Jenis-jenis modal kerja pada
dasarnya terdiri dari modal kerja permanen (permanent working capital) dan
modal kerja variabel (variable working capital) oleh Molyadi (2001 : 56),
sebagai berikut :
a.
Modal kerja pwermanen (permanent working capital),
yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelangsungan usaha.
Yang termasuk modal kerja permanen antara lain :
b.
Modal kerja primer (primary working capital), yaitu
jumlah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan kontinuitas
usahanya. Misdalnya kas, kas paling sedikit ada ditangan supaya dapat memenuhi
kewajibannya-kewajibannya yang segera harus dipenuhi dalam waktu singkat.
Persediaan akhir harus cukup memenuhi pesanan piutang yang merupakan jumlah
minimun untuk memperluas kredit kepada langganan. Jadi primary working capital
oleh Adikoesoema (1999 : 112) akan tetap diinvestasikan dalam perusahaan selama
perusahaan itu bekerja.
c.
Modal kerja normal (normal working capital), yaitu
jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal.
Pengertian normal disini dalam arti yang dinamis, yaitu selalu dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan bahan
produksi dengan keadaan kebutuhannya.
d.
Modal kerja variabel (variable working capital), yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
e.
Modal kerja minimun (sesoasonal working capital) yaitu
modal kerja yang jumlahnya sering berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi misim. Misalnya pabrik payung, pabrik gula
dan sebagainya.
f.
Modal kerja siklus (cyclical woring capital), yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena konyuntur.
g.
Modal kerja darurat (emercency working capital) modal
kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
a. Penentuan
Besarnya Modal Kerja
Besarnya
kecilnya kebutuhan modal kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi
permintaan pasar, menurut Bambang Riyanto, (2004 : 12) hal itu ditentukan oleh
dua faktor, yaitu :
b.
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
c.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal
kerja.
Kas adalah merupakan alat yang mempunyai penggunaan yang
tinggi karena dengan tersedinya kas, maka akan membiayai kewajiban-kewajiban ,
setiap harinya seperti untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong,
upah buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
Hal ini tidak berarti
bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan kas yang tinggi. Karena dengan
demikian berarti bahwa mengutamakan kepentiungan faktor likuiditas, tetapi akan
menekan rentabilitas perusahaan di lain pihak ada keharusan untuk menahan
jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut dengan persediaan
bersih kas.
Adapun persediaan bersih kas dapat dihasilkan untuk
memperoleh keuntungan, besarnya persediaan bersih kas tergantung pada :
a.
Sifat transaksi komersial dan keuangan, sifat pada
transaksi dalam arti bagaimana pembelian bahan dan penjualan hasil akhir
dilakukan, misalnya dengan tunai atau kredit. Bila transaksi dilakukan dengan
tunia, maka tidak perlu persediaan kas yang tinggi. Begitupula dengan sering
tidaknya transaksi keuangan (penerimaan pembayaran) akan berpengaruh terhadap
bersihnya kas.
b.
Bersihnya antara penerimaan dan pengeluaran. Besar
kecilnya selisih antara penerimaan dan jumlah pengeluaran kas dalam satu
periode tertentu, untuk menentukan pula suatu tingkat persediaan bersih kas. Di
sampiung itu penerimaan dan pengeluaran yang dapat diramalkan atau diduga
terlebih dahulu.Misalnya ada pemogokan, kegagalan dan penjualan produksi dan
lain-lainnya.
Apabila telah dapat ditentukan besarnya persediaan ersih kas,
maka diatur penerimaan dan pengeluaran kontinuitras dapat terjamin dengan tidak
menurunkan likuiditas di atas, maupun rentabilitas untuk dapat engatur
penerimaan dan pengeluaran alat dengan baikdan efisien perlu dibuat cash
budget.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan cashg
budget oleh Djahidin (2000 : 114) adalah
jumlah penerimaan selama periode tertentu, misalnya dalam satu bulan,
pada umumnya penerimaan yang berasal dari :
a.
Penjualan tunai
b.
Debitur yang membayar hutang-hutangnya
d.
Sumber-sumber lain, isalnya penjualan aktiva tetap
e.
Jumlah pengeluaran-pengeluaran selama periode
tertentu, sperti pembelian bahan/ bahan lainnya secara tunai
f.
Pembayaran hutang pernisgssn dan hutang lainnya.
g.
Adanya surplus atau defisit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar