Powered By Blogger

Jumat, 06 Januari 2017

Kinerja Keuangan

      Indriyo dalam buku Manajemen Keuangan (1998 : 207) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah merupakan prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu.
     Selanjutnya, James C. Van Horne Financial Management Policy (1998 : 9) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan ukuran prestasi perusahaan, maka keuntungan perusahaan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer.
      Kinerja keuangan juga akan membeikan gambaran efisiensi atas penggunaan dana, mengenai hasil akan kemampuan memperoleh keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga (EBIT) dengan harta.
      Kinerja keuangan adalah suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu. Rasio juga dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan.
      Analiasa rasio juga dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Menurut Erwin Dukat dalam buku Alat-Alat Analisa Laporan Keuangan (1998 : 113) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah diukur dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden yang menguntungkan sementara pada waktu yang bersamaan mampu untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang stabil dan mantap.
      Berdasarkan uraian dan definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase setelah membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan besarnya modal yang digunakan. Semakin bsar prosentase atas perbandingan tersebut, semakin tinggi prosntase keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut dan sebaliknya pula.
      Untuk mengetahui kinerja keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang efisiensi dan efektivitas yang dicapai perusahaan atas penggunaan dana.


Pengertian dan Penentuan Rasio Standar

   Pengertian Rasio Standar
S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 78) menyatakan bahwa pengertian rasio standar dalam analisa laporan keuangan adalah satu angka yang menujukkan hukuman antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.
Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individuil rasio itu kacil artinya kecuali jika dibandingkan dengan rasio standar yang layak dijadikan dasar perbandingan. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar perbandingan dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisa tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
      Rasio standar ini dapat ditentukan berdasarkan alternatif, sebagai berikut :
2        Didasarkan pada catatan, kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun-tahun yang telah lampau.
3        Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya dipilh satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.
4        Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibandingkan disebut goat rasio.
5        Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan dengan rasio standar ini akan dapat diketahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, atau dibawah average. Rasio standar yang baik adalah yang memberikan rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan yang sejenis).
Perlu dipahami bahwa laporan keuangan itu merupakan kombinasi dari fakta yang telah dicatat, kesempatan akuntansi dan pertimbangan pribadi, sehingga rasio itu bukan merupakan ukuran eksak, maka raso standar janganlah dianggap sebagai kondisi yang ideal. Walaupun rasio industri memberikan gambaran rata-rata yang baik, seperti umumnya rasio industri sukar diperoleh untuk keperluan perbandingan dapat dipakai dalam bentuk rasio standar yang lain, misalnya “goal ratio” atau rasio dari perusahaan itu sendiri yang dimodifikasi dengan mengantisipasikan perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi selama satu periode akutansi.
    Penentuan Rasio Sandar           
           S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan menyatakan bahwa rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara, sebagai berikut :
     a.  Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan (dalam industri) yang diperbandingkan. Perusahaan-perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan manajemen.

       b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan dalam industri.              

Pengertian dan Jenis Rasio Profitabilitas

     1.  Pengertian Rasio Profitabilitas
      Mengukur prestasi perusahaan, maka rasio profitabilitas merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer untuk mengetahui kondisi dan keadaan perusahaan dalam menjalan kegiatan operasionalnya agar diketahui perkembangannya.
      Rasio profitabilitas juga akan memberikan gambaran efisiensi dan penggunaan. Mengenai hasil akan memberikan dampak kepada rentabilitas dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta.
      Alex S. Nitisemito, dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 78) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu. Selain itu, rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan.  
          D. Hartanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1999 : 23) menyatakan bahwa profitabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
     Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 23) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
     Beberapa definisi tersebut rasio profitabilitas adalah perbandingan dari laba yang diperoleh dengan jumlah atau laba dengan investasi yang ada, juga dapat dikatakan kemampuan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dalam perusahaan sehingga efisiensi dalam perusahaan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan operasional.
           Dalam perhitungan rasio profitabilitas ada beberapa cara atau rumus yang dapat dipilih tergantung dari kepentingan penganalisa terhadap masalah keuangan tersebut (profit margin on sales, return on total assetsm return on net worth dan lain sebagainya).
2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
     Erwin Dukat dalam buku Alat-Alat Analisa Laporan Keuangan (1998 : 3) mengemukakan bahwa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa data antara lain :
2      Net profit margin (sales margin) adalah untuk melihat efisiensi perusahaan dalam  mencapai volume penjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan, sedangkan operating assets turnover untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat terjamin dan kecepatan operating assets turn over perusahaan.
Suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sampai sejauhmana perusahaan untuk mengelola usahanya agar dapat menghasilkan laba yang maksimal mungkin, sedangkan laba itu sangat dipengaruhi oleh sejauhmana perusahaan mencapai tingkay volume penjualan dengan biaya yang sewajarnya, karena tingkat efisensi dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula pencapaian net profit margin perusahaan
Adapun rumus net profit tersebut adalah :
                                Laba bersih setelah pajak
Net profit margin =                                                   X 100 %
                                  Hasil penjulan neto

Untuk menaikkan net profit margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh :
3         Menaikkan hasil penjualan (net sales) yang lebih besar dari kenaikan operating expenses.
4         Mempertahankan net sales dengan menekan operating expenses.
5         Mengusahakan net  sales dengan harapan terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar.
6      Rentabilitas ekonomis (return on total assets) yang sering juga disebut dengan istilah earning Power adalah perbndingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruhan modal perusahaan.
Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah laba operasi dan modal adalah jumlah aktiva.
Syarifuddin Alwi, dalam buku Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan (1999 : 13) mengemukakan bahwa rasio rentabilitas ekonomis adalah salah satu rasio rentabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (net operating assets)
Dari batas tersebut diberikan suatu rumusan sebagai berikut :
                                         Laba bersih sebelum pajak
Rentabilitas ekonomis =                                                       x 100 %
                                        Jumlah modal perusahaan

Dari rumus tersebut memperlihatkan bahwa rasio rentabilitas ekonomis adalah hasil perkalian profit margin dengan operating turnover, dimana keduanya sangat mempengaruhi tingkat rendahnya rasio rentabilitas ekonomis (return on total assets) 
7      Rentabilitas modal sendiri (return on net worth) yang rumusnya sebagai berikut :
                                               Laba bersih sebelum pajak
Rentabilitas modal sendiri  =                                                           x 100 %
                                               Jumlah modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri tersebut menyangkut bagaimana kemampuan modal sendiri dengan menghasilkan keuntungan yang dibandingkan adalah bukan keseluruan modal tetapi khususnya modal sendiri.
Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 37) menyatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi para pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipihak lain.

Alex S. Nitisemito dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 60) menyatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba bersih ( setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk pihak lain termasuk pajak perseroan dan bunga tetap) dibandingkan dengan modal sendiri.

Pengertian dan Jenis rasio Likuiditas

      1. Pengertian Likuiditas

          Likuiditas erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus sewgara dipenuhi atau dengan kata lain kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan harus segara dilunasi, kemudian dengan menghubungkan elemen dari pada aktiva disatu pihak dengan passiva dilain pihak pada laporan keuangan dalam perusahaan akan diperoleh gambaran tentang keadaan financial perusahaan.
           Likuiditas suatu perusahaan berhubungan erat dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat likuid yang berupa aktiva lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi yang berupa hutang-hutang lancar.
          Makin besar jumlah aktiva  lancar yang  dimiliki  oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan hutang lancar, maka makin besar tingkat likuiditas perusahaan tersebut dalam posisi likuid. Dan sebaliknya apabila jumlah aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar, berarti bahwa perusahaan tersebut berada dalam inlikuid.
           Beberapa penulis mengemukakan batasan pengertian rasio likuiditas antara lain Van Horne, Analisa Kinerja Keuangan, (1999 : 16) mengemukakan rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
           Kemudian menurut Erwin Dukat, Analisa Laporan Keuangan, (1997, 225), mengemukakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban bila jatuh tempo.
          Selanjutnya Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  (2004, 112), bahwa suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuidi­tas yang baik apabila tingkat likuiditas berada di atas standar. Dengan menentukan tingkat likuiditas yang baik merupakan suatu tindakan hati-hati dari perusahaan dalam mengantisipasi suatu keadaan.
          Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat likuidi­tas suatu perusahaan memegang peranan penting dan dapat perhatian utama apabila perusahaan mengadakan analisis finansial, sebab tingkatan likuiditas suatu perusahaan merupa­kan salah satu untuk menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dikelola karena mengakut penyediaan kebutu­han dana dan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta turut menentukan seberapa jauh perusahaan akan menanggung resiko, dimana faktor-faktor/ resiko tersebut menyangkut dana jangka panjang serta menyangkut hubungan antara dana pemegang saham.
          Adapun hubungan antara dana pemegang saham dan dana pinjaman jangka panjang biasanya berupa pembatasan pinjaman yang melampaui batas, olehnya itu dengan pembatasan tersebut maka akan tetap dipertahankan tingkat standard yang berlaku untuk pendapatan dan cadangan harta sebagai jaminan dana tersebut.
          Tingkat likuiditas badan usaha memiliki arti bahwa perusahaan tersebut harus menjaga ketepatan janji keuangan pada pihak luar tanpa bantuan dari luar, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terancam, sedangkan likuiditas intern menyangkut orang-orang sewaktu-waktu dapat menghambat jalannya operasi perusahaan.
            Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila perusahaan tersebut memiliki dana lancar lebih tinggi dari pada utang lancar yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak menganggur dan apabila terlalu rendah keselamatan perusahaan akan terancam.
     2.  Jenis Rasio Likuiditas

            Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perushaan (2004 : 128) menyatakan bahwa untuk menilai posisi keuangan jangka pendek berikut ini diberikan beberapa jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa data antara lain :
          a.  Current rasio
               Rasio ini merupakan ukuran yang sangat berguna untuk mengukur dan menilai kemmpuan atau kekuatan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang-hutang lancarnya yang dibayar. Perhitungan dari rasio ini adalah dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan formulasi sebagai berikut :
                                         Aktiva Lancar 
      Current Ratio =                            x 100 %
                           Hutang lancar
Walaupun belum ada ketentuan yang berlaku di Indonesia mengenai pengukuran standar ratio, akan tetapi melalui literatur dapat dijadikan pedoman. Current ratio yang tinggi memang baik dan dari sudut pandang kreditur tetapi sudut pandang pemegang saham kurang mengunungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan secar efektif tetapi secara sebaliknya current ratio yang rendah relatif lebih merisaukan tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar yang efektif. Current  ratio  ini  juga  merupakan  indikator  tingkat likuiditas yang dipakai secara lebih kuat karena dapat memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutupi semua hutang-hutang jangka pendeknya.      
         b.  Cash Ratio
Cash ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dituangkan, dimana telah diketahui bahwa kas merupakan elemen harta lancar yang paling tinggi baik likuiditasnya karena semakin banyak uang kas yang tersedia dalam perusahaan semakin baik sebab keperluan jangka pendek dapat pula berguna untuk menjaga pada keperluan yang mendesak.
Untuk menghitung cash ratio dapat menggunakan rumus, sebagai berikut :
    Kas  +  Efek   
            Cash Ratio =                          x 100 %
                                   Hutang lancar
2      Acid Test Ratio
Ratio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendeknya dengan mengeluarkan komponen persediaan karena dianggap bahwa persediaan waktu yang relatif lama untuk merealisasikan persediaan bisa dijual atau tidak. Persediaan ini merupakan komponen dari aktiva lancar yang dianggap likuiditasnya paling rendah serta mengalami fluktuasi harga. Ratio ini dapat dihitung dengan membandingkan aktiva lancar setewlah dikurangi dengan komponen persediaan dengan utang lancar dengan formulasi, sebagai berikut :
          Aktiva Lancar – Persediaan  
           Acid Test Ratio =                                                 x 100 %
                                                  Hutang lancar
Jadi acid test ratio merupakan likuiditas setelah dikurangi umur persediaan di dalamnya atau dengan membandingkan jumlah kas dan efek ditambah piutang disatu pihak dengan utang lancar di lain pihak.
Ratio ini lebih tegas dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar, sedangkan persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya yang paling rendah dikeluarkan jika current rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
     d.  Rasio modal kerja

           Indriyo dalam buku Manajemen Keuangan (1998 : 27) menyatakan bahwa modal kerja merupakan aktiva lancar yang dipelukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan yang selalu berputar.
            Aktiva lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lanacarnya, ini sering disebut modal kerja neto (net working capital) atau selisih dari harga lancar dan hutang lancar. Modal kerja dapat pula digunakan sebagai suatu dasar untuk mengukur tingkat likuiditas, karenamodal kerja adalah juga sebagian harta lancar yang diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnyayang diharapkan sampai saat modal kerja berputar kembali lagi menjadi kas.
            Rasio modal kerja ini dapat digunakan untuk mengetahui likuiditas dari total aktiva dan untuk mengetahui posisi modal kerja neto dari keseluruhan aktiva dengan rumus :  
                                        Aktiva Lancar – Ht Lancar  
           Working capital to total assets ratio =                                          x 100 %

                                                                                  Jumlah Aktiva

Pengertian dan Jenis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

         S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 57) menytakan bahw rasio keuagan dapat menggambarkan suatu mata rantai dan sekaligus dapat diperoleh adanya peimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya.
      Dalam kenyataan, rasio finansial keuangan terdiri dari dalam jumlah yang banyak karena pada umumnya diketahui bahwa rasio keuangan tersebut dibuat sesuai dengan kepentingan dan target yang akan dicapai dalam proses penganalisaan.
2.   Jenis-Jenis Rasio Keuangan 
            S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 68) mengklasifikasikan berdasarkan sumber data rasio keuangan, sebagai berikut :
       a.  Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio) terdiri dari : current atio, acis test ratio, current liabilities to totalassets ratio, dan lain sebagainya.
       b.  Rasio-rasio laporan rugi laba dan laba perusahaan (income statement ratios) terdiri dari gross profit margin, net operation margin, operating ratio dan lain sebagainya.

       c.  Rasio-rasio antar laporan (inter – statement ratios) terdiri dari assets turnover, inventory turnover, receivable dan lain sebagainya. 

Pengertian Pembelanjaan Perusahaan

Upaya meninjau struktur keuangan suatu perusahaan dalam hubungannya dengan profitabilitas (rentabilitas) adalah merupakan kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas muncul sebagai akibat dari kebijaksanaan pembelanjaan dalam hal memperoleh dana atau modal untuk membaiayai kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 13) meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan besarta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. 
      Selanjutnya, Ales S. Nitisemito dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 13) mengemukakan bahwa pembelanjaan perusahaan merupakan semua kegiatan perusahaan yang ditujukan untuk mendapatkan dan menggunakan modal dengan cara efektif dan efisien.
      Dari definisi pembelanjaan yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa pembelanjaan meliputi usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menarik dan mengumpulkan dana beserta modal dengan biaya yang rendah dan dengan syarat yang menguntungkan, serta secra efisien dan efisien.
      Efisiensi yang dimaksud adalah perbandingan terbalik antara input dengan output dan ntara daya usaha serta hasil yang dicapai. Sedangkan efektif adalah suatu usaha pencapaian prestasi yang sebesar-besarnya dari suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
      Lukman Syamsuddin dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan (1998 : 5) mempertegas secara rinci arti penting dalam pembelanjaan dalam perusahaan sebagai berikut :
2      Penilaian posisi keuangan perusahaan
3      Mencari pinjaman-pinjaman jangka pendek dan
4      Mencakup masalah untuk mencari pinjaman-pinjaman jangka panjang, menilai dan membeli aktiva tetap serta menerapkan kebijaksanaan deviden perusahaan.
Sebagai bagian dari ilmu ekonomi sesungguhnya pembeanjaan itu merupakan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengambilan keputusan keuangan, dan secara luas pembelanjaan perusahaan tesebut menyangkut berbagai aspek sehingga keputusa pembelanjaan, dapat mempengaruhi tingkat harga, bahkan kelancaran jalannya perusahaan secara keseluruhan.
Lukaman Syamsuddin dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan (1998 : 7) menyatakan bahwa fungsi-fungsi pembelanjaan perusahaan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus diambil oleh perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pembelanjaan, dan keputusan deviden.
Investment decision adalah keputusan yang berhubungan dengan struktur keungan dan struktur modal keuangan yang optimal, agar dapat meningkatkan dan memaksimalkan pendapatan dan kekayaan para pemegang saham atau pemilik perusahaan, sedangkan divident decision keputusan yang berhubungan dengan pembagian keuntungan terhadap pemegang saham dan laba yang ditahan.   

     Pengertian pembelanjaan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelanjaan bukan saja bagaimana mendapatkan laba tetapi juga bagaimana penggunaan dana tersebut, sehingga efektif dan efisien. Pembelanjaan tersebut dapat dipandang sebagai usaha penarik modal atau disebut pembelanjaan aktif, dapat juga dipandang sebagai usaha penggunaan modal dalam hal ini suatu perusahaan yang dimiliki uang dan meminjamkan pada perusahaan lain, maka disebut juga pembelanjaan pasif, dapat berupa kuantitatif (besarnya modal yang akan ditarik).penggunaan modal kerja untuk suatu periode tertentu.

Pengertian Laporan Keuangan

      Laporan keuangan dalam neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dala lampiran-lampiran antara lain laporan sumber dan penggunaan dana (laporan arus kas).
      D. Hartanto dlam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1998 : 8) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah untuk memberikan informas tentang posisi kewuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.   
      Dari definisi tersebut dapatdisimpulkan bahwa laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari proes akuntansi yaitu neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan serta catatam atas keuangan yang terdiri dari :
1.  Neraca
     Untuk memberikan lebih jelas mengenai pengertian neraca oleh Basu Swastha dalam buku Analisa Neraca (1997: 320) menyataakan bahwa neraca adalah laporan keuangan yang neraca memperlihatkan keadaan keuangan sebuah perusahaan pada suatu saat.Dalam neraca tercantum jumlah kekayaan,  jumlah utang dan modal sendiri dari sebuah perusahaan, dan jumlah kekayaan terlihat pada laporan aktiva yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva tak berwujud. Sedangkan utang dan modal sendiri terlihat pada passiva yang terdiri dari hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. 
2.  Laporan rugi laba
     Laporan rugi laba perusahaan tidak semua informasi keuangan yang penting tercantum dalam neraca. Di dalam neraca tidak terkandung informasi tentang penghasilan dan biaya dari sebuah perusahaan. Laporan yang dapat memberikan informasi tentang penghasilan dan biaya yang dinamakan laporan keuangan.
     Basu Swastha dalam buku Analisa Neraca, (1997: 81) bahwa laporan perhitungan rugi laba adalah laporan perhitungan rugi laba adalah laporan tentang hasil usaha perusahaan atau penghasilan biaya yang diakui perusahaan selama satu periode     tertentu.
      Sesuai dengan definisi di atas disimpulkan bahwa penghasilan adalah imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pemberian pinjaman atau pemberian dalam bentuk lain, seperti pemberian dalam bentuk natural. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah semua pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan baik pengeluaran-                                                                                                                  pengeluaran untuk mendapatkan suatu aktiva ataupun pengeluarabn karena pemberian fasilitas-faslitas lain.
       Biaya itu banyak macamnya antara lain, biaya listrik, biaya telepon, biaya angkut, biaya perjalanan serta masih banyak lagi biaya yang lain. 
3.   Laporan perusahaan terhadap posisi keuangan
      Laporan posisi keuangan atau laporan aliran dana, atau disebut juga laporan sumber dan penggunaan dana dapat dimasukkan sebagai pelengkap dalam laporan keuan gan.
       Adapun tujuan dari laporan perusahaan posisi keuangan ini terutama adalah untuk memberikan informasi tentang perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Jadi titik berat dari laporan ini adalah pada sumber dan penggunaan modal untuk suatu periode.
      Sedangkan yang dimaksud dengan utang adalah pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan perusahaan, dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan harta atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi pada masa sebelumnya, misalya utang dagang, utang obligasi, uang jaminan dari langganan dan lain-lain.
      D. Hrtanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1998 : 19) membagi jenis-jenis utang sebagai berikut :
1. Utang lancar atau utang jangka pendek adalah utang-utang yang penulasannya akan memerlukan sumber-sumber yang digolongkan dalam aktiva lancar atau dengan menimbulkan suatu utang baru yang terdiri    dari :
        - Utang dagang, yaitu utang-utang yang timbul dari pembelia barang-barang dagangan/ jasa.
        - Utang wesel, yaitu utang-utang yang memakai bukti-bukti tertulis berupa kesanggupan untuk membayar pada tanggal tertentu.
        - Taksiran uang pajak, yaitu jumlah pajak penghasilan yang dipegunakan untuk laba peiode yang bersangkutan.
        - Utang biaya, yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi beban tetapi belum dibayar, misalnya utang gaji, utang bunga dan lain-lain.
        - Utang-utang lain yang akan dibayar dalam waktu 12 bulan.
2.  Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang-utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waku lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.
       Utang yang termasuk utang jangka panjang yaitu utang obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik, uang muka dari perusahaan afiliasi, utang kredit bank jangka panjang dan lain-lain. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, memainkan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau untuk melunasi utang-utang yang lain.
3.  Utang-utang lain, misalnya utang obligasi yang akan jatuh tempo tetapi akan dilunasi dari dana pelunasan obligasi, utang jangka panjang kepada pejabat perusahaan atau kepada anak perusahaan dan lain-lain.
 Adapun yang dimaksud dengan modal adalah bagian hak milik dari perusahaan pada umumnya modal terdiri dari atas, modal para pemilik perusahaan misalnya modal usaha.    
4.   Perhitungan rugi dan laba
      Zaki Baridwan dalam buku Pokok-Pokok Dalam Analisa Laporan Keuangan (1998 : 1) menyatakan bahwa laporan perhitungan rugi laba adalah laporan tentang hasil usaha perusahaan atau penghasilan dan biaya yang diakui perusahaan selama satu periode tertentu.
      Penghasilan adalah imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pemberian dalam bentuk lain.
       Biya itu banyak macamnya antara lain biaya listrik, biaya telepon, biaya angkut biaya perjalanan serta masih banyak lagi biaya yang lain.
5.   Laporan perubahan posisi keuangan
       Laporan perubahan posisi keuangan ini atau laporan aliran dana, atau disebut juga laporan sumber dan penggunaan dana dapat dimaksudkan sebagai pelengkap dalam laporan keuangan perusahaan.

       Tujuan dari laporan dari laporan posisi keuangan ini terutama adalah untuk memberikan informasi tentang perubahan aktiva lancar dan utang lancar.  

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Mie Instant

      Untuk mengembangkan suatu perusahaan diperlukan pembukuan atau pencatatan sebagai sumber informasi yang mempunyai peranan penting dalam memberikan gambaran tentang keadaan keuangan perushaan. Biasanya gambaran keuangan tersebut pada setiap periode akuntansi dilaporkan dalam suatu laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu kegiatan perusahaan. Laporan keuangan tersebut biasanya dalam bentuk neraca serta perhitungan laba rugi atau    laporan rugi laba, di samping itu terdapat pula laporan laba yang ditahan dalam suatu periode tertentu.
      Selanjutnya,  perusahaan yang  selalu berpatokan  pada neraca, karena menggambarkan tentang posisi atau kekayaan, hutang  dan modal, perhitungan rugi laba atau laporan rugi laba,  akan  memperlihatkan  perubahan  posisi keuangan untuk  suatu periode  tertentu.  Sedangkan laporan rugi laba yang  ditahan  merupakan  laporan perubahan  posisi keuangan yang  berasal dari  kegiatan  usaha sesuatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
      Dengan demikian, tujuan penyusunan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan usaha perusahaan. Baik pihak interen maupun pihak eksteren perusahaan untuk dijadikan pertimbangan dalam peramalan dan pengambilan keputusan ekonomi, sesuai dengan kepentingan masing-masing. Pihak berkepentingan memperhatikan aspek likuiditas dan profitabilitas perusahaan agar mendapat gambaran lebih jelas keadaan perusahaan. Dengan dasar itulah pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan harus disusun secara baik dan sistematis sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim diterima umum.Untuk itu, laporan keuangan suatu perusahaan dapat dijadikan bahan penguji dari pekerjaan bagian pembukuan dan sebagai alat untuk menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan pada waktu tertentu dan dapat diketahui tingkat kemampuan perusahaan yang dimiliki, apabila dibutuhkan oleh pihak  yang membutuhkan.
      Analisis kinerja keuangan perusahaan yang selalu berpatokan pada neraca dan laporan rugi laba perusahaan adakalahnya dibutuhkan laporan perubahan keuangan untuk mengetahui perkembangan aktifitas perusahaan utamaya  pengelolaan keuangan, sehingga dapat diketahui bahwa sampai sejauhmana tingkat perputarannya. Jika perputarannnya cukup  lancar, maka tingkat resiko kurang lancar sesuai dengan yang diharapkan perusahaan yang berkesinambungan.
      Tujuan daripada neraca adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan  perusahaan untuk menyajikan hasil pengelolaan keuangannya  kepada pihak-pihak yang memerlukan data atau informasi tentang perusahaan yang bersangkutan,  sehingga pihak-pihak tersebut dapat mengambil keputusan tentang kebijaksanaan atau langkah apa yang akan diambil. Oleh sebab itu diperlukan suatu laporan  kinerja keuangan, yang berisi hasil analisa dan interprestasi posisi keuangan dimana dapat diketahui dengan jelas efekktivitas nvestasi dan biaya yang bersumber dari modal sendiri dan pinjaman. Laporan  ini sangat diperlukan oleh para kreditur, bank atau calon-calon kreditur, baik sebagai ukuran kemampuan pengembalian pinjamannya atau ukuran kemampuan perusahaan memperoleh laba.
      Hal inilah yang mendorong penulis untuk menelaah kinerja  keuangan yang  ditinjau dari efektivitas dan pengelolaan keuangan pada Perusahaan mie instanst , yang bergerak dibidang produksi dan penjualan. Di samping itu titik permasalahan yang dibahas yaitu kinerja keuangan perusahaan dianggap bermasalah terhadap penggunaan keuangan.

      Berdasarkan hal tersebut di atas yang mendorong penulis untuk menelaah kinerja  keuangan yang  ditinjau dari beberapa aspek  dalam  likuiditas, solvabilitas, aktivitas   dan rentabilitas pada perusahaan mie instanst. Di samping itu titik permasalahan yang dibahas yaitu pengelolaanan analisa hutang jangka panjang untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya perusahaan dianggap normal terhadap penggunaan keuangan, sehingga penulis memilih obyek penelitian tersebut.

A.  Pengertian Laporan Keuangan  
      Laporan keuangan dalam neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dala lampiran-lampiran antara lain laporan sumber dan penggunaan dana (laporan arus kas).
      D. Hartanto dlam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1998 : 8) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah untuk memberikan informas tentang posisi kewuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.   
      Dari definisi tersebut dapatdisimpulkan bahwa laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari proes akuntansi yaitu neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan serta catatam atas keuangan yang terdiri dari :
1.  Neraca
     Untuk memberikan lebih jelas mengenai pengertian neraca oleh Basu Swastha dalam buku Analisa Neraca (1997: 320) menyataakan bahwa neraca adalah laporan keuangan yang neraca memperlihatkan keadaan keuangan sebuah perusahaan pada suatu saat.Dalam neraca tercantum jumlah kekayaan,  jumlah utang dan modal sendiri dari sebuah perusahaan, dan jumlah kekayaan terlihat pada laporan aktiva yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva tak berwujud. Sedangkan utang dan modal sendiri terlihat pada passiva yang terdiri dari hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. 
2.  Laporan rugi laba
     Laporan rugi laba perusahaan tidak semua informasi keuangan yang penting tercantum dalam neraca. Di dalam neraca tidak terkandung informasi tentang penghasilan dan biaya dari sebuah perusahaan. Laporan yang dapat memberikan informasi tentang penghasilan dan biaya yang dinamakan laporan keuangan.
     Basu Swastha dalam buku Analisa Neraca, (1997: 81) bahwa laporan perhitungan rugi laba adalah laporan perhitungan rugi laba adalah laporan tentang hasil usaha perusahaan atau penghasilan biaya yang diakui perusahaan selama satu periode     tertentu.
      Sesuai dengan definisi di atas disimpulkan bahwa penghasilan adalah imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pemberian pinjaman atau pemberian dalam bentuk lain, seperti pemberian dalam bentuk natural. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah semua pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan baik pengeluaran-                                                                                                                  pengeluaran untuk mendapatkan suatu aktiva ataupun pengeluarabn karena pemberian fasilitas-faslitas lain.
       Biaya itu banyak macamnya antara lain, biaya listrik, biaya telepon, biaya angkut, biaya perjalanan serta masih banyak lagi biaya yang lain. 
3.   Laporan perusahaan terhadap posisi keuangan
      Laporan posisi keuangan atau laporan aliran dana, atau disebut juga laporan sumber dan penggunaan dana dapat dimasukkan sebagai pelengkap dalam laporan keuan gan.
       Adapun tujuan dari laporan perusahaan posisi keuangan ini terutama adalah untuk memberikan informasi tentang perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Jadi titik berat dari laporan ini adalah pada sumber dan penggunaan modal untuk suatu periode.
      Sedangkan yang dimaksud dengan utang adalah pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan perusahaan, dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan harta atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi pada masa sebelumnya, misalya utang dagang, utang obligasi, uang jaminan dari langganan dan lain-lain.
      D. Hrtanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1998 : 19) membagi jenis-jenis utang sebagai berikut :
1. Utang lancar atau utang jangka pendek adalah utang-utang yang penulasannya akan memerlukan sumber-sumber yang digolongkan dalam aktiva lancar atau dengan menimbulkan suatu utang baru yang terdiri    dari :
        - Utang dagang, yaitu utang-utang yang timbul dari pembelia barang-barang dagangan/ jasa.
        - Utang wesel, yaitu utang-utang yang memakai bukti-bukti tertulis berupa kesanggupan untuk membayar pada tanggal tertentu.
        - Taksiran uang pajak, yaitu jumlah pajak penghasilan yang dipegunakan untuk laba peiode yang bersangkutan.
        - Utang biaya, yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi beban tetapi belum dibayar, misalnya utang gaji, utang bunga dan lain-lain.
        - Utang-utang lain yang akan dibayar dalam waktu 12 bulan.
2.  Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang-utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waku lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.
       Utang yang termasuk utang jangka panjang yaitu utang obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik, uang muka dari perusahaan afiliasi, utang kredit bank jangka panjang dan lain-lain. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, memainkan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau untuk melunasi utang-utang yang lain.
3.  Utang-utang lain, misalnya utang obligasi yang akan jatuh tempo tetapi akan dilunasi dari dana pelunasan obligasi, utang jangka panjang kepada pejabat perusahaan atau kepada anak perusahaan dan lain-lain.
 Adapun yang dimaksud dengan modal adalah bagian hak milik dari perusahaan pada umumnya modal terdiri dari atas, modal para pemilik perusahaan misalnya modal usaha.    
4.   Perhitungan rugi dan laba
      Zaki Baridwan dalam buku Pokok-Pokok Dalam Analisa Laporan Keuangan (1998 : 1) menyatakan bahwa laporan perhitungan rugi laba adalah laporan tentang hasil usaha perusahaan atau penghasilan dan biaya yang diakui perusahaan selama satu periode tertentu.
      Penghasilan adalah imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pemberian dalam bentuk lain.
       Biya itu banyak macamnya antara lain biaya listrik, biaya telepon, biaya angkut biaya perjalanan serta masih banyak lagi biaya yang lain.
5.   Laporan perubahan posisi keuangan
       Laporan perubahan posisi keuangan ini atau laporan aliran dana, atau disebut juga laporan sumber dan penggunaan dana dapat dimaksudkan sebagai pelengkap dalam laporan keuangan perusahaan.
       Tujuan dari laporan dari laporan posisi keuangan ini terutama adalah untuk memberikan informasi tentang perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Jadi titik berat dari laporan ini adalah pada sumber dan

B  Pengertian Pembelanjaan Perusahaan

Upaya meninjau struktur keuangan suatu perusahaan dalam hubungannya dengan profitabilitas (rentabilitas) adalah merupakan kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas muncul sebagai akibat dari kebijaksanaan pembelanjaan dalam hal memperoleh dana atau modal untuk membaiayai kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 13) meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan besarta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. 
      Selanjutnya, Ales S. Nitisemito dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 13) mengemukakan bahwa pembelanjaan perusahaan merupakan semua kegiatan perusahaan yang ditujukan untuk mendapatkan dan menggunakan modal dengan cara efektif dan efisien.
      Dari definisi pembelanjaan yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa pembelanjaan meliputi usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menarik dan mengumpulkan dana beserta modal dengan biaya yang rendah dan dengan syarat yang menguntungkan, serta secra efisien dan efisien.
      Efisiensi yang dimaksud adalah perbandingan terbalik antara input dengan output dan ntara daya usaha serta hasil yang dicapai. Sedangkan efektif adalah suatu usaha pencapaian prestasi yang sebesar-besarnya dari suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
      Lukman Syamsuddin dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan (1998 : 5) mempertegas secara rinci arti penting dalam pembelanjaan dalam perusahaan sebagai berikut :
2      Penilaian posisi keuangan perusahaan
3      Mencari pinjaman-pinjaman jangka pendek dan
4      Mencakup masalah untuk mencari pinjaman-pinjaman jangka panjang, menilai dan membeli aktiva tetap serta menerapkan kebijaksanaan deviden perusahaan.
Sebagai bagian dari ilmu ekonomi sesungguhnya pembeanjaan itu merupakan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengambilan keputusan keuangan, dan secara luas pembelanjaan perusahaan tesebut menyangkut berbagai aspek sehingga keputusa pembelanjaan, dapat mempengaruhi tingkat harga, bahkan kelancaran jalannya perusahaan secara keseluruhan.
Lukaman Syamsuddin dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan (1998 : 7) menyatakan bahwa fungsi-fungsi pembelanjaan perusahaan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus diambil oleh perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pembelanjaan, dan keputusan deviden.
Investment decision adalah keputusan yang berhubungan dengan struktur keungan dan struktur modal keuangan yang optimal, agar dapat meningkatkan dan memaksimalkan pendapatan dan kekayaan para pemegang saham atau pemilik perusahaan, sedangkan divident decision keputusan yang berhubungan dengan pembagian keuntungan terhadap pemegang saham dan laba yang ditahan.   
     Pengertian pembelanjaan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelanjaan bukan saja bagaimana mendapatkan laba tetapi juga bagaimana penggunaan dana tersebut, sehingga efektif dan efisien. Pembelanjaan tersebut dapat dipandang sebagai usaha penarik modal atau disebut pembelanjaan aktif, dapat juga dipandang sebagai usaha penggunaan modal dalam hal ini suatu perusahaan yang dimiliki uang dan meminjamkan pada perusahaan lain, maka disebut juga pembelanjaan pasif, dapat berupa kuantitatif (besarnya modal yang akan ditarik).penggunaan modal kerja untuk suatu periode tertentu.

C  Pengertian dan Jenis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

         S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 57) menytakan bahw rasio keuagan dapat menggambarkan suatu mata rantai dan sekaligus dapat diperoleh adanya peimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya.
      Dalam kenyataan, rasio finansial keuangan terdiri dari dalam jumlah yang banyak karena pada umumnya diketahui bahwa rasio keuangan tersebut dibuat sesuai dengan kepentingan dan target yang akan dicapai dalam proses penganalisaan.
2.   Jenis-Jenis Rasio Keuangan 
            S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 68) mengklasifikasikan berdasarkan sumber data rasio keuangan, sebagai berikut :
       a.  Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio) terdiri dari : current atio, acis test ratio, current liabilities to totalassets ratio, dan lain sebagainya.
       b.  Rasio-rasio laporan rugi laba dan laba perusahaan (income statement ratios) terdiri dari gross profit margin, net operation margin, operating ratio dan lain sebagainya.
       c.  Rasio-rasio antar laporan (inter – statement ratios) terdiri dari assets turnover, inventory turnover, receivable dan lain sebagainya.

D.  Pengertian dan Jenis rasio Likuiditas
      1. Pengertian Likuiditas

          Likuiditas erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus sewgara dipenuhi atau dengan kata lain kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan harus segara dilunasi, kemudian dengan menghubungkan elemen dari pada aktiva disatu pihak dengan passiva dilain pihak pada laporan keuangan dalam perusahaan akan diperoleh gambaran tentang keadaan financial perusahaan.
           Likuiditas suatu perusahaan berhubungan erat dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat likuid yang berupa aktiva lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi yang berupa hutang-hutang lancar.
          Makin besar jumlah aktiva  lancar yang  dimiliki  oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan hutang lancar, maka makin besar tingkat likuiditas perusahaan tersebut dalam posisi likuid. Dan sebaliknya apabila jumlah aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar, berarti bahwa perusahaan tersebut berada dalam inlikuid.
           Beberapa penulis mengemukakan batasan pengertian rasio likuiditas antara lain Van Horne, Analisa Kinerja Keuangan, (1999 : 16) mengemukakan rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
           Kemudian menurut Erwin Dukat, Analisa Laporan Keuangan, (1997, 225), mengemukakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban bila jatuh tempo.
          Selanjutnya Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  (2004, 112), bahwa suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuidi­tas yang baik apabila tingkat likuiditas berada di atas standar. Dengan menentukan tingkat likuiditas yang baik merupakan suatu tindakan hati-hati dari perusahaan dalam mengantisipasi suatu keadaan.
          Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat likuidi­tas suatu perusahaan memegang peranan penting dan dapat perhatian utama apabila perusahaan mengadakan analisis finansial, sebab tingkatan likuiditas suatu perusahaan merupa­kan salah satu untuk menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dikelola karena mengakut penyediaan kebutu­han dana dan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta turut menentukan seberapa jauh perusahaan akan menanggung resiko, dimana faktor-faktor/ resiko tersebut menyangkut dana jangka panjang serta menyangkut hubungan antara dana pemegang saham.
          Adapun hubungan antara dana pemegang saham dan dana pinjaman jangka panjang biasanya berupa pembatasan pinjaman yang melampaui batas, olehnya itu dengan pembatasan tersebut maka akan tetap dipertahankan tingkat standard yang berlaku untuk pendapatan dan cadangan harta sebagai jaminan dana tersebut.
          Tingkat likuiditas badan usaha memiliki arti bahwa perusahaan tersebut harus menjaga ketepatan janji keuangan pada pihak luar tanpa bantuan dari luar, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terancam, sedangkan likuiditas intern menyangkut orang-orang sewaktu-waktu dapat menghambat jalannya operasi perusahaan.
            Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila perusahaan tersebut memiliki dana lancar lebih tinggi dari pada utang lancar yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak menganggur dan apabila terlalu rendah keselamatan perusahaan akan terancam.
     2.  Jenis Rasio Likuiditas

            Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perushaan (2004 : 128) menyatakan bahwa untuk menilai posisi keuangan jangka pendek berikut ini diberikan beberapa jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa data antara lain :
          a.  Current rasio
               Rasio ini merupakan ukuran yang sangat berguna untuk mengukur dan menilai kemmpuan atau kekuatan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang-hutang lancarnya yang dibayar. Perhitungan dari rasio ini adalah dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan formulasi sebagai berikut :
                                         Aktiva Lancar 
      Current Ratio =                            x 100 %
                           Hutang lancar
Walaupun belum ada ketentuan yang berlaku di Indonesia mengenai pengukuran standar ratio, akan tetapi melalui literatur dapat dijadikan pedoman. Current ratio yang tinggi memang baik dan dari sudut pandang kreditur tetapi sudut pandang pemegang saham kurang mengunungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan secar efektif tetapi secara sebaliknya current ratio yang rendah relatif lebih merisaukan tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar yang efektif. Current  ratio  ini  juga  merupakan  indikator  tingkat likuiditas yang dipakai secara lebih kuat karena dapat memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutupi semua hutang-hutang jangka pendeknya.      
         b.  Cash Ratio
Cash ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dituangkan, dimana telah diketahui bahwa kas merupakan elemen harta lancar yang paling tinggi baik likuiditasnya karena semakin banyak uang kas yang tersedia dalam perusahaan semakin baik sebab keperluan jangka pendek dapat pula berguna untuk menjaga pada keperluan yang mendesak.
Untuk menghitung cash ratio dapat menggunakan rumus, sebagai berikut :
    Kas  +  Efek   
            Cash Ratio =                          x 100 %
                                   Hutang lancar
2      Acid Test Ratio
Ratio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendeknya dengan mengeluarkan komponen persediaan karena dianggap bahwa persediaan waktu yang relatif lama untuk merealisasikan persediaan bisa dijual atau tidak. Persediaan ini merupakan komponen dari aktiva lancar yang dianggap likuiditasnya paling rendah serta mengalami fluktuasi harga. Ratio ini dapat dihitung dengan membandingkan aktiva lancar setewlah dikurangi dengan komponen persediaan dengan utang lancar dengan formulasi, sebagai berikut :
          Aktiva Lancar – Persediaan  
           Acid Test Ratio =                                                 x 100 %
                                                  Hutang lancar
Jadi acid test ratio merupakan likuiditas setelah dikurangi umur persediaan di dalamnya atau dengan membandingkan jumlah kas dan efek ditambah piutang disatu pihak dengan utang lancar di lain pihak.
Ratio ini lebih tegas dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar, sedangkan persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya yang paling rendah dikeluarkan jika current rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
     d.  Rasio modal kerja

           Indriyo dalam buku Manajemen Keuangan (1998 : 27) menyatakan bahwa modal kerja merupakan aktiva lancar yang dipelukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan yang selalu berputar.
            Aktiva lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lanacarnya, ini sering disebut modal kerja neto (net working capital) atau selisih dari harga lancar dan hutang lancar. Modal kerja dapat pula digunakan sebagai suatu dasar untuk mengukur tingkat likuiditas, karenamodal kerja adalah juga sebagian harta lancar yang diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnyayang diharapkan sampai saat modal kerja berputar kembali lagi menjadi kas.
            Rasio modal kerja ini dapat digunakan untuk mengetahui likuiditas dari total aktiva dan untuk mengetahui posisi modal kerja neto dari keseluruhan aktiva dengan rumus :  
                                        Aktiva Lancar – Ht Lancar  
           Working capital to total assets ratio =                                          x 100 %
                                                                                  Jumlah Aktiva
E.  Pengertian dan Jenis Rasio Profitabilitas

     1.  Pengertian Rasio Profitabilitas
      Mengukur prestasi perusahaan, maka rasio profitabilitas merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer untuk mengetahui kondisi dan keadaan perusahaan dalam menjalan kegiatan operasionalnya agar diketahui perkembangannya.
      Rasio profitabilitas juga akan memberikan gambaran efisiensi dan penggunaan. Mengenai hasil akan memberikan dampak kepada rentabilitas dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta.
      Alex S. Nitisemito, dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 78) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu. Selain itu, rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan.  
          D. Hartanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan (1999 : 23) menyatakan bahwa profitabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
     Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 23) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
     Beberapa definisi tersebut rasio profitabilitas adalah perbandingan dari laba yang diperoleh dengan jumlah atau laba dengan investasi yang ada, juga dapat dikatakan kemampuan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dalam perusahaan sehingga efisiensi dalam perusahaan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan operasional.
           Dalam perhitungan rasio profitabilitas ada beberapa cara atau rumus yang dapat dipilih tergantung dari kepentingan penganalisa terhadap masalah keuangan tersebut (profit margin on sales, return on total assetsm return on net worth dan lain sebagainya).
2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
     Erwin Dukat dalam buku Alat-Alat Analisa Laporan Keuangan (1998 : 3) mengemukakan bahwa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa data antara lain :
2      Net profit margin (sales margin) adalah untuk melihat efisiensi perusahaan dalam  mencapai volume penjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan, sedangkan operating assets turnover untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat terjamin dan kecepatan operating assets turn over perusahaan.
Suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sampai sejauhmana perusahaan untuk mengelola usahanya agar dapat menghasilkan laba yang maksimal mungkin, sedangkan laba itu sangat dipengaruhi oleh sejauhmana perusahaan mencapai tingkay volume penjualan dengan biaya yang sewajarnya, karena tingkat efisensi dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula pencapaian net profit margin perusahaan
Adapun rumus net profit tersebut adalah :
                                Laba bersih setelah pajak
Net profit margin =                                                   X 100 %
                                  Hasil penjulan neto

Untuk menaikkan net profit margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh :
3         Menaikkan hasil penjualan (net sales) yang lebih besar dari kenaikan operating expenses.
4         Mempertahankan net sales dengan menekan operating expenses.
5         Mengusahakan net  sales dengan harapan terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar.
6      Rentabilitas ekonomis (return on total assets) yang sering juga disebut dengan istilah earning Power adalah perbndingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruhan modal perusahaan.
Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah laba operasi dan modal adalah jumlah aktiva.
Syarifuddin Alwi, dalam buku Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan (1999 : 13) mengemukakan bahwa rasio rentabilitas ekonomis adalah salah satu rasio rentabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (net operating assets)
Dari batas tersebut diberikan suatu rumusan sebagai berikut :
                                         Laba bersih sebelum pajak
Rentabilitas ekonomis =                                                       x 100 %
                                        Jumlah modal perusahaan

Dari rumus tersebut memperlihatkan bahwa rasio rentabilitas ekonomis adalah hasil perkalian profit margin dengan operating turnover, dimana keduanya sangat mempengaruhi tingkat rendahnya rasio rentabilitas ekonomis (return on total assets) 
7      Rentabilitas modal sendiri (return on net worth) yang rumusnya sebagai berikut :
                                               Laba bersih sebelum pajak
Rentabilitas modal sendiri  =                                                           x 100 %
                                               Jumlah modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri tersebut menyangkut bagaimana kemampuan modal sendiri dengan menghasilkan keuntungan yang dibandingkan adalah bukan keseluruan modal tetapi khususnya modal sendiri.
Bambang Riyanto dalam buku Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 37) menyatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi para pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipihak lain.
Alex S. Nitisemito dalam buku Pembelanjaan Perusahaan (1999 : 60) menyatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba bersih ( setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk pihak lain termasuk pajak perseroan dan bunga tetap) dibandingkan dengan modal sendiri.

a.    Pengertian dan Penentuan Rasio Standar
i.      Pengertian Rasio Standar
S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (1998 : 78) menyatakan bahwa pengertian rasio standar dalam analisa laporan keuangan adalah satu angka yang menujukkan hukuman antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.
Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individuil rasio itu kacil artinya kecuali jika dibandingkan dengan rasio standar yang layak dijadikan dasar perbandingan. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar perbandingan dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisa tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
      Rasio standar ini dapat ditentukan berdasarkan alternatif, sebagai berikut :
2        Didasarkan pada catatan, kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun-tahun yang telah lampau.
3        Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya dipilh satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.
4        Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibandingkan disebut goat rasio.
5        Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan dengan rasio standar ini akan dapat diketahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, atau dibawah average. Rasio standar yang baik adalah yang memberikan rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan yang sejenis).
Perlu dipahami bahwa laporan keuangan itu merupakan kombinasi dari fakta yang telah dicatat, kesempatan akuntansi dan pertimbangan pribadi, sehingga rasio itu bukan merupakan ukuran eksak, maka raso standar janganlah dianggap sebagai kondisi yang ideal. Walaupun rasio industri memberikan gambaran rata-rata yang baik, seperti umumnya rasio industri sukar diperoleh untuk keperluan perbandingan dapat dipakai dalam bentuk rasio standar yang lain, misalnya “goal ratio” atau rasio dari perusahaan itu sendiri yang dimodifikasi dengan mengantisipasikan perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi selama satu periode akutansi.
     2.  Penentuan Rasio Sandar           
           S. Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan menyatakan bahwa rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara, sebagai berikut :
     a.  Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan (dalam industri) yang diperbandingkan. Perusahaan-perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan manajemen.
       b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan dalam industri.             
G.  Kinerja Keuangan
      Indriyo dalam buku Manajemen Keuangan (1998 : 207) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah merupakan prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu.
     Selanjutnya, James C. Van Horne Financial Management Policy (1998 : 9) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan ukuran prestasi perusahaan, maka keuntungan perusahaan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer.
      Kinerja keuangan juga akan membeikan gambaran efisiensi atas penggunaan dana, mengenai hasil akan kemampuan memperoleh keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga (EBIT) dengan harta.
      Kinerja keuangan adalah suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu. Rasio juga dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan.
      Analiasa rasio juga dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Menurut Erwin Dukat dalam buku Alat-Alat Analisa Laporan Keuangan (1998 : 113) mengemukakan bahwa kinerja keuangan adalah diukur dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden yang menguntungkan sementara pada waktu yang bersamaan mampu untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang stabil dan mantap.
      Berdasarkan uraian dan definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase setelah membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan besarnya modal yang digunakan. Semakin bsar prosentase atas perbandingan tersebut, semakin tinggi prosntase keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut dan sebaliknya pula.
      Untuk mengetahui kinerja keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang efisiensi dan efektivitas yang dicapai perusahaan atas penggunaan dana.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syarifuddin, 2001, Analisa Neraca, Cetalan Ketujuh, Edisi Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta. 

Cahyono, Bambang, 2000, Analisa Kinerja Keuangan, TPWT, Jakarta.

Djarwanto, 1999, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. 

Dukat, Erwin, 1997,  Analisa Laporan Keuangan, Analisa Rasio, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,  Liberty Yogyakarta.

Husnan, Suad, 2001, Pembelanjaan Perusahaan, (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan),  Liberty, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2003, Analisa Investasi, Ceakan Keduabelas, Cetakan Ketujuh, Intermedia, Jakarta. 

Harjito, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Baru, Cetakan Kesembilan, Liberty, Yogyakarta.

Nafarin, M, 2004, Pengantar Akuntansi, Edisi Ketujuh, Salemba Empat, Yogyakarta.

Nitisemito, Alex, S, 1999, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Yayasan Penerbit  Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Simamoran, Henry, 1999, Akuntansi Manajemen, Cetakan Kedua, Edisi Pertama, TPWT, Jakarta.

Tunggal, Amin, 1998, Analisa Laporan Keuangan, Fakultas Ekonomi, UGM,  Yogyakarta.

Van Horn, James C, 1998, Manajemen dan Kebijakan Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuan, Intermedia, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1997,  Norma-Norma Pemeriksaan Akuntnasi, Penerbit Bank Indonesia, Jakarta.