Untuk
meningkatkan perekonomian modern yang semakin kompleks dengan tingkat
persaingan yang tinggi maka pengelolaan aktivitas perusahaan secara efektif dan
efisien merupakan prasyarat utama agar perusahaan memiliki daya saing yang
tinggi dan kemampuan memperoleh laba. Perkembangan perusahaan di segala
sektor sebagai salah satu kemajuan pada
sektor ekonomi dalam berbagai bidang usaha meliputi industri bidang usaha dagang
dan bidang usaha jasa serta usaha-usaha lainnya..
Dengan demikian, membelanjai operasi
perusahaan seperti untuk pembayaran uang muka pada pembelian bahan baku atau
barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji karyawan serta biaya-biaya
lainnya, setiap perusahaan memerlukan modal kerja. Dana atau uang yang telah
dikeluarkan tersebut diharapkan akan dapat kembali masuk dalam perusahaan dalam
jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang tersebut
akan dikeluarkan lagi untuk membelanjai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan
demikian dana tersebut terus menerus berputar periodenya selama hidupnya
perusahaan.
Selanjutnya, tujuan penyusunan laporan
keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap kegiatan usaha perusahaan. baik pihak interen maupun pihak eksteren
perusahaan untuk dijadikan pertimbangan dalam peramalan dan pengambilan
keputusan ekonomi, sesuai dengan kepentingan masing-masing. Dengan dasar itulah
pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan harus disusun secara baik dan
sistematis sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim diterima umum.Untuk itu,
laporan keuangan suatu perusahaan dapat dijadikan bahan penguji dari pekerjaan
bagian pembukuan dan sebagai alat untuk menentukan atau menilai posisi keuangan
suatu perusahaan pada waktu tertentu bagi yang berkepentingan.
Perusahaan yang selalu berpatokan pada neraca, karena menggambarkan tentang
posisi atau kekayaan, hutang dan modal, perhitungan rugi laba akan memperlihatkan perubahan
posisi keuangan untuk suatu
periode tertentu. Sedangkan laporan rugi laba yang ditahan
merupakan laporan perubahan
posisi keuangan yang berasal dari
kegiatan usaha sesuatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu.
Meningkat atau berkurangnya modal kerja
tercermin pada perubahan harta lancar dan hutang lancar. Hubungan antara
perputaran modal kerja dengan pengeluaran barang dapat dilihat dari adanya
penambahan jumlah modal kerja yang diikuti dengan peningkatan perputaran
piutang akan dapat meningkatkan pengalaran barang, tetapi perputaran modal
kerja yang terlalu tinggi akan menurunkan tingkat likwiditasnya. Oleh karena
itu perlu diteliti terlebih lanjut ada hubungan antara kedua hal tersebut.
Pada unsur aktiva lancar sebagai
pembentukan modal kerja adalah piutang yang sangat besar pengaruhnya terhadap
keefektifan modal kerja. Posisi piutang taksiran umur pengumpulannya dapat
dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang (receicable turnover) dan waktu rata-rata pengumpulan piutang (days of receivable) dan juga sejumlah
piutang lainnya yang berpengaruh dalam peningkatan laba..
Penganalisaan perusahaan, pertama yang
mendapat perhatian adalah kemampuan perusahaan dalam menagih dan mengumpulkan
piutangnya, oleh karena itu akan menimbulkan over draft perusahaan. Semakin
besar days receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang dagang yang berarti perusahaan telah memperhitungkan
labanya terlalu tinggi, dan pada akhirnya tidak tertagih.
Perusahaan juga mengalami kondisi yang
serupa yaitu mampu meningkatkan penjualannya, namun sebagian besar penjualan
tersebut dalam bentuk piutang, sehingga proporsi piutang dalam aktiva lancar
perusahaan mempunyai bagian yang cukup besar.
A
Pengertian Piutang
Piutang
(Recevables) yang merupakan elemen
modal kerja yang juga selalu dalam keadaan perputaran secara terus menerus
dalam rantai perputaran modal kerja yaitu :
Kas ──────── Inventory ──────── Piutang
──────── Kas
Dalam keadaan yang normal dan dimana
penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat
likuiditas yang lebih tinggi dari pada inventori, karena perputaran dari
piutang ke kas membuktikan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga muncul yang namanya kredit.
Menurut Gunawan Adisaputro dalam bukunya
Anggaran Perusahaan (1999 : 38) bahwa adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya investasi dalam piutang adalah :
1.
Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan
kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar investasi piutang. Dengan makin
besar volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti perusahaan itu menyediakan
investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.
2.
Syarat pembayaran kredit
Syarat pembayaran kredit bersifat
ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat
berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan kredit daripada pertimbangan
profitabilitasnya.
3.
Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan
menetapkan batas maksimal atau plafon dari kredit yang diberikan kepada para
langganan.
4.
Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
Perusahaan dalam menjelaskan
kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan
yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam mengumpulkan piutang akan
mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktivitas mengumpulkan
piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan
kebijaksanaan secara pasif.
5.
Kebiasaan membayar dari pada langganan
a. Ada sebagian langganan yang mempunyai
kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan mendapatkan cash/discount dan adapula
yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.
b. Perbedaan
cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap mana yang lebih
menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
-
Alternatif pertama ialah apabila mereka akan membayar pada hari ke 30
yang ini berarti mereka membelanjai pembelian sepenuhnya dengan kredit
penjualan (kredit leveransir).
- Alternatif kedua ialah kalau mereka membayar
pada hari ke 10 dengan mendapatkan cash discount, dengan meminjam uang dari bank
yang pada umumnya dengan tingkat bunga yang tlebih rendah dari pada bunga
kredit dari leveransir.
Dalam rangka upaya untuk memperbesar
volume penjualan perusahaan pada umumnya, khususnya perusahaan yang berskala
besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit ini tidak segera
menghasilkan uang kas, melainkan menimbulkan piutang langganan
akan piutang dagang. Pada saatnya nanti
akan jatuh tempo yang menimbulkan aliran kas masuk yang biasa disebut
cash inflow yang berasal dari pengumpulan piutang yang tertagih.
Untuk lebih jelasnya tentang pahaman piutang, maka akan dikemukakan
beberapa pengertian. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Akuntansi, Penyusutan
dan Metode, (2001 : 94), pengertian piutang dagang adalah Piutang dagang
menujukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang
normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun dan
dikelompokkan ke dalam aktiva lancar.
Selanjutnya Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga
Pokok dan Pengendalian Harga Pokok, (2000 : 418) mendefinisikan piutang yaitu
yang dimaksud dengan piutang (recevable) bukan hanya piutang para langganan,
tetapi meliputi piutang para pegawai, wesel tagih, piutang klaim, biaya
transpor, piutang klaim asuransi, saldo debet perkiraan lain. Namun piutang
para langganan merupakan yang terpenting dalam totalnya.
Dari pengertian di atas, termasuk kemponen piutang dagang adalah
tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Oleh karena itu
mengirim (penitipan) atau penjualan barang dalam bentuk konsinyasi tidak
dapat dicatat sebagai piutang sampai pada saat barang tersebut terjual.
Sedangkan piutang yang timbul dari angsuran akan dipisahkan menjadi
aktiva lancar, dan hal ini tergantung pada jangka waktu angsuran tersebut.
Piutang yang terjadi akibat penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak termasuk dalam kelompom piutang dagang,
melainkan dikelompokkan sendiri dengan sebutan piutang bukan dagang.
Sebagaimana disebutkan dalam uraian
di atas bahwa, piutang terjadi akibat transaksi penjualan barang dan jasa
secara kredit, atau terjadi karena kegiatan lain seperti memberian pinjaman.
Dalam hubungan ini, Soemarsono SR, dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan,
(2001 : 331) menyatakan, sebagai berikut :
1.
Piutang dagang atau piutang usaha,
yaitu piutang yang berasal dari penjualan kredit barang-barang
dan jasa-jasa yang merupakan kegiatan
utama perusahaan.
2.
Piutang yang selain piutang dagang atau
piutang usaha seperti piutang
pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi dan piutang persero
dan lain-lain".
Mengenai piutang dagang, Al Haryono
Yusuf, dalam bukunya Dasar-Dasar Akuntansi, (1998 : 72) memberikan pengertian
yaitu Piutang dagang adalah tagihan-tagihan
kepada perorarangan atau organisasi timbul dari penjualan barang-barang
dan jasa-jasa secara kredit tanpa disertai dengan suatu perjanjian secara
tertulis yang formil.
Apabila pengertian terakhir ini
diperhatikan dengan saksama, menujukkan bahwa piutang pada dasarnya adalah
suatu tuntutan keuangan kepada pihak lain. Dalam pengertian piutang ini. Ikatan Akuntansi Indonesia
(1994 : 32) memberipandangan sebagai berikut :
"1.
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan
dalam dua katagori, yaitu piutang
piutang usaha yang meliputi piutang yang
timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi
dikatagorikan usaha tersebut digolongkan dalam katagori piutang lain-lain.
2.
Piutang yang diperkuat dengan promes disebut wesel
tagih".
Dari beberapa pengertian piutang tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa piutang merupakan aktiva lancar perusahaan yang meliputi
hal-hal, sebagai berikut :
1) Penjualan barang dan jasa secara
kredit
2) Wessel tagih
3) Piutang klaim biaya transfer
4) Pinjaman kepada pegawai
5) Pinjaman kepada perusahaan lain.
6) Lain-lain pinjaman.
Penjualan barang dan jasa banyak dilakukan dengan cara kredit, sehingga
ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa diterimanya uang (hasil
penjualan). Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada
pembeli. Salin tagihan dapat tercipta dari penjualan barang dan jasa, tagihan
dapat juga terjadi dari berbagai kegiatan lain seperti memberikan pinjaman
kepada karyawan, membayar uang muka kepada akan perusahaan atau dapat terjadi
dari penjualan aktiva tetap yang sudah
tidak digunakan lagi dalam perusahaan serta pengakuan akuntansi karena dasar
waktu (acrrual basis).
Sebagai akibat diberikannya pinjaman, adalah timbulnya tuntutan kepada
pihak lain, sebagaimana dikemukakan
oleh Zaki Baridwan, dalam bukunya
Sistem Akuntansi, Penyusutan dan Metode, (2001: 931), yaitu tagihan disini
dimaksudkan dengan klaim perusahaan atau uang, barang - barang dan jasa jasa
kepada pihak-pihak lain.
Piutang sesungguhnya merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam
keadaan berputar secara terus menerus dalam siklus perputaran modal kerja yang
berawal dari keinventory, piutang dan kembali menjadi kas.Dalam keadaan yang
normal, penjualan pada umumnya dilakukan dengan cara kredit, piutang mempunyai
tingkat likwiditas kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya yang segera
harus dipenuhi.
B
Pengertian Piutang Dagang
Salah satu faktor yang menunjang
suksesnya perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah menyangkut penjualan suatu
produk dari suatu produsen ke konsumen. Selanjutnya Gunawan Adisaputra, dalam bukunya
Analisa Neraca, (1997: 61), mengemukakan piutang dagang adalah salah satu
bentuk investasi, dia tidak berbeda dengan investasi lain seperti investasi
yang berwujud dana kas dan bank.
Menurut Farid Jahidin, dalam bukunya
Analisa Laporan Keuangan, (1998: 29)
piutang adalah juga disebut piutang dagang adalah tagihan pada pihak lain
(pada kreditur atau pelanggan) sebagai
akibat dari penjualan barang kredit (on Account) atau karena memberikan
pinjaman kepada pengawai, kepada pejabat perusahaan, atau anak perusahaan dan
lain-lain sebagainya.
Dari definisi tersebut di atad dapat
dijelaskan bahwa piutang adalah tagihan kepada pihak lain (para kreditur) atau
pihak lain sebagai akibat dari penjualan barang secara kredit, atau karena
pemberian pinjaman kepada pihak lain.
Sebagai salah satu bentuk investasi, maka dapat disebut piutang dagang :
a. Menyerap sejumlah dana modal kerja
b. Mempunyai usia tertentu sesuai dengan keterkaitannya
c. Perlu
dimotori tingkat efisiensi
pengolahannya dari waktu ke
waktu.
d. Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.
Sebagai salah satu bentuk kekayaan
piutang dagang masuk sebagai unsur aktiva lancar. Dengan demikian piutang
memiliki waktu perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Piutang dagang
sebagai investasi akan memberikan manfaat tertentu bagi perusahaan.
Beberapa manfaat yang dapat
diperoleh untuk dapat melakukan penjualan kredit antara lain :
1.
Merupakan upaya untuk meningkatkan omzet penjualan
2.
Dengan meningkatkan volume penjualan, maka keuntungan diharapkan
akan meningkat. Dengan demikian, kredit
ini mempunyai akibat yang positif dari segi penilaian investasi.
3.
Dengan adanya hubungan hutang piutang, maka hubungan dagangan antara perusahaan
dengan para pembeli menjadi lebih erat, sehingga kredit menjamin kontinutas
hubungannya.
4. Pada usaha jenis usaha tertentu, seperti produsen
rumah murah dan perdagangan kendaraan bagi penjual.
Kalau Gunawan Adisaputro, dalam
bukunya Anggaran Perusahaan, (1999 : 25) berbagai jenis benan biaya yang timbul
karena perusahaan menjual dengan kredit antara lain :
1.
Beban biaya modal
piutang sebagai salah satu bentuk investasi yang menyerap
sebagai dari modal perusahaan yang tersedia.
2.
Selain benan biaya maka piutang juga akan menimbulkan jenis biaya lain
yaitu-biaya administrasi piutang terdiri dari :
a. Biaya organisasi atau unit kerja yang
diserahi tugas mengelola piutang yaitu gajianm dan jaminan sosial lain bagi
petugas penagihan dan pengadministrasian piutang.
b. Biaya penagihan piutang. Piutang agar dibayar
pada waktunya perlu dilakukan usaha
untuk menagih berupa biaya telpon, surat
menyurat, telegram atau biaya perjalanan.
3.
Piutang tidak seluruhnya dapat ditagih, karena debitur lari atau bangkrut.
Terdapat piutang macet atau
tak dapat tertagih sama sekali.
Sehingga mengakibatkan tak tertagih (beddebets) sehingga dibentuk cadangan
piutang ragu-ragu yang dibantu lewat
penyisihan sebagian dan keuntungan penjualan.
Selanjutnya, karena piutang dapat
memberikan tambahan keuntungan tetapi juga mengakibatkan tumbuhnya kerugian,
maka perlu dibuat suatu kebijaksanaan yang jelas mengatur tentang masalah itu.
Menurut Gunawan Adisaputra, dalam bukunya Anggaran Perusahaan, (1999: 25),
sebagai langkah yang perlu dipersiapkan antara lain meliputi :
1.
Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan untuk mengurusi
piutang. Tugas pokok dari unit ini meluputi :
a. Mencari langganan potensial
yang dapat diberikan kredit.
b. Menyeleksi para calon debitur
c. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.
d. Melakukan penagihan piutang
e. Membuka mutasi/ kredit atau piutang.
f. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang
out standing menurut usianya masing-masing.
g. Menyusun dan memperkirakan
arus masuk dari piutang
h. Membuat laporan tentang pengelolaan piutang
bagi pengambilan kebijaksanaan tentang
piutang.
2.
Digariskan kebijaksanaan piutang yang jelas untuk dapat digunakan sebagai
pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang kebijaksanaan itu meliputi :
a.
Penentuan flafon kredit
untuk berbagai jenis atau tingkatan debitur langganan yang harus
dibatasi dalam pengambilannya.
b.
Penentuan jangka waktu kredit.
c.
Pedoman melakukan seleksi calon debitur berdasarkan 5 C atau 3 R
d.
Penentuan jumlah piutang ragu - ragu
maksimal yang dapat dibenarkan
sebagai dasar penentuan
besarnya cadangan piutang ragu –
ragu untuk pencatatan.
e.
Penentuan besarnya jumlah anggaran yang digunakan untuk mengadministrasikan
piutang.
3.
Penentuan kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang. Berdasarkan
kriteria yang dapat digunakan sebagai indikasi.
a. Tingkat penjualan piutang yang rumusnya, adalah
Penjualan Kredit Netto (setahun)
Piutang
ragu-ragu (Awal dan akhir tahun)
Prosentase piutang yang tak tertagih
sebenarnya. Tingkat ini perlu dibandingkan dengan rata-rata piutang tak
tertagih untuk industri ataupun usaha lain yang sejenis. Selama tingkat
prosentase ini relatif sebanding maka efisiensi pengelolaan piutang oleh
perusahaan masih dapat dianggap dalam batas kewajaran. Bilamana prosentase ini
melebihi industri atau usaha lain yang sejenis, maka perlu dilakukan
penganalisaan khusus untuk mengetahui sebab-sebabnya secara jelas, usia piutang
rata-rata. Dalam pencatatan piutang
ragu-ragu pada perusahaan memang susah untuk mengukur karena piutang ragu-ragu
penafsirannya biasanya meleset.
Piutang rata-rata 360
b. Average Collection Period =
Penjualan kredit
C
Pengendalian dan Manajemen Piutang
1 Pengendalian Piutang
Sebagaimana
diketahui, piutang merupakan salah satu bagian penting dalam harta lancar
perusahaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pengendalian piutang
merupakan suatu perangkat alat yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
karena piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan
perusahaan. Dengan kata lain resiko tidak tertagihnya piutang dari para
langganan tetap, adalah tanggung jawab bersama di antara fungsionaris
perusahaan.
Untuk mengantisipasi timbulnya piutang
akibat tidak tertagihnya piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pijaman
atau menambah pinjaman sebelumnya,
pihak perusahaan terlebih dahulu mengadakan evaluasi tentang keadaan atau
kemampuan ekonomis calon pembeli.
Ada dua hal kemungkinan dapat menimbulkan
kerugian piutang, yaitu akibat dari kecerobohan atau kekurangan hati-hatian
perusahaan pada saat terjadi apabila transaksi penjualan barang dan jasa dapat
terjadi kerugian karena keinginan buruk pembeli dengan sengaja menyia-menyiakan
kepercayaan yang diberikan perusahaan (produsen/penjual). Dan untuk kemungkinan
kedua yang mengarah pada kerugian piutang, yang tidak boleh diabaikan oleh
pihak perusahaan, musibah yang menimpa para pelanggan seperti bencana alam,
perampokkan dan lain-lain. Masalah kedua ini selain mengakibatkan kegurian
piutang, juga akan mempengaruhi seluruh kebijaksanaan perusahaan.
Kerugian
piutang yang tidak tertagih, merupakan persoalan timbul setelah terjadinya
transaksi penjualan barang dan jasa, dan hal ini sering diketahui dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Besar
kecilnya piutang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan kebijakan penjualan
kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan
menurunkan standar pemberian pinjamannya, maka penjualan akan meingkat yang
berarti pula meningkatnya piutang. Meningkatnya piutang perusahaan
selain
dapat meningkatkan keuntungan, juga perusahaan harus menanggung beban investasi
piutag yang besar.Dalam hubungan ini
Bambang Riyanto dalam bukunya
Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2003: 76)
lebih lanjut mengemukakan 5 hal yang mempengaruhi besar kecilnya
investasi dalam piutang, yaitu :
1. Syarat pembayaran penjualan kredit
2. Volume penjualan kredit
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan modal
5. Kebijaksanaan membayar dari langganan.
1 Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit
bersifat tidak tetap (sewaktu-waktu ketat dan sewaktu-waktu lunak). Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti perusahaan lebih
mementingkan kredit dari pada pertimbangan profitabilitas.
2 Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan akan memperbesar investasi dalam piutang. Dengan demikian
untuk memperbesar penjualan kredit dalam setiap tahun, berarti perusahaan
menyediakan investasi piutang yang lebih besar pula, dan demikian halnya dengan masalah
profitabilitas. Akan tetapi
perusahaan juga diharapkan dengan masalah resiko, dalam arti bahwa makin
besar piutang, juga makin besar resiko kerugian akibat tidak tertagihnya
piutang tersebut.
3 Ketentuan tentang pembatasn kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat
menetapkan batas maksimal atau plafon kredit yang diberikan kepada para pelanggan.
makin besar plafon
pinjaman yang ditetapkan untuk setiap pelanggan berarti makin besar pula
dana yang diinvestasikan dalam piutang, demikian pula ketentuan mengenai siapa
yang diberikan pinjaman. Makin selektif
langganan yang dapat
diberikan kredit atau pinjaman
akan dapat memperbaiki besarnya investasi dalam piutang. Dengan demikian maka
pembatasan pinjaman disini adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4 Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan
di dalam hal pengumpulan piutangnya secara aktif dan pasif. Perusahaan yang
secara aktif menagih piutang memilikipengeluaran uang untuk membiayai aktivitas
pengumpulan piutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan
kebijaksanaan pasif.
5 Kebijaksanaan membayar dari pelanggan
Ada kebiasaan dari sebagian pelanggan
dalam membayar pinjamannya menggunakan kesempatan dengan alasan menunda
pembayaran merasa ada keuntungan.
2 Manajemen Piutang
Piutang
disini adalah timbul karena adamya transaksi penjualan secara kredit oleh
perusahaan kepada para langganannya. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan
menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan sangat erat hubungannya
dengan persyaratan kredit yang diberikan. Sekaligus pengumpulan piutang tidak
tepat pada waktu yang sudah ditetapkan namun sebagian besar dari piutang
tersebut akan terkumpul dalam
jangka waktu yang kurang dan satu tahun. Dengan atasan itulah maka piutang
dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan.
Pos
piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian cukup besar
dari aktiva besar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar
perkiraan piutang ini dapat dihitung dengan cara yang seefisien mungkin. Karena
piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan
perusahaan.
Dengan
kata lain tidak tertagihnya piutang dari langganan, adalah tanggung jawab
bersama di antara fungsionaris perusahaan. Untuk mengantisipasi timbulnya
kerugian akibat tidak tertagih piutang, maka sebelum perusahaan memberikan
pinjaman atau menambah pinjaman sebelumnya, pihak perusahaan terlebih dahulu
mengadakan evaluasi tentang keadaan atau kemampuan ekonomis calon pembeli.
Dengan
demikian, untuk mengantisipasi akan adanya pencatatan yang dapat menimbulkan
kerugian perusahaan perusahaan biasanya kurang tepatnya pencatatan yang
dilaksanakan pada bagian pembukuan, sehingga ada kekeliruan yang bisa terjadi
menimbulkan kerugian perusahaan, di samping itu karena koordinasi yang kurang
bagian pemasaran dan pembelian artinya kros cek antara pemasukan dengan
pengeluaran barang kurang akurat. Pencatatan yang di haruskan akurat yang tidak
boleh diabaikan oleh pihak perusahaan, agar segala kekeliruan dapat berkurang
akan berdampak pada perusahaan yang bisa terhindar dari segala kerugian yang
dialami.
Kerugian
piutang yang tidak tertagih, merupakan persoalan yang timbul setelah terjadinya
transaksi penjualan barang dan jasa dan hal ini sering diketahui dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Untuk
mengantisipasi terjadinya resiko kerugian seperti diterangkan di atas, maka
perlu menentukan standar besar kecilnya pemberian pinjaman kepada langganan.
Dalam menentukan standar ini, kalau Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan (2003: 73) menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan
kriteria yang dikenal dengan istilah faktor 5 C, yaitu :
1)
Character
2)
Capasity
3)
Capital
4)
Collecteral
5)
Condition
D
Proses Terjadinya Piutang
Pada
hakekatnya piutang yang terjadi sebagian
akibat adanya transaksi jual
beli, sehingga dapat terjadi piutang, hal ini diperlukan persetujuan antara
penjualan dengan pembeli untuk merinci kewajiban yang resmi dan mengatur
prosedur yang akan dijalankan.
Apabila perusahaan menerima pesanan, maka
dibuat suatu catatan yang segera dikirim kepada bagian penjualan untuk mencek
kredit. Jika bagian penjualan menolak mengisi pesanan atau menolak penjualan,
maka pada umumnya pegawai yang
bersangkutan tidak menerima
pesanan atau menolak mengisinya. Prosedur ini memberikan
informasi kepada bagian penjualan sebelum penjualan dilaksanakan, tentang
kelayakan kredit pembeli dan apakah dapat diterima pembeli. Jika penjualan telah
disetujui, maka segera akan
dilaksanakan pengiriman dan faktor dicap stempel untuk memberitahukan kepada
pembeli, supaya membayar pada kasir jika penjualan kredit tersebut disyaratkan
adanya uang muka sebagai pembayaran
angsuran pertama dari rangkaian pembayaran kredit.
Menurut
J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, dalam bukunya Cost Accountung A
Manajerial Emphasis, (1998 : 406), fungsi yang dilaksanakan oleh bagian
penjualan adalah menyelesaikan persoalan adalah sebagai berikut :
1.
Mencek kredit
2. Memberi pinjaman
3. Menanggung resiko.
Dalam
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham,
dalam bukunya Cost Accountung A Manajerial Emphasis, (1998, 406), menyatakan
bahwa Penjualan dapat memilih berbagai kombinasi fungsi dengan merubah
peraturan dalam persetujuan, misalnya perusahaan berukuran kecil atau menengah
dapat menghindari dibentuknya departemen kredit. Pelayanan penjualan mungkin
sekali lebih murah daripada departemen yang mempunyai kelebihan kapasitas untuk
melayani volume kredit perusahaan. Demikian juga jika perusahaan menggunakan
ahli bukan kredit sebagai partime untuk melaksanakan
Sebenarnya laba yang
diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan
yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus
dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut
konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen
artinya dengan harga yang layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Penjualan barang dagangan oleh sebuah
perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh D
Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Manajemen, (1999 : 178) jumlah transaksi
penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi
yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan
yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya
dengan kedua syarat jual beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjual dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi kontrak (
contractual function )
3.
Fungsi menciptakan permintaan (demand
creation)
4.
Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5.
Fungsi kontraktual (contractual
fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal yang diperlukan
2. Kemampuan merencanakan
3. Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5. Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga
tujuan dalam penjualan yaitu
1.
Mencapai tujuan tertentu
2. Mendapatkan laba tertentu
3. Menunjang
pertumbuhan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra,
Gunawan, 1997, Analisa Neraca, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Penerbit
PD. Aksara Baru, Jakarta ,
……………………., 1999, Anggaran Perusahaan,
Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Baridwan,
Zaki, 2001, Sistem Akuntansi, Penyusutan
dan Metode, Edisi Kedua,
Cetakan Ketiga, Bagian Penerbit Akademi Akuntansi, YKPN, Jakarta.
Djahidin,
Farid, 1998, Analisa
Laporan Keuangan, Cetakan
Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia ,
Jakarta .
Hartanto,
D, 1999, Akuntansi Manajemen, Edisi
Kedua, Cetakan Ketujuh, Ghalia Indonesia ,
Jakarta ,
Yusuf,
Al-Haryono, 1998, Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbt
Liberty, Yogyakarta .
Mulyadi,
2000, Akuntansi Biaya, Pernentuan Harga
Pokok dan Pengendalian Harga Pokok, Fkultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
J
Fred Weston dan Eugene F, Brigham, 1998, Cost
Accounting A. Managerial Emphasis, Fourth Edition Prencil-Hall, Of India,
Private Limited New Delhi.
Riyanto
Bambant, 2003, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Ketujuh, Cetkan Kedelapan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Soemarsono,
SR, 2001, Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Jakarata.
Stanton,
1999, Strategi Pemasaran, Edisi
Kedua, Cetakan Ketujuh, Penerbit Erlangga, Yogyakarta.
Ikatan
Akuntan Indonesia, 1994, Prinsip-Prinsip
Akuntansi Indonesia, LPFE,
Universita Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar