1. Pengertian Pelatihan
Pengembangan suatu sistem pendidikan dan pelatihan terpadu dalam kaitannya
dengan upaya pengembangan sumber daya manusia umumnya dan pembangunan
ketenagakerjaan khususnya kiranya memang merupakan keharusan dan kebutuhan yang
semakin terasa dewasa ini. Kendatipun gagasan ini sesungguhnya bukan merupakan
hal baru, namun rintisan pelaksanaannya berdasarkan konsep yang jelas.
Konsep sistem Pelatihan terpadu perlu mendapat prioritas pengembangannya,
dengan beberapa kondisi yang ada dewasa ini terutama dalam konteks pembangunan
sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi nasional. Kebutuhan yang sangat
terasa, misalnya penciptaan lapangan kerja, pengurangan pengangguran,
pengembangan sumber daya manusia, yang pada gilirannya dibutuhkan tenaga
profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi dan produktif.
Perubahan dan perkembangan organisasi berjalan dari waktu ke waktu tanpa
dapat dihindari, baik yang didorong oleh perubahan lingkup organisasi itu
sendiri ataupun yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas. Namun dapat
dirasakan bahwa dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut tidak mudah,
karena perubahan diharuskan terjadinya peningkatan, baik peningkatan secara
kuantitatif maupun kualitatif.
Istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah pengembangan. Pengembangan
(development) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan belajar (learning
opportunities) yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja.
Kesempatan demikian tidak terbatas pada upaya perbaikan performansi pekerja
pada pekerjaannya sekarang.
Jadi pelatihan
langsung berkaitan dengan performansi pekerja, sedangkan pengembangan
(development) tidaklah harus. Pengembangan mempunyai skop yang lebih luas
dibandingkan dengan pelatihan.
Menurut Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
(20003: 197) pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi
pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tangggung jawabnya,
atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Agar efektif,
pelatihan biasanya harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang
terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil
diidentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk mewujudkan
tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan.
Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling dapat dilihat dan
paling umum dari semua aktivitas kepegawaian. Para majikan menyokong pelatihan
karena melalui pelatihan para pegawai akan menjadi terampil, dan lebih
produktif, sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu
yang tersita ketika para pegawai sedang di latih. Para pekerja menyukai
pelatihan karena pelatihan membebaskan dari pekerjaan mereka atau meningkatkan
kecakapan yang bisa digunakan untuk menguasai kedudukan yang sedang mereka
duduki atau yang akan mereka duduki. Pelatihan juga sering dianggap sebagai
imbalan dari organisasi, suatu simbol status, atau suatu liburan dari
kewajiban-kewajiban kerja sehari-hari. Beberapa komentator yang menekankan arti
simbolis dari pelatihan mengemukakan bahwa orang-orang menerima prestige dan
balasan-balasan yang tidak dilihat lainya melalui pelatihan. Oleh karena itu
pelatihan juga dapat memperbaiki kepuasan kerja.
Dalam peningkatan, pengembangan dan pembentukan tenaga kerja dilakukan
melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Ketiga unsur ini saling
terkait, namun pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan
pendidikan. Secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu
proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan
sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh
tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektivitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.
Hasibuan dalam bukunya Sumber Daya Manusia (2001 : 70) mengatakan pelatihan
adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang
sistematis dan terorganisir, sehinggakaryawan operasional belajar pengetahuan
teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa pelatihan
adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu
yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori.
Sedangkan menurut Nitisemito dalam bukunya Manajemen Personalia (1996 : 53)
mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan
dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan.
Pelatihan yang dimaksudkan pada
pengertian di atas merupakan pengertian yang luas dan tidak terbatas hanya
usaha untuk mengembangkan keterampilan semata-mata.
Pelatihan merupakan suatu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan
terus-menerus dalam rangka pembinaan ketenagaan dalam suatu organisasi. Secara
spesifik, proses latihan itu merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Tiap proses pelatihan harus
terarah untuk mencapai tujuan tertentu terkait dengan upaya pencapaian tujuan
organisasi. Itu sebabnya, tanggung jawab penyelenggara pelatihan terletak pada
tenaga lini dan staf.
Setiap perusahaan yang menginginkan agar karyawan dapat bekerja secara
lebih efektif dan efisien sama sekali tidak boleh meremehkan masalah pelatihan
ini. Memang ada beberapa karyawan yang mampu memotivasi diri sendiri untuk
dapat meningkatkan kemampuan dirinya tanpa campur tangan dari perusahaan yang
bersangkutan. Namun dalam kenyataan jumlah karyawan yang mampu memotivasi diri
sendiri masih sangat kecil. Di samping itu, kemungkinan pelatihan yang
dilakukan oleh pribadi-pribadi tidak sesuai dengan keinginan dari perusahaan.
Karyawan lama dan yang sudah berpengalaman atau karyawan baru yang sudah
berpengalaman perlu pula diberikan pelatihan. Dengan pelatihan diharapkan
pengembangan diri mereka untuk dapat dapat bekerja secara lebih efektif dan
efisien. Mungkin pelatihan juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan baru atau sikap, tingkah laku, keterampilan. Dengan
pengetahuan sesuai dengan tuntutan perubahan misalnya perubahan-perubahan
teknologi, perubahan-perubahan metode kerja dan sebagainya menuntut pula
perubahan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu
perusahaan/instansi harus tetap merupakan pelopor bagi pelaksanaan pelatihan
karyawannya.
Uraian-uraian tentang pengertian pendidikan dan latihan diatas
mengidentifikasi unsur-unsur yang merupakan syarat agar suatu kegiatan dapat
disebut pendidikan dan latihan, syarat-syarat tersebut antara lain:
a.
Pendidikan atau latihan harus dapat membantu karyawan
guna membantu kemampuan, karena seorang karyawan yang menjadi efektif dalam
seluruh pekerjaannya melalui usaha-usahanya sendiri tidak dapat digolongkan
dalam usaha kegiatan latihan yang dilaksanakan perusahaan.
b.
Latihan/pendidikan yang dilaksanakan perusahaan harus
dapat menimbulkan inovasi (perubahan) terhadap kebiasaan-kebiasaan seorang
karyawa, sikap karyawan atas pekerjaan/tugas yang diemban maupun pengetahuan
atau keterampilan yang mereka aplikasikan dalam pekerjaannya sehari-hari.
c.
Pelaksanaan pelatihan/pendidikan harus pula mempunyai
implikasi yang erat dengan kegiatan perusahaan maupun bagian-bagian pekerjaan
karyawan.
Melaksanakan pelatihan bagi karyawan memang memerlukan pengorbanan yang
tidak kecil, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebihbesar daripada pengorbanan
tersebut. Hal ini disebabkan dengan dilaksanakan pelatihan dapat diharapkan
pekerjaan akan dilakukan lebih cepat dan lebih baik, kerusakan dapat
diperkecil, pemborosan dapat ditekan, kecelakaan dapat dihindari dan lain
sebagainya, semuanya ini merupakan keuntungan yang bisa diperoleh oleh
perusahaan.
2. Jenis-Jenis Pelatihan
Adapun jenis pelatihan yang dikemukakan oleh Robert dan John dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia (2002 : 7 ) sebagai berikut :
- Pelatihan
Internal
Pelatihan di lokasi kerja (on the job
training) cenderung dipandang sebagai hal yang sangat aplikatif untuk
pekerjaan, menghemat biaya untuk mengirim karyawan untuk pelatihan dan
terkadang dapat terhindar dari biaya untuk pelatihan dari luar. Meskipun
demikian, para peserta pelatihan yang belajar sambil bekerja dapat menimbulkan
biaya dalam bentuk kehilangan pelanggan dan rusaknya peralatan, mereka dapat
juga menjadi frustasi bila keadaan tidak kunjung membaik.
- Pelatihan
Eksternal
Pelatihan eksternal muncul karena beberapa
alasan :
a.
Adalah
lebih murah bagi perusahaan untuk menggunakan pelatihan dari luar untuk
menyelenggarakan pelatihan di tempat dimana sarana pelatihan internal terbatas.
b.
Mungkin waktu yang tidak memadai untuk persiapan
pengadaan materi pelatihan internal.
c.
Staf sumber daya manusia mungkin tidak memiliki tingkat
keahlian yang dibutuhkan uintuk materi dimana pelatihan diperlukan.
d.
Ada beberaapa keuntungan dimana para karyawan
berinteraksi dengan para manajer dan rekan-rekan kerja perusahaan lain dalam
suatu program pelatihan dilaksanakan di luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar