Untuk mengukur prestasi perusahaan atau
tingkat kemampuan, maka analisa memperoleh laba merupakan salah satu alat yang
digunakan oleh para manajer, pada prinsipnya bahwa setipa perusahaan
menginginkan suatu potensi yang baik sehingga memberikan pendapatan sampai
sejauhmana hasil yang dan bunga dengan harta.Analisa resiko dalam memperoleh
laba juga akan memberikan gambaran efisien atas penggunaan dana, mengenai hasil
akan keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah
pajak dan bunga dengan harta. Laba suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu,
selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang kontrol perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan. Untuk pengertian yang lebih jelasnya
beberapa batasan yang diberikan oleh penulis berikut ini, seperti Bambang
Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan
(2004, 27) mengatakan bahwa keuntungan perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dan aktiva atau model yang menghasilkan laba tersebut
dengan kata lain keuntungan diperoleh yang adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu.
Bagi batasan tersebut untuk memperoleh
dari laba dengan investasi yang ada juga dapat dikatakan kemampuan suatu
perusahaan untuk mencapai keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan
dan keputusan atas penggunaan dana dan perusahaan.
Selanjutnya, Edwan Dukar Analisa Laporan
Keuangan, (2000, 68) mengemukakan bahwa profitabilitas diukur dengan
keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden yang dapat menguntungkan sementara ada yang bersamaan
maju untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang mantap.
Penulis lain yaitu D. Hartanto Akuntansi
Manajemen, (1999, 46) mengemukakan bahwa keuntungan adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu dengan membandingkan
operating profit margin antara beberapa periode yang berurutan akan dapat
dilihat kecenderungan harga pokok penjualan dan perubahan biaya operasi dari
perusahaan tersebut.
Secara
garis besarnya untuk
memperoleh laba dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :
Keuntungan
secara ekonomi (return on
total accers) yang sering juga disebut dengan istilah Earning Power adalah perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan keseluruh an modal.
Adapun laba yang dimaksud tersebut adalah
laba operasi dan modal adalah modal
operasi. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas S. Munawir (2003, 13)
mengemukakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah salah satu bentuk dari
rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan pada opeasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operaso perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (Net Operating Assets).
Analisa profit margin tersebut dimaksud
untuk melihat efisiensi perusahaan dalam mencapai volumepenjualan untuk
menghasilkan laba yang diharapkan. Sedangkan operating Assets Turn Over untuk melihat efektivitas perusahaan
yang dapat tercermin dari kecepatan operating
assets turn over.
Suatu faktor yang mempengaruhi
perkembangan perusahaan adalah sejauhmana perusahaan mengelola usahanya agar
dapat menghasilkan laba maksimal mungkin sedangkan laba itu sangat dipengaruhi
oleh sebagaimana perusahaan mencapai tingkatan volume penjualan tertentu dengan
biaya yang sewajarnya. Karena tingkatan efisiensi dalam perusahaan akan
menyebabkan semakin tinggi pula penetapan profit margin perusahaan.
Untuk menaikkan profit margin ada beberapa
cara yang dapat ditempuh dapat ditempuh :
- Menaikkan Net
Sales yang lebih besar dari ke naikkan operating expenses.
- Mempertahankan
Net Sales dengan menekan operating
expenses.
- Mengusahakan penurunan
Net Sales dengan harapan terjadi penurunan
operating expenses yang lebih besar.
Salah
satu alternatif lain dalam menaikkan keunagnan sebagai berikut :
1.
Menaikkan net sales
yang lebih besar dari kenaikan operating expenses.
2.
Mempertahankan net
sales dengan menekan operating expenses.
3. Mengusahakan penurunan net sales dengan harapan terjadi penurunan
operating expenses yang lebih besar.
Selain masalah efisiensi tersebut suatu
kenyataan bahwa setiap perusahaan senantiasa memperhatikan masalah perputaran
modalnya, di mana perputaran modal yang cepat menunjukkan kemajuan
perusahaannya.
Keuntungan
modal sendiri ( return
on net worth )
Return on net worth tersebut
menyangkut bagaimana tingkat kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan. Dalam hal ini Return on worth
tersebut yang dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khusus modal
sendiri. Adapun batasan oleh Bambang Riyanto (2004, 37) mengatakan bahwa laba
modal sendiri juga dikenakan laba yang
tersedia bagi para pemilih modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut
dipabrik lain.
Besar kecilnya kebutuhan akan modal
kerja, tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar. Menurut
Bambang Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004, 12), hal itu ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1.
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari.
2.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja.
Ad 1 Pengeluaran
kas rata-rata setiap hari
Kas adalah merupakan alat yang
mempunyai penggunaan yang tinggi
karena dengan tersedianya kas, maka akan membiayai kewajiban-kewajiban, setiap harinya seperti
untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan.
Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan kas yang tinggi. Karena dengan demikian
berarti hanya mengutamakan kepentingan faktor likuiditas, tetapi akan menekan
rentabilitas perusahaan di lain pihak ada keharusahn untuk menahan jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat
memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut dengan persediaan
bersih kas.
Adapun persediaan
bersih kas itu dapat dihasilkan untuk memperoleh keuntungan,
besarnya persediaan bersih kas tergantung pada :
a. Sifat transaksi
komersial dan keuangan, sifat pada transaksi
dalam arti bagaimana pembelian
bahan dan penjualan hasil akhir dilakukan, misalnya dengan tunai
atau kredit. Bila transaksi dilakukan
dengan tunai, maka
tidak perlu persediaan kas yang
tinggi.
Begitupula dengan
sering tidaknya transksi keuangan
(penerimaan/ pembayaran) akan berpengaruh
terhadap bersihnya kas.
b. Selisih antara
penerimaan dan pengeluaran
Besar kecilnya
selisih antara penerimaan dan
jumlah pengeluaran kas dalam satu periode tertentu, untuk menentukan pula suatu
tingkat persediaa bersih kas.
Disamping itu, penerimaan dan pengeluaran yang dapat diramalkan atau diduga terlebih dahulu. Misalnya: ada
pemogokan, kegagalan dan penjualan
produksi dan lain-lainnya.
Apabila
telah dapat ditentukan besarnya persediaan bersih kas, maka diatur penerimaan
dan pengeluaran kontinutas dapat terjamin dengan tidak menurunkan likuiditas di
atas, maupun rentabilitas untuk dapat mengatur penerimaan dan pengeluaran alat
dengan baik dan efisiensi perlu dibuat cash budget.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan cash budget oleh Djahidin, Analisa
Laporan Keuangan, (2003, 114) adalah :
- Jumlah penerimaan selama
periode tertentu, misalnya dalam
satu bulan, pada umumnya penerimaan hal ini berasal dari :
1.
Penjualan tunai
2.
Debitur yang membayar
hutang-hutangnya.
3.
Sumber-sumber lain misalnya
penjualan aktiva tetap
4. Jumlah kas yang ada permulaan periode
5. Jumlah pengeluaran-pengeluaran selama periode
tertentu seperti :
6.
Pembelian bahan/bahan lain secara tunai.
7.
Pembayaran hutang perniagaan dan hutang
lain.
8. Adanya Surplus
atau defisit
Dalam pengertian ini adalah termasuk simpanan dalam bank yang
setiap hari atau setiap saat dapat dipergunakan
untuk menguasai atau memilih barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga dalam
keadaan ini istilah surplus
atau defisit pada
perusahaan tergantung dari pengelolah.
Periode perputaran
dan terikatnya modal kerja. Dalam pengertian periode perputaran yang
relatif singkat, karena perputaran dari piutang ke kas hanya
memerlukan satu tingkat saja. Adanya
piutang dagang, terutama dimaksudkan sebagai salah satu alat untuk
memperbesar volume penjualan. Untuk mengukur periode perputaran
dari piutang oleh Djarwanto, Popok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, (2001, 29)
dilihat dan dihitung dengan rumus :
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
Piutang rata-rata
Makin tinggi tingkat perputarannya
berarti bahwa modal yang ditanamkan
dalam piutang tersebut makin banyak berputar dalam satu periode. Pada transaksi
penjualan dengan kredit tertentu, berarti makin tinggi turnover, juga akan berarti
bahwa modal yang ditanamkan dalam piutang adalah sedikit. Disamping itu
perusahaan harus menahan sejumlah piutang sebagai kredit penjualan untuk dapat
memelihara transaksi normalnya yang merupakan inti dari permanent kebutuhan
modal, piutang yang ditanam dalam piutang.
Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya
piutang bersih, (Djarwanto 2001, 89)
yaitu :
-
Syarat pembayaran dari penjualan kredit
Biasanya
dinyatakan dalam term 2/10 n/30, artinya pembayaran dinyatakan dalam waktu 10
hari sesudah penyerahan barang si
pembeli mendapatkan potongan 2% hari sesudah penyerahan barang.
- Kebiasaan para
langganan dalam pembayaran. menurut pengalaman banyak yang
membayar dalam waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan cash discount,
maka persediaan bersih piutang di atas
waktu untuk mendapatkan cash
discount.
- Sifat dan
kesediaan para pelanggan dalam membayar
hutangnya, sebab sering terjadi langganan yang mampu, tetapi segan memenuhi
kewajibannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar