Powered By Blogger

Senin, 25 Februari 2013

Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan


     Pada dasarnya setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan organisasionalnya perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Di dalam rangka mengadakan persediaan maka dibutuhkan sejumlah dana yang akan digunakan untuk mebiayai persediaan tersebut. Oleh karena barang-barang yang dibutuhkan tidak selamanya dapat diperoleh setiap saat, tetapi melalui proses yang memerlukan tenggang waktu tertentu untuk pengadaannya, maka setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum.
      Adapun pengertian tentang persediaan oleh Sofyan Assauri  Management Production, (1998 : 7) menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa yang dibutuhkan faktor-faktor produksi.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas, maka setiap hasil produksi mempunyai kegunaan tertentu dan dibutuhkan faktor-faktor produksi yang mendukung kelancaran produksi tersebut.
      Sedangkan menurut Mubyarto, Metodologi Penelitian, (1999 : 62) menyatakan bahwa produksi itu adalah suatu hasil yang diperoleh sebagai akibat pekerjaannya yang dapat mendukung dalam peningkatan faktor-faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.
      Dari pengertian tersebut dijelaskan sebelumnya, maka persediaan dapat diartikan sebagai barang yang diperlukan dalam proses produksi dan yang digunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan atau bahan yang diperoleh atau diperlukan untuk diolah kedalam rangkaian proses produksi dan menjadi barang jadi yang dihasilkan.
      Di samping hal di atas timbul masalah lain yaitu jika perusahaan penyediaan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak lebih dari yang dibutuhkan, tentu perusahaan akan mengeluarkan sejumlah dana untuk penyimpangan dan biaya pemeliharaan persediaan bahan baku. Oleh karena itu perusahaan perlu menetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah yang optimal untuk mencapai kuantitas produk dengan biaya seminimal mungkin.
      H.A. Harding Production Management (2000 : 151) menyatakan bahwa persediaan meliputi semua barang dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam proses produksi atau memberikan jasanya.
      Sedangkan Assauri Management Production, (1998 : 219) memberikan definisi bahwa persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
      Pengertian persediaan yang tidak dijelaskan sebelumnya, yaitu persediaan dapat diartikan sebagai semua bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang menunggu penggunaannya untuk digunakan atau untuk memperlancar kegiatan proses produksi.
      Pengertian persediaan yang dimaksud diklasifikasikan menurut jenis dan posisi bahan baku dalam urutan pekerjaan produk, menurut Sofyan Assauri Production Management, (1998 : 222) bahan baku atau barang-barang yang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan dalam urutan proses produksi meliputi :
3     Persediaan bahan baku (Row Material Stock)
      2.  Persediaan bagian produk atau parts dibeli (Purchased Parts)
      3. Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Surplus Stock)
4     Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work In Process/Progress Stock)
5     Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock)
      Jadi secara umum persediaan dapat diartikan sebagai sejumlah harta kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat berupa sejumlah bahan baku, parts yang disediakan untuk diolah kedalam urutan-urutan rangkaian proses produksi dan jumlah barang yang terdapat dalam masing-masing proses yang masih memerlukan proses pengolahan lebih lanjut pengerjaan dalam kegiatan pengerjaan bahan tersebut atau sejumlah barang jadi disiapkan untuk memenuhi permintaan langganan setiap waktu.
      Maksudnya bahwa dengan adanya persediaan maka akan menjamin kelancaran proses produksi serta kebutuhan konsumen dapat dipenuhi tepat pada waktunya.
      Di samping itu persediaan dapat juga mengurangi tingkat ketergantungan perusahaan terhadap supplier dan konsumen, maksudnya bahwa pabrik dapat  matang yang berkaitan dengan perkembangan atau pemesanan kembali persediaan.
      Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam pemesanan kebambaki bahan baku, sebagai berikut :
      1.  Berapa jumlah bahan yang harus dipesan
6     Berapa besarnya jumlah persediaan pengaman
7     Pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan ulang
      Chase Aquilano, System Planning, (2000 : 315) ada dua sistem pemesanan, sebagai berikut :  
1.   The Fixed Order Quantity System
Sistem ini pemesanan dilakukan jika tingkat pemesanan telah mencapai suatu batas tertentu dengan ketentuan bahwa persediaan bahan baku cukup untuk diproduksi dan telah diperhitungan order yang telah diterima, dimana perusahaan harus melakukan pemesanan ulang (reorder point). Tingkat persediaan yang dimaksud adalah sisa persediaan yang dapat menempuh kebutuhan produksi atau permintaan selama tenggang waktu pemesanan (lead time) yaitu jangka waktu pemesanan sampai barang diterima.
2.  The Fixed Order Period System
      System pemesanan ini didasarkan pada suatu batas waktu yang telah ditetapkan (menggunakan tenggang waktu) dengan menghitung persediaan yang ada. Jika persediaan jumlahnya yang sangat menipis atau dengan istikah   dibawah  jumlah  tertentu   maka,   dibutuhkan   pemesanan   ulang, sedang jumlah pemesanan setiap kali pesan tidak sama volumenya karena harus disesuaikan dengan jumlah persediaan masih tersisa.

Metode Pengendalian Persediaan


Biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan sehubungan dengan pengadaan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan pesanan menurut Chase Aquilano Management Production, (2000 : 314) membagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Holding costs (carrying costs) atau biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya penyimpanan persediaan. Besarnya biaya ini berubah-ubah adakalanya berubah-ubah disebabkan kegiatan pada perusahaan yang dapat disesuaikan dengan besar kecilnya persediaan yang disimpan.
      Penentuan besarnya biaya ini didasarkan kepada presentase nilai rupiah dari persediaan, yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya perdagangan (biaya sewa gudang atau biaya penyimpanan), biaya fasilitas pergudangan, biaya pemeliharaan (manitenance), biaya asuransi kerugian atas pencurian, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya penyusutan serta biaya pajak yang dianggap pengeluaran.
2.   Production changer cost (setup costs), yaitu biaya-biaya yang timbul karena terjadinya penambahan, pengurangan fasilitas produksi sebagai akibat persediaan yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan produksi dan penjualan pada suatu saat yang termasuk dalam production change costs seperti biaya lembur, biaya pemberhentian, biaya pelatihan/training serta biaya pengangguran. Umumnya biaya-biaya pengadaan persediaan ini sulit ditentukan jumlahnya untuk satu periode produksi sehingga dimasukkan ke dalam setup costs.
3.   Ordering costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya pemesanan bahan baku hingga sampai ke dalam gudang perusahaan. Biaya ini besarnya tergantung pada frekuensi pemesanan, yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya administrasi, biaya pembelian dan pemesanan biaya pengangkutan dan bongkar muat biaya penerimaan serta biaya pemeriksaan.
4.   Shortage costs, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari jumlah persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk proses produksi sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam keadaan demikian akan melakukan pemesanan mendadak yang mengandung banyak resiko seperti kerusakan bahan sehingga harus dikirim kembali enggan mengeluarkan biaya tambahan.
      Kebijaksanaan permintaan pengadaan bahan baku material merupakan bagian dari kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Manajemen investasi atau persediaan tidak hanya berhubungan dengan manager pembelian melainkan juga berhubungan dengan manager keuangan
      Manager pembelian cenderung untuk berorientasi pada pembelian dalam jumlah yang besar untuk memperoleh discount atau potongan dari supplier. Begitu pula manager produksi ingin mempertahankan jumlah persediaan yang besar untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sedangkan manager financial, mempertahankan pembelian dalam jumlah yang kecil demi efisiensi penggunaan dana.
      Untuk lebih jelasnya pengertian Economic Order Quantity oleh Sofyan Assauri, Management Production, (1998: 176) menyatakan bahwa dalam menentukan kebutuhan untuk menghasilkan sejumlah barang jadi yang direncanakan untuk suatu periode tertentu.
      Pengendalian bahan baku merupakan bagian dari pada kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena dapat memenuhi para langganan atau konsumen.
      Demikian pada terlalu banyaknya persediaan walaupun hal ini mempunyai kebaikan terhadap kelancaran proses produksi, akan tetapi menimbulkan biaya penyimpanan yang terlalu besar dan dapat menimbulkan kerugian karena kemungkinan kerusakan persediaan yang berlebihan tersebut.
      Aktiva keseluruhan dan kekurangan inilah diperlukan yaitu tersedianya jumlah persediaan yang ekonomis. Hal ini dapat terlaksanan bila dalam melakukan sistem pemesanan yang ekonomis disebut “Economic Order Quantity”, dalam menghitung economic order quantity ini dipertimbangkan 2 (dua) jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
3     Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi pemesanan semakin tinggi pula biayanya, sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah/kuantitas setiap kali pesanan berarti akan semakin rendah tingkat frekuensi pemesanan.
4     Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang dipesan. Makin besar bahan baku yang dipesan akan semakin besar pula biaya penyimpanannya dengan biaya pemesanan.

Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya


1.  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu, apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui yang merupakan komponen biaya perusahaan. Hal ini, total biaya selalu dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, Capita Selecta, (2002: 147) menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat di bagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah pendapatan bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.
      Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (1997 : 26) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau menyangkut kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungan nya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh.
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto Akuntansi Untuk Usahawan (2001 : 89) memberikan ulasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense) sebagai berikut, cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi perusahaan.
      Dalam pengertian biaya yang dikemukakan oleh Hartanto yang telah memisahkan tentang pengertian yang akan datang dan tercantum dalam neraca. Sedangkan expenses atau ongkos adalah biaya yang menghasilkan prestasi dan tidak memberikan manfaat diwaktu yang akan datang.
      Berkaitan dengan hal tersebut, maka suatu perusahaan sebaiknya memegang dan menjalankan aktivitasnya dengan azas-azas sebagai berikut :
3     Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil tertentu ataupun dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
4     Azas kontinutas adalah azas kelangsungan hidup pada perusahaan
5     Azas proposionalitas adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Dalam upaya memanfaatkan azas efisiensi ini yang menjadi titik berat adalah usaha untuk mendapatkan ketepatan ukuran dari setiap pengorbanan yang telah diberikan adalah dikeluarkan keuntungan dan hendaknya terdapat proposional yang sesuai antara pengeluaran untuk pengorbanan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi.
      Pengertian biaya ini juga dikemukakan oleh Matz dan Usry, Production and Control, (2000 : 30) sebagai berikut cost is foregoing, measured in monetary terms incurred or potenially to be incurred to archieve a spesific ebjective.
      Dengan dasar pengertian biaya yang dikemukakan oleh Matz Usry diatas, mereka mengemukakan bahwa biaya adalah pengeluaran-pengeluaran yang dapat di nilai dengan uang atau dengan potensial yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan khusus.
      Sejumlah pengeluaran/ pengorbanan untuk proses produksi yang dapat dinilai dengan ukuran tertentu yang menghasilkan lebih banyak daripada yang telah dikeluarkan, biaya disini mengharapkan lebih banyak hasil diharapkan oleh perusahaan.
      Selanjutnya oleh Mulyadi, Akuntansi Biaya, (2000: 3) dikatakan bahwa di dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.
      Menurut definisi di atas pengorbanan sumber ekonomis dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
        1. Pengorbanan yang telah terjadi adalah nilai ekonomis yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan historis yaitu biaya yang telah terjadi.
  2. Pengorbanan yang mempunyai kemungkinan akan terjadi yaitu nilai ekonomi yang akan dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang.
3.  Sejumlah pengorbanan untuk mengharapkan hasil yang lebih banyak untuk mengharapkan hasil yang lebih memuaskan oleh perusahaan manufactur. 
      Dengan demikian, definisi biaya yang telah disampaikan oleh beberapa ahli ekonomi di atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya adalah mempunyai tujuan yang sama, yaitu pada pengorbanan sejumlah nilai-nilai dalam bentuk biaya untuk menciptakan barang dan jasa demi untuk mendapatkan sejumlah pendapatan atau keuntungan dari setiap kegiatan yang dikerjakan dalam menghasilkan sesuatu.

2. Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto,  Akuntansi Untuk Usahawan, (1998 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut 
       "1. Biaya variabel dan biaya tetap
        2. Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain yang mengarah pada proses produksi.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1. Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

Pengertian Produksi


  Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada. Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri, dalam bukunya Manajemen Produksi, (2002 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth, dalam bukunya Cost Accounting, A. Managerial Emphasis,  (2000 ; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing  barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.       
      Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengatalami tahapan tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai berikut :
1.   Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk  mendapatkan hasil tertentu ataupun dengan pengorbanan tertentu  untuk mendapatkan  hasil yang semaksimal mungkin.
 2. Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat  produksi terdapat perbandingan yang serasi.
      Selanjutnya akan dikemukakan arti  kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, Manajemen Produksi (2002 : 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang  terdapat dalam suatu  hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat. 
      Sesuai dengan pengertian  di atas ada beberapa faktor yang dapat  menghasilkan  barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1.  Faktor produksi tanah
2.  Faktor produksi modal
3.  Faktor produksi tenaga kerja      
      Sedangkan Richard, Production Management (1999 : 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwalitas untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
      Sesuai dengan definisi tersebut di atas, menyebutkan bahwa unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah yang merupakan pengendalian mutu untuk berperan serta dalam  bersaing di pasar.  
      Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
3     Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas singkat operasinya dan lain-lain.
4     Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang mana memberikan kepuasan.
5     Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap  komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality ofconformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).             
      Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam pembentukan suatu  standard dikemukakan oleh Harding, dalam bukunya, Production Management (2001 : 58), menyatakan bahwa :
        1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan
        2) Memenuhi standard kualitas perusahaan
        3) Diproduksi dengan peralatan  yang ada  sekarang. 
      Untuk itulah E.Mansffiel, Proses Produksi (2002 : 121), menyatakan bahwa  proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
      Selanjutnya menurut R.A. Bilas, Modern Production Management  (1999 : 127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsu­men, sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
      Dari beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah  bentuknya oleh  perusahaan yang  menggunakan  dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa  yang disebabkan  input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang  disebut output.
      Pengertian  produksi dapat  dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor produksi sekaligus, maka akan diperoleh suatu  faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan  kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
      Paul A. Samuelson Dasar-Dasar Penganggaran Eksekutif (2002 ; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi garus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
      Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, Akuntansi Biaya dan Harga Pokok (2000 ; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah penggunaan unsur-unsur dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Pendapat di atas, bahwa dapat  menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
      Dalam hubungan antara input dengan output berarti kita bicarakan  mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat diketahui hasil  yang telah diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh keuntungan atau menderita  rugi  dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.

Pengertian Harga Pokok Produksi


1.   Pengertian Harga Pokok Produksi
      Sebelum proses produksi dimulai, terlebih dahulu harus diketahui berapa besarnya  harga pokok dari  barang yang akan  diproduksikan. Dengan  demikian, dapat pula  diketahui  besarnya  harga  jual  serta  pengendalian biaya produksi.
      Demikian halnya untuk, mengetahui besarnya harga pokok produksi, maka terlebih dahulu harus diketahui jalannya kegiatan-kegiatan atau proses produksi, yang berarti unsur-unsur biaya yang melekat pada produksi tersebut dapat pula didentifikasikan.
      Pada perusahaan industri yang kegiatan pokoknya adalah mengelolah bahan baku menjadi suatu produk jadi yang disiapkan untuk dipakai atau dijual, perhitungan harga pokok produk perlu dilakukan secara cermat. Apabila terjadi kekeliruan dalam perhitungan harga pokok, akan dapatmerugikan perusahaan. Oleh karena itu sebelum proses produksi dimulai, seharusnya terlebih dahulu diperhitungkan berapa besar harga pokok dari barang yang akan diproduksi, guna menetapkan harga jual dari barang tersebut dan pengendalian biaya produksi.
      Untuk menentukan besarnya harga pokok produksi suatu barang sebelumnya perlu diketahui apa yang dimaksud dengan harga pokok. Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan ytujuannya untuk memperoleh penghasilan.
      Abbas Kartadinata, Akuntansi dan Analisa Biaya, Suatu Pendekatan Tingkah Laku Biaya, ( 2000 : 1) mengemukakan pendapatnya tentang harga pokok produksi, sebagai berikut :
1.    Bagi suatu perusahaan perdagangan, harga pokok hanya mengandung satu unsur saja, yakni harga beli produk-produk yang diperdagangankan.
2.    Harga pokok jadi yang dihasilkan suatu perusahaan meliputi semua biaya dan pengorbanan yang diperlukan untuk menghasilkan produk jadi, meliputi :
a.   Bahan baku dan bahan pembantu
b.    Upah langsung
c.    Biaya produksi tidak langsung.
      Dengan pengertian ini dapat dismpulkan bahwa yang membedakan harga pokok kedua jenis perusahaan, yakni disebabkan karena perusdahaan daagang adalah perusahaan hanya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk barang, sedangkan perusahaan industri adalah perusahaan yang membeli bahan dan merubah bentuknya untuk dapat dijual.
      Dalam hal ini untuk perusahaan dagang, harga pokok barang yang dijual adalah jumlah persediaan awal ditambah dengan pembelian dan dikurangi dengan persediaan akhir. Sedangkan pada perusahaan industri meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan baya-biaya umum produsi lainnya.
Pengertian harga pokok (cost) dan biaya (expenses) serng diperlukan. Untuk  lebh jelasnya Supriono Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan dan Penentuan Harga Pokok (1999 : 12) mengemukakan bahwa cost (biaya) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam  bentuk :
a.  Kas yang dibayar atau
b.  Nilai aktiva lainnya yang diserahkan/ dikorbankan atau
c. Nilai jasa yang diserahkan/ dikorbankan, atau tambahan modal dalam rangka pemilihan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang. Sedangkan expenses adalah harga pokok dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Mulyadi Akuntansi Management, (1999 : 295) biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh fungsi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi tiga unsur, yaitu :
1.   Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah harga pokok dari semua bahan dan secara praktis dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk selesai.
Bagi perusahaan industri, bahan baku merupakan bahan yang sangat meentukan kualitas maupun kuantitas dari hasil produksinya. Keberhasilannya tergantung dari luasnya pengawasan bahan baku, efisiensi pembelian dan lain-lain.
       2.  Biaya Tenaga Kerja
            Biaya tenaga kerja adalah semua balasa jasa yng diberikan oleh  perusahaan kepada semu karyawan, sesuai dengan fungsi dimana karyawan bekerja, maka biaya tenaga kerja dapat digolongkan ke dalam :
a.   Biaya tenaga kerja panrik/ produksi.
b.   Biaya tenaga kerja pemasaran
c.   Biaya tenaga kerja administrasi dan umum.
             Elemen biaya tenaga kerja untuk fungsi produksi dapat dibagi atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
4     Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) adalah merupakan upah yang dibayarkan pada semua buruh yang bekerja secara langsung dalam proses produksi.
5     Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour) adalah semua upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan pada produk atau jasa. Untuk biaya kerja fungsi pemasaran dan biaya tenaga kerja fungsi administrasi dan umum merupakan biaya tenaga kerja yang langsung dibebankan sebagai proiod cos pada saat terjadi.
       3.  Biaya overhead pabrik
  Biaya verhead pabrik (factory overhead cost) adalah semua biaya produksi selain biaya bahu dan biaya tenaga kerja.
   Batasan biaya overhead pabrik dikemukakan oleh Supriono dalam bukunya Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok (1999 : 293) bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku da biaya tenaga kerja langsung yang eelemennya dapat digolongkan kedalam :
a.   Biaya bahan penolong
b.   Biaya tenaga kerja langsung
6     Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
7     Reperasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
8     Biaya listrik dan pabrik
9     Biaya asuransi
10   Baya overhead pabrik dan lain-lain.

Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi


      Adapun tujuan penetapan harga pokok sebagaimana dikemukakan Winardi Kapita Selesta (2002; 149), mengemukakan  bahwa :
     1) Sebagai alat untuk perencanaan         
     2) Sebagai alat untuk pengawasan atau  pengendalian biaya.
     3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan khusus.
      Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan penetapan harga pokok adalah :
       1) Sebagai dasar bagi harga pokok penawaran
       2) Sebagai dasar guna menentukan hasil - hasil perusahaan.
       3) Penilaian mengenai harga-harga pasar yangberlaku
       4) Sebagai alat guna  mengontrol efisiensi perusahaan.
      Dengan demikian, apabila  diketahui  harga  pokok  sesuatu  barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat pula ditentukan. Demikian  pula dengan diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan pengendalian efisiensi  dalam  proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan pengawasan.
      Efisiensi  yang dimaksud  tersebut  adalah  penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan  yang  seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Pokok Produksi


      Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar  nilai   suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa yang telah disesuaikan. 
      Mulyadi Akuntnsi Biaya, Pengendalian Harga Pokok, (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
     Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga yang telah ditentukan tersebut.
      Kemudian Nitisemito, Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PTP. XIV Pabrik Gula Camming dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Perusahaan PTP. XIV Pabrik Gula Camming dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya.