Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2016

Jenis-Jenis Modal Kerja

            Jenis-jenis modal kerja pada dasarnya terdiri dari modal kerja permanen (permanent working capital) dan modal kerja variabel (variable working capital) oleh Molyadi (2001 : 56), sebagai berikut :
a.        Modal kerja pwermanen (permanent working capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelangsungan usaha.
Yang termasuk modal kerja permanen antara lain :
b.         Modal kerja primer (primary working capital), yaitu jumlah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan kontinuitas usahanya. Misdalnya kas, kas paling sedikit ada ditangan supaya dapat memenuhi kewajibannya-kewajibannya yang segera harus dipenuhi dalam waktu singkat. Persediaan akhir harus cukup memenuhi pesanan piutang yang merupakan jumlah minimun untuk memperluas kredit kepada langganan. Jadi primary working capital oleh Adikoesoema (1999 : 112) akan tetap diinvestasikan dalam perusahaan selama perusahaan itu bekerja.
c.         Modal kerja normal (normal working capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal. Pengertian normal disini dalam arti yang dinamis, yaitu selalu dapat memenuhi  kebutuhan sesuai dengan bahan produksi dengan keadaan kebutuhannya.
d.        Modal kerja variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.         
e.         Modal kerja minimun (sesoasonal working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya sering berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi  misim. Misalnya pabrik payung, pabrik gula dan sebagainya.
f.          Modal kerja siklus (cyclical woring capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena konyuntur.
g.         Modal kerja darurat (emercency working capital) modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

a.        Penentuan Besarnya Modal Kerja
             Besarnya kecilnya kebutuhan modal kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar, menurut Bambang Riyanto, (2004 : 12) hal itu ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
b.      Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
c.       Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja.
Kas adalah merupakan alat yang mempunyai penggunaan yang tinggi karena dengan tersedinya kas, maka akan membiayai kewajiban-kewajiban , setiap harinya seperti untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
  Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan kas yang tinggi. Karena dengan demikian berarti bahwa mengutamakan kepentiungan faktor likuiditas, tetapi akan menekan rentabilitas perusahaan di lain pihak ada keharusan untuk menahan jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut dengan persediaan bersih kas.
Adapun persediaan bersih kas dapat dihasilkan untuk memperoleh keuntungan, besarnya persediaan bersih kas tergantung pada :
a.       Sifat transaksi komersial dan keuangan, sifat pada transaksi dalam arti bagaimana pembelian bahan dan penjualan hasil akhir dilakukan, misalnya dengan tunai atau kredit. Bila transaksi dilakukan dengan tunia, maka tidak perlu persediaan kas yang tinggi. Begitupula dengan sering tidaknya transaksi keuangan (penerimaan pembayaran) akan berpengaruh terhadap bersihnya kas.
b.      Bersihnya antara penerimaan dan pengeluaran. Besar kecilnya selisih antara penerimaan dan jumlah pengeluaran kas dalam satu periode tertentu, untuk menentukan pula suatu tingkat persediaan bersih kas. Di sampiung itu penerimaan dan pengeluaran yang dapat diramalkan atau diduga terlebih dahulu.Misalnya ada pemogokan, kegagalan dan penjualan produksi dan lain-lainnya.   
Apabila telah dapat ditentukan besarnya persediaan ersih kas, maka diatur penerimaan dan pengeluaran kontinuitras dapat terjamin dengan tidak menurunkan likuiditas di atas, maupun rentabilitas untuk dapat engatur penerimaan dan pengeluaran alat dengan baikdan efisien perlu dibuat cash budget.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan cashg budget oleh Djahidin (2000 : 114) adalah  jumlah penerimaan selama periode tertentu, misalnya dalam satu bulan, pada umumnya penerimaan yang berasal dari :
a.       Penjualan tunai
b.      Debitur yang membayar hutang-hutangnya
d.      Sumber-sumber lain, isalnya penjualan aktiva tetap
e.       Jumlah pengeluaran-pengeluaran selama periode tertentu, sperti pembelian bahan/ bahan lainnya secara tunai
f.       Pembayaran hutang pernisgssn dan hutang lainnya.

g.      Adanya surplus atau defisit. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar