Jika
ditelaah lebih lanjut, sebenarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
para konsumen dalam rangka menentukan pilihannya mengenai produk apa yang
dikonsumsinya. Menurut Nitisemito Azas-Azas Marketing ((2000 : 29)
faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pendapatan, pendidikan dan status sosial yang disandang oleh para
konsumen yang secara potensial akan mengkonsumsi barang yang akan dipasarkan
diperusahaan. Ketiga faktor ini akan turut berpengaruh bagi perilaku konsumen
sehingga perusahaan perlu mengkajinya, sehubungan dengan upaya perusahaan
didalam meningkatkan penjualan.
Melakukan
suatu kajian atau studi terhadap perilaku
konsumen dalam memainkan peranan untuk meningkatkan penjualan barang,
akan diperoleh suatu petunjuk yang konkret mengenai perlu tidaknya perusahaan
melakukan perluasan dan penyebaran
produk-produknya dipasar yang telah disesuaikan dengan perilaku konsumen.
Sehubungan
dengan hal ini maka Sofyan Assauri, Manajmen Pemasaran (2001: 12) dalam
tulisannya mengemukakan bahwa dengan mengkaji perilaku konsumen tersebut, perusahaan
dapat mengetahui diagnosa tentang siap dan apa serta bagaimana kebenaran
mengenai pemakaian suatu produk. Hasil pengkajian tentang perilaku konsumen
tersebut digunakan oleh perusahaan untuk menentukan perlu tidaknya perusahaan
merubah strategi pemasaran produknya.
Dengan
demikian, jelas terlihat bahwa aspek perilaku konsumen perlu mendapatkan
perhatian dari unsur manajemen perusahaan, saat mana perusahaan yang
bersangkutan akan merencanakan untuk mempertahankan posisinya di pasar.
Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk
mempertahankan posisinya di pasar, namun masalah perilaku konsumen ini perlu
mendapatkan perhatian yang cukup serius, khususnya bagi barang-barang industri yang pangsa pasarnya berada pada kalangan masyarakat
yang berpenghasilan relatif tinggi.
Secara
lebih konkret dapat dikemukakan bahwa
unsur perilaku konsumen dalam pembelian
barang, pada dasarnya mencerminkan tanggapan atau respon mereka terhadap
berbagai rangsangan pemasaran. Tanggapan atau respon tersebut terutama terlihat melalui berbagai bentuk pewadahan produk,
harga, daya tarik advertensi dan
unsur lainnya yang berdampak secara psikologi
bagi konsumen serta sosial budaya.
Mengenai
perlunya perusahaan menelaah mengenai
perilaku konsumen tersebut, maka perlu adanya perincian mengenai dimensi
penting dari unsur prilaku konsumen. Sehubungan dengan konteks ini, maka Yanti
B. Sugarda, Kerangka Strategi Perusahaan (2000 : 214) membedakan adanya tiga
dimensi perilaku konsumen dalam konteks pembelian suatu produk, di mana
dimensi-dimensi tersebut meliputi :
1. Dimensi cognitif
(pikiran)
2. Dimensi effective
(perasaan)
3. Dimensi conative (perbuatan)
Komponen
cognitif merupakan elemen rasional
yang dipergunakan dalam proses penelaahan secara mental mengenai adanya
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang. Konponen efektive merupakan elemen
emosional serta adanya unsur perasaan yang secara alamiah berada pada setiap
individu yang akan mengkonsumsi barang. Komponen cognitif merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan sehingga
konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk-produk yang ditawarkan
oleh perusahaan di pasar.
Meskipun
adanya kebebasan bagi konsumen untuk dapat menentukan pilihannya dalam mengkonsumsi suatu
produk-produk industri yang mana, namun dalam kenyataannya ini konsumen
senantiasa dibatasi oleh berbagai variabel yang secara kualitatif berkembang
dalam lingkungan pemasaran. Variabel-variabel tersebut adalah nilai sosial
merupakan kemasyarakatan yang senantiasa berkembang, seperti dengan menjamurnya
penjualan minuman keras dengan berbagai merk yang tentu saja hal ini bertolak
belakang dengan nilai religius yang dianut oleh berbagai pemeluk agama yang ada
disekitarnya.
Untuk
kepentingan penelaahan seperti ini, perusahaan semakin dituntut untuk
mencermati kondisi sosial masyarakat yang sedang berkembang. Implisit di dalamnya adalah
orientasi tingkah laku konsumen atau masyarakat yang tidak
mungkin dilakukan suatu proses sosialisasi dalam usaha menyukseskan
kegiatan pemasaran.
Dengan
demikian, unsur tingkah laku manusia dalam memilih dan mengkonsumsi barang dan
jasa, juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya dan nilai religius
yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Hal ini tentu saja membawa
implikasi yang penting artinya dicermati oleh perusahaan-perusahaan yang dalam
kegiatannya sejumlah produk yang akan di
pasarkannya kepada masyarakat tersebut.
Secara
konkret, persoalan perilaku tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya yang masih
dijunjung tinggi masyarakat, sehingga perusahaan perlu melakukan tindakan yang
bersifat hati-hati guna menghindari kemungkinan terjadinya dampak yang dapat
merugikan proses kelangsungan usaha pemasaran yang dijalankannya.
Derajat
pengaruh perilaku konsumen terhadap usaha pemasaran yang dilaksanakan
perusahaan, akan sangat ditunjang
oleh besarnya kaitan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar, serta dengan nilai-nilai budaya dan standar normatif dari
komunitas,masyarakat dan sejumlah pranata sosial yang melembaga dalam sistim
sosial ke masyarakat setempat. Unsur ini, selain
unsur-unsur lainnya adalah sama pentingnya untuk dijadikan sebagai salah satu
rujukan di dalam menetapkan strategi pemasaran perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar