Lingkungan dunia
usaha sekarang ini terus menerus mengalami perubahan yang sangat cepat. Proses
perubahan itu telah mengantarkan dunia uhasa ke era baru yang disebut era
persaingan global yang berkembang antara negara di dunia. Dalam aktivitas
perdagangan pada era persaingan global ini, peluang (opportunity) dan ancaman (theat)
harus menjadi serius oleh para pelaku bisnis.
Mencermati bahwa banyak perusahaan
mengalami kelemahan pada aspek
finansial, maka perusahaan perlu melakukan pembenahan lebih dini. Pembebanan
aspek finansial itu yang dapat dilakukan melalui konsolidasi internal,
peningkatan efisiensi, rasionalisasi, dan rekstrukturisasi yang merupakan
langkah yang strategis agar perusahaan tetap dapat langgeng. Langkah-langkah
strategis bagi perusahaan di Indonesia telah menjadi kenyataan untuk menghadapi
era globalisasi perdagangan.
Upaya pemulihan kepercayaan dan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi kita, diperlukan strategis atau cara
dalam melaksanakan pembangunan. Berhasil tidaknya strategis perdagangan
tersebut banyak tergantung dari partisipasi seluruh lapisan masyarakat, dalam
arti bahwa dukungan dan bantuan mereka dalam pembangunan sangat menentukan laju
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang.
Pemanfaatan peluang yang diperlukan suatu
pengelolaan manajemen perusahaan adalah kerjasama antara sub sistem
masing-masing yang terdapat dalam perusahaan. Sub sistem yang erat hubungannya
dengan masalah yang dibahas adalah aspek finansial. Kesinambungan atau
kelancaran aktivitas perusahaan memerlukan pembenahan aspek likuiditas dan
aktivitas operasional. Sedangkan untuk memperoleh keuntungan yang berarti harus
memperhatikan aspek profitabilitas. Hal
ini di satu pihak dan profitabilitas di pihak lain sering timbul pertentangan.
Dalam hal ini terjadi kadang-kadang disebabkan keinginan perusahaan manajer
keuntungan yang tinggi, sehingga potensi likuiditas nya agak diabaikan.
Mengelola secara efektif dan efisien yang
melalui pengendalian analisis pada sumber dan penggunaan modal kerja, dengan
laporan-laporan statistik melalui penggunaan keuangan yang direncanakan,
mengawasi, mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan aktvitas dari
berbagai fungsi, satuan operasional.
Analisis perencanaan kebutuhan modal
kerja mengenai aktivitas perusahaan yang merupakan bagian dari rencana yang
diintegrasikan dengan baik untuk memelihara adanya efisiensi. Penggunaan
struktur organisasi memungkinkan untuk melakukan arus sumber dana dan
penggunaan modal kerja dengan rencana dan tindakan yang ditetapkan lebih dahulu
pengablikasian efektif dari penggunaan keuangan tersebut harus sepenuhnya ke
dalam rencana-rencana perusahaan dan mberikan suatu tingkat pengendalian biaya-biaya
operasional meliputi catatan yang menetapkan pelaporan keuangan yang memuat
pertanggungjawaban yang benar-benar efektif.
Salah satu aspek finansial perusahaan
yang perlu mendapat perhatian khusus direncanakan seefektif mungkin oleh
manajemen adalah rencana kebutuhan sumber dan penggunaan modal kerja. Karena
modal kerja itu sangat berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan, maka modal
kerja dipandang perlu dikelola sumber dan penggunaannya
agar kesinambungan kegiatan perusahaan
tercapai, untuk keperluan itu, perusahaan perlu memiliki perhatian yang cukup
dibidang manajemen modal kerja.
Untuk memenuhi pangsa pasar sangat
dibutuhkan perencanaan modal kerja eksternal dalam meladeni order lokal dan
order interlokal. Karena perusahaan ini bekerja sesuai dengan order, maka
aktivitas secara kontinyu dapat menerima seluruh order (langganan) yang dapat
mengembangkan kegiatan perusahaan
A Pengertian Modal
Kerja
Modal Kerja dalam pembahasan ini
dimaksudkan adalah merupakan investasi jangka pendek dalam perusahaan seperti
investasi pada piutang, persediaan, kas begitu pula perolehan sumber
pembelanjaan jangka pendek seperti trade credit dan kredit dari lembaga
perkereditan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas,
maka Weston and Brigham, Pembelanjaan Perusahaan, (1999; 2) mengemukakan bahwa
pengelolaan modal kerja mencakup baiik untuk investasi jangka pendek maupun
perolehan sumber dana perusahaan. Pengelolaan modal kerja sangat penting
melihat kegiatan sehari-hari adalah operasi perusahaan yang menyangkut tentang
modal kerja.
Dan kenyataan lain dapat dilihat bahwa
banyaknya dana yang tertanam pada current assets adalah sangat besat jumlahnya
khususnya bagi perusahaan kecil harus meminimunkan investasinya dalam harta
tetap oleh karena tidak ada cara lain untuk menghindari investasi dalam biaya,
piutang dan persediaan.
Penentuan besarnya investasi dalam
current assets adalah untuk ini sangat penting untuk menjaga likuiditas dan
profitabilitas perusahaan. Oleh karena
kekurangan dana akan mengganggu jalannya operasi perusahaan seperti untuk
membayar utang jangka pendek, pembayaran upah, pembayaran utang dagang dan
sebagainya.
Demikian pula sebaliknya kelebihan akan
membawa resiko yang harus ditanggung terhadap sejumlah modal kerja yang
menganggur dalam perusahaan, untuk selanjutnya akan memperkecil profitabilitas
perusahaan.
Besar kecilnya, kebutuhan modal kerja
terutama tergantung pada perputara atau periode terikatnya modal kerja dan
waktu perputarannya, makin besar jumlah modal
kerja yang dibutuhkan.
Periode perputaran atau periode
terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari pada
periode-periode yang meliputi jangka waktu lamanya pemberian piutang lamanya
penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, sedangkan
pengeluaran sehari-harinya merupakan
pengeluaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan
biaya-biaya lainnya.
Piutang merupakan investasi dalam modal
kerja yang tidak dapat dihindari adanya dalam dunia usaha. Piutang diberikan
kepada perusahaan lain atau individu dan bunganya dengan perusahaan lainnya.
Pemberian piutang barang kepada pelanggang merupakan hal yang dapat dimengerti
sebab tanpa memberikan piutang. Pengusaha mengalami kesulitan untuk dapat
dijual barangnya dengan lancar. Tetapi dilain pihak banyak resiko yang timbul karena memberikan piutang,
yakni mendapat kerugisn, kemacetan bahkan membawa kegagalan pada perusahaan
resiko piutang dapat disebutkan, resiko tidak terbayar, resiko piutang dapat
disebutkan resiko tidak terbayar karena keterlambatan penerimaan piutang.
Cara memperkecil resiko oleh Alex
S.Nitisemito, dalam bukunya Memperkcil Resiko Piutang, (2002, 11), mengemukakan
bahwa kalau perkiraan piutang yang ada akan memberikan kemungkinan akan
menimbulkan resiko yang lebih besar dari kemungkinan keuntungan yang akan
diterima, maka batalkanlah.
Jadi perlu adanya batas maksimun piutang
diberikan dan pertimbangan lain, seperti kemungkinan dari pada para pelanggan
untuk memenuhi kewajibannya, melihat financial position perusahaan langganan
yang diperlihatkan dengan Cash Flow, pengaruh trend ekonomi pada umumnya untuk
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang
adalah volume penjualan kredit, ada syarat-syarat pembayaran, kebiasaan
membayar dari pada langganan dan kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang.
Unsur lain dari working capital adalah
investasi pada persediaan merupakan peningkatan modal perusahaan untuk jangka
waktu tertentu seperti bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi, sama
halnya piutang dan persediaan pada
umumnya tidak dapat dihindari.
Dalam hubungan ini, maka penetapan
sejumlah persediaan adalah penyediaan bahan baku dan bahan pembantu untuk
menghasilkan produk. Di samping itu perlu adanya persediaan barang, jadi untuk
menjamin kelancaran penjualan. Besarnya investasi dalam persediaan tergantung
dari pada volume produksi yang
direncanakan, estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah, tingkat kecepatan
material menjadi rusak, biaya penyimpangan dan resiko penyimpangan digudang.
B Jenis-Jenis Modal
Kerja
Jenis-jenis modal kerja
pada dasarnya terdiri atas modal kerja permanen (permanent working
capital) dan modal kerja variabel (variable
working capital) oleh Moelyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, (2001, 56),
sebagai berikut :
1. Modal kerja
permanent (permanent working
capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, atau dengan
kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.
Yang
termasuk modal kerja permanent antara lain :
a. Modal kerja primer (primary working capital), yaitu jumlah modal
kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan kontinutas usahanya.
Misalnya; kas, kas paling sedikit ada ditangan supaya dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi dalam waktu singkat.
Persediaan akhir harus cukup memenuhi pesanan piutang yang merupakan
jumlah minimum untuk memperluas kredit
kepada langganan. Jadi primary
working capital oleh Adikoesuma,
manajemen keuangan, (2003, 112)
akan tetap diinvestasikan dalam perusahaan selama perusahaan itu bekerja.
b. Modal kerja normal
(normal working capital), yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan menyelenggarakan luas
produksi normal.
- Pengertian normal
disini dalam arti yang dinamis, yaitu selalu dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan bahan produksi dengan keadaan kebutuhannya.
2.
Modal kerja variabel
( variabel working
capital ), modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan.
Variabel
working capital dapat dibagi ke dalam :
a. Modal kerja musiman
(seasonal working
capital), yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. Misalnya: Pabrik
payung, pabrik gula dan sebagainya.
b. Modal kerja siklus
(cyclical working
capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebababkan
karena konyuntur.
c. Modal kerja darurat (
emergency working capital), yaitu
modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
Misalnya perubahan ekonomi mendadak, bencana alam,
buruh mogok dan sebagainya.
C Penentuan Besarnya
Modal Kerja
Untuk mengukur prestasi perusahaan atau
tingkat kemampuan, maka analisa memperoleh laba merupakan salah satu alat yang
digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setipa perusahaan
menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan sampai
sejauhmana hasil yang dan bunga dengan harta.Analisa resiko dalam memperoleh
laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana, mengenai hasil
akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah
pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu,
selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk pengertian yang lebih jelasnya
beberapa batasan yang diberikan oleh penulis berikut ini, seperti Bambang
Riyanto (2002; 27) mengatakan bahwa keuntungan perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dan aktiva atau model yang menghasilkan laba tersebut
dengan kata lain keuntungan diperoleh yang adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu.
Bagi batasan tersebut untuk memperoleh
dari laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan kemampuan suatu
perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan
dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan.
Selanjutnya, Edwan Dekar (2000; 68)
mengemukakan bahwa profitabilitas diukur dengan keberhasilan perusahaan dalam
mempertahankan kebijaksanaan deviden menguntungkan sementara ada yang bersamaan
maju untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap.
Penulis lain yaitu Hartanto (1999: 46)
mengemukakan bahwa keuntungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba. Oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin
antara beberapa periode yang berurutan akan dapat dilihat kecenderungan harga pokok
penjualan dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut.
d. Jenis-Jenis
Laba
Secara
garis besarnya untuk
memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :
Keuntungan
secara ekonomi (return
on total accers) yang sering juga
disebut dengan istilah Earning Power adalah perbandingan antara laba sebelum
pajak dengan keseluruh an modal.
Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah
laba operasi dan modal adalah modal
operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas S. Munawir (1997: 13)
mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah satu bentuk dari
rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada opeasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operaso perusahaan (Net Operating
Income) dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
operasi tersebut (Net Operating Assets).
Analisa profit margin tersebut
dimaksud untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai volumepenjualan
untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Sedangkan operating Assets Turn Over
untuk melihat efektivitas perusahaan yang dapat tercermin dari kecepatan
operating assets turn over.
Suatu faktor yang mempengaruhi
perkembangan perusahaan adalah sejauhmana perusahaan mengelola usahanya agar
dapat menghasilkan laba maksimal mungkin sedangkan laba itu sangat dipengaruhi
oleh sebagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume penjualan tertentu dengan
biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi dalam perusahaan akan
menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin perusahaan.
Untuk menaikkan profit margin ada beberapa
cara yang dapat ditempuh
dapat ditempuh :
- Menaikkan Net Sales yang lebih besar dari ke naikkan
operating expenses.
- Mempertahankan Net Sales dengan menekan
operating expenses.
- Mengusahakan penurunan
Net Sales dengan harapan terjadi
penurunan operating expenses yang lebih besar.
Salah satu alternatif lain dalam
menaikkan keunagnan sebagai berikut :
1. Menaikkan net
sales yang lebih besar dari kenaikan
operating expenses.
2. Mempertahankan net
sales dengan menekan operating expenses.
3. Mengusahakan penurunan net
sales dengan harapan terjadi penurunan
operating expenses yang lebih
besar.
Selain masalah efisiensi tersebut suatu
kenyataan bahwa setiap perusahaan senantiasa memperhatikan masalah perputaran
modalnya, di mana perputaran modal yang cepat menunjukkan kemajuan
perusahaannya.
Keuntungan
modal sendiri ( return on
net worth )
Return
on net worth tersebut menyangkut bagaimana tingkat kemampuan modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini Return on worth tersebut yang
dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khusus modal sendiri. Adapun
batasan oleh Bambang Riyanto (1988; 37) mengatakan bahwa laba
modal sendiri juga dikenakan laba
yang tersedia bagi para pemilih modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut
dipabrik lain.
Besar kecilnya kebutuhan akan modal
kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar.
Menurut Bambang Riyanto (2004, 12), hal itu ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1. Pengeluaran kas
rata-rata setiap hari.
2. Periode perputaran atau periode
terikatnya modal kerja.
Ad 1 Pengeluaran
kas rata-rata setiap hari
Kas
adalah merupakan alat yang
mempunyai penggunaan yang tinggi
karena dengan tersedianya kas, maka akan membiayai kewajiban-kewajiban, setiap harinya seperti
untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
Hal
ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan kas yang tinggi. Karena dengan demikian
berarti hanya mengutamakan kepentingan faktor likuiditas, tetapi akan menekan
rentabilitas perusahaan di lain pihak ada keharusahn untuk menahan jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat
memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut dengan persediaan
bersih kas.
Adapun persediaan
bersih kas itu dapat dihasilkan untuk memperoleh keuntungan,
besarnya persediaan bersih kas tergantung pada :
a. Sifat transaksi
komersial dan keuangan, sifat pada transaksi
dalam arti bagaimana pembelian
bahan dan penjualan hasil akhir dilakukan, misalnya dengan tunai
atau kredit. Bila transaksi dilakukan
dengan tunai, maka
tidak perlu persediaan kas yang
tinggi.
Begitupula dengan
sering tidaknya transksi
keuangan (penerimaan/ pembayaran) akan
berpengaruh terhadap bersihnya
kas.
b. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran
Besar kecilnya
selisih antara penerimaan dan
jumlah pengeluaran kas dalam satu periode tertentu, untuk menentukan pula suatu
tingkat persediaa bersih kas.
Disamping itu, penerimaan dan pengeluaran yang dapat diramalkan atau diduga terlebih dahulu. Misalnya: ada
pemogokan, kegagalan dan penjualan
produksi dan lain-lainnya.
Apabila
telah dapat ditentukan besarnya persediaan bersih kas, maka diatur penerimaan
dan pengeluaran kontinutas dapat terjamin dengan tidak menurunkan likuiditas di
atas, maupun rentabilitas untuk dapat mengatur penerimaan dan pengeluaran alat
dengan baik dan efisiensi perlu dibuat cash budget.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan cash budget oleh Djahidin, analisa
laporan keuangan, (2003, 114) adalah :
- Jumlah penerimaan
selama periode tertentu, misalnya dalam satu bulan, pada
umumnya penerimaan hal ini berasal dari :
1.
Penjualan tunai
2.
Debitur yang membayar hutang-hutangnya.
3.
Sumber-sumber lain misalnya penjualan aktiva tetap
4. Jumlah kas yang ada permulaan
periode
5.
Jumlah pengeluaran-pengeluaran selama periode tertentu.
6.
Pembelian bahan/bahan lain secara tunai.
7.
Pembayaran hutang perniagaan dan hutang lain.
8. Adanya Surplus
atau defisit
Dalam pengertian ini adalah termasuk simpanan dalam bank yang
setiap hari atau setiap saat dapat dipergu nakan untuk
menguasai atau memilih barang
atau jasa yang diinginkan oleh konsumen,
sehingga dalam keadaan ini istilah surplus
atau defisit pada
perusahaan tergantung dari pengelolah.
Periode perputaran dan terikatnya modal
kerja. Dalam pengertian periode perputaran yang relatif singkat,
karena perputaran dari piutang ke kas hanya memerlukan satu tingkat saja. Adanya piutang dagang,
terutama dimaksudkan sebagai salah satu
alat untuk memperbesar volume penjualan. Untuk mengukur periode perputaran
dari piutang oleh Djarwanto, dalam bukunya popok-pokok analisa laporan
keuangan, (2001, 29) dilihat dan dihitung dengan rumus :
Penjualan
Kredit
Perputaran piutang =
Piutang
rata-rata
Makin tinggi tingkat perputarannya
berarti bahwa modal yang ditanamkan
dalam piutang tersebut makin banyak berputar dalam satu periode. Pada transaksi
penjualan dengan kredit tertentu, berarti makin tinggi turnover, juga akan
berarti bahwa modal yang ditanamkan dalam piutang adalah sedikit. Disamping itu
perusahaan harus menahan sejumlah piutang sebagai kredit penjualan untuk dapat
memelihara transaksi normalnya yang merupakan inti dari permanent kebutuhan
modal, piutang yang ditanam dalam piutang.
Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya
piutang bersih, (Djarwanto 2001, 89)
yaitu :
-
Syarat pembayaran dari penjualan kredit
Biasanya
dinyatakan dalam term 2/10 n/30, artinya pembayaran dinyatakan dalam waktu 10
hari sesudah penyerahan barang si
pembeli mendapatkan potongan 2% hari sesudah penyerahan barang.
- Kebiasaan para
langganan dalam pembayaran. menurut pengalaman banyak yang
membayar dalam waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan cash discount,
maka persediaan bersih piutang di atas
waktu untuk mendapatkan cash
discount.
- Sifat dan kesediaan
para pelanggan dalam membayar hutangnya, sebab sering terjadi langganan
yang mampu, tetapi segan memenuhi kewajibannya.
D Rasio Financial Terhadap Evaluasi Kinerja Keuangan
Analisa ratio financial penilaian
terhadap kinerja keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Tujuan untuk menemukan
kelemahan-kelemahan di dalam kinerja
keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah masa yang
akan datang dan untuk menentukan kekuatan-
kekuatan perusahaan yang dapat
diandalkan. Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan suatu
perusahaan dapat ditujuan terhadap penilaian likuiditas perusahaan atau
penilaia penyelenggarakan-penyelenggaraan perusahaan di masa lalu. Analisa
rasio finacial juga berasal dari luar
perusahaan sebagian usaha untuk menentukan keandalan kredibilitas
perusahaan atau potensi industri. Dari manapun analisa berasal alat yang
digunakan pada dasarnya sama.
Rasio finansial merupakan alat utama
dalam analisa keuangan, karena dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Dalam implementasi analisa rasio finansial
terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua cara perbandingan yang akan
dipergunakan perusahaan. Menurut apa yang dijelaskan oleh Van Horne dan
Wachowichz, manajemen keuangan perusahaan, (1997 : 133) tentang kedua cara
perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1. Perbandingan internal
Analisa
dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan masa yang akan
datang dalam perusahaan yang sama. Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi
kewajiban lancar untuk tahun sekarang dapat di bandingkan rasio lancar tahun
sebelumnya.
Jika
rasio finansial diurutkan dalam beberapa periode tahun, analisa dapat
mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat
perbaikan atau menurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
2.
Perbandingan eksternal dan
sumber-sumber rasio industri
Metode perbandingan yang kedua melibatkan
perbandingan rasio satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri titik
waktu yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi
keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan. Rasio ini juga membantu dalam
mengidentifi kasikan penyimpangan dari rata-rata standar industri.
Dengan
perbandingan internal, perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan perubahan
yang terjadi selama beberapa periode tahun buku yang akan dianalisis. Sedangkan
melalui perbandingan eksternal perusahaan dapat melihat kekuatan persaingan (competition power) yang ada pada
perusahaannya, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio finansial internal
perusahaan dengan suatu standar atau norma indutri. Akan tetapi industri yang
dimaksudkan adalah rasio - rasio finansial yang di terbitkan oleh badan-badan
atau lembaga-lembaga keuangan sebagai standar atau ukuran atau ukuran yang
dapat dibandingkan dengan rasio finansial suatu perusahaan.
Pendapat lain dari Cahyono, analisa
kinerja keuangan, (2000, 392) juga membagi metode-metode penganalisaan
rasio-rasio finansial menjadi 2 (dua) perbandingan, yaitu :
1. Membandingkan rasio
sekarang ( present ratio )
dengan ratio-ratio kita dari waktu-waktu
yang lalu ( ratio
historis) dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current rasio, tahun 1997
dibandingkan dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara
perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan- perubahan dari rasio
tersebut dari tahun ketahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak
banyak artinya, karena dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan
adanya perubahan.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau industri rasio (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk
waktu yang sama.
Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri, maka akan
dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial
tertentu berada di atas rata-rata industri (above
average), berada pada rata-rata (average) atau terletak dibawah rata-rata
(below average).
Jadi ada 2 (dua) metode perbandingan yang
digunakan perusahaan untuk menganalisa rasio finansial oleh Amin Tunggal,
dasar-dasar analisa laporan keuangan, (2002, 125) yaitu analisa internal dan
eksternal. Perbandingan internal, yaitu rasio-rasio internal yang dibandingkan
antara rasio-rasio (rasio historis) yang lalu dengan rasio sekarang (present
ratio). Perbandingan eksternal
yaitu rasio-rasio yang sengaja dikeluarkan oleh lemaga-lembaga
keuangan atau badan-badan keuangan untuk dijadikan standar bagi perusahaan -
perusahaan dalam menganalisa rasio-rasio
finansialnya.
Dengan demikian, perbandingan internal
dan eksternal merupakan indikator perusahaan dalam menyusun rasio finansial
Manajer keuangan dapat mengambil salah satu indikator dari keduanya. Indikator
ini untuk menjawab kondisi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat
mengambil kebijaksanaan strategis tentang pembelanjaan perusahaan di masa yang
akan datang. Di Amerika Serikat perbandingan rasio perusahaan dengan rasio
industri sudah sangat luas penggunaannya karena di negara tersebut ada beberapa
badan atau bank yang menyusun rasio-rasio industri antara lain "DUN and
Bradstreef dan Robert Morris Associates ( RMA )" (Anonim 2002,
214). Di Indonesia jika perusahaan hendak mengadakan analisa rasio,
mungkin pada saat ini hanya dapat mengadakan analisa rasio internal belum
adanya lembaga atau badan yang menyusun rasio industri.
E
Usaha Untuk Memperbesar Profit Margin
Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi penjualan ditentukan
oleh kedua faktor yaitu net sales laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau
net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya
usaha (operating expenses).
Bambang Riyanto, dasar-dasar pembelanjaan
perusahaan, (2004 : 31) dengan jumlah operating expenses tertentu dengan profit
margin dapat diperbesar dengan sales, atau dengan jumlah sales tertentu, profit
margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses.
Dengan demikian, untuk memperbesar profit
margin ada dua alternatif dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu :
1. Dengan menambah
biaya usaha (operating expenses)
sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapai tambahan sales yang
sebesar-besarnya atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar
daripada tambahan operating expenses.
2. Perubahan besarnya
sales dapat disebabkan karena perubahan harga penjualan per unit apabila volume
sales dalam unit sudah tertentu (tetap) atau disebabkan karena bertambahnya
luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga per unit produk sudah tertentu.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
pengertian menaikkan tingkat sales disini dapat berarti memperbesar pendapatan
dan sales dengan jalan, sebagai berikut :
1.
Memperbesar volume sales dalam unit pada tingkat harga penjualan barang
tertentu.
2.
Menaikkan harga tingkat penjualan per unit pada produk luas sales dalam
unit tertentu.
Dengan mengurangi
pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan
oprating expenses yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya
usaha relatif lebih besar dari pada berkurangnya pendapatan dan sales. Meskipun
jumlah daripada sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena
disertai berkuragnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya
ialah bahwa profit marginnya makin besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono, B, 2000, Analisis
Kinerja Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, TPWI, Jakarta.
Djarwanto, 2001, Pokok-Pokok
Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Farid, Dj, 2003, Analisa
Laporan Keuangan, Edisi Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Fred, J,W, 20001, Manajemen
Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh,
Intermedia, Jakarta.
Mulyadi, 2001, 2001, Akuntansi
Biaya, Penentuan Harga Pokok, Edisi
Diperbaharui, Cetakan Kedua, Bina Aksara, Jakarta.
Nitisemi, A,S,2002, Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Riyanto,B, 2004, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahan, Edisi Kedua,
Yayasan Penerbit Universitas Gajah Mada.
Soemitro, A, 2003, Manajemen
Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Weston and Brigham, 1999, Pembelanjaan Perusahaan, disadur oleh Alex S. Nitisemita, Edisi
Ketiga, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tirok, J, 1999, Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tunggal, A, 2002, Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan,
Rineka Cipta, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar