Penetepan harga jual dari produk suatu
perusahaan, tentu memerlukan kualitas agar bisa bersaing barang produk apalagi
untuk menetapkan harga. Memperhatikan harga jual produk perusahaan dalam bidang
yang sama. Kalau tujuan utama untuk
memenuhi permintaan konsumen disamping mencari laba dari setiap kegiatan
operasional dijalankan, sehingga masing-masing perusahaan yang harus mempunyai
strategi tersendiri di dalam memasarkan hasil produksinya.
Perhatian pihak pemerintah memberikan fasilitas
berupa modal kerja bagi masyarakat untuk
meningkatkan perusahaan swasta dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen
disamping mencari laba dari setiap kegiatan operasional yang dijalankan
,sehingga masing-masing perusahaan yang harus mempunyai strategi tersendiri
didalam memasarkan hasil produksinya .
Untuk
memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya dalam berbagai faktor diperhatikan
seperti penghasilan dan biaya yang lebih rendah dari penghasilan itu
,perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan.Dalam upaya mencari laba yang
besar perusahaan harus mampu menjual dalam jumlah yang besar dan tingkatan
harga tertentu.
Penjualan
yang dilakukan perusahaan ditentukan dan permintaan konsumen terhadap barang
yang dijual dan salah satu yang mempengaruhi permintaan konsumen dalam suatu
barang adalah harga jual barang yang bersangkutan .Apalagi jumlah perusahaan
yang bersifat persaingan sempurna dimana terdapat banyak penjual,konsumen
mempunyai banyak pilihan terhadap barang yang dibutuhkan berdasarkan harga dan
tingkat kepuasaan yang diperoleh dan barang-barang yang dibelinya.
Selama ini disebabkan karena adanya
penetapan harga penjualan sebelum dikalkulasi sejumlah biaya yang telah yang
dikeluarkan oleh perusahaan ,karena hasil produksi diserahkan pada bagian
pemasaran untuk menetapkan harga jual.
Perhatian pada produsen tidak
terbatas pada persediaan barang atau hasil produksinya saja ,tetapi juga
bagaiman barang itu dapat mencapai pasar.Pasar yang dimaksud disini adalah
terdiri dari pelanggan potensialdengan kebutuhan dan keinginan tertentu.
Sehubungan dengan uraian diatas,maka
salah satu kebijakan perusahaan untuk mencapai keuntungan adalah dengan cara
analisis penetapan harga jual barang.Bahwa dalam menetapkan harga jual
merupakan profit planning apporoach yang didasarkan pada hubungan antara volume
penjualan ,laba dan,pembiayaan.Oleh karena itu perusahaan harus mampu dalam
menetapkan harga sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dalam bidang
penjualan maupun dibidang perencanaan laba dan keuntungan
Analisis menetapkan harga jual merupakan
suatu masah ketika perusahaan akan menetukan harga pertama kali .hal ini
terjadi ketika perusahaanmengembangkan suatu produk atau barang yang baru
,ketika perusahaan ingin memperkenalkan produk atau barangnya kesaluran
distribusi atau kedaerah baru,haru memutuskan posisi produknya untuk mutu dan
harga.
Analisis menetapkan harga jual merupakan
suatu masalah ketika perusahaan akan menentukan harga pokok penjualan, hal ini
terjadi ketika perusahaan mengembangkan suatu produk atau barang yang baru
ketika perusahaan ingin memperkenalkan produknya kesaluran distribusi atau
kedaerah baru,harus memutuskan posisi produknya untuk mutu dan harga
Dalam hal penetapan harga jual terlebih
dahulu harus biaya perunut produkyang dihasilkan.Tanpa mengetahui har per unit
produk harga jual tidak mungkin dapat ditentukan,dalam penetapan harga jual
yang pertama kali dilakukan adalah perhitungan biaya per unit produk
A
Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya
1 Pengertian Biaya
Untuk
menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan
diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan
memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu
diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah
dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan
demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya
pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan
komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan
dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan
kemungkinan laba yang akan diperoleh.
Berbicara
mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di
dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya
Kapita Selecta ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua
sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang
memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian
halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas
kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas
kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1)
dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu
pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran
modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan
biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi
dan pengertian biaya di atas, dapatlah
dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih merupakan
pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran
secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
Sejalan
dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto dalam bukunya
Akuntansi Untuk Usahawan ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap
akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan
karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense
atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi.
Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan
datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.
2. Jenis-Jenis Biaya
Sehubungan
dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan
biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :
"1)
Biaya variabel dan biaya tetap
2) Biaya yang dapat dikendalikan".
Sedangkan
menurut Mulyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok (2000 :
57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan
volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang
secara total berfluktuasi secara langsung
sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan
yang lain.
Sedangkan
biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk
mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas
tertentu.
Dari gambaran
umum di atas, maka dapat diketahui
sebagai berikut :
1. Biaya
variabel adalah sejumlah
biaya yang ikut berubah untuk mengikuti
volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses
produk, bahan baku
langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah
sejumlah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan.
Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain.
Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam
perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu
gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta
pengawasan.
B Pengertian Harga Pokok
Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu
barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran,
karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan
uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi
penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan
penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu
produk barang atau jasa.
Basu Swastha dalam bukunya Pengantar Bisnis (1999 : 147) memberikan
definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah
beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Perusahaan menginginkan harga yang lebih tinggi, akan tetapi masyarakat
sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas
produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu
sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu
barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan
barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual
juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
Kemudian Nitisemito dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan (2000 : 11)
memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang
diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan
bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang
dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bersama-sama sepakat pada
suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dengan
demikian perusahaan PT xxx dalam hal ini
melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu
penentuan harga produk yang akan ditawarkan pada konsumen yang bias merasa puas
terhadap hasil produk perusahaan.
Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat
dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga
pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
Perusahaan PT xxx dalam menjalankan
aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual
kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada
perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh
pemerintah dan lain pertimbangan tentang biaya produksinya.
C Tujuan Penetapan
Harga Pokok
Adapun tujuan penetapan harga pokok yaitu
penentuan sikap dari hasil produk barang dan jasa yang akan ditawarkan kepada
konsumen sebagaimana dikemukakan Winardi dalam bukunya Kapita Selesta (2002 :
149), mengemukakan bahwa :
1) Sebagai alat untuk perencanaan
2) Sebagai alat untuk pengawasan atau pengendalian biaya.
3) Sebagai alat untuk memecahkan persoalan
khusus.
Sedangkan Winardi menyatakan bahwa tujuan
penetapan harga pokok adalah :
1) Sebagai dasar bagi harga pokok
penawaran
2) Sebagai dasar guna menentukan hasil -
hasil perusahaan.
3) Penilaian mengenai harga-harga pasar
yangberlaku
4) Sebagai alat guna mengontrol efisiensi perusahaan.
Dengan demikian, apabila diketahui
harga pokok sesuatu
barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat
pula ditentukan. Demikian pula dengan
diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu barang, maka untuk kepentingan pengendalian efisiensi dalam
proses produksi dengan mudah dapat dilakukan pengontrolan dan
pengawasan.
Efisiensi
yang dimaksud tersebut adalah
penawaran prinsip-prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan
pengorbanan yang seminimal akan mencapai hasil yang maksimal
mungkin.
D Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Harga Pokok
Harga merupakan ukuran untuk dapat
mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut
menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai
dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga
dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau
harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan
oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa yang telah
disesuaikan.
Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya,
Pengendalian Harga Pokok, (2003 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu
harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau
memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya.
Perusahaan menginginkan harga yangf lebih
tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak
produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain
dari konsumen atau kurang puas.
Harga sebagai suatu standar nilai barang
dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan
bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan
sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang
diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga
yang telah ditentukan tersebut.
Kemudian Nitisemito, dalam bukunya Dasar-Dasar Penganggaran Bagi
Eksekutif, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah
suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai
tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya
kepada orang lain.
Harga menunjukkan pula terlaksananya
suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah
secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk
yang dijual, sehingga dengan demikian perusahaan PT Toraja Markisa Toraja dalam
hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu
penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
Dengan demikian, harga mempunyai peranan
serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya
sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan
selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain,
daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan
lain pertimbangan tentang biaya produksinya.
Harga pokok
merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya , Penentuan Harga Pokok (2003 : 97)
menyatakan bahwa komponen-komponen biaya terdiri dari biaya bahan baku , biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik. Metode pengumpulannya disesuaikan dengan
karakteristik system produksi dengan industrinya.
1. Metode harga pokok pesanan
Metode harga
pokok dalam system pesanan digunakan dalam produksi yang menghasilkan dalam
berbagai produk yang berbeda-beda pada setiap priode. Termasuk dalam contoh
produksi ini adalah usaha meubel, percetakan dan lain sebagainya.
Beberapa
karakteristik system penentuan harga pokok pesanan yaitu :
a. Kegiatan produksi
atas dasar pesanan, sehingga bentuk barang/ roduk tergantung spesifikasi
pesanan. Proses produksinya terputus-putus, tergantung adanya tidaknya pesanan
yang diterima.
b. Biaya produksi
dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan total biaya produksi dihitung
pada saat pesanan selesai. Biaya per unit adlah dengan membagi total produksi
dengan total unit yang dipesan.
c. Mengumpulan biaya
produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan yang berfungsi
sebagai buku pembantu biaya yang memuat informasi umum seperti nama pemesan,
jumlah pesanan dam tanggal diselesaikan, informasi biaya bahan baku , biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
d. Penentuan harga
pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan dengan jumlah unit
produk yang diselesaikan.
Dalam
system harga pokok pesanan, ketiga elemen biaya produksi dikumpulkan sesuai
dengan nomor pesanan yang dikerjakan. Harga pokok barang per unit dengan
membagi biaya total pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dibuat. Nilai
barang jadi adalah seluruh harga pokok darim pesanan yang diolah. Nilai barang
dalam proses adalah harga pokok pesanan yang belum selesai.
Kesalan
dari system ini adalah bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan atau yang
dibebankan harus dapat diidentifikasikan pada pesanan yang dibuat. Semua harus
dapat menampung perhitungan harga pokok pesanan.
2. Metode harga pokok proses
Sistem harga
pokok dlam proses digunakan untuk perusahaan yang memproduksi suatu produk
tunggal, homogen yang dihasilkan dalam jangka panjang secara berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam jangka panjang termasuk dalam contoh produksi ini adalah
usaha pabrik semen, pabrik tegigu dan sebagainya. Untuk menghitung harga pokok
barang, perusahaan dapat menggunakan median departemen, bagian atau seksi dalam
produksi.
Harga pokok
proses berkaitan dengan alokasi biaya produksi pada suatu departemen terhadap
suatu barang yang diproses di departemen tersebut. Harga pokok proses mempunyai
ciri-ciri, sebagai berikut :
a. Biaya dikumpulkan
pada setiap departemen atau biaya.
b. Setiap departemen
mempunyai rekening persediaan barang dalam proses untuk mendebit biaya diterima
dan mengkredit harga pokok barang.
Persediaan
akhir barang dalam prosesn akan menjadi persediaan awal periode berikutnya, hal
ini dapat menimbulkan dua macam harga pokok dalam suatu departemen, yaitu harga
pokok periode sekarang da harga pokok periode yang lalu.
Dalam sistem harga pokok proses, biaya
persediaan barang dalam proses di pisahkan dari biaya yang ditambahkan dalam
periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan ditambah unit yang baru. Biaya
untuk menyelesaikan unit-unit dalam proses pada awal periode dihitung terlebih
dahulu kemudian diikuti dengan perhitungan untuk biaya unit yang dimulai dan
diselesaikan pada periode berjalan.
F Pengertian Penjualan
Sebenarnya laba yang diperoleh suatu
perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan
kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan
dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga
yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang
layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Penjualan barang dagangan oleh sebuah
perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” (Soemarso, 1999 : 178)
jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi
yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan
yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya
dengan kedua syarat jua; beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka. Fungsi penjualan
mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.
Fungsi perencanaan
2.
Fungsi memberi kontrak ( contractual function
)
3.
Fungsi menciptakan permintaan (demand
creation)
4.
Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5.
Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Modal yang diperlukan
2.
Kemampuan merencanakan
3.
Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.
Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.
Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang
tepat
6.
Unsur penunjang
Perusahaan,
pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan yaitu
- Mencapai tujuan
tertentu
- Mendapatkan laba
tertentu
- Menunjang
pertumbuhan perusahaan.
G Cost Plus Pricing
Perusahaan
yang berorientasi produksi dan penjualan perlu ditinjau terlebih dahulu apakah
kegiatan tersebut dalam jangka panjang atau jangka pendek. Perusahaan yang
berproduksi hanya perusahaan musiman, misalnya pabrik payung pada saat hujang. Mulyadi
(2000 : 127) menyatakan bahwa kalau jangka panjang, harga jual produk harus
dapat memenuhi seluruh biaya. Jika tidak, maka perusahaan tidak mampu
mempertahankan hidupnya. Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas, biaya
variabel saja, jadi harga dapat diterima dalam jangka pendek (tingkat
perputarannya cepat).
Sedangkan
dalam jangka panjang, seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual
dan harus dipertimbangkan secara eksplisit agar tujuan jangka panjang dapat
tercapai. Perusahaan yang mempunyai tujuan jangka panjang tentu proyeksi
terhadap biaya-biaya selama dalam proses produksi telah dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum produksi terlaksana dengan baik.
Pendekatan
yang lazim mempunyai tujuan jangka panjang, maka untuk menentukan harga jual
produk standar adalah menerapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini,
harga jual adalah cosat ditambah dengan mar up sebagai prosentase tertentu dari
cost plus. Mar up harus ditentukan sebesar prosentase tertentu dari cost plus,
karena mar up harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga laba yang diinginkan
dapat tercapai pada perusahaan, dengan harapan pemilik perusahaan disesuaikan
pada tujuan semula.
H Pentingnya
Pengendalian
Usaha pengembangan perusahaan dan untuk
menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan
diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Merealisir hal
tersebut maka perlu diciptakan antara lain peningkatan volume penjualan hasil
produk pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan
seluruh distribusi. Tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu produk
perusahaan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi,
maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau
persaingan yang semakin tajam utamanya
dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
Disadari bahwa dalam usaha pengembangan
mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak
sesuai dengan rencana semula maka hal ini mungkin disebabkan oleh adanya
keterbatasan tenaga manusia didalam proses produksi, keadaan/ kerusakan
peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
Menjamin agar kualitas produk yang
dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu
bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar
kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
Terperinci menurut Sofyan Assauri (2002 :
167) tentang pengawasan mutu bahwa :
1. Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah
mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses
dengan menggunakan mutu produksi
tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi serendah
mungkin.
Harold, (1999 : 6) membagi dalam beberapa
bagian, sebagai berikut :
"a. Increase production
b. Lower unit cost
c. Inproved employed morale
d. Better quality".
Berikut ini dalam pengendalian kualitas
mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan dalam proses produksi barang dan jasa,
yaitu :
a. Pengendalian bahan mentah
b. Pengendalian selama proses produksi
c.
Pengendalian hasil produksi akhir.
Berdasarkan ketiga tahap pengendalian ini
juga di gambarkan oleh Elwood S. Buffa, (1998 : 643), membagi 4 (empat) fase
umum dari pengendalian kualitas, yaitu :
1. Policy levela in determining desired market
level of quality.
2. The engineering design stage during which quality
levels spesified to achieve the market
target levels.
3. The producing stage whan control over incoming raw
materials and produktive overation and
mecesary to inplement the policies.
4. The use stage in
the field where instalation can effect final quality and where the guarantee of
quality and erfotmance must the made
effective.
Berdasarkan keempat tingkatan ini dapat
dijelaskan hubungan kerjasama secara bersama-sama dapat dilihat dari keempat
hal tersebut di atas, dengan beberapa hubungannya. Sesuai dengan penjelasana di
atas, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan,
produksi dan distribusi. Hal yang
dijelaskan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam
perusahaan.
Tahap pertama, menunjukkan pimpinan
perusahaan yang seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam
hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi retularen on invesmen
(pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.
Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang
akan dapat diproduksikan ditentukan oleh designer. Disini tentu di
pertimbangkan mengenai bahan baku ,
cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
Pada tahap ketiga, barulah diadakan
pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
a.
Pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
b.
Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
c.
Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
Perusahaan yang melaksanakan pengendalian
produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk,
maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang
lebih cermat.
Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha
bagaimana untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja.
Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control khususnya gula.
Analisis pengendalian mutu produk khususnya gula memerlukan tenaga kerja quafied
untuk ditempatkan dalam gudang supaya terjamin dari kontinuitas perusahaan
mengenai mutu produk.
Melaksanakan usaha pengendalian dalam
produksi khususnya pada gula pasir merupakan sumber pembahasan, sehingga proses
kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah dalam bentuknya oleh perusahaan
yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa
barang dan jasa yang disebabkan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin
dari kontinutas.
Setiap pimpinan memiliki manajemen
tersendiri, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi.
Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting
untuk dimiliki. Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan
produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang
dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan
dengan pengendalian memang agak sulit
dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
Pemeriksaan dikaitkan dengan produksi
berati harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau
minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya
ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
1. Sebelum produksi dimulai
2. Sebelum proses dimulai
3. Sesudah produksi dilaksanakan
Adapun peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan quality control (pengawasan
produk) menurut Hoffman, (1997: 209),
adalah :
"1. Panca
indra, misalnya mengetahui mutu tebuh yang baik, dapat dilihat dengan
mata.
2.
Mempergunakan alat, diukur dengan membandingkan produksi yang lain dengan
kapasitas yang sama dan bahan baku .
3. Menggunakan
metode statistik, yang lazim disebut statistical quality control"
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan, 2002, Manajemen Produksi, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Buffa, Elwood, S, 1998, Modern Production Management, Fourth Edition, New York, London Sydney, Toronto, Jhon Welley and Sone.
Hartanto, D, 2002, Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kedua, Penerbit LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta.
Hoffman, dan Boodman, 1999, Production Palanning and Inventory Control, Cambride, Masschussets Artur D. Limited.
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, BPFE, Universditas Gajah Mada, Yogyakarta.
Nitisemito, Alex, S, 2000, Dasar-Dasar Penganggaran Bagi Eksekutif, Penerbit Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarata.
………………….., 2002, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Pustaka Binaman Press Indonesia, Jakarta.
Soemarso, 1999, Pemasaran Modern, Penerbit Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Swastha, Basu, 1999, Pengantar Bisnis, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Jakarta.
Winardi, 2000, Kapita Selecta, Edisi Kelima, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alumni, Bandung.
Ikatan Akuntan Indonesia 1994, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar