Powered By Blogger

Rabu, 05 Oktober 2016

Penetapan Harga Jual Dalam Meningkatkan Volume Penjualan

2.1. Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya 2.1.1. Pengertian Biaya Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh. Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan. Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak. Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya. Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi. 2.1.2. Jenis-Jenis Biaya Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut : "1) Biaya variabel dan biaya tetap 2) Biaya yang dapat dikendalikan". Sedangkan menurut Mulyadi, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain. Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui sebagai berikut : 1) Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang ikut berubah untuk mengikuti volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan. 2.2. Unsur - Unsur Biaya Untuk membicarakan unsur-unsur dlam proses produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan, sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil produksi bisa memperoleh laba. Dalam suatu proses produksi melibatkan suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan. Unsur - unsur biaya tersebut di atas, adalah sebagai berikut : 1) Manufacturing cost, adalah semua biaya yang muncul sejak pembelian bahan-bahan sampai berubah menjadi produk selesai (final product) Manufacturing cost terbagi atas : a) Prime cost (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah tenaga kerja langsung dalam kegiatan pabrik. - Prime cost terdiri dari : - Direct material, yaitu semua bahan baku yang membentuk keseluruhan bahan yang dapat secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja pokok. - Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja yang ikut secara langsung pemberian sumbangan dalam proses produksi. b) Manufacturing expenses, dapat juga disebut factory over head cost atau biaya pabrikasi tidak langsung. Yang termasuk golongan biaya ini adalah - Indirect labour, yaitu tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam Proses produksi, misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. - Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan 2) Commercial expenses, yang meliputi : a. Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi-fungsi penjualan. b. Administration expenses, adalah ongkos-ongkos yang meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan. Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak dibebankan pada bagian produksi atau penjualan dipandang sebagai ongkos administrasi. Sedangkan menurut Charles T. Horngren, ( 1999: 15 ) unsur-unsur biaya dapat diklasifikasikan ke dalam : 1) Kapan waktu berkompromi a. Biaya yang harus dikeluarkan b. Anggaran Biaya 2) Kelakuan dihubungkan dengan adanya fluktuasi dalam aktivitas : a. Biaya variabel b. Biaya tetap c. Biaya lain-lain 3) Resiko dalam pengeluaran biaya : a. Total biaya b. Biaya per unit 4) Fungsi manajemen : a. Biaya pabrik b. Biaya pemasaran c. Biaya administrasi 5) Mudah untuk mengubahnya : a. Biaya langsung b. Biaya tak langsung 6) Perubahan biaya pajak tentang keuntungan : a. Biaya produksi b. Biaya Industri Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang. 2) Variabel cost, adalah biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan tidak akan mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan. 3) Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebnkan pada seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari obyektif. 4) Manufacturing cost, adalah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga kerja).Manufacturing cost terdiri dari direct cost, material cost, direct labour cost dan inderect cost/overhead cost. Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan secara keseluruhan. 5) Direct cost, adalah biaya-biaya yang mudah ditelusuri terhadap suatu obyek tertentu. Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya yang tidak ditelusuri hubunganny dengan obyek tertentu. Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang timbul karena berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost adalah setiap biaya yang dialokasikan berdasarkan waktu. 2.2. Pengertian Penjualan Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak. Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan. Stanton, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran. Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa. Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” (Soemarso, 1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut. Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka. Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi perencanaan 2. Fungsi memberi kontrak ( contractual function ) 3. Fungsi menciptakan permintaan (demand creation) 4. Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation) 5. Fungsi kontraktual (contractual fungtion) Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut : 1. Modal yang diperlukan 2. Kemampuan merencanakan 3. Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat 4. Kemampuan memilih penyalur yang tepat 5. Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat 6. Unsur penunjang Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan yaitu 1. Mencapai tujuan tertentu 2. Mendapatkan laba tertentu 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan. 2.3. Cost Plus Pricing Perusahaan yang berorientasi produksi dan penjualan perlu ditinjau terlebih dahulu apakah kegiatan tersebut dalam jangka panjang atau jangka pendek. Perusahaan yang berproduksi hanya perusahaan musiman, misalnya pabrik payung pada saat hujang. Mulyadi (2000 : 127) menyatakan bahwa kalau jangka panjang, harga jual produk harus dapat memenuhi seluruh biaya. Jika tidak, maka perusahaan tidak mampu mempertahankan hidupnya. Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas, biaya variabel saja, jadi harga dapat diterima dalam jangka pendek (tingkat perputarannya cepat). Sedangkan dalam jangka panjang, seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus dipertimbangkan secara eksplisit agar tujuan jangka panjang dapat tercapai. Perusahaan yang mempunyai tujuan jangka panjang tentu proyeksi terhadap biaya-biaya selama dalam proses produksi telah dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum produksi terlaksana dengan baik. Pendekatan yang lazim mempunyai tujuan jangka panjang, maka untuk menentukan harga jual produk standar adalah menerapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual adalah cosat ditambah dengan mar up sebagai prosentase tertentu dari cost plus. Mar up harus ditentukan sebesar prosentase tertentu dari cost plus, karena mar up harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai pada perusahaan, dengan harapan pemilik perusahaan disesuaikan pada tujuan semula. 2.4. Pengertian Harga Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. Basu Swastha (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas. Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut. Kemudian Nitisemito (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain. Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT.xxx Makassar di Kota Makassar dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan. Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya. Perusahaan PT. xxx Kota Makassar dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya. 2.5. Pengertian Laba Konsep mengenai laba dari hasil penjualan yang telah dikurangi dengan biaya dalam proses produksi, sehingga selisihnya adalah merupakan keuntungan (laba), karena laba itu sebagai hasil yang sudah dikurangi dengan seluruh komponen biaya yang digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, laba tersebut sebagai nilai atau hasil yang diperoleh dari pertukaran ( penjualan ) atas barang dan jasa yang dihasilkan, menurut Zaqki Baridwan (2000 : 215), menyatakan bahwa keuntungan (laba) yang dihasilkan dengan penjualan barang dan jasa jumlahnya dapat diukur dengan pembebanan yang dilakukan terhadap atas pembeli, klien atau penyewa untuk barang-barang atau jasa-jasa yang diserahkan kepada mereka. Dalam pendapatan (laba) juga termasuk penjualan atau penukaran aktiva diluar barang-barang penukaran aktiva diluar barang-barang dagangan, bunga dan deviden atau pembagian laba untuk penanaman-penanaman dan penambahan-penambahan lain daripada kekayaan pemilik dalam usaha yang bersangutan, diluar penambahan dan penyesuaian atau transaksi-transaksi lainnya dalam rangka kegiatan yang merupakan tujuan dari usaha yang bersangkutan disebut dengan istilah laba operasi. Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Laba dapat terjadi setiap saat, dan dapat pula terjadi dalam waktu-waktu tertentu atau secara berkala. 2. Pendapatan diperoleh melalui penjualan barang-barang dagangan atau jasa diserahkan kepada pembeli dan dapat diperoleh karena pertukaran aktiva, sebagai hasil dari penanaman-penanaman atau investasi seperti bunga, deviden dan lain-lain. 3. Laba dalam pembebanannya kepada pembeli atau langganan, harus diukur dengan satuan mata uang tertentu yang telah diperoleh. 4. Pendapatan mempunyai sifat menaikkan atau menambah nilai kekayaan pembeli perusahaan, namun perlu diketahui bahwa tidak semuanya yang menaikkan atau menambah nilai kekayaan pemilik itu, dapat dikatagorikan sebagai pendapatan, seperti halnya dengan penilaian aktiva tetap yang mengakibatkan naiknya atau meningkatnya nilai kekayaan pemilik dengan jalan menimbulkan perkiraan baru yaitu perkiraan penyesuaian modal. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki, 2001, Cost Accounting, Fourth Edfition, Prentice-Hall, Ner York Hartanto, D, 1999, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kedua, Penerbit LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta. Horngren, Charles, T, 1998, Cost Accounting, A. Managerial Emphasis, Fourth Edition, Prentice-Hall, Of India Private Limited, New Delhi. Kartasasmita, Abbas, 1998, Akuntansi Manaemen dan Analisa Biaya, Penerbit Bina Aksara, Jakarta. Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, BPFE, Universditas Gajah Mada, Yogyakarta. Matz dan Usry, 1998, Cost Accounting, Planning and Control, Fifth Edition, South Westeren Publishing, Company, Ohio. Nitisemito, Alex, S, 2000, Dasar-Dasar Penggarana Bagi Eksekutif, Terjemahan dari Budgetying Fundamentals For Financial Executive, oleh Allen Sweeny dan John N, Penerbit Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarata. Sigit, Soehardi, 1997, Metode penelitian Ekonomi, Penerbit Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia 1994, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.

Pencatatan Penilaian Persediaan Barang Dagangan

2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang sangat aktif dalam perusahaan dagang maupun perusahaan industri (perusahaan manufactur). Dalam perusahaan dagang persediaan dimiliki dalam kegiatan pembelian barang tanpa mengadakan perubahan bentuk. Sedangkan untuk bagi perusahaan industri persediaan merupakan salah satu unsur penting diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang siap jual. Pembelian dan penjualan mempunyai akibat langsung terhadap harga penjualan. Untuk menguraikan pengertian persediaan penulis mencoba mengutip beberapa ahli ekonomi oleh Bambang Karyadi (2000 : 122) menyatakan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu dengan maksud dijual kembali baik secara langsung maupun melalui proses produksi dalam sirkulasi operasi normal perusahaan dalam hal ini termasuk pula barang-barang yang masih dalam proses produksi atau menunggu untuk digunakan. Sedangkan Bambang Riyanto (2002: 89) membahas pengertian persediaan, sebagai berikut persediaan adalah barang untuk perusahaan yang diadakan untuk dijual secara langsung sebagai usaha utama perusahaan atau langsung usaha utama perusahaan atau masih diolah dalam proses produksi kemudian dijual sebagai barang dagangan dalam seluruh operasi normal perusahaan. Lebih jauh dikemukakan Nopriyono (1999; 8), menyatakan bahwa istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang-barang yang berwujud yaitu : - Tersedia untuk dijual barang dagangan/barang jadi) - Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudian dijual (barang dalam proses/ pengolahan). - Akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan penolong dalam perusahaan), dalam penjualan maupun yang dititipkan pada orang lain. Menurut Kriso Weygandi (1999; 491) persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. Perusahaan dagang biasanya membeli persediaannya dalam bentuk yang sudah siap untuk dijual. Melaporkan harga pokok yang diterapkan dalam unit-unit tersimpan yang belum dijual sebagai persediaan barang dagangan. Dari keempat pengertian di atas, persediaan merupakan barang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali atau dipergunakan lebih lanjut untuk merubah bentuk dari persediaan barang baku menjadi barang jadi yang akan dijual sebagai barang dagangan dalam seluruh operasi normal perusahaan tertentu. Selanjutnya Munandar (2000; 94) mengemukakan bahwa persediaan industri digolongkan dalam empat bagian yaitu : a. Inventory of direct materials Persediaan barang yang belum dimasukkan dalam proses produksi, tetapi menunggu giliran untuk diolah lebih lanjut. b. Inventory of indirect materials Persediaan bahan pembantu adalah persediaan dari bahan bahan yang secara tidak langsung dikerjakan dalam proses produksi. c. Inventory of work in process Persediaan barang dalam proses pada akhir periode akuntansi masih berupa barang setengah jadi, selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. d. Inventory of finished good Persediaan barang jadi adalah persediaan barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual. Selanjutnya, D. Hartanto (2000 ; 14) menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau dalam perjalanan dan bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produk si atau pemberian jasa. Penjelasan dan standar akuntansi keuangan di atas, memberikan suatu gambaran bahwa persediaan harus digolong kan (dipisahkan) sesuai dengan jenis persediaan tersebut dan disajikan dengan harga perolehan atau harga pokoknya. 2.1.1. Metode Pencatatan Persediaan Titik berat daripada pencatatan adalah pengawasan dan pengamatan persediaan guna menentyukan persediaan secara fisik. Kalau D. Hartanto ( 2000; 92) membadi prosedur pencatatan persediaan di dalam dua metode yaitu metode fisik, metode permanen (perpetual). a. Metode pisik Menurut Zaki Baridwan (2001; 47) mengartikan metode fisik sebagai berikut metode fisik adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu. Pada metode ini dalam pencatatannya tidak ada hubungan antara transaksi pembelian dengan perkiraan persediaan barang, demikian pula penjualan atau pemakai barang dalam proses produksi. Pembelian ............... Rp. XXX Hutang Dagang ............ Rp. XXX Apabila terjadi penjualan baik tentang barang dagangan maupun hasil produksi maka pencatatan di dalam jurnal, sebagai berikut : Piutang dagang ............. Rp. XXX Penjualan ................ Rp. XXX b. Metode permanen (perpetual) Dalam metode ini setiap persediaan dibuktikan dalam rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Sedangkan Zaki Baridwan (2001; 84) metode perpetual adalah metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan baik kualitasnya maupun harga pokoknya. Pengertian di atas, maka perincian dalam buku pembantu diawasi rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Kalau terjadi pembelian barang,maka pencatatannya adalah : Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX Hutang dagang ............... Rp. XXX Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX K a s ...................... Rp. XXX Apabila terjadi penjualan atau pemakaian bahan baku adalah 1. Untuk mencatat transaksi penjualan Piutang dagang ........ Rp. XXX Penjualan ................. Rp. XXX 2. Untuk mencatat pembebanan harga pokok penjualan Harga pokok penjualan ....... Rp. XXX Persediaan barang dagangan ........ Rp. XXX 2.1.2. Metode Penilain persediaan M. Munandar (2000 : 117) menyatakan bahwa metode penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir dihitung harga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara pencatatan harga pokok persediaan akhir, ketiga penilaian adalah : a. Metode harga pokok b. Metode harga pokok atau harga pasar lebih rendah c. Metode harga jual. d. Metode harga pokok Metode harga pokok persediaan memakai metode, sebagai berikut : a. Metode fifo (first in first out) b. Metode lifo (last in first out) c. Harga rata-rata (average) d. Metode identifikasi khusus ad a. Metode fifo (first in first out) Metode penerapan harga pokok persediaan di mana dianggap bahwa barang-barang yang paling terdahulu dibeli merupakan barang yang akan dijual pertama kali dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir. ad b. Metode lifo (last in first out) Metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa barang-barang yang paling berakhir dibeli akan merupakan barang yang dapat dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang terdahulu. ad c. Harga rata-rata (average) Metode ini, penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga pokok, rata-rata dari barang yang tersedia untuk dijual akan dipergunakan untuk melalui harga pokok barang yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan. ad d. Metode identifikasi khusus Metode penetapan harga pokok untuk barang-barang yang dijual dan guna yang masih terdapat dalam persediaan yang didasarkan atas barang-barang yang bersangkutan. Soemarso S.R (1998; 411) menyatakan bahwa persediaan barang datang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. b. Metode harga pokok atau harga pasar yang rendah Penilaian harga pasar yang dilakukan sebagai alat ganti untuk memproduksi barang suatu saat tertentu dengan tujuan untuk menentukan nilai yang sebenarnya dalam laporan keuangan dengan ketentuan bahwa : - Harga pasar tidak boleh rendag dari pada nilai bersih yang dapat direalisasikan. - Harga pasar tidak boleh rendah dari pada nilai bersih yang dapat direalisasikan sesudah dikurangi dengan laba yang rendah. c. Metode harga jual Metode harga jual yang merupakan penyimpangan dari prinsip harga pokok untuk penilaian persediaan yang dengan mencantumkan persediaan dengan harga jual laba bersihnya. 2.2. Pengendalian Intern Atas Persediaan Pengendalian pada prinsipnya dapat memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi aktivitas sehari-hari, maka pengendalian menurut Sondang. S.Giagian (1999: 16) draft manajemen yang didefinisikan bahwa, pengendalian adalah proses atau usaha yang sistimatis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan pengendalian sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, kegiatan pengendalian ini dapat dilihat apakah tujuan kegiatan telah direncanakan dapat dicapai dalam pelaksanaan secara riil. Dilihat dari tahapan perencanaan dan pengendalian merupakan unsur-unsur yang dominan dalam manajemen 20 % dari seluruh kegiatan yang dapat dilaksanakan unsur fungsi pelaksanaan dalam pengendalian yang merupakan bagian terbesar dalam manajemen. Kegiatan pengendalian mencukupi perencanaan, pengawasan, monitoring, evaluasi dan koreksi. Perencanaan dan pengendalian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam pelaksanaan yang memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan sangat tergantung pada sistem pengendalian yang efektif dan sistem informasi yang digunakan. Agar dapat melaksanakan pengendalian yang efektif, maka seorang pimpinan atau pelaksanan tugas memerlukan informasi, sebagai berikut : a. Biaya yang digunakan apakah sesuai dengan hasil dari bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya) di mana dimana hal terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang dikerjakan. b. Merupakan biaya yang akan datang sesuai dengan rencana atau melebihi rencana. Tanggung jawab pengendalian tidak hanya pada manajer saja tetapi merupakan tanggungjawab semua orang yang terlihat pada aktivitas tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik dan tepat waktu. c. Menurut Suprityono, dalam pengertian yang sama, namun diungkapkan dengan sederhana. Pengendalian adalah proses untuk memberikan kembali menilai dan selalu memonitor laporan-laporan aapakah pelak sanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah yang sudah ditentukan. Nupriyoni (1999: 5) berpendapat bahwa pengendalian bertumpu pada konsep umpan balik, yang secara kontinyu mengharuskan adanya pengukuran pelaksanaan dan pengambilan tindakan koreksi yang ditujulkan untuk menjamin pencapaian tujuan-tujuan. Untuk proses pengendalian ini, maka yakni manajemen sedapat mungkin mendapatkan informasi yang tepat dan up to date, agar para manajer dapat segera mengadakan tindakan-tindakan pengendalian sebelum sesuatu penyimpangan serius. Karena pengendalian yang teratur akan menghasilkan suatu pencapaian yang efektif. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pengendalian menurut Glenn A. Welch (2000: 9), sebagai berikut : 1. Measurement of performance against predetermined objective, plans and standard. 2. Communication (reporting) of the result of the measurement process to the approriate individu and groups. 3. An analysis of the deviations from the objective plans policies and standard in order to determinc the under line causes. Jadi menurut pengertian di atas, bahwa dalam suatu proses pengendalian mencakup pengukuran pelaksanaan dengan rencana yang telah dibuat dan pelaporan hasil pengukuran kepada manajer yang bersangkutan. Untuk mengukur dalam pelaksanaan dilakukan dengan cara analisis varians, untuk menentukan sebab-sebabnya, sehingga dapat dilakukan pemilihan alternatif yang terbaik untuk menentukan rencana yang akan datang. Agar lebih efektif proses pengendalian ini harus pada titik atau pada waktu mulai dilakukan kegiatan, artinya seorang manajer yang bertanggungjawab akan tindakan tertentu sebelumnya harus mengusahakan suatu bentuk pengendalian. Untuk itu tujuan-tujuan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan standar-standar yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada manajer dan dipahami sepenuhnya oleh manajer tersebut terlebih dahulu untuk kemudian dilaksanakan pelaksanaan itu harus tetao dimonitor apakah sesuai dengan rencana semula. 2.2.1. Pengendalian Akuntansi Pengendalian akuntansi meliputi struktur organisasi dan semua ukuran serta metode yang dikoordinasikan dan di terapkan dalam suatu organisasi untuk menjaga kekayaan dan harta milik perusahaan serta mengecek ketelitian serta dapat dipercaya data akuntansi (Zaki Baridwan, 2001 : 25).. 2.2.2. Pengendalian Administratif Untuk mengetahui arti internal control dalam arti sempit menurut Alepa diterjemahkan oleh Bambang Karyadi (2000; 115) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi dan dianut oleh perusahaan untuk melin dungi harta kekayaan, ketelitian, serta berapa jauh data akuntansi dapat dipercaya untuk mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah diterapkan. Persediaan dalam perusahaan merupakan aktiva yang penting sehingga sistem internal control terhadap persedia an, fungsi internal control atas persediaan ada tiga yaitu : 1. Internal control terhadap fisik persediaan Pentingnya internal control atas fisik persediaan karena persediaan mudah dipindah tempatkan dari kerawanan lainnya. 2. Internal control terhadap pencatatn persediaan Pengendalian timbul karena adanya jumlah persediaan dalam kartu persediaan yang diambil dan laporan barang sebagai penambahan dan bukti serta pemakaian sebagian pengurangan persediaan. 3. Internal control atas jumlah persediaan Setelah masuk dalam proses pemasangan produksi perluasan atau organisasi seharusnya menyusun suatu budget produksi untuk pengolahan bahan berdasarkan desain. 2.3. Pos-Pos Yang Dimaksudkan Dalam Persediaan Pos-pos dalam persediaan menurut Jay M Smith K. Fred Skousen (1998: 327), sebagai berikut persediaan barang dagang yaitu pada umurnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagangan baik perusahaan dagang eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali. Kelompok-kelompok persediaan, yaitu : - Bahan baku - Barang dalam proses Pos-pos yang dimaksudkan dalam persediaan, yaitu : 1. Barang dalam perjalanan Jika syarat penjualan adalah prangko gudang penjual (Free On Board), shipping point hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dianut ke alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan, maka penerangan aturan hukum atau pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam pembukuan penjual. Jika syarat penjualannya prangko gudang pembeli FOB (Free On Board) destinastion, maka penerapan aturan huklum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli. 2. Barang konsinyasi Barang konsinyasi selayaknya dilaporkan sebesar biaya (harga pokoknya dan biaya penanganan serta biaya pengangkutan yang terjadi dalam pentransferannya kepada konsinyasinya. 3. Penjualan bersyarat cicilan (conditional and installment sales Kontak penjualan bersyarat dan penjualan cicilan dapat mempersyaratkan penahanan hak oleh penjual sampai harga jual dilayar seluruhnya. 2.3.1. Penetapan Biaya (Harga Pokok) Persediaan Barang-barang yang dimasukkan sebagai perusahaan di identifikasikan sebagai akuntan harus menetapkan nilai Dollar/ rupiah atas unit fisiknya oleh Roger G. Schroeder (1998: 34). Unsur - unsur yang membentuk (harga pokok), untuk mencapai suatu pertimbangan bagaimana menetapkan porsi biaya historis yang ditahan sebagai jumlah persediaan yang dilaporkan di neraca dan jumlah yang dibebankan atas pendapatan periode berjalan. 2.3.2.Perbandingan Berbagai Metode Alokasi Biaya Persediaan D. Hartanto, (2001 : 12), dengan menggunaka metode First in First Out (FIFO), persediaan dilaporkan pada neraca kira-kira sebesar harga pokok saat itu. Dengan Last-In First-Out (LIFO), persediaan yang tidak banyak berubah kuantitasnya dengan jumlah yang kira-kira tetap seperti dulu yang dikaitkan dengan pembelian. Penggunaan metode rata-rata pada umumnya menghasilkan nilai persediaan yang sangat paralel dengan nilai First In First Out, karena pembelian selama suatu periode biasanya Last ini First Out, karena pembelian selama suatu periode biasa nya beberapa kali lebih banyak dari persediaan awal dan dengan demikian biaya rata-rata amat dipengaruhi oleh biaya periode berjalan. 2.3.3. Metode Persediaan Eceran (Retail inventory method) Metode ini dipakai secara luas perusahaan yang menjual secara eceran terutama toko serba ada (to serba) guna memperoleh estimasi yang handal posisi persediaan setiap kali hal itu diinginkan oleh Farid Jahidin (1998 :17). Persentase harga pokok dihitung dengan membagi barang yang tersedia untuk dijual menurut harga eceran. Prosentase harga dikalikan dengan persediaan akhir menurut harga eceran. 1. Keunggulan penggunaan metode persediaan eceran sebagai berikut : a. Estimasi, persediaan intern dapat diperoleh tanpa harus melakukan perhitungan fisik. b. Jika perhitungan fisik benar dilakukan untuk tujuan penyajian laporan keuangan periodik, dapat dilakukan dengan menggunakan harga eceran kemudian konversinya ke dalam harga pokok tampa perlu mengacu kepada pokok dan faktor masing-masing sehingga menghemat waktu dan biaya. c. Barang yang dihilsng pada saat orang berbelanja di hitung dan dipantau. Karena hasil perhitungan fisik persediaan harus sama dengan persediaan menurut harga eceran yang dihitung, maka segala perbedaan yang tidak dapat mengakibatkan pencatat di dalam pembukuan perusahaan. 2. Mark Up dan Mark Down (eceran yang lazim) a. Harga eceran semula harga jual semula, yang mencakup permulaan di atas biaya (harga pokok) yang disebut "mark-on" atau "mark up" permulaan. b. Mark up tambahan yang menaikkan harga jual di atas, harga eceran semula. c. Pembatalan mark up pengurangan mark up yang tidak menurunkan harga jual sampai dibawah harga eceran semula. d. Mark up bersih dan mark up dapat tambahan dikurangi pembatalan mark up. e. Mark down penurunan harga dibawah harga eceran semula f. Pembatalan mark down pengurangan mark down yang tidak menaikkan harga jual di atas harga eceran semula. by. Bambang Riyanto (2002: 89), Bambang Karyadi (2000 : 122), Nopriyono (1999; 8), Kriso Weygandi (1999; 491), Munandar (2000; 94), dkk

Signifikansi Antara Seleksi Tenaga Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

4.1. Pengertian Manajemen Personalia Dengan adanya kebutuhan terhadap sumber daya manusia ini maka Manajemen Personalia mempunyai tugas untuk mempelajari dan mengembangkan cara berbagai cara untuk mengitegrasikan secara efektif kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manajemen Personalia membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam suatu posisi lain tampa kehilangan perspektif, kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan reaksi manusia. Kalau menurut Ranupandojo, (1999: 15), dikatakan bahwa personalia dapat berdiri di tengah-tengah 3 (tiga) kekuatan utama, yakni : 1. Perusahaan, yang berkeinginan untuk disediakan tenaga kerja yang mampu dan dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Karyawan dan organisasi, yang menginginkan agar kebutuh an fisik dan psikologi mereka terpenuhi, dan 3. Masyarakat umum, yaitu lewat lembaga-lembaga perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab yang luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari perlakuan diskriminasi. Agar pembahasan ini lebih terarah, baiklah kita akan lihat beberapa defenisi, seperti yang dikemukakan oleh Manullang (1999: 14), menyatakan bahwa Manajemen Personali adalah seni atau ilmu memperoleh,memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para pekerja. Selanjutnya Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, (1998: 5) bahwa, manajemen personalia adalah perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dijelaskan manajemen personalia adalah suatu seni dan ilmu ketrampilan untuk mengatur perencanaan tenaga kerja pengorganisasian tenaga kerja pengendalian dan pengawasan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan adanya fungsi-fungsi manajerial yang dikemukakan Heidjarachman Ranupandojo dan Suad Husnan (1995: 5) sebagai berikut : 1. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pengarahan d. Pengawasan 2. Fungsi-fungsi operasional, yaitu : a. Pengadaan b. Pengembangan c. Pemberian kompensasi d. Pengintegrasian e. Pemeliharaan Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Edwin B. Flippo ( 1996: 127 ), bahwa Personnel Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,penginteg rasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu untuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Management Personalia terdiri atas 2 (dua) kelompok fungsi, yakni fungsi managerial dan fungsi operatif. Fungsi managerial disini adalah merupakan fungsi dasar dari pada manajer, yakni bagaimana merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi para tenaga kerja tersebut sehingga mereka dapat menjalankan tugas secara lebih baik. Sedangkan fungsi operatif, dapat terbagi atas yakni : pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegra sian dan pemeliharaan tenaga kerja. Ini dimaksudkan bahwa dengan adanya fungsi operatif ini maka seorang manajer dapat melaksanakan cara-cara pengadaan, kemudian bagaimana mengembangkan tenaga kerja tersebut, pengaturan pemberian kompensasi, mengintegrasikan keinginan karyawan dengan tujuan perusahaan serta bagaimana tenaga kerja tersebut. Dalam Manajemen Personalia ada beberapa bidang yang relevannya paling langsung terhadap masalah peningkatan produktivitas, yaitu seleksi, pengembangan tenaga kerja, kompensasi, motivasi, dan biasanya mendapat tunjangan apabila karyawan memang cara kerjanya dianggap orang memang menunjukkan jati diri, beberapa faktor lain yang mempunyai hubungan dengan masalah produktivitas, seperti pendidikan dan pendidikan. Oleh sebab itu, telah diuraikan mengenai manajemen personalia berikut ini akan kami uraikan tentang masalah yang di atas, namun sebelumnya akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep pengembangan sumber daya manusia di bawa ini. 4.2. Pengertian Seleksi Tujuan diadakannya seleksi adalah untuk memperoleh tenaga kerja yang memenuhi persyaratan. Juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk memangku jabatan yang sesuai. Agar biaya didalam melaksanakan seleksi dapat ditekan serendah-rendahnya, maka diperlukan cara seleksi yang paling efektif yakni dengan mempelajari cara seleksi yang terbaik yang sudah umum dipergunakan oleh badan-badan usaha lain. Pemilihan tenaga kerja merupaka manajemen pemerolehan harta, sehingga memerlukan pertimbangan yang strategis yang sesuai Membicarakan masalah seleksi, kita perlu memahami sedikit pengertian dari seleksi. Menurut Alex S. Nitisemito (1990: 63) dalam bukunya Manajemen Personalia, Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan/ instansi untuk dapat menetapkan/memilih karyawan pegawai yang paling tepat pula dari calon-calon yang dapat ditariknya. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa dalam proses seleksi kita dapat menetapkan jumlah karyawan yang sesuai dengan keinginan (kebutuhan) perusahaan, dan juga dapat memperoleh karyawan yang tepat untuk menempati posisi yang tepat diantara para pelamar yang tersedia dan juga biasa ada calon karyawan yang telah mempunyai keterampilan khusus. 4.3. Proses Seleksi Pemilihan tenaga kerja biasanya merupakan pemilihan terhadap tenaga-tenaga yang fisik dan psychis memenuhi syarat yang dibutuhkan bagi pelaksanaan suatu tugas. Disamping penyaringan psychologis juga dilakukan secara administratif seperti penyaringan mengenai pendidikan, kesehatan, kelakuan dan lain-lain sebagainya. Prosedur yang lasim dipergunakan adalah : 1. Wawancara pendahuluan 2. Pengisian formulir 3. Memeriksa referensi 4. Test psikologi 5. Wawancara 6. Persetujuan atasan langsung 7. Pemeriksaan kesehatan 8. Penempatan/induksi. 4.4. Pengertian Tenaga Kerja dan Karyawan Di Indonesia pengertian tenaga kerja mulai sering digunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir seperti pekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Kehidupan masyarakat pada umumnya demi pembangunan Sisdjiatmo, K (1999: 194) mengatakan bahwa tenaga kerja (manpower) adalah sejumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas. Benggolo AMT, (1997: 73) menyatakan bahwa tenaga mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, dan yang melakukan kegiatan yang yang lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara praktis pengertian tenaga kerja dibedakan menurut batas umur, seperti dikemukakan oleh Payaman J. Simanjuntak (2000: 194) yaitu, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 samapai 60 tahun sedangkan yang berumur dibawah 14 tahun atau batas 60 tahun digolongkan bukan tenaga kerja. Di Indonesia dipilih batas umur minimun 10 tahun tanpa batas umur maksimun. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimun adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk terutama didesa yang sudah atau mencari pekerjaan khususnya dibidang pertanian, Misalnya dalam tahun 1971, diantara penduduk kota dalam batas umur 14 tahun terdapat 7,1 % yang tergolong bekerja (terlibat dan langsung dalam bekerja) atau mencari pekerjaan, sedang diantara penduduk desa terdapat 18 %. Dengan kata lain sekitar 18% penduduk kota dan Desa dalam kelompok umur 10 - 14 tahun ternyata telah bekerja atau mencari pekerjaan. Dalam tahun 1980 jumlah ini menjadi 11%. Bertambahnya kegiatan pendidikan seperti adanya program pemerintah wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka jumlah penduduk dalam usia sekolah melanjutkan kegiatan ekonomi akan berkurang. Dengan demikian sampai dengan umur 17 tahun akan berada disekolah, sehingga jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut menjadi sangat kecil (batas umur minimun) lebih tepat dikatakan menjadi 18 tahun. Tenaga kerja yang sudah memiliki masa pensiun biasanya masih tetap bekerja atau sebagian besar tenaga kerja dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga itu mereka tetap digolongkan sebagai personalia yang mencakup buruh karyawan/pegawai. Ketiga, istilah adalah sama,sebab semuanya tenaga kerja. Hanya saja pengertian umum dimasyarakat, buruh dan karyawan ialah tenaga kerja dalam perusahaan swasta, sedang kan yang dimaksudkan tenaga kerja sebagai pegawai negeri. 4.5. Metode Pelaksanaan Seleksi Metode pelaksanaan seleksi disini biasanya disertai dengan panitia pelaksana penerimaan karyawan agar segala sesuatunya ada yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap rekruitmen karyawan yang menempati pos-pos yang telah disiapkan sesuai dengan keahlian masing-masing karyawan. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja memang siap ditempatkan dimana ada lowong kegiatan, oleh sebab itu perlunya pelatihan dan pendidikan akan menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan karyawan dapat mempunyai dampak langsung terhadap produktivitas. Dalam kegiatan pengembangan ini dapat mengakibatkan pertumbuhan produktivitas yang terus menerus. Latihan-latihan yang diberikan kepada karyawan merupakan dorongan bagi karyawan tersebut untuk bekerja lebih keras. Ini disebabkan karena karyawan yang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, akan berusaha mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Manajer-manajer yang baik menyadari bahwa dalam pelaksanaan seleksi penerimaan karyawan betul-betul adil pelaksanaanya, tidak karena keluarga dan anggota keluarga sehingga harus diterima, sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan mempunyai keterampilan khusus bagi yang akan diterima. Kalau perlu seleksi diadakan karena memang diyakini bahwa calon karyawan itu mempunyai mental yang bisa meningkatkan etos kerja pada perusahaan. Biasanya metode pelaksanaan seksi berdasarkan hasil tes yang telah lulus seleksi akan diadakan pelatihan yang tidak diketahui apa yang akan dicapai akan tidak efektif dan tidak ada gunanya. Oleh sebab itu tujuan setiap latihan harus dijelaskan dengan baik,sebab tujuan latihan merupakan pedoman dalam penyusunan program pendidikan dalam pelaksanaan dan pengawasan. Jadi tujuan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil yang telah ditetapkan. Sikap para karyawan terhadap pelaksanaan tugas, juga perlu diperhatikan sebab juga pengembangan sikap harus diusahakan dalam pengembangan karyawan. Di atas kami menyinggung tujuan seleksi bagi para karyawan secara umum. Sedangkan tujuan seleksi khususnya bagi karyawan operasional, adalah : 1. Untuk mempercai diri sendiri 2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki 3. Dapat menjadi menjamin tingkat kredibilitas diri 4. Mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman 5. Meningkatkan kestabilan dan keluwesan organisasi perusahaan. Prinsip-prinsip seleksi sebagai pedoman dalam merubah pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat digunakan dalam beberapa prinsip untuk melaksanakan sesuatu kegiatan yang dibebankan dengan tugas tersebut, yakni : - Motivasi - Laporan kemajuan - Reinforcement - Praktek - Perbedaan individual Agar pelaksanaan proses seleksi dapat terlaksana seperti diharapkan, maka latihan tersebut harus dapat di mengerti oleh para peserta. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama antara pelatih dan yang dilatih. Melatih pada seseorang bukan pekerjaan yang mudah, walaupun ia seorang ahli belum tentu dapat menjadi seorang pelatih yang baik. Untuk menjadi seorang pelatih yang bijak dan baik perlu mengetahui bagaimana melatih seseorang, yakni : 1. Persiapan dari pelatih 2. Persiapan dari karyawan yang dilatih 3. Memperagakan latihan 4. meminta karyawan untuk memperaktekkan latihan 5. Mengamati karyawan yang sebenarnya setelah selesai dilatih. Untuk mengetahui apakah prosedur program seleksi yang dilaksanakan sudah baik atau tidak, maka diperlukan adanya penilaian terhadap sistem yang dilaksanakan oleh panitia tersebut. Faktor yang dapat dinilai dalam latihan ini adalah tingkat produksinya, dimana perlu diperoleh gambaran dalam produktivitas sebelum dan sesudah latihan, kemudian dilakukan penilaian apakah memang benar terjadi peningkatan produktivitas. 4.6. Pengertian Produktivitas Diketahui bahwa di dalam suatu negara atau lembaga usaha pada tingkat produktivitas semakin mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini disebabkan karena produktivitas ikut menentukan pembentukan angka indeks pertumbuhan nasional. Peningkatan produktivitas secara keseluruhan akan menunjukkan potensi pengadaan barang dan jasa dalam jumlah lebih besar untuk setiap pekerja, sehingga lebih besar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Tingkat produktivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendidikan dan keterampilan, motivasi, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, tehnolo gi, manajemen dan lain-lain. Upaya memperoleh peningkatan produktivitas maka tingkat pendidikan mempunyai peranan sangat penting, sebab sekin tinggi tingkat pendidikan dan keterampilan seseorang akan sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas. Di Indonesia tingkat produktivitas masih sangat rendah hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dari angkatan kerja yang ada belum memadai. Motivasi Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan memberikan motivasi (dorongan).Motivasi adalah merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Pemberian motivasi dan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yakni : nilai yang diharapkan dan kekuatan untuk mendapatkan nilai tersebut. Tingkat Penghasilan Peningkatan produktivitas dapat pula dilaksanakan dengan cara memberikan intensif yakni sesuai dengan peraturan pemerintah yang ditujukan kepada pegawai yang berprestasi atau diberikan suatu tugas kepada, sehingga hasil yang dicapai dapat memuaskan. Ada beberapa sifat dasar yang perlu diperhatikan agar sistem upah insentif tersebut dapat berhasil, menurut Heidjrachman Ranupandojo, (1997: 216) yakni : a. Hendaknya pembayaran dilaksanakan sederhana agar dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri. b. Penghailan yang diterima tersebut hendaknya langsung menaikkan output dan efisiensi. c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin. d. Standar kerja hendaknya dilaksanakan secara hati-hati, jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. e. Besarnya upah normal dengan standar kerja pertama, hendaknya cukup merangsang karyawan untuk bekerja lebih giat. Lingkungan dan iklim kerja Perbaikan pada lingkungan kerja tidak selalu dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada karyawan untuk dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini karena adanya dua keadaan yang harus diperhatikan sehingga keadaan lingkungan dapat meningkatkan prestasi kerja. Hasil kerja dapat sangat memuaskan dalam suatu keadaan yang buruk, bila hasrat karyawan untuk bekerja amat kuat. sebaliknya dalam keadaan yang sangat baik akan menghasilkan sesuatu yang sangat mengecewakan bila karyawan tidak bergairah untuk berprestasi. Teknologi Peningkatan perkembangan teknologi, setiap badan usaha dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya, dimana hal ini dilakukan dengan melatih kembali mereka yang ingin lebih maju. Pembinaan seperti ini akan menjamin perubahan-perubahan karyawan untuk kemajuan usaha. Meskipun perkembangan tehnologi dapat membantu dalam meningkatkan prodktivitas, namun perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya teknologi maka kebutuhan akan tenaga kerja semakin berkurang, sehingga akan merupakan masalah yang besar, sebab akan menimbulkan pengangguran, walaupun dengan meningkatnya teknologi, perkembangan pengembangan usaha dapat dilakukan. Terlihat saat ini teknologi sangat membantu peningkatan produktivitas. Manajemen Peranan manajemen didalam meningkatkan produktivitas cukup besar. Hal ini dapat dilaksanakan apabila seseorang pimpinan menghargai prestasi, bukan hanya prestasi yang dapat dihitung, tetapi juga prestasi dalam kerja sama dan kerja keras. Juga dalam hal ini, seorang pimpinan dapat bekerja sama dengan karyawan dan dapat memberikan bimbingan kepada bawahannya. Upaya memperjelas pengertian produktivitas maka yang dimaksudkan dengan produktivitas tenaga kerja secara spesifik menurut Bambang Kusriyanto (1998: 2), sebagai berikut Perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. 4.7. Recruitment (Penarikan Tenaga Kerja) Beberapa macam sumber tenaga kerja pada perusahaan Aston Hotel Internasional & Resort Makassar dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja untuk dimanfaatkan dalam melakukan usaha. Sumber tenaga kerja itu pada umumnya dapat diperoleh dari berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan masyarakat menuju masyarakat sejahtera. Lebih jelasnya sebelum kita membicarakan lebih jauh mengenai sumber-sumber tenaga kerja. Hal penarikan tenaga kerja banyak perusahaan yang mempunyai kebijaksanaan dalam memperoleh tenaga untuk jabatan yang perlu diisi dengan memberikan kesempatan kepada karyawan yang sudah ada. Upaya memilih, menarik serta memperoleh tenaga kerja yang berkwalitas dalam perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor antara lain : - Faktor kesehatan - Seleksi administrasi - Ujian tertulis - Latihan jabatan - Mobilitas manajer. - Faktor Sosial. Disamping dari disimplin ilmu yang ada, maka tenaga kerja dapat pula ditarik dari berbagai disiplin ilmu yang sifatnya sudah terampil, seperti tenaga gas industri, karena tenaga ini sangat dibutukan, untuk turun di lapangan untuk untuk memberikan suatu penyuluhan di tengah-tengah masyara- kat masyarakat yang disesuaikan dengan keterampilan dari masing-masing tenaga penyuluh yang akan digunakan tenaga kerjanya. 2.5.1. Beberapa Metode Recruitment Pengisian lowongan jabatan dalam suatu perusahaan, maka dapat dilakukan dengan penarikan secara aktif, karena tidak langsung ada pelamar-pelamar untuk mengisi jabatan itu. Upaya penarikan tenaga kerja dapat ditempuh dengan menggunakan cara : a. iklan/advertensi b. kantor penempatan tenaga kerja c. rekomendasi dari karyawan yang sedang bekerja d. lembaga pendidikan e. lamaran yang masuk secara kebetulan f. nepotisme g. leasing h. serikat buruh. 2.5.2. Proses Penarikan Tenaga kerja Pembuatan membuat prosedur penarikan dan penilaian harus dipenuhi tiga kebutuhan, yakni : pertama, harus ada wewenang untuk memperoleh tenaga kerja yang berasal dari kebutuhan dengan cara analisa beban kerja. Kedua, harus mempunyai standar personalia sebagai pembanding. Ketiga diperoleh dari analisa jabatan yang membentuk spesipikasi jabatan. 2.6. Seleksi Tenaga Kerja Tujuan diadakannya seleksi adalah untuk memperoleh tenaga kerja yang memenuhi persyaratan. Juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk memangku jabatan yang sesuai. Agar biaya didalam melaksanakan seleksi dapat ditekan serendah-rendahnya, maka diperlukan cara seleksi yang paling efektif yakni dengan mempelajari cara seleksi yang terbaik yang sudah umum dipergunakan oleh badan-badan usaha lain. Pemilihan tenaga kerja merupaka manajemen pemerolehan harta, sehingga memerlukan pertimbangan yang strategis yang sesuai. by. Ranupandojo, (1999: 15), Manullang (1999: 14), Suad Husnan, (1998: 5),Edwin B. Flippo ( 1996: 127 ), Sisdjiatmo, K (1999: 194) dll

Analisis Maksimisasi Laba Industri

Pengertian Biaya Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil lebih besar dari pada biaya dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui setiap untuk yang merupakan komponen biaya perusahaan.Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat di peroleh. Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, (2000: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan. Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1993: 26) dikatakan bahwa Biaya ( cost ) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan dengan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh. Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena itu semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya. Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto, (1999: 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), adalah sejumlah biaya-biaya yang dianggap akan dapat memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis pengeluaran termasuk biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi. Dalam pengertian biaya yang dikemukakan oleh Hartanto yang telah memisahkan tentang pengertian yang akan datang dan tercantum dalam neraca. Sedangkan expenses atau ongkos biaya yang menghasilkan prestasi dan tidak memberikan manfaat diwaktu yang akan datang. Sedangkan biaya yang dimaksudkan pada masa yang akan datang, nantinya akan diperhitungankan pada saat sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam proses produksi. Klasifikasi Biaya Dalam suatu proses produksi melibatkan unsur-unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan. Sehubungan dengan unsur-unsur biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1999: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut : "1) Biaya variabel dan biaya tetap 2) Biaya yang dapat dikendalikan". Sedangkan Mulyadi ( 2001: 57 ), menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai biaya variabel adalah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain. Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui sebagai berikut : 1) Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang ikut berubah untuk mengikuti volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk diketahui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan perencanaan dan pengawasan. Klasifikasi biaya yang baik ini, oleh Adoloph Mazt (1999: 97), sebagai berikut : 1) Manufacturing cost, adalah semua biaya yang muncul sejak pembelian bahan-bahan sampai berubah menjadi produk selesai (final product). Manufacturing cost terbagi atas a) Prime cost (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah tenaga kerja langsung dalam kegiatan pabrik. - Prime cost terdiri dari : - Direct material, yaitu semua bahan baku yang membentuk keseluruhan bahan yang dapat secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja pokok - Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja yang ikut secara langsung pemberian sumbangan dalam proses produksi. b) Manufacturing expenses, dapat juga disebut factory over head cost atau atau biaya pabrikkasi tidak langsung. Yang termasuk golongan biaya ini adalah : - Indirect labour, yaitu tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi, misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagainya. - Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti biaya atas penggunaan tanah,pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan 2) Commercial expenses, yang meliputi : a. Selling expenses, semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi-fungsi penjualan. b. Administration expenses, adalah ongkos-ongkos yang meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan.Biasanya semua ongkos-ongkos tidak dapat dibebankan pada bagian produksi atau penjualan dipandang sebagai ongkos administrasi. Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut di atas, adalah sebagai berikut : 1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang. 2) Variabel cost, adalah biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya secara keseluruhan tidak akan mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan walaupun kegiatan mengikuti perkembangan. 3) Total cost, adalah sejumlah biaya dari pada biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari obyektif. 4) Manufacturing cost, adalah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga kerja). Manufacturing cost terdiri dari direct cost, material cost, direct labour cost dan inderect cost/overhead cost. Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan pengelolaan perusahaan secara keseluruhan dalam aktivitasnya. 5) Direct cost, adalah biaya-biaya yang mudah ditelusuri terhadap suatu obyek tertentu. Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya yang tidak ditelusuri hubungannya dengan obyek tertentu. Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang ditimbulkan karena berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost adalah setiap biaya yang dialokasikan berdasarkan waktu. Minimisasi Biaya Pada dasarnya biaya merupakan sejumlah pengorbanan untuk mencapai hasil, maka dalam usaha perusahaan dapat memaksimalkan labanya dianggap perlu menggunakan metode-metode program dan matematik. Untruk dapat merancang dan mengalokasikan berbagai sumber daya manusia dari berbagai alternatif penggunaan sumber daya yang telah ditetapkan agar minimisasi biaya yang optimal dapat tercapai. Meskipun demikian dianggap perlu perusahaan menentukan kepasitas produksi yang menguntungkan. Lebih lanjut Sukamto Rekso Hadiprodjo dan Harsono Hadi Widjoyo (1997: 80) mengemukakan bahwa dalam usaha meminimumkan biaya atau minimisasi biaya dianggap perlu melakukan usaha penentuan tingkat produksi masing-masing produk dengan memperhatikan batasan faktor-faktor produksi untuk memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal. Pengertian dan Tujuan Maksimisasi Laba Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan perusahaan mempunyai tujuan tertentu, sehingga perusahaan berusaha semaksimal mungkin dalam memaksimalkan laba sebagai tujuan umum perusahaan (bisnis) adalah "Membuat suatu produk atau jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya, menjual dengan harga wajar, dan membentuk kebiasaan". Dalam pembuatan keputusan merupakan elemen penting manajemen produksi dan operasi, karena semua manajer harus membuat keputusan-keputusan, maka tidak ada salahnya bila kita membicarakan masalah pembuatan keputusan. Dengan melaksanakan usahanya perusahaan dalam hal menggunakan sumber daya manusia (sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, bahan mentah dan sebagainya. Dalam proses transportasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi produk atau jasa. Selanjutnya, T. Hani Handoko (2001: 84) mengemukakan bahwa dalam penentuan maksimisasi laba perusahaan akan menetapkan teknik-teknik atau metode perangcangan dan pengalokasian berbagai sumber daya yang terbatas di antara berbagai alternatif penggunaan sumber daya manusia untuk mendukung kontinuitas usaha, serta dapat meminimalisasi biaya yang telah dioptimalkan. Problem produksi biasanya diformulasikan sebagai maksimalisasi keuntungan dimana sumber daya dialokasikan untuk mencapai efektifitas yang maksimal dan distribusi modal berbagai periode, di mana fungsi-fungsi dan tujuan di eksperimenkan dalam kaitannya dengan Net Present Value (NPV) aplikasi-aplikasi yang bermaksud. a. Pemilihan proses yang dapat membantu manajemen untuk memilih kombinasi metode produksi yang terbaik dari yang tersedia. b. Pencampuran (blending) untuk menentukan biaya terkecil dari kombinasi unsur-unsur yang akan membentuk sebuah spesifikasi produk yang dihasilkan. c. Transportasi untuk menentukan biaya transportasi minimal menggunakan rute yang tersedia. Dari ketiga aplikasi ini mempunyai fungsi dan tujuan yaitu biaya yang minimal, artinya segala aktivitas dapat dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Maksimisasi Laba Untuk memproduksi sesuatu barang dan jasa biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar produk akibat dari faktor biaya, karena biaya merupakan obyek yang menjadi kendala di samping tenaga kerja dari kegiatan produksi Mulyadi (2001; 8) mengemukakan bahwa biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah menjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Kaitannya dengan pengertian biaya dalam arti luas, sebagai berikut : 1) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2) Diukur dalam satuan uang 3) Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Selanjutnya, Mulyadi (2001; 10) mengemukakan bahwa biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, maka pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah “Harga Pokok”. Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah mengeluarkan biaya tetapi pengorbanan tidak mendatangkan keuntungan (revenue), maka pengorbanan ini disebut rugi. a. Persediaan Bahan Baku Persediaan bahan baku biasanya disebut bahan mentah yang merupakan suatu persediaan dipergunakan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Dengan adanya persediaan pengamanan dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan yang mungkin disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula yang disebabkan permintaan barang dari konsumen bertambah besar pula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Oleh karenanya tenggang waktu (lead time) dalam pemesanan bahan baku yang tidak dapat dihindari maka resiko untuk kehabisan persediaan dapat terjadi, karena persediaan yang telah ditetapkan berdasarkan taksiran akan habis sama sekali sebelum penerimaan dari bahan baku yang telah dipesan. Agus Asyhari (1997; 64) dalam bukunya Manajemen Produkasi dan Perencanaan Sistem Produksi mengatakan bahwa persediaan pengaman atau Safety Stock merupakan suatu persediaan bahan baku yang dicadangkan sebagai pengaman dan kelangsungan proses produksi. Dari pengertian yang di kemukakan diatas dapat dikatakan bahwa persediaan pengaman merupakan persediaan minimun yang merupakan cadangan yang harus ada untuk menjamin proses produksi dari perusahaan b. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja sebagai salah satu biaya konversi, di samping biaya overhead pabrik, yang merupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku yang menjadi produk jadi. Berdasarkan Mulyadi (2001; 343) mengemukakan bahwa tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Dalam perusahaan biaya tenaga kerja digolongkan atas berbagai macam cara menurut fungsi pokok dalam perusahaan, menurut kegiatan pada bagian dalam perusahaan menurut jenis pekerjaan dan menurut hubungannya dengan produk atau jasa yang dihasilkan. Secara lebih terperinci tehnik-tehnik pengukuran kerja dapat digunakan untuk maksud-maksud tersebut, sebagai berikut : 1) Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan melalui perbandingan keluaran yang nyata selama periode waktu tersentu dengan keluaran standar yang ditentukan dari alokasi tenaga kerja. 2) Menentukan tingkat kepastian Untuk suatu tertentu tenaga kerja dan peralatan yang tersedia, maka standar-standar pengukuran kerja dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepastian yang harus tersedia. 3) Menetapkan upah insentif Dengan upah insentif, para karyawan menerima pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih besar. Standar waktu melatar belakangi rencana-rencana insentif mencantumkan keluaran 100 persen. c. Pengertian Laba Untuk mengukur prestasi perusahaan atau tingkat kemampuan, maka analisa memperoleh laba merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setipa perusahaan menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan sampai sejauhmana hasil yang dan bunga dengan harta.Analisa resiko dalam memperoleh laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana, mengenai hasil akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu, selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk pengertian yang lebih jelasnya beberapa batasan yang diberikan oleh penulis berikut ini, seperti Bambang Riyanto (2002; 27) mengatakan bahwa keuntungan perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau model yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain keuntungan diperoleh yang adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu. Bagi batasan tersebut untuk memperoleh dari laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan. Selanjutnya, Edwan Dekar (2000; 68) mengemukakan bahwa profitabilitas diukur dengan keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden menguntungkan sementara ada yang bersamaan maju untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap. Penulis lain yaitu Hartanto (1999: 46) mengemukakan bahwa keuntungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa periode yang berurutan akan dapat dilihat kecenderungan harga pokok penjualan dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut. d. Jenis-Jenis Laba Secara garis besarnya untuk memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu : Keuntungan secara ekonomi (return on total accers) yang sering juga disebut dengan istilah Earning Power adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruh an modal. Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah laba operasi dan modal adalah modal operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas S. Munawir (1997: 13) mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada opeasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operaso perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (Net Operating Assets). Analisa profit margin tersebut dimaksud untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai volumepenjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Sedangkan operating Assets Turn Over untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat tercermin dari kecepatan operating assets turn over. Suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sejauhmana perusahaan mengelola usahanya agar dapat menghasilkan laba maksimal mungkin sedangkan laba itu sangat dipengaruhi oleh sebagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume penjualan tertentu dengan biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin perusahaan. Untuk menaikkan profit margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh dapat ditempuh : - Menaikkan Net Sales yang lebih besar dari ke naikkan operating expenses. - Mempertahankan Net Sales dengan menekan operating expenses. - Mengusahakan penurunan Net Sales dengan harapan terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar. Salah satu alternatif lain dalam menaikkan keunagnan sebagai berikut : 1) Menaikkan net sales yang lebih besar dari kenaikan operating expenses. 2) Mempertahankan net sales dengan menekan operating expenses. 3) Mengusahakan penurunan net sales dengan harapan terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar. Selain masalah efisiensi tersebut suatu kenyataan bahwa setiap perusahaan senantiasa memperhatikan masalah perputaran modalnya, di mana perputaran modal yang cepat menunjukkan kemajuan perusahaannya. b) Keuntungan modal sendiri ( return on net worth ) Return on net worth tersebut menyangkut bagaimana tingkat kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini Return on worth tersebut yang dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khusus modal sendiri. Adapun batasan oleh Bambang Riyanto (1988; 37) mengatakan bahwa laba modal sendiri juga dikenakan laba yang tersedia bagi para pemilih modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipabrik lain. DAFTAR PUSTAKA Asyhari, Agus, 1997, Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi, Edisi Pertama, Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta. Dukat, Erwan, 2000, Alat-Alat Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Yogyakarta Akuntan Group. Hadi, Harsono, Widjoyo, 1997, Perencanaan Produksi, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Penerbit Aditya Aksara, Bandung. Handoko, Hani, T, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Hartanto, D, 1999, Akuntansi Untuk Usahawan, (Manajegemnt Accounting), Cetakan Kedua Edisi Ketiga, Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pertama Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Norma-Norma Pemeriksaan Akuntansi, Penerbit YKPN, Jakarta. Mulyadi, 2001, Akuntansi Biaya, Cetakan Ketiga, Edisi Kelima, Penerbit Aditya Media, Jakarta.. Munawir S, 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mazt, Adoloph, 1999, Manajemen Produksi, Edisi Ketujuh, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia. Riyanto, Bambang, 2002, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edsi Kedua, Cetakan Kedelapan, Penerbit FE, UGM, Yogyakarta. Sudjana, 1998, Statistik, Edisi Kelima, Cetakan Ketujuh, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Sukamto Rekso Hadiprodjo dan Harsono Hadi Widjoyo, 1997, Mengambil Keputusan Manajerial Dengan Komputer Mikro, Cetakam Pertama, Edisi Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Winardi, 2000, Kapita Selecta, Edisi Kelima, Cetakan Kedelapan, enerbit Alumni, Bandung.

Pengembangan Karyawan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja

A. Pengertian Sumber Daya Manusia Human Resources Management dapat pula disebut sebagai Manajemen Personalia atau Manajemen Sumber Daya Manusia. Human Resources Management ini mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau bidang kepegawaian, dalam hal ini mempunyai sumber daya manusia yang handal. Manullang, M, dalam bukunya pengantar manajemen, (2002 : 98), bahwa Personalia atau Kepegawaian adalah keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi tertentu, yang menitik beratkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian. Penggunaan sumber daya manusia dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat dibutuhkan, walaupun perkembangan teknologi semakin meningkat dan berkembang. Dengan adanya kebutuhan terhadap sumber daya manusia ini maka Manajemen Personalia mempunyai tugas untuk mempelajari dan mengembangkan cara berbagai metode untuk mengintegrasikan secara efektif kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan masyarakat. Manajemen Personalia membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam suatu posisi lain tampa kehilangan perspektif, dan kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan reaksi manusia. Menurut Ranupandojo, Manajemen Peronalia, (2001, 15), dikatakan bahwa personalia dapat berdiri di tengah-tengah 3 (tiga) kekuatan utama, yakni : 1. Perusahaan, yang berkeinginan untuk disediakan tenaga kerja yang mampu dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memperluas usaha atau ekspansi. 2. Karyawan dan organisasi, yang menginginkan agar kebutuhan fisik dan psikologi mereka dapat terpenuhi dan 3. Masyarakat umum, lewat lembaga-lembaga perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab yang luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari perlakuan diskriminasi atas kepentingan perusahaan. M Manullang, Pengantar Manajemen, (2002, 14), menyatakan bahwa Manajemen Personalia adalah seni atau ilmu memperoleh, memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para pekerja. Edwin B. Flippo, principles of personnel management, (2000, 128) menyatakan bahwa Personnel Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Definisi tersebut di atas secara umum disimpulkan bahwa Management Personalia terdiri atas 2 (dua) kelompok fungsi, yakni fungsi managerial dan fungsi operatif. Fungsi managerial disini adalah merupakan fungsi dasar dari pada manajer, yakni bagaimana untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi para tenaga kerja tersebut sehingga mereka dapat menjalankan tugas secara lebih baik. Fungsi operatif, adalah sebagai berikut pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja. B. Pengertian dan Metode Pengembangan Karyawan Arti pentingnya pengembangan karyawan efisiensi suatu organisasi sangat tergantung baik buruknya pengembangan anggota organisasi itu sendiri di dalam perusahaan yang bertujuan untuk mencari peningkatan. Tujuan ini dapat dicapai baik kalau karyawan-karyawannya dilatih secara sempurna, latihan-latihan yang baik diperlukan setiap saat baik bagi karyawan-karyawan baru maupun karyawan-karyawan yang telah lama bekerja atau berada dalam perusahaan. Menurut Heidjarachman Ranupandojo dan Suad Husnan, Personnel Administration and Human Resources, (1999, 7) menyatakan bahwa, sehubungan dengan fungsi-fungsi yang dapat disebutkan secara khusus yang dibahas yaitu fungsi pegembangan development), fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan karyawan melalui latihan kerja. Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, (1998, 86) dijelaskan bahwa, latihan/training adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Pengembangan karyawan melalui latihan kerja akan membawa manfaat yang positif sebagaimana dikatakan oleh M. Manullang, Pengantar Manajemen (2002, 82), yaitu, adanya latihan atau pendidikan mengenai tersedianya tenaga-tenaga dalam perusahaan yang mempunyai keahlian, lagi pula pada orang yang terlatih atau terdidik dapat mempergunakan pikiran dengan secara kritis. Di samping hal tersebut latihan membantu stabilitas pegawai dan mendorong untuk memberikan jasa dalam waktu tidak lama. Dari beberapa tanggapan tersebut di atas maka dapat disimpulkan tujuan utama pengembangan karyawan menurut Heidjarachman Ranupandojo dan Saud Husnan, Personnel Administration and Human Resources, (1999, 74), menyatakan bahwa, untuk memperbaiki efektivitas karyawan dalam mencapai hasil-hasil yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan maupun sikap karyawan itu sendiri terhadap tugas-tugasnya. Berdasarkan definisi di atas bahwa dalam pengembangan karyawan adalah merupakan fungsi dari pada fungsi operasio nal dan fungsi manajemen, personalia, yaitu pengembangan karyawan melalui pendidikan dan latihan karyawan. Heidjarachman Ranupandojo dan Suad Husnan, Personnel Administration and Human Resources, (1999, 77) dengan pendidikan dimaksudkan, sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan latihan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi latihan untuk membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktid dan penyerapannya guna meningkatkan keterampilan kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Adapun tujuan utama pengembangan pekerjaan/karyawan dalam pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan menurut Heidjachman Ranupandojo, Manajemen Personalia, (2001, 75), yaitu : 1. Menambah pengetahuan 2. Menambah keterampilan Dengan demikian, sudah dapat dikatakan bahwa apabila pekerja atau karyawan dikembangkan pengetahuannya melalui suatu pendidikan dan latihan kerja, maka karyawan tersebut akan lebih mengetahui bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pekerjaan dan apabila cara-cara terbaik itu telah dikuasai nya serta dibandingkan dengan sebelum ia mengikuti program pengembangan melalui pendidikan dan latihan kerja dengan istilah menambah keterampilan. C. Pengertian Manajemen Personalia Dengan adanya kebutuhan terhadap sumber daya manusia ini maka Manajemen Personalia mempunyai tugas untuk mempelajari dan suatu mengembangkan cara berbagai cara untuk mengintegrasikan secara efektif kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manajemen Personalia membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam posisi lain tampa kehilangan perspektif, kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan reaksi manusia. Kalau menurut Ranupandojo, Manajemen Personalia, (2001, 15), dikatakan bahwa personalia dapat berdiri di tengah-tengah 3 (tiga) kekuatan utama, yakni : 1. Perusahaan, yang berkeinginan untuk disediakan tenaga kerja yang mampu dan dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Karyawan dan organisasi, yang menginginkan agar kebutuh an fisik dan psikologi mereka terpenuhi, dan 3. Masyarakat umum, lewat lembaga-lembaga perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab yang luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari perlakuan diskriminasi. Agar pembahasan ini lebih terarah, baiklah kita akan lihat beberapa defenisi, seperti yang dikemukakan oleh Manullang, Pengantar Manajemen, (2002, 14), menyatakan bahwa Manajemen Personalia adalah seni atau ilmu memperoleh,memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para pekerja. Selanjutnya Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, Personnel Administration and Human Resources, (1999, 5) bahwa, manajemen personalia adalah perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dijelaskan manajemen personalia adalah suatu seni dan ilmu ketrampilan untuk mengatur perencanaan tenaga kerja pengorganisasian tenaga kerja pengendalian dan pengawasan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan adanya fungsi-fungsi manajerial yang dikemukakan Heidjarachman Ranupandojo dan Suad Husnan, Personnel Administration and Human Resources, (1999, 5)sebagaiberikut : 1. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pengarahan d. Pengawasan 2. Fungsi-fungsi operasional, yaitu : a. Pengadaan b. Pengembangan c. Pemberian kompensasi d. Pengintegrasian e. Pemeliharaan Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Edwin B. Flippo, Principles of Management, ( 2000, 127 ), bahwa Personnel Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu untuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Management Personalia terdiri atas 2 (dua) kelompok fungsi, yakni fungsi managerial dan fungsi operatif. Fungsi managerial disini adalah merupakan fungsi dasar dari pada manajer, yakni bagaimana merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi para tenaga kerja tersebut sehingga mereka dapat menjalankan tugas secara lebih baik. Sedangkan fungsi operatif, dapat terbagi atas yakni pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegra sian dan pemeliharaan tenaga kerja. Ini dimaksudkan bahwa dengan adanya fungsi operatif ini maka seorang manajer dapat melaksanakan cara-cara pengadaan, kemudian bagaimana mengembangkan tenaga kerja tersebut, pengaturan pemberian kompensasi, mengintegrasikan keinginan karyawan dengan tujuan perusahaan serta bagaimana tenaga kerja tersebut. Dalam Manajemen Personalia ada beberapa bidang yang relevansinya paling langsung terhadap masalah peningkatan produktivitas, yakni : seleksi, pengembangan tenaga kerja, kompensasi, motivasi, dan biasanya mendapat tunjangan apabila karyawan memang cara kerjanya dianggap orang memang menunjukkan jati diri, beberapa faktor lain yang mempunyai hubungan dengan masalah produktivitas, seperti pendidikan dan pendidikan. Oleh sebab itu, telah diuraikan mengenai manajemen personalia berikut ini akan kami uraikan tentang masalah yang di atas, namun sebelumnya akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep pengembangan sumber daya manusia di bawa ini. D. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Personnel Management Manajemen personalia adalah merupakan ali bahasa dari personnel dan management, hal ini yang mana manajemen personalia merupakan manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau dalam bidang kepegawaian. Dimana seperti yang dikemukakan oleh M. Manullangm Pengantar Manajemen (2002, 98) bahwa Personalia atau Kepegawaian adalah keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi tertentu, yang menitik beratkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian didalam suatu organisasi. Penggunaan sumber daya manusia dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat dibutuhkan, walaupun perkembangan teknologi semakin meningkat dan berkembang. Dengan adanya kebutuhan terhadap sumber daya manusia ini maka Manajemen Personalia mempunyai tugas untuk mempelajari dan mengembangkan cara berbagai cara untuk mengintegrasikan secara efektif kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manajemen Personalia membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam suatu posisi lain tampa kehilangan perspektif, dan kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan reaksi manusia. Ranupandojo, Manajemen Personalia, (2001, 11), dikatakan bahwa personalia dapat berdiri di tengah-tengah 3 (tiga) kekuatan utama, yakni : 1. Perusahaan, yang berkeinginan untuk disediakan tenaga kerja yang mampu dan dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Karyawan dan organisasi, menginginkan agar kebutuhan fisik dan psikologi mereka terpenuhi, dan 3. Masyarakat umum, lewat lembaga-lembaga perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab yang luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari perlakuan diskriminasi. Agar pembahasan ini lebih terarah, baiklah kita akan lihat beberapa defenisi, seperti yang dikemukakanoleh Manullang, Pengantar Manajemen (2002, 14), menyatakan bahwa Manajemen Personalia adalah seni atau ilmu memperoleh,memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para pekerja. Selanjutnya Hasibuan, Organisasi dan Mutasi Pegawai, (2000, 105), beliau membatasi pengertian Manajemen Personalia sebagai berikut Personnel Management is the planning, organizing,directing, and controlling of the procurement, development, compesa tion, integration and maintenance of people for the purpose of contributing to organizational individual and sociental gols. Dari kedua defenisi tersebut di atas dapat dijelaskan secara singkat bahwa menurut Tajuddin Efendi Noer, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, (2002, 128) Manajemen Personalia itu dapat sebagai ilmu ataupun sebagai seni dan juga untuk mencapai tujuan perusahaan secara berdaya guna maka untuk memperoleh, maka memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja. Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (2000, 125) bahwa Personnel Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat. Secara umum defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Management Personalia terdiri atas 2 (dua) kelompok fungsi, yakni fungsi managerial dan fungsi operatif. Fungsi managerial disini adalah merupakan fungsi dasar dari pada manajer, yakni bagaimana merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi para tenaga kerja tersebut sehingga mereka dapat menjalankan tugas secara lebih baik. Sedangkan fungsi operatif, yakni pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dalam pemeliharaan tenaga kerja. Ini dimaksudkan bahwa dengan adanya fungsi opertif ini maka seorang manajer dapat melaksanakan cara-cara pengadaan, kemudian bagaimana untuk pengembangkan tenaga kerja tersebut, pengaturang pemberian kompensasi, mengintegrasikan keinginan karyawan dengan tujuan perusahaan serta bagaimana tenaga kerja dalam meningkatkan kinerjanya. Dalam Manajemen Personalia ada beberapa bidang yang relevansinya paling langsung terhadap masalah peningkatan produktivitas, yakni : seleksi, pengembangan tenaga kerja, kompensasi, motivasi, dan beberapa faktor lain yang mempunyai hubungan dengan masalah produktivitas. Oleh sebab itu, berikut ini akan kami uraikan tentang masalah yang tersebut di atas, namun sebelumnya akan dibicarakan lebih dahulu mengenai proses penarikan tenaga kerja. E. Pengertian Produktivitas Kerja Sebagaimana diketahui bahwa suatu perusahaan atau usaha, tingkat produktivitas semakin mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini disebabkan karena produktivitas ikut menentukan pembentukan angka indeks pada pertumbuhan nasional oleh Ahmad Ichsan, Tata Administrasi Karyawan, (2001, 201). Dengan meningkatkan produktivitas kerja secara keseluruhan, perlu diadakan pelatihan dan pendidikan akan menunjukkan potensi pengadaan barang dan jasa dalam jumlah lebih besar untuk setiap pekerja, sehingga lebih besar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Tingkat produktivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendidikan dan keterampilan, motivasi, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, tehnologi, manajemen dan lain-lain. Untuk memperoleh peningkatan produktivitas maka tingkat pendidikan mempunyai peranan sangat penting, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan serta keterampilan pada seseorang akan sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas. Di Indonesia tingkat produktivitas masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dari angkatan kerja yang ada belum memadai. Motivasi Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan memberikan motivasi (dorongan). Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Didalam memberikan motivasi dan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yakni nilai yang diharapkan dan kekuatan untuk mendapatkan nilai tersebut. Tingkat Penghasilan Peningkatan produktivitas dapat pula dilaksanakan dengan cara ini memberikan insentif yakni sesuai dengan peraturan pemerintah yang ditujukan kepada pegawai yang berprestasi atau diberikan suatu tugas kepada, sehingga hasil yang dicapai dapat memuaskan. Ada beberapa sifat dasar yang perlu diperhatikan agar sistem upah insentif tersebut dapat berhasil, Heidjarachman Ranupandojo, Manajemen Personalia, (2001, 153), yakni : a. Hendaknya pembayaran dilaksanakan sederhana agar dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri. b. Penghailan yang diterima tersebut hendaknya langsung menaikkan output dan efisiensi. c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin. d. Standar kerja hendaknya dilaksanakan secara hati-hati, jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. e. Besarnya upah normal dengan standar kerja pertama, hendaknya cukup merangsang karyawan untuk bekerja lebih giat. Lingkunagan dan iklim kerja Perbaikan lingkungan kerja tidak selalu memberikan dorongan kepada karyawan untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini karena adanya dua keadaan yang harus diperhatikan sehingga keadaan lingkungan dapat meningkatkan prestasi kerja. Hasil kerja dapat sangat memuaskan dalam suatu keadaan yang buruk, bila hasrat karyawan untuk bekerja amat kuat. sebaliknya dalam keadaan yang sangat baik akan menghasilkan sesuatu yang sangat mengecewakan bila karyawan tidak bergairah untuk berprestasi. Teknologi Dengan meningkatnya perkembangan teknologi, setiap badan usaha dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya, dimana hal ini dilakukan dengan melatih kembali mereka yang ingin lebih maju. Pembinaan seperti ini akan menjamin perubahan-perubahan karyawan untuk kemajuan usaha. Meskipun perkembangan tehnologi dapat membantu dalam meningkatkan prodktivitas, namun perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya teknologi maka kebutuhan akan tenaga kerja semakin berkurang, sehingga akan merupakan masalah yang besar, sebab akan menimbulkan pengangguran, walaupun dengan meningkatnya teknologi, perkembangan pengembangan usaha dapat dilakukan. Terlihat saat ini teknologi sangat membantu peningkatan produktivitas. Manajemen Peranan manajemen didalam meningkatkan produktivitas cukup besar. Hal ini dapat dilaksanakan apabila seseorang pimpinan menghargai prestasi, bukan hanya prestasi yang dapat dihitung, tetapi juga prestasi dalam kerja sama dan kerja keras. Juga dalam hal ini, seorang pimpinan dapat bekerja sama dengan karyawan dan dapat memberikan bimbingan kepada bawahannya. Untuk memperjelas pengertian produktivitas, maka yang dimaksudkan dengan produktivitas tenaga kerja secara spesifik menurut Bambang Kusriyanto, Peningkatan Produktivitas Karyawan, (2002, 2) menyatakan bahwa : perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Sistem diskusi sistem ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk misalnya seminar, lokakarya, rapat dan sebagainya. Sistem ini diperuntukkan bagi karyawan tingkatan kelebihan yaitu karyawan yang mampu mengembangkan pendapatan, suasana lebih bergairah, pelaksanaannya lebih mendekati praktek sedangkan kelemahannya adalah pesertanya terbatas, tujuan kemungkinan tidak terarah, sulit diterapkan untuk tujuan keterampilan. Sistem games/ permainan, dengan melalui sistem ini karyawan seakan-akan bermain tetapi sebenarnya mereka dilatih untuk menghayati tugas-tugas karyawan dalam arti yang seluas-luasnya, jadi kebaikannya ialah besifat santai tetapi lebih terarah, lebih mempunyai kesadaran, kesulitan nya ialah, sukar membuat bahan stinulasi karena tidak semua pelajaran dijadikan stimulasi, kwalitas pekerjaan rendah dan banyak menelan waktu. Sistem kombinasi, pada mulanya persamaan tidak hanya menggunakan suatu sistem dalam pembinaan, tetapi bermacam-macam sistem yang dianggap perlu disesuaikan kebutuhan, misalnya sistem ceramah, sistem praktek, sistem bimbingan kesemuanya diperuntukkan selain melengkapi antara satu dengan yang lainnya sehingga karyawan lebih cukup dan trampil. DAFTAR PUSTAKA Efendi, N.T, 2002, Sumber Daya Manusia dan Peluang Kerja Kemiskinan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Yogyakarta. Flippo, E. B., 2000, Principles Of Personnek Management, Third Edition, McGraw Hill Gakusha, Tokyo. Handiko, H, T, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Mandar Maju, Bandung. Hasibuan, SP, 2000, Manajemn Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Heidjrachman, R, dan Suad Husnan, 1999, Personnel Adminitrasion and Human Resuorces Management, New York, Jhon Willey & Sons. Kusriyanto, B, 2002, Meningkatkan Produktivitas Kerja, Sei Management, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarata. Ichsan, A, 2001, Tata Adminitrasi Karyawan, Bagian II, Jambatanm Jakarta. Manullang, M, 2002. pengantar Manajemen, Balai Pustaka, Jakarta. Nitisemito, Alex S, 1998, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Edisi Ketiga, Binaman Pustaka, Jakarta. Ranupandoyo. H. 2001, Manajemen Personalaia, Edisi Kedelapan, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Bandung. Ranupandoyo. H. dan Suad Husnan, 1999, Personnel Administration dan Human Resurces Management, New York, John Willey, & Sons.