Untuk menunjang perkembangan dunia bisnis
pada saat sekarang, maka salah satu aspek penting adalah masalah peranan dalam
memainkan perilaku konsumen sebagai bagian dari kegiatan perusahaan baik
perusahaan pemerintah maupun perusahaan swasta. Apabila perusahaan dapat
menjalankan prinsip pemasaran atau marketing dengan baik, tentunya perusahaan
mempunyai strategi tentang upaya penjualan barang dagangan dengan di fungsikan
perwakilan dalam memenuhi permintaan konsumen.
Selanjutnya, perusahaan mempunyai
kegiatan-kegiatan lain dalam percaturan dunia perdagangan yang berjalan dengan
baik tetapi apabila perusahaan akan memperbaiki strategi dan situasi persaingan
pasar kian hari semakin ketat, sehingga perlu mempunyai pisi dan pandangan
terhadap barang apa yang akan dipasarkan.
Sejalan dengan perkembangan tersebut maka
sebagai bangsa yang sedang membangun, khususnya bangsa Indonesia sangat penting
artinya untuk membangun disegala sektor baik pembangunan disektor pertanian,
pertambangan dan sektor lain yang tak
kala pentingnya yaitu pada bidang pemasaran make up, semprot, sabun mandi dan
barang-barang lainnya, kondisi ini merupakan dorongan bagi perkembangan dunia
usaha yang dapat menunjang timbulnya perusahaan-perusahaan yang mendukung
pembangunan.
Akan tetapi pihak swasta dalam hal ini
para pengusaha keberhasilannya banyak ditentukan oleh kecermatan dan keuletan
dalam mengelola usahanya untuk kelangsungan hidup serta untuk tingkat
keuntungan yang diharapkan. Juga
bagaimana mengambil suatu keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai
masalah. Dengan perkembangan teknologi
yang semakin canggih, maka jumlah barang yang dihasilkan semakin banyak
jumlahnya dan beraneka ragam sehingga dapat menimbulkan masalah yaitu
bertumpuknya barang dipihak produsen yang tentunya memerlukan pemikiran
bagaimana memasarkannya atau dengan kata lain bagaimana upaya sampai di tangan
konsumen.
Penilaian terhadap perilaku konsumen
dimasa yang akan datang tidaklah terlepas dari analisis tentang keadaan masa
silam, keadaan masa sekarang, keadaan perubahan industri, yang selanjutnya kita
dapat merencanakan, menulis dan menentukan kondisi apa dan bagaimana yang akan
dialami perusahaan yang akan datang.
Untuk kelancaran dalam penjulana barang
dagangan, maka yang harus diperhatikan adalah lembaga niaga maka yang paling tepat digunakan mana yang lebih
efisien. Karena barang yang satu belum tentu sama saluran distribusinya dengan
barang yang lain. Apabila tidak demikian, maka dapat mengakibatkan hambatan dalam penyaluran
barang dagangan dari produsen ke konsumen yang selanjutnya barang lambat tiba
dan kemungkinan besar tidak terjual, sehingga dapat merugikan perusahaan.
Sistem pemasaran dapat memecahkan
persoalan tentang semua kegiatan atau usaha agar barang-barang hasil produksi
sedapat mungkin di distribusikan atau digerakan dengan lancar dari sektor
produsen kepada konsumen melalui proses pertukaran atau penjualan yang saling
menguntungkan. Terjadinya transaksi jual beli karena adanya kemupakatan antara
penjual dan pembeli, sehingga antara penjual dan pembeli saling ketergantungan
dalam memainkan perannya sebagai penjual sesuai dengan perilaku konsumen.
Kepuasan konsumen terhadap pelayanan
sebagai usaha untuk meningkatkan pelayanan yang merupakan kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dalam perusahaan, karena sebelum terjadi penjualan
barang-barang hasil produksi, maka bagaimana bias terjadi pendistribusian lebih
dahulu. Secara teoritis orang dapat cenderung agar distribusi dan penjualan
barang dapat dilakukan secara bersama-sama namun di dalam praktek hal itu
sering tidak dapat dilakukan karena jumlah permintaan pada suatu tempat tidak
cukup besar atau banyak menimbulkan persoalan yang tidak perlu ada, maka akan
mengakibatkan pendistribusian dan penjualan tidak disesuaikan dengan rencana
yang telah digariskan
A Pengertian Pemasaran
Sebagaimana diketahui bahwa pemasaran
ialah bagaimana cara meningkat volume penjualan hasil produksi, karena biasanya
hasil produksi susah untuk menembus pemasaran sebab kapan hasil produksi tidak
bersaing, yang tidak bisa bersaing
hasil produksi di pasaran.
Dalam membicarakan pengertian pemasaran
kita harus melihat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran
karena dalam memberikan defenisi pemasaran kita sering menjupai beberapa
penafsiran yang dapat memberikan estimasi bagaimana cara meningkatkan volume
penjualan sesuai dengan titik pandang masing-masing ahli. Pada dasarnya
prinsip-prinsip ini secara umum defenisi-defenisi tersebut mempunyai maksud dan
tujuan yang sama yaitu bahwa kegiatan atau aktivitas pemasaran barang dan jasa
bukan hanya sekedar kegiatan menjual barang/jasa tetapi lebih luas dari pada
itu.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
maka pemasaran berarti suatu aktivitas atau kegiatan manusia berlangsung dalam
kaitannya jual beli di pasar, atau berarti bekerja dengan pasar untuk
mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan
pokok yang dilaksanakan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan tersebut tergantung bagaimana memasarkan
suatu produk itu sendiri sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai.
Pemasaran merupakan suatu proses
pemilihan, pasar mana yang akan kita masuki, produk apa yang kita pasarkan,
berapa harga yang kita tetapkan serta distributor mana yang akan kita gunakan.
Oleh sebab itu, maka sasaran yang ingin dicapai perusahaan adalah untuk volume
peningkatan penjualan Dalam hal ini bukan semata-mata didasarkan pada selera
dan pemenuhan keinginan di dalam memasarkan produknya agar supaya produk yang
ditawarkan itu dapat terjual.
Untuk memperjelas pengertian pemasaran
ini, maka dikutip oleh beberapa para ahli Sarjana menurut Sofyan Assauri, dalam
bukunya manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis (2001: 2), menyatakan
bahwa, pemasaran adalah untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa
tepat pada orang, pada tempatnya dan waktu serta harga yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat.
Selanjutnya, W.S Stanton dalam bukunya
Marketing Praktis, (2000 : 4), mengemukakan bahwa pemasaran adalah stau sistem
dari keseluruhan kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosi kan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan untuk
memenuhi kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Kalau kita menelaah lebih lebih jauh
didifinisikan tersebut, maka pada dasarnya pemasaran merupakan suatu sistem
yang terkait untuk membuat perencanaan, penentuan harga, melaksanakan promosi,
mendistribusikan barang dan jasa dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan
keinginan para konsumen.
Sedangkan Winardi dalam bukunya Azas-Azas
Marketing (2002 : 10) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah pelaksanaan
aktivitas dunia usaha yang mengamati arus benda-benda serta jasa-jasa pada
produsen ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Dari definisi tersebut di atas
menunjukkan bahwa pemasaran adalah semua kegiatan proses pemindahan barang atau
jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen dengan menggunakan suatu keseluruhan
distribusi dalam rangka memperlancar
arus pertukaran barang atau jasa tersebut.
Alex S. Nitisemito dalam bukunya Azas-Azas
Marketing, (2000: 13), memberikan pengertian tentang pemasaran yaitu pemasaran
adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa
dari produsen kekonsumen secara efisien dengan maksud menciptakan permintaan
yang efektif.
Sedangkan Philip Kotler dalam bukunya
Manajemen Pemasaran (2002 : 5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses
sosial yang memberikan kepada individu atau kelompok, apa yang mereka butuhkan,
inginkan dan ciptakan serta menukarkan produk-produk dan nilai dengan individu
dan kelompok lainnya.
Salah satu beberapa kegiatan manusia dalam
usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan adalah melakukan suatu proses
pertukaran, jadi dengan demikian dapat diketakan bahwa pemasaran diciptakan
oleh para penjual dan pembeli atau lebih dikatakan bahwa pemasaran diciptakan
oleh para produsen dan konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang jumlahnya tidak terbatas. Jelas bahwa antara produsen dan konsumen
senantiasa beberapa untuk mencari kepuasan dengan cara meraih keuntungan,
sedangkan dalam pihak para konsumen memenuhi kebutuhan prestasi pemilikan
barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dengan memperhatikan beberapa definisi
pemasaran yang jelas dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan
pertukaran serta usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan pada pemasaran kebutuhan dan keinginan konsumen, guna
mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
B Pengertian Perilaku
Konsumen
Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya
terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi para konsumen dalam rangka
menentukan pilihannya mengenai produk apa yang dikonsumsinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain tingkat pendapatan, pendidik-an dan status sosial yang disandang oleh para
konsumen yang secara potensial akan mengkonsumsi barang yang akan dipasarkan
diperusahaan. Ketiga faktor ini akan turut berpengaruh bagi perilaku konsumen
sehingga perusahaan perlu mengkajinya, sehubungan dengan upaya perusahaan
didalam meningkatkan volume penjualan.
Melakukan suatu kajian atau studi
terhadap perilaku konsumen dalam
memainkan peranan untuk meningkatkan volume penjualan barang, akan diperoleh
suatu petunjuk yang konkret mengenai perlu tidaknya perusahaan melakukan
perluasan dan penyebaran
produk-produknya dipasar yang telah disesuaikan dengan perilaku konsumen.
Sehubungan dengan hal ini maka Sofyan
Assauri dalam bukunya Manajmen Pemasaran (2001: 12) dalam tulisannya mengemukakan
bahwa dengan mengkaji perilaku konsumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui
diagnosa tentang siap dan apa serta bagaimana kebenaran mengenai pemakaian
suatu produk. Hasil pengkajian tentang perilaku konsumen tersebut digunakan
oleh perusahaan untuk menentukan perlu tidaknya perusahaan merubah strategi
pemasaran produknya.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa
aspek perilaku konsumen perlu mendapatkan perhatian dari unsur manajemen
perusahaan, saat mana perusahaan yang bersangkutan akan merencanakan untuk
mempertahankan posisinya dipasar. Meskipun terdapat banyak faktor yang
memungkinkan suatu perusahaan untuk mem-pertahankan posisinya dipasar, namun
masalah perilaku konsumen ini perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius,
khususnya bagi barang-barang
industri yang pangsa pasarnya berada
pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan relatif tinggi.
Secara lebih konkret dapat dikemukakan bahwa unsur perilaku konsumen dalam pembelian barang, pada
dasarnya mencerminkan tanggapan atau respon mereka terhadap berbagai rangsangan
pemasaran. Tanggapan atau respon tersebut
terutama terlihat melalui
berbagai bentuk pewadahan produk, harga, daya tarik advertensi dan unsur
lainnya yang berdampak secara psikologi bagi konsumen serta sosial budaya.
Mengenai perlunya perusahaan menelaah
mengenai perilaku konsumen tersebut,
maka perlu adanya perincian mengenai dimensi penting dari unsur prilaku
konsumen. Sehubungan dengan konteks ini, maka Yanti B. Sugarda dalam bukunya
Kerangka Strategi Perusahaan (2000: 214) membedakan adanya tiga dimensi
perilaku konsumen dalam konteks pembelian suatu produk, dimana dimensi-dimensi
tersebut meliputi :
1) Dimensi
cognitif (pikiran)
2) Dimensi
effective (perasaan)
3) Dimensi
conative (perbuatan)
Komponen cognitive merupakan elemen
rasional yang dipergunakan dalam proses penelaahan secara mental mengenai
adanya perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang. Konponen efektive merupakan
elemen emosional serta adanya unsur perasaan yang secara alamiah berada pada
setiap individu yang akan mengkonsumsi barang. Komponen conative merupakan
suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan sehingga konsumen akan melakukan pembelian terhadap
produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar.
Meskipun adanya kebebasan bagi konsumen
untuk dapat menentukan pilihannya dalam
mengkonsumsi suatu produk-produk industri yang mana, namun dalam kenyataannya
ini konsumen senantiasa dibatasi oleh berbagai variabel yang secara kualitatif
berkembang dalam lingkungan pemasaran. Variabel-variabel tersebut adalah nilai
sosial merupakan kemasyarakatan yang senantiasa berkem-bang, seperti dengan
menjamurnya penjualan minuman keras dengan berbagai mereknya yang tentu saja
hal ini bertolak belakang dengan nilai religius yang dianut oleh berbagai
pemeluk agama yang ada disekitarnya.
Untuk kepentingan penelaahan seperti ini,
perusahaan semakin dituntut untuk mencermati kondisi sosial masyarakat
yang sedang berkembang. Implisit di
dalamnya adalah orientasi tingkah
laku konsumen atau masyarakat yang tidak
mungkin dilakukan suatu proses sosialisasi dalam usaha menyukseskan
kegiatan pemasaran.
Dengan demikian, unsur tingkah laku
manusia dalam memilih dan mengkonsumsi barang dan jasa, juga akan dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial budaya dan nilai religius yang dianut oleh masyarakat
yang bersangkutan. Hal ini tentu saja membawa implikasi yang penting artinya
dicermati oleh perusahaan-perusahaan yang dalam kegiatannya mempro-duksi
sejumlah produk yang akan di pasarkannya kepada mas-yarakat tersebut. Secara
konkret, persoalan perilaku tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya yang masih
dijunjung tinggi masyrakat, sehingga perusahaan perlu melakukan tindakan yang
bersifat hati-hati guna menghindari kemungkinan terjadinya dampak yang dapat
merugikan proses kelangsungan usaha pemasaran yang dijalankannya.
Derajat pengaruh perilaku konsumen
terhadap usaha pemasaran yang
dilaksanakan perusahaan, akan sangat ditunjang oleh besarnya kaitan
barang dan jasa yang ditawarkan di pasar, serta
dengan nilai-nilai budaya dan
standar normatif dari komunitas,masyarakat dan sejumlah pranata sosial yang
melembaga dalam sistim sosial
ke masyarakat setempat. Unsur
ini, selain unsur-unsur lainnya adalah sama pentingnya untuk dijadikan sebagai
salah satu rujukan di dalam menetapkan strategi pemasaran perusahaan.
C Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
Perilaku konsumen
dalam meningkatkan minat konsumen sebagai
salah satu bagian daripada peningkatan volume penjualan, Agus Maulana
dalam bukunya Azas-Azas Marketing, (2003 : 157) mengemukakan bahwa strategi
pemasaran adalah pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai
dalam hal permintaan pada pasar target tertentu. Peningkatan pemasaran
mengharuskan para manager untuk memuasatkan perhatian pada empat tugas untuk
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan :
1. Analisis
kesempatan pasar
2. Pemilihan pasar
sasaran
3. Pengembangan
bauran pemasaran
4. Manajemen
pemasaran
Philip Kotler, dalam bukunya Manajemen
Pemasaran, (2002: 96) menyatakan bahwa yang mempengaruhi perilaku konsumen
adalah logika pemasaran dan berdasarkan hal itu, unit bisnis diharapkan untuk
mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Perilaku konsumen terdiri dari
pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran dalam hubungannya dengan keadaan
lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan dalam pemasaran.
Kalau Sofyan Assauri dalam bukunya
Manajemen Pemasaran, (2002: 15) menerangkan bahwa peningktan perilaku konsumen
adalah sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang
tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang
tepat dengan promosi dan kondisi komunikasi yang tepat.
Berdasarkan uraian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku
konsumen merupakan serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada
masing-masing angkatan dan acuan serta alokasinya, utamanya sebagai tanggapan
dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah-ubah
setiap saat.
Oleh karena itu penentuan strategi
pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan eksternal dan internal
perusahaan, serta analisa kesempatam dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari
lingkungan. Di samping itu perilaku konsumen
yang telah ditetapkan dan dijalankan harus dinilai kembali, apakah
sesuai dengan keadaan dan kondisi pada saat ini ataukah telah harus mengalami
perubahan-perubahan dengan menerapkan strategi pemasaran lain dengan
memungkinkan kondisi pemasaran yang diharapkan.
Simorangkir, dalam bukunya Marketing
Praktis, (2004 : 48) memberikan definisi tentang perilaku konsumen adalah
merupakan suatu keputusan terpadu (marketing mix)
yang diteliti
keseimbangannya dan diberikan identitasnya yang jelas agar sasaran tercapai dan
dapat meningkatkan usaha kecil.
Beberapa definisi di atas, bahwa strategi
pemasaran memang perlu ditetapkan, agar produk yang akan dilemparkan ke pasar
tidak lagi memili sasaran yang akan dicapai, tetapi yang terpenting, yaitu :
1. Produk yang akan
dipasarkan telah dikenal oleh masyarakat umum yang disertai dengan penyuluhan.
2. Lokasi dimana
perusahaan berproduksi tidak menyulitkan bagi konsumen. Untuk mendapatkan
kredit.
3. Kualitas produk
terjamin dan telah mendapat pengakuan dari masyarakat umum.
4. Sumber daya
manusia yang digunakan sebagai tenaga kerja sudah terdidik dan terlatih,
sehingga tidak dikhawatirkan lagi tentang service dan pelayanan kepada konsumen
tidak diragukan lagi.
5. Dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen.
D Mengukur dan
Meramal Tingkat Permintaan Konsumen
Dalam pelaksanaan usaha pemasaran, semua
perusahaan yang bergerak secara ekspansi memerlukan suatu rangkaian mekanisme kerja sehingga produk yang
ditawarkan di pasar dapat bertahan lama.
Konteks ini sebenarnya berkaitan erat dengan upaya manajemen untuk dapat
mempertahankan periode pertumbuhan dan tahap kedewasaan atas produk yang
ditawarkannya di pasar sasaran.
Pada setiap jenis pengukuran permintaan,
mempunyai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, sebuah perusahaan dapat
membuat suatu ramalan jangka pendek mengenai adanya permintaan total akan suatu
jenis produk untuk dijadikan sebagai dasar dalam pemesanan bahan-bahan baku,
kegiatan perencanaan produksi dan penjadwalan pembiayaan yang bersifat jangka pendek. Meskipun demikian,
ramalan jangka panjang adalah sama pentingnya untuk dapat dilaksanakan
perusahaan, manakala perusahaan yang bersangkutan melayani sejumlah konsumen
regional dan juga yang berskala nasional.
Konteks ini penting artinya kepentingan
perluasan pasar (market area) yang sehingga membawa manfaat jangka panjang bagi
kelangsungan usaha pemasaran perusahaan.
Philip Kotler dalam bukunya Manajemen
Pemasaran (2001: 98) mendefenisikan mengenai permintaan pasar, seperti di kutip
berikut ini permintaan pasar untuk suatu produk adalah keseluruhan volume yang
akan dibeli oleh sekelompok konsumen tertentu, dalam daerah geografis tertentu,
dalam waktu singkat tertentu dan dalam lingkungan pemasaran tertentu, dibawah
tingkat dan ramuan upaya pemasaran industri tertentu.
Hal yang
penting untuk disadari oleh
manajemen adalah mengenai jumlah keseluruhan permintaan pasar. Konsep ini
menekankan bahwa suatu jumlah produk yang tetap diminati konsumen, bukanlah merupakan suatu jumlah
yang absolut, melainkan suatu fungsi-fungsi dari adanya kondisi tertentu yang
salah satu diantaranya adalah tingkat dan ramuan upaya upaya pemasaran industri
(mix of industri marketing effort).
Adapun yang lainnya adalah kondisi
obyektif yang berkembang dalam lingkungan eksternal, seperti adanya
kebijaksanaan pemerintah yang menetapkan tingkat harga untuk jenis produk
tertentu, serta penentuan yang berkenan dengan areal pemasaran barang yang
bersangkutan. Suatu peramalan penjualan dan permintaan konsumen sangat
diperlukan dalam setiap sesion perencanaan usaha pemasaran.
Seorang manajer pemasaran yang dalam
pekerjaannya diharapkan berinteraksi dengan manajer bidang produksi, diharapkan
dapat menentukan suatu angka estimasi yang mana hal ini sangat berguna untuk
menetuka kuota produksi, kegiatan dalam bidang perencanaan promosi, serta dapat
dijadikan sebagai pedoman baku dalam konteks pengembangan produk.
Ketepatan ramalan penjualan akan dapat
berkurang disaat mana pada periode pengukuran dan data-data yang diperlukan
dalam melakukan estimasi, sangat minim diperoleh manajemen. Dalam hubungan ini,
biasanya ramalan penjualan dibuat dalam periode triwulan dan tahunan serta
terdapat diantaranya yang meliputi
jangka waktu lima tahun, dimana periode ini mencerminkan adanya suatu
jangkauan yang dibuat secara terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran.
Dengan
demikian, jika perusahaan hanya
memiliki data historis selama periode triwulan
berarti ramalan yang dilaksanakan hanya meliputi triwulan semata, sedangkan jika datanya tahunan, maka ramalan yang dibuat
juga dalam jangka waktu tahunan.
Demikian pentingnya arti peramalan ini,
maka setiap usaha yang diarahkan untuk menelaah besarnya volume penjualan pada
waktu yang akan datang, diperlukan berbagai judgement atau pendapat yang dapat
dalam bentuk pendapat manajer, salesman, serta melalui peralatan analisis tertentu.
Hubungan ini, Basu Swasta DH dan Irawan
dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern, (2002: 234) telah menetapkan mengenai
perangkat yang digunakan untuk kegiatan peramalan, yakni :
1) Pendapat
manajer
2) Pendapat
salesman
3) Modal matematis
4) Survei niat
pembeli
5) Metode regresi.
Pentingnya pendapat manajer dimasukkan
dalam usaha estimasi tingkat penjualan, dimungkinkan oleh karena para manajer
memiliki seni berfikir yang levalnya tidak dapat diamankan begitu saja dengan
karyawan lainnya. Umumnya dianggap bahwa para manajer tesebut memiliki tingkat
kualifikasi tertentu, seperti daya analisis yang tajam, serta dengan pengalaman
yang relatif besar.
Metode peramalan penjualan dengan
melibatkan pendapat dikemukakan oleh para salesman, maka juga dipandang
strategis artinya karena umumnya para
salesman tersebut dapat mengetahui minat
dan daya tarik dari para konsumen
sehingga mereka mengkonsumsi barang.
Dalam hubungan ini, para salesman dianggap sebagai ujung tombak bagi pelaksana
an usaha pemasaran perusahaan, sehingga perannya tidak dapat diabaikan begitu
saja dalam proses menyukseskan usaha pemasaran produk perusahaan.
Selanjutnya, metode peramalan dengan
jalan mengadakan survei niat pembeli dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang jumlah dan jenis produk yang diharapkan dapat dikonsumsi oleh konsumen
akhir atau para pemakai. Dalam hubungan ini maka dapat di buat suatu estimasi mengenai permintaan
suatu produk secara keseluruhan dengan jalan menanyakan secara langsung kepada
para konsumen mengenai kebutuhannya akan produk perusahaan.
Metode peramalan dengan menggunakan
peralatan analisa seperti model matematis, analisis time series serta metode
regresi sederhana, dimaksudkan sebagai salah satu upaya yang dilakukan manajemen guna mengukur tingkat permintaan
produk yang dilakukan dengan menyediakan sejumlah data kuantitatif.
Biasanya, dengan menggunakan peralatan
analisis statistik akan dapat diketahui besarnya volume penjualan pada masa
yang akan datang, di mana penggunaan peralatan analisis statistik akan dapat
diketahui besarnya volume penjualan pada masa yang akan datang, dimana
penggunaan analisis kuantitatif tersebut mengabaikan berbagai variabel
eksternal yang secara kualitatif tidak diukur perubahannya selama melaksanakan
usaha pemasaran.
E Pengertian
Pelayanan
Istilah pelayanan sering diikuti dengan
kata jasa, karena pelayanan lebih bersifat operasional yang umpan baliknya
berupa penghasilan, sedangkan jasanya adalah perbuatan atau kinerjanya dari
yang memberikan pelayanan.
Kata pelayanan sudah mencakup unsure atau orang dan tata
cara, sehingga pelayanan sebagai suatu bentuk pekerjaan yang diberikan
seseorang kepada orang lain yang membutuhkan pelayanan,berarti ada pula unsur
prestasi atau hasil yang diperlihatkan.
Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Abdul Rahman menyatakan bahwa Pelayanan adalah suatu
pekerjaan atau prestasi yang dikorbankan atau dilakukan atau dilakukan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan-kebutuhan orang lain atau untuk memenuhi
permintaan yang ada.
Pelayanan menurut
Abdul Rahman dalam bukunya Manajemen Pelayanan Mutu (2000: 201) nampak adanya
suatu perbuatan aktivitas yang diberikan seseorang kepada orang lain
diakibatkan adanya kebutuhan, dimana pemberian aktivitas tersebut mengandung
nilai ekonomi sebagai sesuatu yang dikorbankan dengan harapan adanya umpan
balik berupa nilai uang sebagai penghasilan.
Jadi jelas, bahwa pelayanan tergantung pada dua hal,pertama
adalah yang memberikan pelayanan, dimana dalam aktivitasnya berupaya
menciptakan suatu pekerjaan yang bermamfaat bagi yang membutuhkan nya.Kemudian
kedua adalah pihak yang dilayani,dimana dapat merasakan daripada apa yang
menjadi kebutuhannya.untuk itu pelayanan mengandung unsur manusia dan tata
cara,seperti yang dikemukakan oleh Poerwadarminta (2001:213) bahwa ”Pelayanan adalah perihal atau cara
melayani”.
Pelayanan yang menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan,maka biasanya
yang memberikan penyediaan sarana,misalnya yang dilakukan oleh Peurm Pegadaian
Wilayah Utama yang bergerak dibidang jasa,salah satunya adalah jasa
pelayanan fasilitas kredit ,dimana pengguna jasa diberikan suatu tempat atau
fasilitas kredit. Khusus untuk menyelenggarakan kegiatan bongkar muat dengan
harapan supaya kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar.
Sementara
pelayanan dihubungkan dengan penyelenggaraan pemerintah, peleyanan mempunyai
beberapa beberapa bentuk yang menurut Muh.Yunus (1998: 187) adalah:
a. Pelayanan umum (public service)
4 Pelayanan mengandung nilai (public utility)
c. Pelayanan
untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha
masyarakat.
Pelayanan umum sifatnya berdasarkan undang–undang atau
peraturan dan mau tidak mau harus dilaksanakan,seperi pelayanan KTP dan
sertifikat tanah.Kemudian pelayanan yang mengandung nilai kebersamaan antara
masyarakat dengan yang menyediakan pelayanan,seperti pelayanan air minum (air
bersih), dimana masyarakat ikut bertanggung jawab didalamnya melalui pembayaran
iura.sementara pelayanan menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha masyarakat
biasanya pelayanan yang diberikan pemerintah dalam bentuk penyuluhan,sarasehan
dan sekaligus memberikan bantuan.
F Pengertian
Penjualan
Sebenarnya laba yang diperoleh suatu
perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan
kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan
dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga
yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang
layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Stanton, dalam bukunya Strategi
Pemasaran, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa
penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari
keseluruhan sistem pemasaran.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Penjualan barang dagangan oleh sebuah
perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh
Soemarso, dalam bukunya Akuntansi Manajemen, (1999 : 178) jumlah transaksi
penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi
yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan
yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya
dengan kedua syarat jual beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjual dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi
kontrak ( contractual function )
3. Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4. Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5. Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal yang
diperlukan
2. Kemampuan
merencanakan
3. Kemampuan
menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih
penyalur yang tepat
5. Kemampuan
menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga
tujuan umum dalam penjualan yaitu
1.
Mencapai tujuan tertentu
2.
Mendapatkan laba tertentu
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S, 2001, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan
Analisis, Edisi Kedua, Balai Penelitian Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Kotler, P, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan
dan Pengendalian, Terjemahan Jaka Wasana, 2000, Edisi kelima, Cetakan
Kedua, Erlangga, Jakarta.
Maulana, A, 2003, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga,
Edisi Kedua, Alumni, Bandung.
Nitisemita, A,S,
2000, Azas - Azzas Marketing, Edisi
Ketiga, Liberty, Yogyakarta.
Sugarda, B.Y,
2000, Kerangka Strategi Perusahaan,
Manajemen dan Usahawan Indonesia,
Edisi ke 21, Jakarta.
Simorangkir, 2004,
Marketing Praktis, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta.
Stanton, W.S,
2000, Marketing Praktis, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Liberty Yogyakarta.
Soemarso, SR, 1999, Manajemen
Pemasaran, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua,
Alumni, Bandung.
Swastha, B, dan
Irawan, 2002, Manajemen
Pemasaran Modern, Edisi
Kedua, Cetakan Kedua, Liberty,
Yogyakarta.
Winardi, 2000, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga,
Edisi Kedua, Alumni, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar