Modal Kerja dalam pembahasan ini
dimaksudkan adalah merupakan investasi jangka pendek dalam perusahaan seperti
investasi pada piutang, persediaan, kas begitu pula perolehan sumber
pembelanjaan jangka pendek seperti trade credit dan kredit dari lembaga
perkereditan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas,
maka Weston and Brigham, Pembelanjaan Perusahaan, (2001, 2) mengemukakan bahwa
pengelolaan modal kerja mencakup baiik untuk investasi jangka pendek maupun
perolehan sumber dana perusahaan. Pengelolaan modal kerja sangat penting
melihat kegiatan sehari-hari adalah operasi perusahaan yang menyangkut tentang
modal kerja.
Dan kenyataan lain dapat dilihat bahwa
banyaknya dana yang tertanam pada current assets adalah sangat besat jumlahnya
khususnya bagi perusahaan kecil harus meminimunkan investasinya dalam harta
tetap oleh karena tidak ada cara lain untuk menghindari investasi dalam biaya,
piutang dan persediaan.
Penentuan besarnya investasi dalam
current assets adalah untuk ini sangat penting untuk menjaga likuiditas dan
profitabilitas perusahaan. Oleh karena
kekurangan dana akan mengganggu jalannya operasi perusahaan seperti untuk
membayar utang jangka pendek, pembayaran upah, pembayaran utang dagang dan
sebagainya.
Demikian pula sebaliknya kelebihan akan
membawa resiko yang harus ditanggung terhadap sejumlah modal kerja yang
menganggur dalam perusahaan, untuk selanjutnya akan memperkecil profitabilitas
perusahaan.
Besar kecilnya, kebutuhan modal kerja
terutama tergantung pada perputara atau periode terikatnya modal kerja dan
waktu perputarannya, makin besar jumlah modal
kerja yang dibutuhkan.
Periode perputaran atau periode
terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari pada
periode-periode yang meliputi jangka waktu lamanya pemberian piutang lamanya
penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, sedangkan
pengeluaran sehari-harinya merupakan
pengeluaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan
biaya-biaya lainnya.
Piutang merupakan investasi dalam modal
kerja yang tidak dapat dihindari adanya dalam dunia usaha. Piutang diberikan
kepada perusahaan lain atau individu dan bunganya dengan perusahaan lainnya. Pemberian piutang barang kepada pelanggang merupakan hal
yang dapat dimengerti sebab tanpa memberikan piutang. Pengusaha mengalami
kesulitan untuk dapat dijual barangnya dengan lancar. Tetapi dilain pihak
banyak resiko yang timbul karena
memberikan piutang, yakni mendapat
kerugisn, kemacetan bahkan
membawa kegagalan pada perusahaan resiko piutang dapat disebutkan, resiko tidak
terbayar, resiko piutang dapat disebutkan resiko tidak terbayar karena
keterlambatan penerimaan piutang.
Cara
memperkecil resiko oleh Alex S.Nitisemito, Memperkcil Resiko Piutang, (2002,
11), mengemukakan bahwa kalau perkiraan piutang yang ada akan memberikan
kemungkinan akan menimbulkan resiko yang lebih besar dari kemungkinan
keuntungan yang akan diterima, maka batalkanlah.
Jadi perlu
adanya batas maksimun piutang diberikan dan pertimbangan lain, seperti
kemungkinan dari pada para pelanggan untuk memenuhi kewajibannya, melihat
financial position perusahaan langganan yang diperlihatkan dengan Cash Flow,
pengaruh trend ekonomi pada umumnya untuk perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang adalah volume penjualan kredit,
ada syarat-syarat pembayaran, kebiasaan membayar dari pada langganan dan
kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang.
Unsur lain
dari working capital adalah investasi pada persediaan merupakan peningkatan
modal perusahaan untuk jangka waktu tertentu seperti bahan baku, barang
setengah jadi dan barang jadi, sama halnya piutang dan persediaan pada umumnya tidak dapat dihindari.
Dalam
hubungan ini, maka penetapan sejumlah persediaan adalah penyediaan bahan baku
dan bahan pembantu untuk menghasilkan produk. Di samping itu perlu adanya
persediaan barang, jadi untuk menjamin kelancaran penjualan. Besarnya investasi
dalam persediaan tergantung dari pada volume
produksi yang direncanakan, estimasi tentang fluktuasi harga bahan
mentah, tingkat kecepatan material menjadi rusak, biaya penyimpangan dan resiko
penyimpangan digudang.
Jenis-jenis modal kerja
pada dasarnya terdiri atas modal kerja permanen (permanent working
capital) dan modal kerja variabel (variable
working capital) oleh Moelyadi, Akuntansi Biaya, (2001, 56), sebagai
berikut :
1. Modal kerja permanent (permanent
working capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan
untuk dapat menjalankan fungsinya, atau
dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.
Yang termasuk modal kerja permanent antara lain :
a.
Modal kerja primer (primary
working capital), yaitu jumlah modal kerja yang harus ada pada
perusahaan untuk menjalankan kontinutas usahanya. Misalnya; kas, kas
paling sedikit ada ditangan supaya dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang
segera harus dipenuhi dalam waktu singkat.
Persediaan akhir harus cukup memenuhi pesanan piutang yang merupakan
jumlah minimum untuk memperluas kredit
kepada langganan. Jadi primary
working capital oleh Adikoesuma, Manajemen
Keuangan, (2003, 112) akan tetap
diinvestasikan dalam perusahaan selama perusahaan itu bekerja.
b. Modal kerja normal
(normal working capital), yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan menyelenggarakan luas
produksi normal.
- Pengertian normal
disini dalam arti yang dinamis, yaitu selalu dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan bahan produksi dengan keadaan kebutuhannya.
2.
Modal kerja variabel
( variabel working
capital ), modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan.
Variabel
working capital dapat dibagi ke dalam :
1. Modal kerja musiman
(seasonal working
capital), yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. Misalnya: Pabrik
payung, pabrik gula dan sebagainya.
2. Modal kerja
siklus (cyclical working capital), yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebababkan karena konyuntur.
3. Modal kerja darurat (
emergency working capital), yaitu
modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
Misalnya perubahan ekonomi mendadak, bencana alam,
buruh mogok dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar