Lingkungan dunia usaha
sekarang ini terus menerus mengalami perubahan yang sangat cepat. Proses
perubahan itu telah mengantarkan dunia uhasa ke era baru yang disebut era
persaingan global yang berkembang antara negara di dunia. Dalam aktivitas
perdagangan pada era persaingan global ini, peluang (opportunity) dan ancaman
(theat) harus menjadi serius oleh para pelaku bisnis.
Mencermati bahwa banyak
perusahaan mengalami kelemahan pada
aspek finansial, maka perusahaan perlu melakukan pembenahan lebih dini.
Pembebanan aspek finansial itu yang dapat dilakukan melalui konsolidasi
internal, peningkatan efisiensi, rasionalisasi, dan rekstrukturisasi yang
merupakan langkah yang strategis agar perusahaan tetap dapat langgeng.
Langkah-langkah strategis bagi perusahaan di Indonesia telah menjadi kenyataan
untuk menghadapi era globalisasi perdagangan.
Upaya pemulihan
kepercayaan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi kita, diperlukan
strategis atau cara dalam melaksanakan pembangunan. Berhasil tidaknya strategis
perdagangan tersebut banyak tergantung dari partisipasi seluruh lapisan
masyarakat, dalam arti bahwa dukungan dan bantuan mereka dalam pembangunan
sangat menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di masa
yang akan datang.
Pemanfaatan peluang
yang diperlukan suatu pengelolaan manajemen perusahaan adalah kerjasama antara
sub sistem masing-masing yang terdapat dalam perusahaan. Sub sistem yang erat
hubungannya dengan masalah yang dibahas adalah aspek finansial. Kesinambungan
atau kelancaran aktivitas perusahaan memerlukan pembenahan aspek likuiditas dan
aktivitas operasional. Sedangkan untuk memperoleh keuntungan yang berarti harus
memperhatikan aspek profitabilitas. Hal
ini di satu pihak dan profitabilitas di pihak lain sering timbul pertentangan.
Dalam hal ini terjadi kadang-kadang disebabkan keinginan perusahaan manajer
keuntungan yang tinggi, sehingga potensi likuiditas nya agak diabaikan.
Mengelola secara
efektif dan efisien yang melalui pengendalian analisis pada sumber dan
penggunaan modal kerja, dengan laporan-laporan statistik melalui penggunaan keuangan
yang direncanakan, mengawasi, mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan
aktvitas dari berbagai fungsi, satuan operasional.
Analisis perencanaan
kebutuhan modal kerja mengenai aktivitas perusahaan yang merupakan bagian dari
rencana yang diintegrasikan dengan baik untuk memelihara adanya efisiensi.
Penggunaan struktur organisasi memungkinkan untuk melakukan arus sumber dana
dan penggunaan modal kerja dengan rencana dan tindakan yang ditetapkan lebih
dahulu pengablikasian efektif dari penggunaan keuangan tersebut harus
sepenuhnya ke dalam rencana-rencana perusahaan dan mberikan suatu tingkat
pengendalian biaya-biaya operasional meliputi catatan yang menetapkan pelaporan
keuangan yang memuat pertanggungjawaban yang benar-benar efektif.
Salah satu aspek
finansial perusahaan yang perlu mendapat perhatian khusus direncanakan
seefektif mungkin oleh manajemen adalah rencana kebutuhan sumber dan penggunaan
modal kerja. Karena modal kerja itu sangat berpengaruh terhadap kegiatan
perusahaan, maka modal kerja
dipandang perlu dikelola sumber
dan penggunaannya agar kesinambungan
kegiatan perusahaan tercapai, untuk keperluan itu, perusahaan perlu memiliki
perhatian yang cukup dibidang manajemen modal kerja.
Untuk memenuhi pangsa
pasar sangat dibutuhkan perencanaan modal kerja eksternal dalam meladeni order
lokal dan order interlokal. Karena perusahaan ini bekerja sesuai dengan order,
maka aktivitas secara kontinyu dapat menerima seluruh order (langganan) yang
dapat mengembangkan kegiatan perusahaan.
A Pengertian dan Jenis-Jenis Modal Kerja
Modal Kerja dalam
pembahasan ini dimaksudkan adalah merupakan investasi jangka pendek dalam
perusahaan seperti investasi pada piutang, persediaan, kas begitu pula
perolehan sumber pembelanjaan jangka pendek seperti trade credit dan kredit
dari lembaga perkereditan.
Untuk mendapatkan
gambaran yang jelas, maka Weston and Brigham, Pembelanjaan Perusahaan, (1999;
2) mengemukakan bahwa pengelolaan modal kerja mencakup baiik untuk investasi jangka
pendek maupun perolehan sumber dana perusahaan. Pengelolaan modal kerja sangat
penting melihat kegiatan sehari-hari adalah operasi perusahaan yang menyangkut
tentang modal kerja.
Dan kenyataan lain
dapat dilihat bahwa banyaknya dana yang tertanam pada current assets adalah
sangat besat jumlahnya khususnya bagi perusahaan kecil harus meminimunkan
investasinya dalam harta tetap oleh karena tidak ada cara lain untuk
menghindari investasi dalam biaya, piutang dan persediaan.
Penentuan besarnya
investasi dalam current assets adalah untuk ini sangat penting untuk menjaga
likuiditas dan profitabilitas
perusahaan. Oleh karena kekurangan dana akan mengganggu jalannya operasi
perusahaan seperti untuk membayar utang jangka pendek, pembayaran upah, pembayaran
utang dagang dan sebagainya.
Demikian pula
sebaliknya kelebihan akan membawa resiko yang harus ditanggung terhadap
sejumlah modal kerja yang menganggur dalam perusahaan, untuk selanjutnya akan
memperkecil profitabilitas perusahaan.
Besar kecilnya,
kebutuhan modal kerja terutama tergantung pada perputara atau periode
terikatnya modal kerja dan waktu perputarannya, makin besar jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
Periode perputaran atau
periode terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari
pada periode-periode yang meliputi jangka waktu lamanya pemberian piutang
lamanya penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, sedangkan
pengeluaran sehari-harinya merupakan
pengeluaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan
biaya-biaya lainnya.
Piutang merupakan
investasi dalam modal kerja yang tidak dapat dihindari adanya dalam dunia
usaha. Piutang diberikan kepada perusahaan lain atau individu dan bunganya
dengan perusahaan lainnya. Pemberian piutang barang kepada pelanggang merupakan
hal yang dapat dimengerti sebab tanpa memberikan piutang. Pengusaha mengalami
kesulitan untuk dapat dijual barangnya dengan lancar. Tetapi dilain pihak
banyak resiko yang timbul karena
memberikan piutang, yakni mendapat
kerugisn, kemacetan bahkan
membawa kegagalan pada perusahaan resiko piutang dapat disebutkan, resiko tidak
terbayar, resiko piutang dapat disebutkan resiko tidak terbayar karena keterlambatan
penerimaan piutang.
Cara memperkecil resiko
oleh Alex S.Nitisemito, dalam bukunya Memperkcil Resiko Piutang, (2002, 11),
mengemukakan bahwa kalau perkiraan piutang yang ada akan memberikan kemungkinan
akan menimbulkan resiko yang lebih besar dari kemungkinan keuntungan yang akan
diterima, maka batalkanlah.
Jadi perlu adanya batas
maksimun piutang diberikan dan pertimbangan lain, seperti kemungkinan dari pada
para pelanggan untuk memenuhi kewajibannya, melihat financial position perusahaan
langganan yang diperlihatkan dengan Cash Flow, pengaruh trend ekonomi pada
umumnya untuk perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi
dalam piutang adalah volume penjualan kredit, ada syarat-syarat pembayaran,
kebiasaan membayar dari pada langganan dan kebijaksanaan dalam mengumpulkan
piutang.
Unsur lain dari working
capital adalah investasi pada persediaan merupakan peningkatan modal perusahaan
untuk jangka waktu tertentu seperti bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi, sama halnya piutang dan persediaan
pada umumnya tidak dapat dihindari.
Dalam hubungan ini,
maka penetapan sejumlah persediaan adalah penyediaan bahan baku dan bahan
pembantu untuk menghasilkan produk. Di samping itu perlu adanya persediaan
barang, jadi untuk menjamin kelancaran penjualan. Besarnya investasi dalam
persediaan tergantung dari pada volume
produksi yang direncanakan, estimasi tentang fluktuasi harga bahan
mentah, tingkat kecepatan material menjadi rusak, biaya penyimpangan dan resiko
penyimpangan digudang.
2 Jenis-Jenis Modal Kerja
Jenis-jenis modal kerja
pada dasarnya terdiri atas modal kerja permanen (permanent working
capital) dan modal kerja variabel (variable
working capital) oleh Moelyadi, dalam bukunya Akuntansi Biaya, (2001, 56),
sebagai berikut :
1. Modal
kerja permanent (permanent working capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha.
Yang termasuk modal kerja permanent antara lain
:
a. Modal kerja
primer (primary working capital), yaitu jumlah modal
kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan kontinutas usahanya.
Misalnya; kas, kas paling sedikit ada ditangan supaya dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi dalam waktu singkat.
Persediaan akhir harus cukup memenuhi
pesanan piutang yang merupakan jumlah minimum untuk memperluas kredit kepada langganan. Jadi primary working capital oleh Adikoesuma, manajemen keuangan, (2003, 112) akan tetap diinvestasikan dalam
perusahaan selama perusahaan itu bekerja.
b. Modal
kerja normal (normal working capital),
yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan menyelenggarakan luas produksi normal.
- Pengertian normal disini dalam arti yang
dinamis, yaitu selalu dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan bahan produksi
dengan keadaan kebutuhannya.
2. Modal
kerja variabel (
variabel working capital ), modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Variabel working capital dapat dibagi ke dalam
:
a. Modal
kerja musiman (seasonal working
capital), yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. Misalnya: Pabrik
payung, pabrik gula dan sebagainya.
b. Modal kerja
siklus (cyclical working capital), yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebababkan karena konyuntur.
c. Modal kerja
darurat ( emergency working capital), yaitu modal kerja yang
besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya.
Misalnya
perubahan ekonomi mendadak, bencana alam, buruh mogok dan
sebagainya.
a. Pengertian Sumber dan penggunaan Dana
2.7.1. Pengertian Sumber
Dana
Bambang
Riyanto, (1998:78) mengatakan bahwa sumber dana yang dapat diperoleh untuk
membelanjai suatu investasi ialah:
1.
Sumber dana dari dalam perusahaan (internal source) dapat
diartikan sebagai bentuk dana dimana pemenuhan kebutuhan dananya berasal dari
dalam perusahaan itu sendiri, dengan kata lain dana dengan kekuatan atau
kemampuan sendiri. Dana dari dalam perusahaan dapat diadakan dengan atau
menggunakan laba cadangan dari sebagian sisa hasil usaha yang merupakan unsur
dana sendiri sebagai sumber dana interen. Akumulasi penyusutan aktiva tetap
karena jangka waktu penggunaan dari aktiva tersebut biasanya lama, misalnya 5
(lima) tahun, maka cadangan penyusutan yang masih menganggur dapat digunakan
dan disebut sebagai sumber dana insentif. Dana dari dalam perusahaan terdiri
dari :
a.
Dana yang berasal dari pemilik perusahaan.
b.
Saldo keuntungan yang ditanam kembali dalam peusahaan.
Saldo ini adalah keuntungan yang tidak diambil oleh anggota.
c.
Surplus dana dan akumulasi penyusutan atau yang disebut
sebagai cadangan dana. Terdiri atas nilai buku dan nilai pasar dari harta yang
dimiliki oleh perusahaan.
2.
Sumber dana dari luar perusahaan (external source) yaitu
pemenuhan kebutuhan dana diambil atau beras dari sumber-sumber dana yang ada
diluar perusahaan. Dana yang berasal dari luar perusahaan adalah dana yang
berasal dari pihak bank, asuransi, dan kreditur lainnya. Dana yang berasal
daripada kreditur adalah hutang bagi perusahaan yang disebut sebagai dana
pinjaman. Dana pinjaman yang dimaksud adalah dana yang didapat dari pihak
ketiga (kreditur).
2.7.2. Pengertian penggunaan dana
Bambang Rianto (1998:95),
mengatakan bahwa pengunaan dana akan menyebabkan perubahan-perubahan bentuk
maupun penurunan jumlah aktiva lancar, tetapi penurunan aktiva tidak selalu
diikuti olah penurunan dana.
Penggunaan aktiva lancar
menyebabkan berkurangnya dana, hal ini disebabkan karena :
a.
Pembayaran biaya atau ongkos perusahaan meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku atau barang dagangan, suplies
kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya,
Pembayaran
biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau penghasilan perusahaan
yang bersangkutan.
Penggunaan aktiva lancar untuk operasi ini baru merupakan
pengunaan dana kalau jumlah biaya suatu periode lebih besar dari pada jumlah
penghasilannya (timbulnya kerugian). Besarnya pengunaan dana untuk biaya
operasi ini akan dapat ditentukan dengan jalan menganalisis laporan perhitungan
rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah depresiasi dan amortisasi periode
tersebut.
b.
Kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penyualan
surat berhargan atau efek maupun kerugian insindentil lainnya.
Diluar
usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan kerja
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar laporan itu lebih informatif bagi pembaca.
Adapun kerugian yang rutin atau insidentil akhirnya akan
mengakibatkan berkurangnya dana perusahaan.
c.
Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar
untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang lainnya, misalnya dana pelunasan
obligasi, dana pensin pengawai dan lain-lain.
d.
Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi
hutang hipotik, hutang opligasi, ataupun hutang jangka panjang lainnya
mengakibatkan penarikan kembali untuk atau seterusnya saham perusahaan yang
beredar, atau adanya hutang jangka panjang, diimbangai dengan berkurangnya
aktiva lancar.
e.
Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi
jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurngnnya
aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat kurangnnya dana.
f.
Pengambilan uang atau barang dangangan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian
keuntungan oleh pemilik perusahaan perorangan atau persekutuan atau adanya
pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
Dari uraian diatas maka sumber-sumber dana
adalah merupakan elemen-elemen diluar dana (current
assets dan current libilities) atau
sering disebut perubahan current account. Kalau besarnya dan
pengunaan dana maka tidak efek nettonya terhadap dana.
Untuk lebih jelasnya
sumber dan penggunaan dana adalah sebagai berikut :
1.
Sumber dana
a.
Laba ditahan
b.
Bertambahnya penyusutan
c.
Bertambahnya hutang dangang
d.
Bertanbahnya hutang jangka panjang
e.
Bertambahnya kredit bank.
2.
Pengunaan dana
a.
Bertambahnya kas
b.
Bertambahnya piutang
c.
Bertambahnya persediaan
d.
Bertambahnya kendaraan
e.
bertambahnya inventaris
f.
Berkurangnya misin dan peralatan
g.
Berkurangnya hutang lain-lain
2.5 Penggunaan
Modal Kerja
Weston and Brigham (1998 : 123)
menyatakan bahwa perputaran modal kerja adalah kemampuan perputaran modal kerja
netto dalam suatu periode tertentu, dengan rumus :
Hasil
Penjualan Netto
Working capital Turnover = =
……. kali
Ak. Lancar – Ht. Lancar
Perputaran modal kerja sangat
penting untuk melihat kegiatan sehari-hari bahwa operasi perusahaan sangat
ditentukan oleh tersedianya dana dan kenyataan lain dapat dilihat bahwa
banyaknya uang yang tertanam pada current assets adalah sanagat besar jumlahnya
khususnya bagi perusahaan kecil harus meminimumkan investasi dalam harga tetap
oleh karena ada cara lain untuk menghindar investasi dalam biaya piutang dan
persediaan.
Penentuan besarnya investasi dalam
current assets adalah sangat penting untuk menjaga likuiditas dan
profitabilitas perusahaan. Oleh karena kekurangan modal kerja akan mengganggu
jalannya operasi perusahaan seperti untuk membayar utang jangka pendek,
pembayaran upah, pembayaran utang dagang dan seterusnya. Demikian pula
sebaliknya kelebihan modal kerja akan membawa resiko yang harus ditanggung
terhadap sejumlah modal kerja yangt menganggur dalam perusahaan yang
selanjutnya akan memperkecil profitabilitas perusahaan.
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja
terutama tergantung pada perputaran atau periode terikatnya modal kerja dan
pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Makin lama jangka waktu
perputarannya, makin besar jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
Periode perputaran atau periode
terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari
periode-periode yang meliputi jangka waktu lamanya pemberian piutang. Lamanya
menyimpan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi sedangkan pengeluaran
sehari-hari merupakan pengeluaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah
buruh dan biaya-biaya lainnya.
Investasi dalam kas adalah untuk
menjaga likuiditas perusahaan. Untuk membiayai pengeluaran rutin perusahaan
dari minggu ke minggu seperti pembayaran upah, pembayaran biaya umum dan
lain-lain.
C Pengertian Laba
Sebagaimana diketahui
bahwa keberadaan perusahaan mempunyai tujuan tertentu, sehingga perusahaan
berusaha semaksimal mungkin dalam memaksimalkan laba sebagai tujuan umum
perusahaan (bisnis) adalah "Membuat suatu produk atau jasa dengan biaya
yang serendah-rendahnya, menjual dengan harga wajar, dan membentuk
kebiasaan". Dalam pembuatan keputusan merupakan elemen penting manajemen
produksi dan operasi, karena semua manajer harus membuat keputusan-keputusan,
maka tidak ada salahnya bila kita membicarakan masalah pembuatan
keputusan.
Dengan melaksanakan
usahanya perusahaan dalam hal menggunakan sumber daya manusia (sering disebut
faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, bahan mentah dan
sebagainya. Dalam proses transportasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi
produk atau jasa.
Selanjutnya, T. Hani
Handoko dalam bukunya Penentuan Laba Perusahaan, (2001: 84) mengemukakan bahwa
dalam penentuan maksimisasi laba perusahaan akan menetapkan teknik-teknik atau
metode perangcangan dan pengalokasian berbagai sumber daya yang terbatas di
antara berbagai alternatif penggunaan sumber daya manusia untuk mendukung
kontinuitas usaha, serta dapat meminimalisasi biaya yang telah dioptimalkan.
Problem produksi
biasanya diformulasikan sebagai maksimalisasi keuntungan dimana sumber
daya dialokasikan untuk mencapai efektifitas yang maksimal dan
distribusi modal berbagai periode, di mana fungsi-fungsi dan tujuan di
eksperimenkan dalam kaitannya dengan Net
Present Value (NPV) aplikasi-aplikasi yang bermaksud.
a. Pemilihan proses yang
dapat membantu manajemen untuk memilih kombinasi metode produksi yang terbaik
dari yang tersedia.
b. Pencampuran (blending)
untuk menentukan biaya terkecil dari kombinasi unsur-unsur yang akan membentuk
sebuah spesifikasi produk yang dihasilkan.
c. Transportasi untuk
menentukan biaya transportasi minimal menggunakan rute yang tersedia.
Dari ketiga aplikasi ini mempunyai fungsi dan
tujuan yaitu biaya yang minimal, artinya segala aktivitas dapat dilaksanakan
seefisien dan seefektif mungkin.
D Penentuan Besarnya Modal Kerja
Untuk mengukur prestasi
perusahaan atau tingkat kemampuan, maka analisa memperoleh laba merupakan salah
satu alat yang digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setipa
perusahaan menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan
sampai sejauhmana hasil yang dan bunga dengan harta.Analisa resiko dalam
memperoleh laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana,
mengenai hasil akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan
bersih setelah pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang
mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan
sejumlah modal tertentu, selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran
tentang kontrol perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk
pengertian yang lebih jelasnya beberapa batasan yang diberikan oleh penulis
berikut ini, seperti Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2002; 27) mengatakan bahwa
keuntungan perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau
model yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain keuntungan diperoleh
yang adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode
tertentu.
Bagi batasan tersebut
untuk memperoleh dari laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan
kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat
dari kebijaksanaan dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan.
Selanjutnya, Edwan
Dekar dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan, (2000; 68) mengemukakan bahwa
profitabilitas diukur dengan keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan
kebijaksanaan deviden menguntungkan sementara ada yang bersamaan maju untuk
menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap.
Penulis lain yaitu
Hartanto dalam bukunya Akuntansi Manajemen, (1999: 46) mengemukakan bahwa
keuntungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Oleh karena
itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa periode yang
berurutan akan dapat dilihat kecenderungan harga pokok penjualan dan perubahan
biaya operasi dari perusahaan tersebut.
d. Jenis-Jenis Laba
Secara garis
besarnya untuk memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua
bagian, yaitu :
Keuntungan secara
ekonomi (return on total accers) yang sering juga disebut
dengan istilah Earning Power adalah
perbandingan antara laba sebelum pajak dengan keseluruh an modal.
Adapun laba yang
dimaksud tersebut adalah laba operasi
dan modal adalah modal operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas S.
Munawir (1997: 13) mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah
satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan pada opeasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian
ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operaso perusahaan (Net
Operating Income) dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan operasi tersebut (Net
Operating Assets).
Analisa profit margin
tersebut dimaksud untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai
volumepenjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Sedangkan operating Assets Turn Over untuk melihat
efektivitas perusahaan yang dapat tercermin dari kecepatan operating assets turn over.
Suatu faktor yang
mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah sejauhmana perusahaan mengelola
usahanya agar dapat menghasilkan laba maksimal mungkin sedangkan laba itu
sangat dipengaruhi oleh sebagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume
penjualan tertentu dengan biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi
dalam perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin
perusahaan.
Untuk menaikkan profit
margin ada beberapa cara yang dapat ditempuh
dapat ditempuh :
- Menaikkan Net
Sales yang lebih besar dari ke naikkan operating expenses.
- Mempertahankan Net Sales dengan menekan operating
expenses.
- Mengusahakan penurunan
Net Sales dengan harapan terjadi penurunan
operating expenses yang lebih besar.
Salah satu alternatif
lain dalam menaikkan keunagnan sebagai berikut :
1. Menaikkan net sales yang lebih besar dari kenaikan operating expenses.
2. Mempertahankan net sales dengan menekan operating expenses.
3. Mengusahakan penurunan net
sales dengan harapan
terjadi penurunan operating expenses yang lebih besar.
Selain masalah
efisiensi tersebut suatu kenyataan bahwa setiap perusahaan senantiasa
memperhatikan masalah perputaran modalnya, di mana perputaran modal yang cepat
menunjukkan kemajuan perusahaannya.
Keuntungan modal
sendiri ( return on
net worth )
Return on net worth tersebut menyangkut
bagaimana tingkat kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Dalam
hal ini Return on worth tersebut yang
dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khusus modal sendiri. Adapun
batasan oleh Bambang Riyanto (1988; 37) mengatakan bahwa laba modal sendiri juga dikenakan laba yang tersedia
bagi para pemilih modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut dipabrik
lain.
Besar kecilnya
kebutuhan akan modal kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi
permintaan pasar. Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2004, 12), hal itu
ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari.
2. Periode
perputaran atau periode terikatnya modal kerja.
Ad 1 Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Kas adalah merupakan alat yang mempunyai
penggunaan yang tinggi karena dengan tersedianya kas, maka akan
membiayai kewajiban-kewajiban, setiap
harinya seperti untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah
buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus
mempunyai simpanan kas yang tinggi.
Karena dengan demikian berarti hanya mengutamakan kepentingan faktor
likuiditas, tetapi akan menekan rentabilitas perusahaan di lain pihak ada
keharusahn untuk menahan jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat
memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut dengan persediaan
bersih kas.
Adapun persediaan bersih kas itu dapat dihasilkan untuk
memperoleh keuntungan, besarnya
persediaan bersih kas tergantung
pada :
a. Sifat
transaksi komersial dan
keuangan, sifat pada
transaksi dalam arti bagaimana pembelian bahan dan
penjualan hasil akhir dilakukan, misalnya dengan tunai atau kredit. Bila transaksi dilakukan dengan tunai,
maka tidak perlu persediaan kas yang tinggi.
Begitupula
dengan sering tidaknya transksi keuangan (penerimaan/
pembayaran) akan berpengaruh
terhadap bersihnya kas.
b.
Selisih antara penerimaan dan pengeluaran
Besar
kecilnya selisih antara penerimaan dan jumlah pengeluaran kas
dalam satu periode tertentu, untuk menentukan pula suatu tingkat persediaa
bersih kas.
Disamping
itu, penerimaan dan pengeluaran
yang dapat diramalkan atau diduga
terlebih dahulu. Misalnya: ada pemogokan,
kegagalan dan penjualan produksi dan lain-lainnya.
Apabila telah dapat ditentukan besarnya
persediaan bersih kas, maka diatur penerimaan dan pengeluaran kontinutas dapat
terjamin dengan tidak menurunkan likuiditas di atas, maupun rentabilitas untuk
dapat mengatur penerimaan dan pengeluaran alat dengan baik dan efisiensi perlu
dibuat cash budget.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan cash budget oleh Djahidin, dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan,
(2003, 114) adalah :
- Jumlah penerimaan selama
periode tertentu, misalnya dalam
satu bulan, pada umumnya penerimaan hal ini berasal dari :
1. Penjualan tunai
2. Debitur yang membayar hutang-hutangnya.
3. Sumber-sumber lain misalnya penjualan aktiva
tetap
4.
Jumlah kas yang ada permulaan periode
5. Jumlah pengeluaran-pengeluaran selama periode
tertentu seperti :
6. Pembelian bahan/bahan lain secara tunai.
7. Pembayaran hutang perniagaan dan hutang
lain.
8. Adanya Surplus atau defisit
Dalam pengertian ini adalah termasuk simpanan dalam bank yang
setiap hari atau setiap saat dapat dipergunakan
untuk menguasai atau memilih barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga dalam
keadaan ini istilah surplus
atau defisit pada
perusahaan tergantung dari pengelolah.
Periode perputaran dan
terikatnya modal kerja. Dalam pengertian periode perputaran yang relatif singkat,
karena perputaran dari piutang ke kas hanya memerlukan satu tingkat saja. Adanya piutang dagang,
terutama dimaksudkan sebagai salah satu
alat untuk memperbesar volume penjualan. Untuk mengukur periode perputaran
dari piutang oleh Djarwanto, dalam bukunya Popok-Pokok Analisa Laporan
Keuangan, (2001, 29) dilihat dan dihitung dengan rumus :
Penjualan Kredit
Perputaran
piutang =
Piutang rata-rata
Makin tinggi tingkat
perputarannya berarti bahwa modal yang
ditanamkan dalam piutang tersebut makin banyak berputar dalam satu periode.
Pada transaksi penjualan dengan kredit tertentu, berarti makin tinggi turnover,
juga akan berarti bahwa modal yang ditanamkan dalam piutang adalah sedikit.
Disamping itu perusahaan harus menahan sejumlah piutang sebagai kredit
penjualan untuk dapat memelihara transaksi normalnya yang merupakan inti dari
permanent kebutuhan modal, piutang yang ditanam dalam piutang.
Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan besarnya piutang bersih, (Djarwanto
2001, 89) yaitu :
- Syarat pembayaran dari penjualan kredit
Biasanya dinyatakan dalam term 2/10 n/30,
artinya pembayaran dinyatakan dalam waktu 10 hari sesudah penyerahan barang si pembeli mendapatkan potongan 2%
hari sesudah penyerahan barang.
- Kebiasaan para langganan
dalam pembayaran. menurut
pengalaman banyak yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan
cash discount, maka persediaan bersih
piutang di atas waktu untuk
mendapatkan cash discount.
- Sifat dan kesediaan para pelanggan dalam membayar hutangnya,
sebab sering terjadi langganan yang mampu, tetapi segan memenuhi kewajibannya.
E Implementasi
Rasio Financial Terhadap Evaluasi
Kinerja Keuangan
Analisa ratio financial
penilaian terhadap kinerja keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan
datang. Tujuan untuk menemukan
kelemahan-kelemahan di dalam kinerja
keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah masa yang
akan datang dan untuk menentukan kekuatan-
kekuatan perusahaan yang dapat
diandalkan. Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan suatu
perusahaan dapat ditujuan terhadap penilaian likuiditas perusahaan atau
penilaia penyelenggarakan-penyelenggaraan perusahaan di masa lalu. Analisa
rasio finacial juga berasal dari luar
perusahaan sebagian usaha untuk menentukan keandalan kredibilitas
perusahaan atau potensi industri. Dari manapun analisa berasal alat yang
digunakan pada dasarnya sama.
Rasio finansial
merupakan alat utama dalam analisa keuangan, karena dapat dipergunakan untuk
menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Dalam implementasi
analisa rasio finansial terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua cara
perbandingan yang akan dipergunakan perusahaan. Menurut apa yang dijelaskan
oleh Van Horne dan Wachowichz, Manajemen Keuangan Perusahaan, (1997 : 133)
tentang kedua cara perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1. Perbandingan internal
Analisa dapat membandingkan rasio saat ini
dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.
Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi kewajiban lancar untuk tahun sekarang
dapat di bandingkan rasio lancar tahun sebelumnya.
Jika rasio finansial diurutkan dalam beberapa
periode tahun, analisa dapat mempelajari
komposisi perubahan dan
menentukan apakah terdapat perbaikan atau menurunan dalam kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan.
2. Perbandingan
eksternal dan sumber-sumber rasio industri
Metode
perbandingan yang kedua
melibatkan perbandingan rasio
satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan
sejenis atau dengan rata-rata industri titik waktu yang sama.
Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi keuangan dan
kinerja relatif dari perusahaan. Rasio ini juga membantu dalam mengidentifi
kasikan penyimpangan dari rata-rata standar industri.
Dengan perbandingan internal, perusahaan akan
dapat mengetahui kecenderungan perubahan yang terjadi selama beberapa periode
tahun buku yang akan dianalisis. Sedangkan melalui perbandingan eksternal
perusahaan dapat melihat kekuatan persaingan (competition power) yang ada pada perusahaannya, yaitu dengan
membandingkan rasio-rasio finansial internal perusahaan dengan suatu standar
atau norma indutri. Akan tetapi industri yang dimaksudkan adalah rasio - rasio
finansial yang di terbitkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan
sebagai standar atau ukuran atau ukuran yang dapat dibandingkan dengan rasio
finansial suatu perusahaan.
Pendapat lain dari
Cahyono, Analisa Kinerja Keuangan, (2000, 392) juga membagi metode-metode
penganalisaan rasio-rasio finansial menjadi 2 (dua) perbandingan, yaitu :
1. Membandingkan
rasio sekarang ( present
ratio ) dengan
ratio-ratio kita dari waktu-waktu
yang lalu ( ratio
historis) dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current rasio, tahun 1997
dibandingkan dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara
perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan- perubahan dari rasio
tersebut dari tahun ketahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak
banyak artinya, karena dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan
adanya perubahan.
2. Membandingkan rasio-rasio
dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio
semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio (rasio
industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama.
Dengan membandingkan
rasio perusahaan dengan rasio industri,
maka akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek
finansial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak
dibawah rata-rata (below average).
Jadi ada 2 (dua) metode
perbandingan yang digunakan perusahaan untuk menganalisa rasio finansial oleh
Amin Tunggal, Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan, (2002, 125) yaitu analisa
internal dan eksternal. Perbandingan internal, yaitu rasio-rasio internal yang
dibandingkan antara rasio-rasio (rasio historis) yang lalu dengan rasio
sekarang (present ratio). Perbandingan eksternal yaitu
rasio-rasio yang sengaja
dikeluarkan oleh lemaga-lembaga keuangan atau badan-badan keuangan untuk
dijadikan standar bagi perusahaan - perusahaan dalam menganalisa rasio-rasio finansialnya.
Dengan demikian,
perbandingan internal dan eksternal merupakan indikator perusahaan dalam
menyusun rasio finansial Manajer keuangan dapat mengambil salah satu indikator
dari keduanya. Indikator ini untuk menjawab kondisi kinerja keuangan perusahaan,
sehingga dapat mengambil kebijaksanaan strategis tentang pembelanjaan
perusahaan di masa yang akan datang. Di Amerika Serikat perbandingan rasio
perusahaan dengan rasio industri sudah sangat luas penggunaannya karena di
negara tersebut ada beberapa badan atau bank yang menyusun rasio-rasio industri
antara lain "DUN and Bradstreef dan Robert Morris Associates ( RMA )"
(Anonim 2002, 214). Di Indonesia jika perusahaan hendak
mengadakan analisa rasio, mungkin pada saat ini hanya dapat mengadakan analisa
rasio internal belum adanya lembaga atau badan yang menyusun rasio industri.
F Usaha Laba Untuk
Memperbesar Profit Margin
Besar kecilnya profit
margin pada setiap transaksi penjualan
ditentukan oleh kedua faktor yaitu net sales laba usaha. Besar kecilnya laba
usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan
besarnya biaya usaha (operating expenses).
Bambang Riyanto, dalam
bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, (2004 : 31) dengan jumlah
operating expenses tertentu dengan profit margin dapat diperbesar dengan sales,
atau dengan jumlah sales tertentu, profit margin dapat diperbesar dengan
menekan atau memperkecil operating expenses.
Dengan demikian, untuk
memperbesar profit margin ada dua alternatif dalam usaha untuk memperbesar
profit margin, yaitu :
1. Dengan menambah biaya usaha (operating
expenses) sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapai tambahan sales
yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar
daripada tambahan operating expenses.
2. Perubahan besarnya sales dapat disebabkan karena perubahan harga
penjualan per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap) atau
disebabkan karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga
per unit produk sudah tertentu.
Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales disini dapat
berarti memperbesar pendapatan dan sales dengan jalan, sebagai berikut :
1.
Memperbesar volume sales dalam unit pada tingkat harga penjualan barang
tertentu.
2.
Menaikkan harga tingkat penjualan per unit pada produk luas sales dalam
unit tertentu.
Dengan
mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya
pengurangan oprating expenses yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain
mengurangi biaya usaha relatif lebih besar dari pada berkurangnya pendapatan
dan sales. Meskipun jumlah daripada sales selama periode tertentu berkurang,
tetapi oleh karena disertai berkuragnya operating expenses yang lebih sebanding
maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, (PSAR No.
31), Ikatan Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Cahyono, B, 2000, Analisis Kinerja Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, TPWI, Jakarta.
Djarwanto, 2001, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Farid, Dj, 2003, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kelima,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Fred, J,W, 20001, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi
Ketujuh, Intermedia, Jakarta.
Mulyadi, 2001, 2001, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Edisi Diperbaharui, Cetakan Kedua, Bina
Aksara, Jakarta.
Nitisemi, A,S,2002, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Riyanto,B, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahan, Edisi Kedua, Yayasan Penerbit Universitas
Gajah Mada.
Soemitro, A, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Weston and Brigham, 1999, Pembelanjaan Perusahaan, disadur oleh
Alex S. Nitisemita, Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Tirok, J, 1999, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tunggal, A, 2002, Dasar-Dasar
Analisa Laporan Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta.
Van Horne James C, 1997, Manajemen Dan Kebijakan Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh, Penerbitan
Intermedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar