Powered By Blogger

Rabu, 28 Desember 2016

Unsur-Unsur Pengendalian Intern

      Pelaksanaan internal control pada dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang internal control dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur internal control, yang dilaksanakan sebagai berikut :
    1)  Rencana organisasi                                                         
    2)  Methode   dan   ketentuan - ketentuan  yang   terkoordinir  untuk  dapat  
          melindungi harta milik perusahaan.
     3)  Personalia.
     4)  Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
      Sehubungan dengan tersebut, maka rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :  
1)    Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya dengan ekonomis.
2) Meliputi rekening-rekening yang dapat diperlukan untuk dapat menggambarkan dengan baik dan teliti harta-harta milik, hutang, pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci sehingga berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.
     3)  Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat didalam setiap rekening.

     4)  Membuat rekening-rekening kontrol apabila diperlukan.

Tujuan Pengendalian Intern

      Pada umumnya semua kegiaatan dalam pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya internal control, kalau menurut Sri Kadarisman, dalam buku Dasar-Dasar Kepegawaian, (2000 : 121), mengemukakan tujuan internal  control, sebagai berikut ::
1) Membantu manajemen dalam pelaksanaan administrasi pada perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan prosedur untuk menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2)    Memberi tahukan dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3)    Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4)    Menentukan sampai sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian. 
      Untuk mencapai tujuan ini, maka internal control dilakukan pada obyek-obyek yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, terhadap :
1)  Jumlah  hasil  kerja, yaitu banyaknya (kuantitas) daripada hasil yang telah
     dicapai dalam suatu proses pelaksanaan kegiatan.
2)  Mutu hasil kerja, yaitu tinjauan dari segi kaulitas hasil yang telah dicapai.     
3)    Pegawai, dalam bidang ini maka sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan kecakapan kerjanya.
4)    Uang yaitu, dimana obyek ini sangat penting artinya dan yang menjadi sasaran kontrol adalah apakah pemakaian uang itu sah dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5)    Barang pembekalan, obyek ini menyangkut pembelian penggunaan  dan  pemeliharaan barang-barag inventaris,  apakah telah dilakukan dengan baik sesuai dengan  ketentuan atau belum.
6)    Ruang kerja, apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.
7)    Waktu, dari segi ini maka yang menjadi sasaran pengawasan adalah apakah waktu yang dipergunakan dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.

8)    Metode kerja, yang menjadi sasaran dengan obyek ini adalah  apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.

Pengertian Pengendalian Intern

       Dalam pembahasan ini akan dikemukakan pengertian internal control. Menurut Sri Kadarisman, dalam buku Dasar-Dasar Kepegawaian, (2000 : 112), menyatakan bahwa internal control atau pengawasan intern ialah tindakan yang dilakukan oleh manajer untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya sesuai dengan planning atau tidak, jadi fungsi-fungsi “planning to detect a mistake immediate as it accours".
      Apa yang dikontrol ialah rencana-rencana pekerjaan atau pelaksanaan planning. Dalam hal ini kontrol bukan itu sesuatu yang telah dikerjakan saja, tetapi sesuatu yang mungkin terjadi di mana yang akan datang. Dengan demikian, planning kita kembali keputusan-keputusan yang kita ingini, membuat gambaran yang pasti dengan kontrol kita ingin mengetahui sudah sampai dimanakah rencana itu dilaksanakan. Bagaimana foloow up sesuatu keputusan yang telah diambil, kemudian ada kemajuan atau tidak, bila ada kemacetan sampai dimana kemacetan itu dan apa sebabnya, menurut M. Manullang, dalam buku Dasar-Dasar Manajemen, (2002 : 92), pengawasan intern berarti kemampuan untuk meneruskan dan memberikan motivasi serta untuk mengetahui apa yang sesungguhnya telah dilakukan dibandingkan, dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan pengawasan pembuatan standard-standard mengandung untuk pengawasan pengukuran pekerjaan kantor
      Berdasarkan hal tersebut, maka proses kontrol terdiri dari pada langkah-langkah tertentu yang menjadi dasar bagi semua controlling. Tanpa memperdulikan aktivitas dari beberapa dasar penerapan dalam proses mengenai kontrol intern yang ada di dalam perusahaan itu sendiri.
      Dengan demikian, menurut Manukkang, dalam buku Dasar-Dasar Manajemen,  (2002 : 105), menyatakan bahwa :
      "1) Menentukan standard atau dasar bagi control
       2) Pengukuran bagi pekerjaan                    
       3) Membandingkan pekerjaan dengan standard, dan menentukan perbedaan jika ada.               
       4) Memperbaiki penyimpangan  dengan bantuan tindakan yang bersifat membetulkan".
      Pada pengertian tersebut, dinyatakan dalam kebiasaan yang sedikit berbeda, controlling, terdiri dari pada bagian, yaitu :
1)      Menentukan apa yang harus dikerjakan atau dapat diharapkan sesungguhnya.
2)      Untuk menentukan hasil dengan harapan-harapan yang mana membawa kepada tercapainya tujuan.
3)      Menyelidiki apa yang akan dikerjakan.
4)      Menguji hasil sudah  sesuai  atau belum,  mana  kemudian menerapkan dalam ukuran-ukuran perbaikan yang akan perlu    ditambah.
      Penggunaan dari pada proses control untuk suatu illustrasi mengenai aktivitas-aktivitas dari bagian pembelanjaan, berita yang disampaikan untuk menjual kepada toko-toko khusus eceran. Pesanan yang sebenarnya memberikan kepastian untuk ini dengan seorang kelak menjual yang menjalankan sebagai aktivitas pekerjaan.
      Pada bagian penjualan mempunyai jatah penjualannya masing-masing. Ini adalah standard yang dapat dibandingkan dengan volume yang sebenarnya dari peranan penjual kepada jatah penjualan masing-masing dapat memberikan ukuran kepada pekerjaan pada bagian. Informasi yang feed back mengenai penyimpangan antara pesanan penjualan menunjukkan dasar untuk tindakan perbaikan yang mana dapat dilihat susunannya bahwa prosedur perintah penjualan digunakan, produk didemonstrasikan dengan baik memperlihatkan harga dan sebagainya, atau pada bagian penjualan diperiksa     kembali, atau prosedur penjualan dirobah.
      Haruslah diperhatikan bahwa penggunaan dari pada proses control diperkirakan bahwa pekerjaan planning menjadi lengkap dan jelas. Haruslah sekurang-kurangnya ada sedikit perencanaan (planning) sebelum terjadinya      controlling.

      Usaha-usaha pengawasan benar-benar dapat membantu, bilamana setiap anggota dari suatu organisasi untuk mengetahui tujuan-tujuan yang umum dan mana dicari dan sama sekali berhubungan dengan tujuan yang umum dan erat dari unit pekerjaannya, seksi atau departemen, yang mana tujuan-tujuan adalah satu refleksi dan bagian yang integral dari semua tujuan-tujuan umum organisasi. Apabila seorang pekerjaan, apakah ia kepala bagian atau pengawas, untuk mengetahui apakah yang diharapkan dirinya secara teratur menerima informasi baik untuk ia mengetahui keberhasilannya yang relatif dalam batas yang diharapkan.

Pengertian dan Klasifikasi Biaya

a.  Pengertian Biaya

      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa, maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi, sehingga bahan baku bisa menjadi barang jadi dengan tetap mengedepankan kualitas produksi, pada dasarnya setiap proses produksi yang merupakan komponen biaya perubahan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total  penerimaan yang  mungkin  dapat  diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya-biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan satu yang lainnya dalam proses produksi. Oleh Winardi, dalam buku Kapita Selecta, (2004 : 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluar kan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang bersangkutan.
      Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan. Ikatan Akuntansi Indonesia, dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntansi  (1999: 26) dikatakan  bahwa
       “Biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan proses pengeluaran modal atau saham, jasa-jasa yang disertakan atau  kewajiban-kewajiban  yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang".                                                         

      Dari definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan tersebut adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam unsur pengeluaran.      
      Menurut D. Hartanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 89),  cost adalah :
“Biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi.Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi”

b. Klasifikasi Biaya     
      Dalam pengelolaan keuangan perusahaan utamanya pada proses produksi tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa  manajemen memerlukan informasi biaya.  
      Kalfisikasi biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan dan biaya lainnya yang terkait dengan seluruh sehuingga barang itu tiba di pasar atau di pasarkan. Oleh karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya sebagai berikut :
  1.  Penggolongan biaya-biaya  atas dasar obyek pengeluaran.
  2.  Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok  dalam perusahaan .
  3. Penggolongan biaya atas hubungan biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
  4. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

  5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.

Pengertian Biaya Tenaga Kerja

      Dalam setiap perusahaan industri tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam rangkaian kesatuan yang menghasilkan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan perusahaan. Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa dalam proses produksi dalam hal penyelesaian segala aktivitas yang dibebankan kepada mereka. Untuk itu perlu adanya suatu balas jasa atas penggunaan tenaga kerja. Hal ini senada dengan pendapat Polimeni et All, dalam buku Akuntansi Untuk Manajemen, (2000; 6) bahwa labour is the physical or mental effort expanded ini manufacturing a product labour cost is the price paid for using human resourse.
      Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya kerja dalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan. Selain itu dapat juga dapat disimpulkan  sebagai harga yang dibayarkan untuk penggunaan sumber  daya manusia.
      Untuk melaksanakan karyawan dapat digolongkan sesuai dengan fungsi dimana karyawan bekerja yaitu fungsi produksi fungsi manajemen, fungsi administrasi dan umum serta fungsi keuangan (apabila dianggap perlu dipisahkan). Sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dapat digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja administrasi dan umum biaya tenaga kerja pemasaran.
      Untuk tujuan pengendalian dan memperjelas perlakuan akuntansi, biaya tenaga kerja khususnya di bagian produksi diklasifikasikan, sebagai berikut :
  1.  Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost)          
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah semua tenaga kerja yang dapat didefinisikan dengan cara yang mungkin ekonomis terhadap produksi barang jadi atau balas jasa yang diberikan  pada karyawan pabrik yang  manfaatnya dapat difinisikan bahwa tenaga kerja yang digunakan dapat menghasilkan barang dan jasa atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Pengertian biaya tenaga kerja langsung menjadi lebih jelas dengan dikemu­kakan sifat-sifat biaya tenaga kerja langsung seperti yang telah diberikan oleh Gunawan Ade Saputra dan Marwan Asri, dalam buku Anggaran Perusahaan,  (2001: 26), sebagai berikut :
a.  Besar kecilnya biaya untuk tenaga  kerja  jenis  ini berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
b.  Biaya dikeluarkan untuk tenaga kerja ini berhubungan atau merupakan biaya variabel.                                                                                                      
c.  Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja untuk kegiatannya langsung dihubungkan dengan produk akhir (teruta­ma dalam penentuan harga produk).
       Jadi yang dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja  langsung adalah para buruh atau bekerja pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi bahan mentah sampai berbentuk bahan jadi.
  2.  Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah semua balas jasa
yang diberikan  kepada  karyawan  pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat didefinisikan kepada produk tertentu yang dihasilkan oleh  perusahaan. Adapun  sifat-sifat biaya tenasga kerja tidak langsung menurut Gunawan Adi Saputra dan Marwan Asri, dalam buku Anggaran Perusahaan,  (2001 ; 262), sebagai berikut: 
a.  Besar  kecilnya  tenaga  kerja  jenis ini yang  tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan produksi.
b.  Biaya dikeluarkan untuk tenaga kerja, jenis ini merupakan biaya tetap.

c.  Tempat bekerja, dari tenaga kerja jenis ini tidak harus selalu di dalam pabrik, tetapi di luar pabrik.

Pengertian Prosedur Audit

Prosedur audit adalah instruksi secara rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh  pada saat tertentu dalam audit, prosedur audit ini menurut Hartanto, D, dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan,   (2003 : 24 ) adalah meliputi :
  1. Inspeksi audit yaitu merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik tertentu.
  2. Pengamatan yaitu merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
  3. Konfirmasi yaitu merupakan bentuk penyelidikan yang menentukan dan memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dan pihak ketiga yang bebas.
  4. Permintaan keterangan, yaitu merupakan prosedur auditor yang melakukan dengan meminta keterangan secara lisan.
  5. Penelusuran, dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan  penelusuran informasi sejak permulaan data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, di lanjutkan dengan pelacakan pengolahan data dalam proses akuntansi.  
  6. Pemeriksaan dokumen pendukung ( voucing ) merupakan prosedur audit yang meliputi
a.  Inspeksi  terhadap  dokumen-dokumen  yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
b.  Perbandingan antara dokumen tersebut dengan catatan akuntansi. 
  7. Perhitungan (counting). Prosedur audit ini meliputi : perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan dan pertanggungjawaban semua formulir bernomor tercetak.
  8. Scarnning yaitu merupakan penelaan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur   yang tampak tidak biasa yang memerlukan menyelidikan lebih mendalam.
  9. Pelaksanaan uang (reforming) merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.

 10 Computer Assisted Audit Techniques. Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor menggunakan computer assisted audit techniques di atas.   

Pengujian Dalam Audit (Audit Test)

      Dalam audit, adalah auditor melakukan berbagai macam pengujian (test) yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, oleh Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok (2002, 15)  yairu :
  1.  Pengujian analitik (Analytical Test)
Pengujian analitik ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang baru dengan data yang lain. Pengujian analitik di maksudkan untuk menentukan auditor dalam memahami bisnis kliem dan dalam mengemuka bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
  2.  Pengujian pengendalian (test of control)
Pengujian pengendalian merupakan prosdur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas struktur dalam pengendalian intern kliem. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, suatu aktivitas pengembalian dan karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
  3.  Pengujian Substantif
Pengujian Substantif adalah merupakan prosedur aulit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan monoter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan kesalahan dalam, yaitu :
a. Penetapan prinsip akuntansi berterima umum.                                                      
b. Tidak diterapkan prinsip akuntansi berterima umum.
c. Ketidak konsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Ketidak tepatan  pisah  batas ( cut off )  pencatatan transaksi.
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan,  pengalian  dan pembagian.
f.  Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan    informasi.

g.  Pencantuman pengungkapan (disclusure) unsur tertentu dalam laporan keuangan.       

Tipe-Tipe Audit

Tipe audit yang sering diberlakukan oleh perusahaan menurut Mulyadi Koneka Pradirejo, dalam buku Auditing, (2002 : 27) mengemukakan bahwa orang atau seklompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe golongan, yaitu :
 1.   Auditor indenpenden
Auditor independen adalah auditor propesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atau laporan keuangan yang dibuat oleh kliemnya.
 2.   Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh audit-audit organisasi atau kuantitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang di tujukan kepada pemerintah.
 3.   Auditor Intern

Tipe auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadapat organisasi serta yang menentukan keandalan     informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam organisasi.  

Jenis-Jenis Auditing

      Auditing pada umumnya digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok menurut Mulyadi, dalam buku Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok, (2003: 159), sebagai berikut :
1.   Audit laporan keuangan (financial statement audit).
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliemnya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi diterima umum.
2.   Audit kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
3.   Audit Operasional (operational audit)
Audit operasional merupakan riview secara sistimatik kegiatan operasional atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit  operasional adalah audit :
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat  rekomendasi  untuk  perbaikan atau  tindakan lebih lanjut.
      Sedangkan menurut Rachyat Kosasih dalam buku Auditing : Prinsip dan Prosedur, (2002 : 18) jenis audit dapat digolongkan menjadi lima, yaitu :
 1.   Pemeriksaan keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan keuangan adalah suatu review independen yang terutama ditujukan untuk menilai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan yang telah disajikan oleh manajemen.
 2.   Peneriksaan operasional (Operational Audit)
Pemeriksaan operasional adalah suatu pemeriksaan indepen den, sistimatis selektif dan analisis suatu organisasi diatur dan dilakukan, dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan tugas yang lebih baik dengan memberikan informasi kelemahan yang dijumpai berikut usul/rekomendasi perbaikannya.
 3.   Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan ketaatan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan apakah perjanjian kontraktuil atau peraturan perundang-undangan tertentu telah ditaati sebagaimana mestinya.
 4.   Pemeriksaan Kegiatan (Performance Audit)
Pemeriksaan kegiatan adalah pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan yang tidak dikaitkan dengan kontrol tertulis. Leo Herbert, dalam buku Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya, (2000 : 213) yang mencakup pemeriksaan manajemn untuk memiliki kekuatan dalam efisien kegiatan serta pemeriksaan program untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan.
 5.   Pemeriksaan khusus (special audit or special review/  investigation)
Pemeriksaan  khusus  adalah  pemeriksaan yang  dilakukan dengan tujuan dan ruang lingkup yang sesuai dengan penugasan.
      Sedangkan menurut Hartanto, D, dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 280) jenis audit digolongkan menjadi dua, yaitu :
  1.  General audit
General audit adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk kecermatan dan kebenaran data administrasi dan kemudian memberikan tertentu penilaian mengenai perusahaan yang bersangkutan.

  2.  Special investigation
Special investigation adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan seperti penyelidikan penyelewengan menentukan pajak terhutang, bunga dan beberapa kewajiban lainnya yang dipenuhi,

      Berdasarkan uraian tersebut, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa jenis audit dapat dibagi menjadi dua baahagian yaitu terdiri dari pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern, yang dimaksud dengan pemeriksaan intern adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh  internal audit dalam perusahaan yang berfungsi untuk memperbaiki proses penyajian informasi yang benar dan tepat pada laporan keuangan perusahaan. Sedangkan pemeriksaan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik atau pemeriksaan ini dilakukan oleh orang luar  perusahaan. 

Pengertian Auditing

      Pemeriksaan akuntansi (auditing) merupakan bidang akuntansi yang bertujuan untuk mencegah mengenai kewajaran dan kelayakan laporan keuangan dalam perusahaan, apakah telah sesuai dengan standar keuangan yang berlaku. Dengan demikian auditing adalah suatu proses yang sistimatis dan obyektif untuk memperoleh dalam menilai bukti-bukti yang berhubungan dengan persyaratan yang tegas mengenai tindakan-tindakan ekonomi atau  kejadian-kejadian untuk dapat memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang tegas dengan kriteria yang ditentukan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan dengan kejadian.
      Berbicara mengenai auditing atau pengertian auditing (pemeriksaan), maka para ahli ekonomi atau praktisi telah menguraikan panjang lebar dengan tekanan kalimat yang berbeda-beda namun tujuannya sama, yaitu untuk mengecek kelayakan laporan keuangan dalam perusahaan terhadap penggunaan keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, berikut ini akan dikutip beberapa pengertian/  definisi tentang auditing yang dikemukakan oleh para ahli.
      Menurut  Mulyadi,  dan  Kanaka  Paradireja, dalam buku Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok, (2002 : 7) auditing adalah :
     “suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara peraturan-peraturan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan”.  

      Berdasarkan definisi tersebut, bahwa sistematis yang memperoleh evaluasi tentang kegiatan dan kejadian yang harus ditempuh sesuai dengan proses dan prosedur pada tingkat penyesuaian tentang peraturan atau kriteria yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
      Selanjutnya, Alvin A. Arens - James K Leobbecke,  dalam buku Riset Akuntansi, (2001 : 1) mengemukakan pengertian auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang struktural dari suatu entritas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat keseuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
      Dengan dasar tersebut ada indikasi bahwa dalam proses yang ditempuh oleh seseorang harus independen dan harus menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti informasi yang struktural dari usaha untuk dipertimbangkan pada tingkat yang harus sesuai dengan informasi harus terukur dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
      Kalau Eric L. Kohler, dalam buku  Riset Akuntansi dalam Rocyat Kosasih, (2001 : 1), menyatakan bahwa auditing adalah inspeksi yang dilakukan oleh pihak ketiga atas dasar catatan akuntan termasuk analisa, pengujian (test). Konfirmasi dan pembukti an lainnya. Pemeriksaan (audit) ini diartikan pula sebagai suatu review dan penyelidikan yang dilakukan oleh akuntan publik yang mendasar pada pengendalian intern dengan  catatan akuntansi suatu perusahaan atau suatu unit ekonomi lainnya sebelum diberikannya pernyataan pendapat akuntan atas kelayakan laporan keuangan.
      Sedangkan R.K. Mauzt, dalam buku Auditing, Suatu Pendekatan dalam  Rocyat Kosasih, (2002 : 2) memberikan batasan pengertian auditing adalah verifikasi data akuntansi untuk menentukan ketelitian dan dapat diandalkan atau dapat dipercaya laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
      Pengertian ini untuk memberikan verifikasi pada data akuntansi dalam menentukan ketelitian yang dapat diandalkan atau laporan keuangan dapat dipercaya oleh masyarakat umum bagi yang membutuhkan informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam laporan keuangan.
      Menurut Alvin A. Arena - James K. Loebbecke dalam buku Auditing, Suatu Pendekatan Terpadu, dalam Rocyat Kosasih,  (2002 : 2) memberikan batasan bahwa pengertian auditing adalah suatu proses pengakumulasian dan pengevaluasian bukti-bukti yang diintegrasikan bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten menyangkut informasi yang dapat dihitung dari satu kesatuan ekonomi tertentu dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat hubungan antara tingkat informasi yang dapat dihitung dari kriteria yang telah ditetapkan.
      Hartanto, D. dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 227) memberikan definisi auditing adalah pemeriksaan atas data-data administrasi pada suatu perusahaan yang dilakukan dengan maksud untuk meneliti tentang kecermatan data-data dan informasi administrasi dan menilai kelayakan dan kebenaran laporan keuangan perusahaan yang tetal ditetapkan.
      Kemudian menurut Hadibroto S. dalam buku Auditng: Prinsip dan Prosedur, (2003 : 237) menyatakan bahwa auditing adalah merupakan salah satu fungsi akuntansi yang meliputi aktivitas penelitian terhadap kebenaran data/ informasi akuntansi yang dimulai dalam laporan keuangan dan mengadakan penilaian serta analisis terhadap data dan informasi akuntansi yang disajikan.
      Bagi seorang akuntan, mempunyai fungsi pemeriksaan yang merupakan kedudukan yang bebas untuk memberikan pernyataan terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan suatu prinsip akuntansi, karena data dan informasi dari laporan keuangan perusahaan ada keterkaitan tersendiri dalam meningkatkan akuntabilitas perusahaan, apabila data akuntansi itu benar.
      Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa akuntansi merupakan salah satu bagian dari audit yang sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan, di mana akuntansi meliputi cara pengumpulan dan pengolahan data/ informasi keuangan yang penting untuk kemudian di sampikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang perlu direspon.
      Untuk mengambil keputusan keuangan, sehingga dalam akuntansi mempunyai fungsi yakni mengolah data menjadi informasi yang berguna, sehingga pemeriksaan akuntan (auditing) pada dasarnya mempunyai bentuk analisis yaitu memecahkan dan menguraikan informasi yang ada dalam     ikhtisar laporan keuangan untuk mencari pembukuan yang mendukung penyajian informasi laporan keuangan.

      Berbicara mengenai pemeriksaan (auditing) tidak terlepas dari akuntansi, oleh karena akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan di mana data-data mengenai keuangan tercantum di dalamnya data dan informasi yang dibutuhkan harus dilengkapi sesuai dengan kebutuhan.  

Usaha Untuk Memperbesar Profit Margin

      Besar kecilnya profit margin  pada setiap transaksi penjualan ditentukan oleh kedua faktor yaitu net sales laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses).
      Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  (2004 : 31) dengan jumlah operating expenses tertentu dengan profit margin dapat diperbesar dengan sales, atau dengan jumlah sales tertentu, profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses.
      Dengan demikian, untuk memperbesar profit margin ada dua alternatif dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu :
.1.  Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapai tambahan sales yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses.
2.   Perubahan besarnya sales dpat disebabkan karena perubahan harga penjualan per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap) atau disebabkan karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga per unit produk sudah tertentu.  
      Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales disini dapat berarti memperbesar pendapatan dan sales dengan jalan, sebagai berikut :
 1. Memperbesar volume sales dalam unit pada tingkat harga penjualan barang tertentu.
 2.  Menaikkan harga tingkat penjualan per unit pada produk luas sales dalam unit tertentu. 

      Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan oprating expenses yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar dari pada berkurangnya pendapatan dan sales. Meskipun jumlah daripada sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai berkuragnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar. 

Metode dan Tehnik Analisa Laporan Keuangan

      Perusahaan berusaha untuk meningkat tingkat laba, menurut Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 102) karena solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban-kewajibannya baik berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang dan seandainya perusahaan diliqidir/dibubarkan. Apabila perusahaan mampu membayar seluruh hutang-hutangnya bilamana diliquidir/ dibubarkan maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan solvabel. Tetapi sebaliknya bilamana perusahaan tidak mampu membayar seluruh hutang-hutangnya baik berupa jangka pendek maupun jangka panjang bila diliquidir, maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan insolvabel atau tideak solvabel.                                
      Solvabilitas suatu perusahaan dapat diketahui melalui neraca perusahaan yang bersangkutan dan perhitungan pada tingkat solvabilitas denan memperhatikan struktur modal yang dimiliki perusahaan yaitu hutang jangka pendek dan jangka panjang.
      Total assets suatu perusahaan adalah jumlah seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, yang terdapat pada sebelah debet suatu neraca atau pada bagian atas suatu debet. Perlu diperhatikan, bahwa di dalamtodal assets ini, tidak diperhitungkan aktiva yang bersifat inmaterial (tidak  nyata), sedangkan total debt pada suatu perusahaan adalah sejumlah hutang perusahaan, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
      Net worth adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan yang mengcakup modal, saham, cadangan, surplus dan lain-lain. Pengertian lain net worth adalah selisih antara jumlah hutang perusahaan dikurangi dengan total assets.Sedangkan  net worth to debt ratio yang normal adalah 100% yang berarti bahwa jumlah hutang sama dengan jumlah modal sendiri.
1.  Profitabilitas     
    Mengukur prestasi perusahaan, analisa profitabilitas/ rentabilitas merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer. Pada prinsipnya bahwa setiap perusahaan menginginkan prestasi yang baik sehingga akan memberikan gambaran sampai sejauh mana hasil yang telah dicapainya.  Analisa   ratio  profitabilitas  juga akan  memberikan  gambaran  efisiensi  atas  penggunaan  dana, mengenai  hasil  akan  profitabilitas  dapat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak dan bunga dengan harta.
2  Untuk jelasnya  mengenai profitabilitas maka dapat dilihat pendapat para ahli antara lain, Alex S. Nitisemito, Pembelanjaan Perusahaan, (1999: 112) mendefinisikan rentabilitas sebagai berikut : Rentabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan persen.                                                      
     Selanjutnya Erwan Dukat, Analisa Laporan Keuangan, (1997 : 121) mengemukakan bahwa rentabilitas diukur dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan devidend yang dapat menguntungkan sementara pada yang bersamaan mampu untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang stabil dan mantap.
     Dengan demikian pengukuran profitabilitas dengan menggunakan ratio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan laba.
      Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Prusahaan, (2004: 198) mendefinisikan ratio- ratio profitabilitas sebagai berikut : Ratio profitabilitas yaitu ratio-ratio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakasanaan dan keputusan.
      Dari uraian dan defenisi yang dikemukakan para ahli maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan rentabilitas adalah prosentase yang dicapai suatu perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase, setelah  membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan dasarnya modal yang digunakan. Semakin besar prosentase atas perbandingan tersebut semakin tinggi prestasi keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut, demikian pula sebaliknya.
      Dengan mengetahui rentabilitas yang dicapai oleh suatu perusahaan hal ini akan memberi gambaran sejauh mana efisiensi dan efektivitas yang dicapai perusahaan atas penggunaan dana tersebut.                                                                                                          
      Untuk perhitungan-perhitungan ukuran profitabilitas, mengukur penjualan untuk menghasilkan laba yang diperoleh perusahaan yaitu :
a.   Gross profit  margin adalah merupakan ratio keuntungan       
(profitabilitas ratios), ratio ini dapat diukur efisien si laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah penjualan yang artinya setiap penjualan menghasilkan laba kotor sebesar hasil perbandingan tersebut.
Untuk gross profit margin adalah dengan membandingkan laba kotor (penjualan   netto - COGS atau harga pokok) dengan penjualan bersih pada periode yang sama, dengan formulasi sebagai berikut :
                                                     Laba kotor  
           Gross Profit Margin =                            x 100 %                                                 
                                                     Net Sales

       Tinggi rendahnya gross profit  margin dipengaruhi oleh tinggi rendahnya            penjualan dan   harga pokok penjualan.  
b.  Operating  profit margin adalah kemapuan penjualan untuk  menghasilkan laba operasi  (operating profit).
Operating profit margin dihitung dengan membadingkan laba bersih dengan penjualan netto (setelah dikurangi biaya penjualan , administrasi dan umum).
 Ratio ini dapat mengukur efisiensi laba bersih operasi   dari  setiap rupiah penjualan  dengan kata lain laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi  sebesar hasil perbandingan tersebut.                                                                                                
Adapun  formulasi  digunakan  untuk mengukurnya sebagai berikut :
                                                 Total penjualan
    Operating Profit Margin =                                 x 100 %                            
                                                  Laba operasi


      Penjualan yang tinggi belum tentu mengakibatkan profit margin yang tinggi demikian pula sebaliknya, akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya-biaya operasi (biaya penjualan, administrasi dan umum) dan harga pokok penjualan dari barang atau jasa tersebut oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa periode yang berurutan akan dapat dilihat kecendrungan harga pokok penjualan dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut.