatu tempat atau wadah Khusus untuk menyelenggarakan kegiatan bongkar muat dengan harapan supaya kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar.   
      Sementara pelayanan dihubungkan dengan penyelenggaraan pemerintah, peleyanan mempunyai beberapa beberapa bentuk yang menurut Muh.Yunus, Administrasi Modern,  (1998: 187) adalah:
    1.   Pelayanan umum (public service)
    2.   Pelayanan mengandung nilai (public utility)
    3. Pelayanan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha. Masyarakat
      Pelayanan umum sifatnya berdasarkan undang –undang atau peraturan

dan mau tidak mau harus dilaksanakan, seperi pelayanan KTP dan sertifikat tanah. Kemudian pelayanan yang mengandung nilai kebersamaan antara masyarakat dengan yang menyediakan pelayanan,seperti pelayanan air minum (air bersih), dimana masyarakat ikut bertanggung jawab didalamnya melalui pembayaran iura.sementara pelayanan menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha masyarakat biasanya pelayanan yang diberikan pemerintah dalam bentuk penyuluhan,sarasehan dan sekaligus memberikan bantuan.

Pengertian Sistem dan Prosedur

      Sistem dan prosedur yang sesuai dengan kegiatan manajemen maka sistem akuntansi harus menjamin tersedianya data-data yang dibutuhkan oleh para manajemen dalam mengarah kan kejadian perusahaan dan dalam memberikan laporan kepada pemilik, para kreditur dan juga pihak-pihak lain yang berkepentingan, atau dapat menjamin tersedianya data kepada pemakai laporan menurut Moekijat, Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 115). Oleh sebab itu suatu sistem akuntansi yang direncanakan secara tepat harus menetapkan antara lain pengumpulan pencatatan dalam bentuk pelaporan data-data secara efisien, pengukuran dari semua tahap operasi-operasi suatu perusahaan, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta pengecekan dari kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan penggelapan.
      Prosedur dalam suatu sistem biasanya mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi sehingga sulit untuk dipisahkan sendiri-sendiri. Keadaan ini akan berakibat jika salah satu prosedur itu dirubah maka biasanya prosedur lainnya akan terpengaruh sehingga perlu juga untuk  di pertimbangkan. Karena jenis, bentuk dan besarnya perusahaan itu tidak sama, maka sistem akuntansi yang akan disusun untuk suatu perusahaan akan tidak sama dengan perusahaan lain, dalam hal ini perlu diperhatikan sifat-sifat khusus masing-masing perusahaan.
      Sebelum menguraikan sistem dan prosedur lebih lanjut, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian atau  definisi dari pada sistem dan prosedur yang disimpulkan beberapa ahli.
      Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001: 950), menyatakan bahwa sistem adalah perangkat dari unsur-unsur yang secara teratur saling berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat membentuk suatu totalitas.
      Moekijat, dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 157), menyatakan bahwa "sistem  adalah suatu  susunan secara teratur dari pada kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dan prosedur-prosedur yang berhubungan saling melengkapi dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari suatu kegiatan organisasi yang penting.
      Gordon B. Davis, Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 67), mengatakan bahwa Sistem dapat abstrak maupun fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur mengenai gagasan atau konsepsi yang saling bergantung. Sebuah sistem fisik terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai sasaran atau maksud.                                                                                                                     
      Selanjutnya, oleh Soegarda Poewodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001  329), menyatakan bahwa sistem adalah suatu keseluruhan rangkaian yang sudah tersusun dari berbagai bagian.
      Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka berarti bahwa sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara  tak  teratur, tetapi terdiri  dari unsur-unsur yang  dapat  dikenal sebagai saling melengkapi karena satu-satunya maksud dan tujuan atau sasaran sudah tertentu. Dalam hubungan ini dapat dilihat dengan keterkaitan dengan satu sama lainnya yang saling melengkapi sistem itu yang berlaku.
      Selanjutnya, syarat-syarat sistem dan prosedur dalam pengertian untuk dapat memberikan pelayanan kepada konsumen yang membutuhkan sebagai berikut :
- M u r a h
- A m a n
- C e p a t
      Mengenai pentingnya prosedur yang sering disebut untuk apa ada lagi prosedur, yaitu sebagai salah satu alat untuk pengawasan, maka apabila seseorang pimpinan perusahaan perlu menyadari akan hal itu hampir dapat dipastikan bahwa salah satu sebab adanya kekeliruan maupun kecurangan-kecurangan akan segera dapat diatasi sehingga segala macam akibat yang akan timbul dan berhubungan dengan kekeliruan, kecurangan, penyelewengan akan dapat dikurangi.
      Prosedur mangandung arti secara keseluruhan ialah yang harus ditempuh mulai dari awal sampai dengan akhir dengan kata lain prosedur dapat menggambarkan tahap-tahap yang akan dilalui dalam pelaksanaan sesuatu tugas. Berikut ini penulis mengemukakan batasan prosedur yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan, Sistem Informasi Manajemen, (1998 : 31) menyatakan bahwa prosedur ialah suatu urut-urutan pekerjaan kerani biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya keperluan yang seragam terhadap transaksi perusahaan yang sering terjadi.
      Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa prosedur itu adalah suatu urutan pekerjaan, suatu rel atau jalur yang harus dilalui untuk mencatat kegiatan suatu perusahaan.


Tinjauan Sistem dan Prosedur Pengiriman Barang Dengan Menggunakan Peti Kemas

      Upaya pembangunan di berbagai bidang yang dilakukan pemerintah dewasa ini adalah dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan cara melibatkan berbagai pihak untuk ikut serta berperan dalam pembangunan tersebut, sehingga dampak yang ditimbulkan adanya persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan mulai dari penggunaan sarana, kecepatan menguasai pangsa pasar sampai kepada peningkatan sumber daya manusia yang merupakan komponen-komponen utama agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup aktivitasnya.
      Komponen-komponen utama yang dimaksudkan diatas, yakni dapat berjalan dengan baik, jika manajemen perusahaan melakukan suatu pengkajian yang rasional dan mendalam dengan menitik beratkan pada tujuan yang hendak dicapai, dengan kemampuan yang dimiliki, maka perusahaan harus mengantisipasi persaingan dan menguasai pangsa pasar, sehingga dalam merealisasikan hal diatas perusahaan harus memperhatikan dua faktor, yakni (1) faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari dalam  perusahaan berupa sumber-sumber daya yang dimiliki; (2) faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan berupa pesaing dan kondisi pasar,sehingga akan nampak bahwasanya perusahaan tidak hanya sekedar mengejar hasil semata, tetapi bagaimana hasilnya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini cukup mengantar perusahaan pada perolehan keuntungan yang maksimal sebagai hakekat dari pada tujuan didirikannya perusahaan, di samping untuk memperdaya tenaga kerja.
      Sistem dan prosedur yang digunakan perusahaan dalam memuat barang antar pulau dan luar pulau yang berarti menggunakan suatu rangkaian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga pelaksanaan pengiriman barang secara sistimatis dan prosedural dapat terlaksana dengan baik.   
      Jaringan perusahaan bukannya antar pulau tapi adakalanya ke luar negeri mengadakan transaksi pengiriman barang, karena perusahaan  membangun sistem kepercayaan kepada pelanggan baik pelanggan baru maupun pelanggan lama tetap menghendaki PT. XXX sebagai rekanan bisnis untuk kirim barang melalui laut.     
      Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman barang barang antar pulau dan luar negeri yang melaksanaka aktivitasnya sesuai dengan latar belakang keberadaan perusahaan mengutamakan pelayanan, keamanan barang dan tepat waktu sampai pada tujuan. Dengan menurangi keterlambatan pengiriman barang perusahaan mengadakan pencatatan yang menganut sistem dan prosedur pengiriman barang agar barang yang lebih duluan masuk tetap menjadi prioritas utama dalam pengiriman barang. 
      PT. XXXX (Persero) Cabang  Makassar sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi laut telah menyediakan beberapa jasa pelayanan yang merupakan objek pendapatan. Salah satu jasa pelayanan laut dengan menggunakan kapal sendiri yang menjadi sumber pendapatan yang cukup besar adalah jasa pelayanan peti kemas (Container Inventory Control),  yang mana faktor internalnya meliputi tingkat kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki dalam melakukan pengololaan jasa, yang sipatnya kedalam perusahaan, sedangkan faktor eksternalnya adalah pemenuhan kebutuhan melalui tingkat pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa, sehingga perhatian kepada dua faktor tersebut sasarannya tidak lain adalah memporoleh keuntungan yang maksimal dengan keseimbangan antara kegiatan dengan tenaga kerja dengan meminimalkan biaya yang dipergunakan, sehingga bisa memperoleh keuntungan yang diharapkan..
      Tarif jasa pelayanan peti kemas/Container Inventory Control (CIC), adalah salah satu unsur penting dari internal perusahaan yang dikololah oleh divisi pelayanan petikemas, dimana dalam proses penetapan tarif jasa tersebut sangat diperlukan suatu pengkajian yang akurat dan objektif mulai dari waktu atau lamanya penyimpanan barang, sistem pemuatan dan pembongkaran barang, serta biaya masing-masing jenis petikemas, yang kesemuanya ini bertujuan agar nilai jasa terhadap konsumen tetap memuaskan, sehingga kelancaran arus bongkar muat dapat berjalan secara berkelanjutan (Sustainable )mengingat pentingnya usaha pelayanan antar pulau, maka perusahaan PT. XXX (Persero) Cabang Makassar memperdaya tenaga kerja dan modal yang dimilikinya..
      Peruahaan menganut pencatatan yang disertai dengan sistem dan prosedur pengiriman barang bahwa perusahaan tidak akan mengalami suatu celaan terhadap konsumen terhadap barang yang akan dikirim sebab harus sesuai dengan urut-urutan barang terdaftar pada buku pencatatan dengan menggunakan penomoran pada label barang.

      Perusahaan pelayaran bongkar muat antar pulau, karena di Kota Makassar sebagai Kota Angin Mammiri dan juga kota yang paling strategi dari segala penjuru, sehingga sangat cocok bagi pengusaha dalam hal pengangkutan mengadakan transaksi bongkar muat melalui laut antara pulau khususnya di Kota Makassar. 

A.  Pengertian Sistem dan Prosedur
      Sistem dan prosedur yang sesuai dengan kegiatan manajemen maka sistem akuntansi harus menjamin tersedianya data-data yang dibutuhkan oleh para manajemen dalam mengarah kan kejadian perusahaan dan dalam memberikan laporan kepada pemilik, para kreditur dan juga pihak-pihak lain yang berkepentingan, atau dapat menjamin tersedianya data kepada pemakai laporan menurut Moekijat, Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 115). Oleh sebab itu suatu sistem akuntansi yang direncanakan secara tepat harus menetapkan antara lain pengumpulan pencatatan dalam bentuk pelaporan data-data secara efisien, pengukuran dari semua tahap operasi-operasi suatu perusahaan, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta pengecekan dari kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan penggelapan.
      Prosedur dalam suatu sistem biasanya mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi sehingga sulit untuk dipisahkan sendiri-sendiri. Keadaan ini akan berakibat jika salah satu prosedur itu dirubah maka biasanya prosedur lainnya akan terpengaruh sehingga perlu juga untuk  di pertimbangkan. Karena jenis, bentuk dan besarnya perusahaan itu tidak sama, maka sistem akuntansi yang akan disusun untuk suatu perusahaan akan tidak sama dengan perusahaan lain, dalam hal ini perlu diperhatikan sifat-sifat khusus masing-masing perusahaan.
      Sebelum menguraikan sistem dan prosedur lebih lanjut, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian atau  definisi dari pada sistem dan prosedur yang disimpulkan beberapa ahli.
      Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001: 950), menyatakan bahwa sistem adalah perangkat dari unsur-unsur yang secara teratur saling berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat membentuk suatu totalitas.
      Moekijat, dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 157), menyatakan bahwa "sistem  adalah suatu  susunan secara teratur dari pada kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dan prosedur-prosedur yang berhubungan saling melengkapi dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari suatu kegiatan organisasi yang penting.
      Gordon B. Davis, Sistem Informasi Manajemen, (2001 : 67), mengatakan bahwa Sistem dapat abstrak maupun fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur mengenai gagasan atau konsepsi yang saling bergantung. Sebuah sistem fisik terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai sasaran atau maksud.                                                                                                                     
      Selanjutnya, oleh Soegarda Poewodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001  329), menyatakan bahwa sistem adalah suatu keseluruhan rangkaian yang sudah tersusun dari berbagai bagian.
      Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka berarti bahwa sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara  tak  teratur, tetapi terdiri  dari unsur-unsur yang  dapat  dikenal sebagai saling melengkapi karena satu-satunya maksud dan tujuan atau sasaran sudah tertentu. Dalam hubungan ini dapat dilihat dengan keterkaitan dengan satu sama lainnya yang saling melengkapi sistem itu yang berlaku.
      Selanjutnya, syarat-syarat sistem dan prosedur dalam pengertian untuk dapat memberikan pelayanan kepada konsumen yang membutuhkan sebagai berikut :
- M u r a h
- A m a n
- C e p a t
      Mengenai pentingnya prosedur yang sering disebut untuk apa ada lagi prosedur, yaitu sebagai salah satu alat untuk pengawasan, maka apabila seseorang pimpinan perusahaan perlu menyadari akan hal itu hampir dapat dipastikan bahwa salah satu sebab adanya kekeliruan maupun kecurangan-kecurangan akan segera dapat diatasi sehingga segala macam akibat yang akan timbul dan berhubungan dengan kekeliruan, kecurangan, penyelewengan akan dapat dikurangi.
      Prosedur mangandung arti secara keseluruhan ialah yang harus ditempuh mulai dari awal sampai dengan akhir dengan kata lain prosedur dapat menggambarkan tahap-tahap yang akan dilalui dalam pelaksanaan sesuatu tugas. Berikut ini penulis mengemukakan batasan prosedur yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan, Sistem Informasi Manajemen, (1998 : 31) menyatakan bahwa prosedur ialah suatu urut-urutan pekerjaan kerani biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya keperluan yang seragam terhadap transaksi perusahaan yang sering terjadi.
      Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa prosedur itu adalah suatu urutan pekerjaan, suatu rel atau jalur yang harus dilalui untuk mencatat kegiatan suatu perusahaan.

B.  Pengertian Jasa Angkutan Laut

      Jasa angkatan laut dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang berguna dan mempunyai nilai dalam memenuhi kebutuhan bagi yang diberikan jasa pengguna anggkatan laut. Jadi jasa lebih bersifat moral yang diperlihatkan seseorang melalui tindakan perbuatannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  (1999: 213) bahwa :jasa adalah perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai tinggi bagi orang lain, negara dan instansi.
      Pengertian ini lebih diarahkan pada suatu bentuk perbuatan apakah apakah itu perbuatan sikap dan perilaku maupun bentuk kerja yang dihasilkan seseorang tempat ia bekerja dan dirasakan punya nilai dan sangat berguna.
      Pendapat para ahli juga umumnya memberikan pengertian jasa sebagai suatu kegiatan yang bermamfaat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain dengan maksud memenuhi kebutuhan atas pihak yang ditawarkan .
      Hal ini dapat dilihat apa yang dikatakan Philip Kotler, Sistem Perpadua Informasi,  (2001: 198) yang dikutip pendapatnya oleh Heryati Purnomo, bahwa jasa adalah setiap kegiatan atau mamfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu,proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
      Pengertian Philip Kotler Sistem Perpadua Informasi, (2001: 198) mengartikan jasa kedalam ilmu pemasaran, sehingga nampak bahwasanya jasa adalah nilai perbuatan yang dapat disangguppi seseorang kepada orang lain yang membutuhkan jasa tersebut, sehingga jasa dapat berbentuk barang dapat pula tidak. Namun pada prinsipnya tidaklah berwujud, karena unsure kerelaan dan kesediaan yang paling dominan.
      Kemudian oleh William J. Stanton, Analisa Transportasi Laut, (2000: 219) mendefinisikan, bahwa jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi secara tersendiri yang pada hakekatnya tidak teraba (Intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain dan untuk menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin pula tidak diperlukan benda nyata akan tetapi sekalipun penggunaan benda, namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda tersebut.
      Dari definisi jasa yang dikaitkan dengan ilmu pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan, bahwasanya jasa mempunyai ciri ciri, yaitu:   
 1. Tidak teraba atau tidak berwujud. Hal ini disebabkan karena jasa tidak dapat     dilihat diraba,atau dicium dan pihak yang menerima jasa tersebut tidak dapat mengambil suatu sampel sebelum ada transaksi pembelian
 2. Tidak terpisahkan. Jasa disini diartikan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari pribadi penjualan dan jasa tertentu harus digunakan habis pada saat bersamaan.
 3. Cepat hilang. Jasa cepat hilang dan tidak dapat disimpan, karena pasaran jasa berubah ubah menurut musim, menurut hari dalam seminggu atau jam dalam sehari hari.
      Istilah pelayanan sering diikuti dengan kata jasa, karena pelayanan lebih bersifat operasional yang umpan baliknya berupa penghasilan, sedangkan jasanya adalah perbuatan atau kinerjanya dari yang memberikan pelayanan.
     Kata pelayanan sudah mencakup unsure atau orang dan tata cara, sehingga pelayanan sebagai suatu bentuk pekerjaan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang membutuhkan pelayanan,berarti ada pula unsur prestasi atau hasil yang diperlihatkan.
     Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Abdul Rahman, Manajemen Perkantoran Modern,  (2000 : 200)  menyatakan bahwa Pelayanan adalah suatu pekerjaan atau prestasi yang dikorbankan atau dilakukan atau dilakukan untuk memenuhi permintaan kebutuhan-kebutuhan orang lain atau untuk memenuhi permintaan yang ada.
      Pelayanan menurut Abdul Rahaman, Manajemen Perkantoran Modern, (2000: 201) nampak adanya suatu perbuatan aktivitas yang diberikan seseorang kepada orang lain diakibatkan adanya kebutuhan, dimana pemberian aktivitas tersebut mengandung nilai ekonomi sebagai sesuatu yang dikorbankan dengan harapan adanya umpan balik berupa nilai uang sebagai penghasilan.
      Jadi jelas, bahwa pelayanan tergantung pada dua hal,pertama adalah yang memberikan pelayanan, dimana dalam aktivitasnya berupaya menciptakan suatu pekerjaan yang bermamfaat bagi yang membutuhkan nya.Kemudian kedua adalah pihak yang dilayani,dimana dapat merasakan daripada apa yang menjadi kebutuhannya.untuk itu pelayanan mengandung unsur manusia dan tata cara, seperti dalam istilah dalam pelayanan jasa ” Pelayanan adalah perihal atau cara melayani”.                                                    
      Pelayanan yang menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan, maka biasanya yang memberikan penyediaan sarana, misalnya yang dilakukan oleh PT.  Jakarta Lloyd (Persero) Cabang Makassar yang bergerak dibidang jasa, salah satunya adalah jasa pelayanan peti kemas, dimana pengguna jasa diberikan suatu tempat atau wadah Khusus untuk menyelenggarakan kegiatan bongkar muat dengan harapan supaya kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar.   
      Sementara pelayanan dihubungkan dengan penyelenggaraan pemerintah, peleyanan mempunyai beberapa beberapa bentuk yang menurut Muh.Yunus, Administrasi Modern,  (1998: 187) adalah:
    1.   Pelayanan umum (public service)
    2.   Pelayanan mengandung nilai (public utility)
    3. Pelayanan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha. Masyarakat
      Pelayanan umum sifatnya berdasarkan undang –undang atau peraturan
dan mau tidak mau harus dilaksanakan, seperi pelayanan KTP dan sertifikat tanah. Kemudian pelayanan yang mengandung nilai kebersamaan antara masyarakat dengan yang menyediakan pelayanan,seperti pelayanan air minum (air bersih), dimana masyarakat ikut bertanggung jawab didalamnya melalui pembayaran iura.sementara pelayanan menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha masyarakat biasanya pelayanan yang diberikan pemerintah dalam bentuk penyuluhan,sarasehan dan sekaligus memberikan bantuan.

C.  Pengertian Pengiriman Barang
      Pengusaha biasanya mengirim barang baik melalui laut maupun melalui udara untuk mempercepat proses penerimaan barang dalam waktu singkat, sehingga barang dagangan tidak mengalami keterlambatan tiba pada alamat dan tujuan.     
      Pada umumnya semua kegiaatan dalam pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya pengiriman barang, kalau menurut R. Soemita  Adikoesumah, Ke Sekretariatan dan Administrasi Per Kantoran, (2000 : 121), mengemukakan tujuan internal control, sebagai berikut :
1. Membantu manajemen dalam pelaksanaan administrasi pada perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan pengiriman barang untuk menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2.    Memberitahukan dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3.    Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4.    Menentukan sampai sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian. 
      Untuk mencapai tujuan ini, maka pengiriman barang dilakukan pada obyek-obyek yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, terhadap :
1.    Jumlah hasil kerja, yaitu banyaknya (kuantitas) daripada hasil yang telah dicapai dalam suatu proses pelaksanaan kegiatan.
2.    Mutu hasil kerja, yaitu tinjauan dari segi kaulitas dari pada hasil yang telah dicapai.
3. Pegawai, dalam bidang ini sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan kecakapan kerjanya.
4.    Uang yaitu, dimana obyek ini sangat penting artinya dan yang menjadi sasaran kontrol adalah apakah pemakaian uang itu sah dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5.  Barang pembekalan, obyek ini menyangkut pembelian, penggunaan  dan  pemeliharaan  barang-baramnh inventaris,  apakah telah dilakukan dengan baik sesuai dengan  ketentuan atau belum.
6.    Ruang kerja, apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.
7.    Waktu, dari pengiriman barang ini maka yang menjadi sasaran utama adalah apakah waktu yang dipergunakan dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.
8.    Metode kerja, yang tenjadi sasaran dengan obyek ini adalah  apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.
      Pelaksanaan pengiriman barang pada dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang pengiriman barang dapatlah dikemukakan bahwa mekanisme kerja dalam pengiriman barang, yang dilaksanakan perusahaan sebagai berikut :
    1.  Rencana organisasi terkontrol dan terkoordinasi                                                        
    2.  Methode  dan  ketentuan-ketentuan  yang  terkoordinir  untuk  melindungi harta milik perusahaan.
     3.  Personalia.
     4.  Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
      Sehubungan dengan tersebut, maka rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :  
1. Membantu dan mempermudah penelusuran barang bila tidak sampai pada tujuan.
2. Meliputi kontrol dengan pencatatan dan pembukuan dapat diperlukan untuk dapat menggambarkan dengan baik serta teliti harta-harta milik perusahaan, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, laba, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.
     3. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat didalam setiap pencatatan.

D.   Pengertian dan Jenis - Jenis Peti Kemas 
      Peti kemas adalah peti yang terbuat dari logam atau aluminium yang berbentuk segi empat yang secara umum dapat diartikan sebagai gudang kecil berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain sebagai akibat adanya angkutan oleh WJ. Stanton, Analisa Transfortasi Laut, (2000, 201).
      Peti kemas/ Container Inventory Control (CIC)  dapat memuat semua jenis barang produksi industri maupun pertanian dan mempunyai daya tampung muatan yang cukup tinggi volumenya atau sesuai dengan bwsarnya peti emas tersebut, disamping barang bisa tahan lama juga dapat menjamin kerusakan barang (pemilik barang)..
      Peti kemas yang umum di gunakan digunakan dalam pelayaran dar Indonesia mempunyai bermacam macam ukuran yaitu :
1. Ukuran 2,5 x 2,5 x 6,0 meter yang biasa disebut 20 Feet container, yang berkapasitas 15 ton.
2. Ukuran 2,5 x 2,5x 12 meter yang biasa disebut 40 Feet container, yang berkapasitas 25 ton.
      Peti kemas/Container Inventory Control (CIC) secara umum dapat digambarkan sebagai gudang kecil bagian yang digunakan mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan sekaligus merupakan sistem komponen dari pada pengangkutan.
      Sistem pengangkutan Container Inventory Control (CIC) telah berkembang didunia sebagai bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi,sehingga peti kemas tidak lain adalah sebuah wadah atau peti besar yang berukuran tertentu sebagai tempat menyimpan barang yang dimuat oleh kapal.
      Adapun jenis-jenis peti kemas yang umum digunakan untuk perdagangan internasioanal adalah :
1.  Dry Cargo Container
Peti kemas ini mengangkut container cargo (muatan umum), seperti barang berkolontong dan kering yang memerlukan perlakuan khusus.
2.  Hard Top Container
     Jenis ini nama lain dari peti kemas Dry Cargo Container.
3.  Reefer Container
     Digunakan khusus mengangkut barang yang perlu pendinginan atau beku,seperti daging , ikan,udang atau komoditi tertentu.
4.  Soft Top Container
     Container Inventory Control (CIC) terbuka pada bagian atas,dimana muatan dimasukkan dan dikelurakan dan menggunakan tarpal sebagai pelindungnya.jenis barang yang dimuat terdiri dari barang barang berat dan tidak terlalu besar,baik di bungkus maupun dikirim dalam keadaan loose,seperti mesin atau generator pembangkit listrik ukuran kecil
5.  Open Top Side Container
Container Inventory Control (CIC) bagian atas dan sisinya terbuka seperti geladak dengan empat tiang sudut dan empat pengunci pada puncak keempat tiang tersebut.
6.   Flat Rack Container
Jenis container yang hanya terdiri dari landasan saja dan digunakan mengangkut barang berat seperti besar yang dimuat lewat atas.
7.  Open Side Container
      Container Inventory Control (CIC) ini pintunya berada disamping memanjang dari ujung ke ujung,tidak di beri daun pintu melainkan tarpal dan biasanya digunakan untuk mengangkut muatan tertentu yang panjang yang pemuatannya tidak dapat dilakukan dari bagian belakang.
       Analisis laporan keuangan seperti disebutkam untuk mengetahui kondisi   atau keadaan keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai pada suatu saat atau tanggal tertentu. Dengan demikian para analisis di dalam melakukan analisis akan membutuhkan laporan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui perusahaan mengalami peningkatan/ penurunan keuntungan, bahkan dalam beberapa periode sebagai bahan perbandingan.
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan, (2003 ; 35) analisis yang dinyatakan dalam persentase, akan membantu analisis dalam memahami kondisi keuangan serta hubungan keuntungan perusahaan antara biaya dengan penjualan dari suatu perusahaan. Prosentase tersebut dapat dihubungkan dengan total, baik total aktiva/ passiva maupun total penjualan atau terhadap tahun dasar dari periode-periode yang akan dianalisis. Dengan lapoean keuangan dalam persentase para analisis keuangan dapat dengan cepat menegetahui perkembangan daripada posisi keuangan serta hasil-hasil keuangan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan.
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan, (2003 : 35) jika laporan keuangan itu dinyatakan sebagai prosentase dari tahun dasar dari periode-periode yang akan dianalisis, maka laporan keuangan itu disebut index statement, sedangkan bila laporan keuangan tersebut dinyatakan sebagai prosentase dari pada total aktiva/ passiva atau total penjualan, maka laporan keuangan itu disebut common size statement
1. Tehnik Pelaporan
Warsono, Dasar-Dasar Perpajakan,  (2003 : 37) analisis prestasi uatu tehnik analisis keuangan untuk mengetahui keadaan keuangan atau posisi keuangan suatu perusahaan, apakah menunjukkan keadaan naik, turun atau tetap. Jadi analisis indeks, analisis keuangan dapat mengetahui trend yang menunjukan hubungan antara masing-masing pos dalam neraca laporan rugi/ laba dan periode-periode yang di analisis.
 Tehnik dalam analisis ini, adalah masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/ laba yang menjadi tahun dasar di berikan indeks seratus. Kemudian pos-pos dari neraca rugi/ laba untuk periode selebihnya dihubungkan dengan pos yang sama pada neraca dan laporan rugi/ laba yang menjadi tahun dasar, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing pos dalam periode-periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dan pos yang sama pada periode yang menjadi tahun dasar kemudian diali seratus.
 Dengan analisis tingkat prestasi keuntungan  (terjadi) akan saat dilihat kecenderungan dari masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/laba, apakah menunjukkan kecenderungan menurun, meningkat atau tetap, atau dengan kata lain apakah kecenderungan yang ditunjuk oleh masing-masing pos dalam neraca dan laporan rugi/ laba tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan. 
2.    Common Size statament
Soegarda, Azas-Azas Pelayaran Niaga Pelabuhan, (2001 : 23) analisis common size memperhatikan atau menunjukkan sejauhmana pengaruh dari perubahan-perubahan tersebut terhadap totalnya, baik total aktiva/passiva maupun total penjualan. Analisis common size adalah tehnik analisis keuangan untuk mengetahui perubahan dari masing-masing pos dalam neraca terhadap total aktiva/ passiva dan masing-masing pos dan laporan rugi/ laba terhadap total penjualan.
Tehnik dalam analisis ini, adalah total aktiva/ passiva serta total penjualan di berikan indeks seratus, kemudian pos dalam neraca dibagi dengan total aktiva/ passiva dan masing-masing pos dalam laporan rugi/laba dengan total penjualan dikali dengan seratus.
Apabila laporan keuangan disajikan dalam prosentase yaitu masing-masing pos dalam laporam rugi/ laba terhadap total penjualan, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding. Analisis common size untuk meraca akan memperlihatkan investasi pada masing-masing aktiva serta distribusi daripada utang dan modal sendiri, sedangkan laporan rugi/ laba akan memperlihatkan harga pokok, biaya-biaya dan laporan rugi/ laba terhadap total penjualan.    

3.  Laporan Keuangan Utama


Neraca adalah suatu daftar yang memuat secara terperinci semua aktiva, kewajiban perusahaan serta modal pemilik pada waktu tertentu. Jadi neraca merupakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang dapat menunjukkan perusahaan mengalami peningkatan/penurunan keuntungan. Dari neracalah pemilik perusahaan dapat mengetahui beberapa kekayaan perusahaan dan berapa utang usaha yang harus dilunasi. Melalui neraca pulalah kreditor dapat mengetahui kesanggupan perusahaan untuk membayar utangnya. 
Pengertian neraca menurut Weston, Analisa Keuangan, (2002 : 39) neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tretentu.
Aktiva adalah jumlah harta/ kekayaan yang dimiliki perusahaan, sedangkan passiva adalah jumlah kewajiban-kewajiban perusahaan atau sumber yang digunakan untuk memperoleh aktivs tersebut. Setiap catatan dalam neraca menyebutkan macam harta, utang dan modal disebut pos neraca.
Soegarda, Azas-Azas Pelayaran Niaga Pelabuhan, (2001 : 30) dalam prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia, pos-pos neraca hendaknya dikelompokkan sebagai berikut :
Kelompok aktiva terdiri dari :
1.  Aktiva lancar
2.  Aktiva tetap
3.    Aktiva tak berwujud     
Kelompok aktiva terdiri dari :
1.    Kewajiban lancar / jangka pendek
2.   kewajiban jangka panjang
4.    Modal pemilik 

DAFTAR PUSTAKA


Baridwan, Zaki, 1998, Sistem Informasi Manajemen, Edisi Revisi, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.

Kotler, Philip, (2001) Sistem Perpaduan Informasi, Edisi Pertama, Cetakan Kduabelas, Slemba Empat Jakarta,

Moekijat, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Erlangga, Yogyakarta.

Poerwodarminta, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, Balai Pustaka, Jakarta.
Poerdarmnta, 2001, Tata Laksana Kantor (Manajemen Per Kantoran), Mandar Maju, Bandung.
Rahman, Abdul, 2000, Manajemen Per Kantoran Modern, Cetakan ke-1 Binarupa Aksara, Jakarta.

Soemarso, SR, 1998, Sistem Informasi Manajemen Untuk Pengambilan Keputusan, Penerbit Gunung Agung, Jakarta.
Soegarda, P, 2001, Azas – Azas Pelayanan Niaga Pelabuhan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 

Stanton, William, J , 2000, Prinsip Pemasaran, Jilid II, Edisi Kelima, Terjemahan Sadu Sundari, Erlangga, Jakarta.

Soemita, R, 2000, Ke Sekretariatan dan Administrasi Per Kantoran, seri ke-3, Ghalia Indonesia, Jakarta..
Yunus, M, 1998, Administrasi Modern, Cetakan ke-1 , CV. Titik Terang, Jakarta.
Warsono, 2003, Dasar-Dasar Perpajakan, Edisi Ketujuh, Pustaka Jaya, Jakarta. 

Weston, 2002, Analisa Keuangan, Cetakan Kesepuluh, Ghalia Indinesia, Jakarta,