Prosedur Penerimaan Kas
Di dalam suatu perusahaan prosedur penerimaaan uang melibatkan beberapa
bagian transaksi-transaksi penerimaan uang tidak terpusat pada suatu bagian
saja agar dapat memenuhi
prinsip-prinsip internal control.
Diantara bagian-bagian yang terlibat
di dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1) Bagian surat masuk
2) K a s i r
3) Bagian piutang
4) Bagian pemeriksaan interen
Bagian
surat masuk
bertugas menerima semua surat-surat yang diterima perusahaan. Surat yang berisi pelunasan piutang harus
dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap hari bagian surat membuat daftar penerimaan uang harian,
mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara jumlah dalam chek
dengan jumlah dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian surat
masuk.Setelah daftar penerimaan uang harian selesai dikerjakan oleh bagian surat masuk, maka daftar tersebut didistribusi oleh kepala bagian yang
bersangkutan, satu lembar bersama-sama dengan chek diserahkan kepada kasir.
Dari Satu lembar bersama dengan
remitttance advice diserahkan kepada seksi piutang. Jika dalam surat
yang diterima oleh bagian surat
masuk terdapat remittance sesudah
diterima, amplop dari langganan dapat digunakan sebagai remittance sesudah
ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang
berasal dari bahan surat
masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh salesman. Kasir harus membuat surat setoran kebank dan menyetorkan semua
uang yang diterimanya.
Agar penerimaan uang ini dapat
diawasi dengan baik, maka satu lembar
bukti sebagai setoran dari bank langsung dikirm ke bagian akuntansi. Bukti
setoran yang diterima di bagian
akuntansi dicocokkan dengan daftar penerimaan uang yang dibuat oleh bagian surat masuk dan oleh
kasir. Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh kasir dapat
dilakukan dengan dibuatnya bukti kas masuk yang diberi nomor urut yang dicetak
Sumber dan bentuk penerimaan uang
menurut Zaki Baridwan ( 2001; 199), sebagai berikut penerimaan uang/ kas
biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber yang sering terjadi
seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula sumber penerimaan
yang jarang terjadi, seperti penjualan
aktiva tetap.
Selain sumber-sumber tersebut, penerimaan-penerimaan
uang bisa juga berasal dari adanya pinjaman baik dari bank maupun dari pinjaman
wesel . Apabila terjadi setoran model baru, maka ini
juga merupakan sumber penerimaan kas. Formulir-formulir yang digunakan dalam
prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2001; 100) adalah sebagai
berikut
1) Dokumen (bukti) asli
pendukung setiap penerimaan uang yang terdiri dari :
- Pemberitahuan tentang pelunasan dari para
langganan (remittance advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang diberi nomor
urut yang dicetak dan dibuat oleh kasir untuk
penerimaan uang langsung.
- Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman, penagihan oleh bank.
2)
Data harian yang menunjukkan
kumpulan ataukah ringkasan penerimaan kas yang terdiri dari :
- Bukti setoran ke bank
- Daftar penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir) dan daftar
penerimaan kas harian (yang dibuat oleh bagian surat masuk).
- Ringkasan cash register
- Proof tapes
3) Buku jurnal (book of original
entry)
- Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shhet dengan jurnal penerimaan uang.
4) Buku pembantu piutang dan buku
besar"
Uang tunai/ kas adalah
barang yang mudah menjadi sasaran pencurian dan penyelewengan, karena uang itu
mudah dibawa, maka mudah disimpang dan mudah digunakan untuk mengadakan
transaksi. Oleh karena itulah pengawasan yang baik sangat diperlukan, sejak
saat diterimannya sampai dimaksudkan ke
dalam basi peti atau ( brankas ), atau langsung disimpang kebank agar uang
tersebut dapat terhindar dari beberapa bahaya (resiko) yang bisa melanda
perusahaan.
Prosedur Pengeluaran Kas
Untuk bisa menyusun suatu manual atau pedoman
tentang sistem dan prosedur pencatatan
kas, maka terlebih dahulu harus diadakan analisa tentang fungsi daripada
pengeluaran kas tersebut. Sehubungan
dengan hal tersebut, Ruchiyat Kosasi, (1997; 102) mengemukakan, sebagai berikut
:
1)
Pengeluaran kas harus diperinci agar dapat disusun suatu ikhtisar laporan dan
pencatatan, dari kedalam jurnal pengeluaran kas.
2) Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat
berasal dari "voucher register", jurnal pembelian (buku pembelian),
atau dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur jurnal ataukah catatan
harian. Jadi buku jurnal atau pencatatan pengeluaran kas dipakai sebagai kontrol
chek terhadap buku-buku tersebut di atas.
3) Sebagian
besar pos-pos debet sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang dan biaya
tetapi juga bisa berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca serta
rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting ke pos debet. Suatu
sistem efektif mengenai pengeluaran kas hal sangatlah penting sehingga tidak kalah
pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas.
Oleh karena pengurus dan pimpinan suatu
perusahaan harus mengirim surat dan
dapat menjelaskan mengenai
siapa yang berwewenang untuk
menandatangani chek. Semua pembayaran/pengeluaran kas, sebaiknya dilakukan dengan
chek atau nama perusahaan ataukah chek voucher, merupakan suatu formulir yang
dikirim kepada kreditur sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan
cheknya, tembusannya merupakan catatan utang yang menunjukkan suatu persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat
diperoleh secara otonomi.
Oleh karena penandatanganan chek-chek yang
cukup banyak ini yang memerlukan suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka
yang menandatangani chek harus mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang
meragukan atau tidak dimengerti sepenuhnya. Meskipun sistem pengendalian
interen tidak dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi,
tetapi dalam hal ini perlu adanya pedoman dalam pembukuan.
Sistem dan pembukuan dalam pengendalian interen yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut :
1) Sebelum
faktor pembelian disetujui untuk dibayar, harus dilakukan pemeriksaan
perhitungan-perhitungannya dalam faktur dan dokumen-dokumen pendukungnya.
2) Dalam
hal adanya retur pembelian, maka jumlahnya harus dapat ditentukan untuk
mengurangi hutang yang akan dibayar.
3) Semua hutang dibayar dalam periode potongan
sehingga diperoleh potongan pembelian.
4) Jumlah saldo dalam buku pembantu hutang
harus cocok dengan besarnya saldo rekening kontrolnya dan dengan surat
pernyataan piutang dari penjual (kreditur).
5) Semua
pengeluaran uang harus dengan chek kecuali untuk pengeluaran dari kas kecil.
6) Pembentukan
dana kas kecil dengan inpers sistem.
7) Penandatanganan
chek harus dipisahkan dari orang yang memegang buku chek.
8) Petugas yang menandatangani chek dibedakan
dari petugas yang menyetujui pengeluaran kas dan sedapat mungkin keduanya harus
menyarankan uang jaminan.
9) Harus ada pertanggung jawaban dari pemegang
buku chek tentang nomor-nomor chek yang digunakan, serta yang dibatalkan.
10) Tanggung
jawab penerimaan uang harus dipisahkan dari tanggung jawab atas
pengeluaran kas, dimana prinsip ini
tidak berlaku untuk lembaga-lembaga
keuangan seperti bank.
11) Petugas
pengeluaran uang harus
dipisahkan dari petugas yang
mengerjakan pembukuan kas.
12) Rekonsiliasi laporan dilakukan oleh petugas
yang tidak menandatangani chek, atau menyetujui pengeluaran.
13) Persetujuan pengeluaran uang harus didukung
dengan faktur dari penjual yang sudah disetujui serta dokumen-dokumen pendukung
lainnya.
14) Chek
untuk pengisian kas kecil dan gaji pegawai harus dibuat atas nama penerima.
15) Sesudah dibayar, semua dokumen pendukung
harus di cap lunas atau dilubang agar tidak digunakan lagi.
16)
Dilakukan cuti berkala untuk petugas-petugas pengeluaran uang kas.
17) Transfer
uang antara bank harus dengan izin khusus dan dibuat rekening perantara.