Powered By Blogger

Kamis, 07 Maret 2013

Standar Akuntansi Pemerintahan


Dengan diberlakukannya paket Undang-Undang bidang keuangan negara ( UU
No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan UU No 15 tentang Pemeriksaan Pertanggungjawaban
Keuangan Negara), tata cara pelaporan keuangan pemerintah yang dirasakan
kurang transparan dan akuntabel telah berubah, karena sebelumnya laporan
keuangan tersebut      belum sepenuhnya disusun mengikuti standar akuntansi
pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntansi sektor publik yang diterima
secara internasional. Sejak saat itulah, keseluruhan proses pelaporan keuangan
pemerintah mengacu pada standar akuntansi pemerintahan. Standar akuntansi
pemerintahan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan
seluruh Pemerintah Daerah di dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan.
Dalam salah satu penjelasan di Undang Undang Perbendaharaan Negara
disebutkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan ditetapkan dalam suatu
peraturan pemerintah (PP No 24 Tahun 2005) dan disusun oleh suatu Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen yang terdiri dari para
profesional, yang bekerja berdasarkan suatu due process. Usulan standar yang
disusun oleh komite juga telah mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa
Keuangan sebagai dasar untuk penyempurnaan.
Kemudian, mengingat bahwa laporan keuangan pemerintah terlebih dahulu
harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada
DPR/DPRD, BPK memegang peran yang sangat penting dalam upaya percepatan
penyampaian laporan keuangan pemerintah tersebut kepada DPR/DPRD. Hal
tersebut sejalan dengan penjelasan Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menetapkan bahwa audit atas
Laporan Keuangan Pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
setelah Laporan Keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah.
Beberapa aspek yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
menurut Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005.

Laporan Keuangan Pokok (Standar Akuntansi Pemerintahan)


Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Penyajian laporan mempunyai berbagai tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
Laporan keuangan untuk tujuan umum mengandung arti bahwa suatu
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya. Dengan demikian, laporan keuangan mempunyai peranan prediktif -
yang menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber
daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, risiko dan ketidakpastian
yang terkait - dan prospektif  yang menyajikan informasi mengenai indikasi apakah
sumber daya yang diperoleh dan digunakan telah sesuai dengan anggarannya dan
apakah telah seusai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk memenuhi tujuan umum
ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan dan arus kas.

Sedangkan laporan keuangan untuk tujuan khusus mengandung pengertian
bahwa suatu laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Untuk memenuhi tujuan khusus ini,
laporan keuangan menyajikan informasi tambahan, termasuk laporan non keuangan,
yang dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan
gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan
dalam satu periode laporan.

Dengan demikian, laporan keuangan pemerintahan akan berisi hal-hal
sebagai berikut:
1. Informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
dana pemerintah
2. Informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas dana pemerintah;
3. Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
4. Informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
5. Informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
6. Informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan;
7. Informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya.

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah (Standar Akuntansi Pemerintahan)


Komponen-komponen yang terdapat dalam laporan keuangan pokok terdiri
dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan      Keuangan.       Komponen-komponen     tersebut      disajikan      setiap      entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.1 Laporan keuangan pokok tersebut sekurang-kurangnya
disajikan sekali dalam setahun. Dalam kondisi tertentu - misalnya entitas pelaporan
yang      mengalami      pemekaran      atau      penggabungan      yang      dijinkan      menurut
perundangan, adanya perubahan tahun anggaran suatu entitas, dan masa transisi
perubahan basis akuntansi dari kas ke basis akrual, tanggal laporan suatu entitas
dapat berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan periode yang lebih
panjang atau lebih pendek. Apabila situasi seperti ini terjadi, harus diuangkapkan
alasan penggunaan periode pelaporan yang bukan tahunan dan harus diuangkapkan
fakta bahwa jumlah komparatif suatu laporan tidak dapat diperbandingkan.


1 Fungsi perbendaharaan, menurut PSAP No 1 tentan Penyajian Laporan Keuangan, adalah unit yang ditetapkan
sebagai bendaharawan umu negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahrawan umum negara/daerah.

Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi
Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang - kurangnya unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Pendapatan
2. Belanja
3. Transfer
4. Surplus/defisit
5. Pembiayaan
6. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca mencantumkan
sekurang-kurangnya pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas
2. Investasi jangka pendek
3. Piutang pajak dan bukan pajak
4. Persediaan
5. Investasi jangka panjang
6. Aset tetap
7. Kewajiban jangka pendek
8. Kewajiban jangka panjang
9. Ekuitas dana.

Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non
anggaran.
Laporan arus kas berguna terutama sebagai :
1. Indikator terhadap jumlah arus kas di masa yang akan datang dan menilai
kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya;
2. Alat pertanggungjawaban dalam pengelolaan kas ;
3. Media evaluasi bagi pembaca laporan dalam mengevaluasi perubahan
kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pemerintahan dan struktur
keuangan yang bersangkutan.

Arus kas bersih dari Aktivitas Operasi merupakan indikator dari kemampuan
operasi suatu entitas pemerintahan dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai      aktivitas       operasionalnya      di      masa       yang       akan       datang       tanpa
menggantungkan diri dari sumber pendanaan luar. Arus masuk kas aktivitas operasi
antara lain : penerimaan pajak, penerimaan hibah, penerimaan bagian laba BUMN/D
dan transfer (dana perimbangan). Sedangkan arus keluar kas antara lain untuk
belanja pegawai, belanja barang dan jasa non investasi, belanja pembayaran bunga
utang, belanja subsidi dan sebagainya.
Pemberian dana kepada entitas lain yang belum jelas peruntukkannya apakah
untuk modal kerja, penyertaan modal atau untuk membiayai aktivitas periode
berjalan maka pemberian dana tersebut diklasifikasikan ke dalam Aktivitas Operasi.
Demikian juga jika ada surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan yaitu
dibeli untuk dijual kembali maka pembelian dan penjualan surat berharga tersebut
masuk dalam aktivitas operasi.
Arus kas dari Aktivitas Operasi Aset non-Keuangan adalah penerimaan dan
pengeluaran kas bruto untuk memperoleh atau melepas sumber daya ekonomi
dengan tujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yang akan datang. Contohnya antara lain adalah perolehan dan
penjualan aset tetap dan aset lainnya.
Arus kas dari Aktivitas Dana Cadangan adalah penerimaan dan pengeluaran
kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi dana cadangan.
Arus kas ini berasal dari pembentukan dan pencairan dana cadangan.
Arus kas dari Aktivitas Pembiayaan adalah penerimaan dan pengeluaran kas
bruto sehubungan dengan adanya pendanaan untuk menutupi defisit anggaran atau
penggunaan surplus anggaran. Tujuannya adalah untuk memprediksi klaim pihak
lain terhadap arus kas atau klaim terhadap pihak lain dari suatu entitas
pemerintahan. Contoh dari arus masuk kas aktivitas pembiayaan antara lain adalah
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi BUMN/D.
Sedangkan arus keluar kas aktivitas pembiayaan antara lain adalah pembayaran
cicilan     pokok     hutang,      pembayaran      obligasi     pemerintah,      penyertaan      modal
pemerintah, pemberian pinjaman jangka panjang dan sebagainya.
Arus      kas      dari     Aktivitas      Non-Anggaran    merupakan      penerimaan      dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan pemerintah, misalnya Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang.
PFK adalah jumlah dana yang dipotong dari SPMU atau diterima secara tunai yang
diperuntukkan bagi pihak ketiga (bersifat dana titipan), misalnya potongan Taspen,
Askes dan sebagainya sedangkan kiriman uang merupakan mutasi kas antar
rekening, baik masuk atau keluar pada kas umum negara atau kas daerah.

Metode Penyusunan Laporan Arus Kas.
Metode yang dapat digunakan dalam melaporkan arus kas dalam suatu
entitas pemerintahan ada dua cara yaitu dengan Metode Langsung dan Metode tidak
Langsung. Metode Langsung dalam menyajikan Laporan Arus Kas menekankan pada
pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Dalam Metode tidak
Langsung, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional
non-kas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) atas penerimaan atau
pembayaran kas yang lalu dan yang akan datang serta unsur pendapatan dan
belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset non-
keuangan dan pembiayaan.
Metode yang sering digunakan dalam pelaporan arus kas saat ini adalah
Metode Langsung karena informasi yang disajikan dapat mengestimasikan arus kas
di masa yang akan datang, sederhana dan mudah dipahami serta data-data yang
dibutuhkan dalam laporan tersebut dapat langsung diperoleh dari catatan akuntansi.