1. Metodologi Pelatihan
Metodologi Pelatihan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pengembangan
Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (2001 : 62) adalah strategi dan metode yang digunakan
dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum pelatihan.
Ada tiga hal yang sangat esensial perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
Metodologi Pelatihan. Rencana pelatihan, metode pelatihan dan media pelatihan.
Pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran tersebut perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Tujuan Pelatihan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus
yang menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta.
2.
Bahan yang akan disampaikan, berupa materi pelajaran yang
disusun dalam Garis-Garis besar program pembelajaran.
3.
Waktu yang tersedia, sesuai dengan alokasi waktu yang
telah ditentukan.
4.
Kemampuan pelatih menggunakan metode dan media komunikasi
dalam proses pembelajaran.
5.
Tingkat kemampuan peserta khususnya perilaku awal.
Metodologi Pelatihan harus dilandasi oleh konsep dan prinsip-prinsip
belajar-mengajar, karena pada dasarnya pelatihan adalah memberikan kemudahan
kepada peserta latihan untuk melakukan kegiatan secara aktif. Dengan cara
belajar ini peserta berusaha merumuskan masalah, mencari data dan memecahkan
masalah sendiri.
2. Metode Pelatihan
menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya Manajemen Personalia (1996 : 65)
metode pelatihan adalah sebagai berikut :
- On the job training
On the job training merupakan metode
latihan yang paling banyak dipergunakan atau juga disebut pelatihan langsung
pada jabatan, bertujuan mengenalkan langsung pada peserta pelatihan tentang
seluk-beluk tugas. Metode on the job training cocok bagi pelatihan karyawan
baru, karyawan magang, penggunaan teknologi baru dan karyawan yang baru di
promosikan pada jabatan baru. Sistem ini terutama memberikan tugas kepada
karyawan yang baru dilatih. Karena itu para manajer sering beranggapan bahwa
sistem ini merupakan sistem yang ekonomis, karena tidak perlu menyediakan
fasilitas khusus untuk latihan.
- Vestibule
School
/ Training
Vestibule school merupakan bentuk
latihan dimana pelatihnya bukanlah para atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih
khusus. Alasannya terutama adalah untuk menghindarkan para atasan langsung
tersebut dengan tambahan kewajiban dan memusatkan latihan hanya kepada para
ahli dalam bidang latihan.
Cara semacam ini bisa menimbulkan
konflik antara atasan langsung dengan para pelatih apabila ternyata nantinya
para karyawan yang telah dilatih dianggap tidak baik.
- Apprenticeship (magang)
Apprenticeship (magang) biasa
dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang
relatif lebih tinggi.
Program Apprenticeship biasa
mengkombinasikan on the job training dan pengalaman dengan di kelas dalam
pengetahuan-pengetahuan tertentu.
- Kursus-kursus
Kursus-kursus merupakan bentuk
pengembangan karyawan yang lebih mirip pendidikan daripada pelatihan.
Kursus-kursus ini biasa diadakan untuk
memenuhi minat dari para karyawan dalam bidang-bidang pengetahuan tertentu
(diluar bidang pekerjaannya), seperti kursus bahasa asing, kursus manajemen,
kepemimpinan dan lain sebagainya.
Ada sejumlah alternatif metode
pelatihan yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan proses
pembelajaran yang hendak dilaksanakan oleh pelatih Menurut Oemar Hamalik dalam
bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan
(2001 : 63)
- Model Komunikasi Ekspositif
- Model Komunikasi Diskoveri
- Teknik Komunikasi Kelompok Kecil
- Pembelajaran Berprogram
- Pelatihan dalam Industri
- Teknik Simulasi
- Metode Studi Kasus
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :
1. Model Komunikasi Ekspositif
Pengajaran
kelas menggunakan berbagai strategi dan taktik. Prosedurnya tergantung pada
keterlibatan pelatih, tujuan yang hendak dicapai, besarnya kelompok dan
faktor-faktor lainnya. Ada dua sistem yang termasuk dalam model
ini, ialah :
1.1.
Sistem satu arah.
Tanggung jawab untuk mentransferkan informasi terletak pada pelatih. Para peserta bersikap pasif terhadap apa, bagaimana,
perlu tidaknya komunikasi itu, tak ada balikan efektif dari pihak peserta
kepada pelatih kecuali menunjukkan rasa senang atau tidak senang.
1.2. Sistem dua arah. Pada sistem ini
terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta menerima informasi dengan
tepat. Jika sudah, maka pelatih akan memodifikasi cara penyajiannya, dan bila
sambutan peserta belum tepat, maka pelatih akan memodifikasi sambutan tersebut.
2. Model Komunikasi Diskoveri
Model ini
lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok kecil, namun dapat juga
dilaksanakan dalam kelompok yang lebih besar. Kendati tidak semua peserta
terlibat dalam proses Diskoveri namun bermanfaat bagi peserta latihan.
2.1. Ceramah reflektif.
Prosedur penyajian dalam bentuk merangsang peserta melakukan diskoveri di depan
kelas. Pelatih mengajukan suatu masalah, dan kemudian peserta memecahkan
masalah tersebut melalui proses diskoveri.
2.2. Diskoveri terbimbing.
Pendekatan ini melibatkan para peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pelatih. Peserta melakukan Diskoveri, sedangkan pelatih
membimbingnya kearah yang tepat dan benar.
3. Teknik Komunikasi Kelompok Kecil
Kelompok
kecil yang terdiri dari 10 orang peserta dapat melakukan komunikasi dua arah
secara efektif. Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah :
3.1. Tutorial perorangan. Metode ini
dianggap sebagai cara belajar ideal, karena satu orang tutor berhadapan dengan
satu orang peserta. Teknik ini penting terutama untuk mengembangkan keterampilan
dan pengetahuan konseptual.
3.2. Tutorial
kelompok. Seorang pelatih membimbing satu kelompok peserta, yang
terdiri dari lima sampai tujuh orang pada waktu yang sama. Menitik beratkan
pada bimbingan terhadap individu-individu dalam kelompok.
3.3. Lokakarya. Peserta mendapat informasi tentang
prosedur kerja dan asas-asaspelaksanaan suatu topik dengan metode tertentu.
Selanjutnya peserta menerapkan informasi tersebut dalam bentuk tugas-tugas
nyata sesuai dengan pilihannya sendiri.
3.4. Diskusi kelompok. Pemimpin
kelompok merumuskan topik yang akan dibahas dan bertindak sebagai ketua
kelompok.
4. Pembelajaran Berprogram
Model ini dapat dilihat sebagai proses yakni proses umum
untuk merancang materi pelajaran, dan dapat dilihat sebagai produk suatu bentuk
sistem pembelajaran di mana peserta belajar sendiri untuk mencapai tujuan
tingkah laku dengan menggunakan materi pelajaran yang telah disiapkan
sebelumnya, serta tidak memerlukan dukungan dari pihak pelatih. Program ini dikembangkan dalam
berbagai bentuk, ialah :
4.1.
Teks program linear.
Sistem pembelajaran yang terprogram yang menggunakan teks program. Struktur
teks Berbentuk linear yang tersusun dalam urutan tertentu pada satu garis
linear. (praktek yang dilengkapi dengan alat uji).
4.2.
Teks program bercabang.
Bentuk linear dan bercabang dapat dicampurkan menjadi satu teknik yang yang
mengandung berbagai kemungkinan, yang dapat digunakan untuk setiap latihan.
4.3. Media
yang diprogram.
Prinsip-prinsip pembelajaran berprogram dapat juga diterapkan dalam media
pembelajaran yang digunakan dalam rangka belajar mandiri.
5. Pelatihan dalam Industri
Metode ini mengembangkan pendekatan
standar pengajaran dan latihan dalam pekerjaan. Prosedur latihan lebih
sederhana terutama dalam latihan industri. Metode ini diterapkan dalam berbagai
bentuk, seperti : Latihan kepemimpinan, latihan keselamatan, latihan untuk
perbaikan, dan latihan pekerjaan. Bentuk programnya menggunakan dua kolom,
yakni kolom langkah-langkah dalam tugas (apa yang akan dikerjakan), dan kolom perilaku
(bagaimana mengerjakannya).
6.
Teknik Simulasi
Teknik simulasi dapat digunakan hampir
pada semua program pelatihan yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku.
Latihan keterampilan menuntut praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata,
atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri kehidupan yang nyata. Latihan
simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan
sehari-hari.
7. Metode Studi Kasus
Metode ini
merupakan suatu bentuk simulasi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman
kepada peserta tentang cara membuat keputusan mengenai apa yang harus
dikerjakan lebih lanjut, latihan memecahkan kasus-kasus sosial. Kasus-kasus
yang dipelajari berdasarkan kejadian nyata, menggunakan informasi yang ada,
tidak terlalu sederhana, sesuai dengan minat peserta, dan punya dampak tertentu
terhadap peserta.
Adapun langkah-langkah pelatihan dapat dilakukan oleh
seorang manajer antara lain :
1.
Menganalisa
kebutuhan pelathan organisasi, yang sering disebut need analysis.
2.
Menentukan sasaran dan materi program pelatihan.
3.
Menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar
yang digunakan.
4.
Mengevaluasi
program pelatihan.