1. Sistem Pengendalian Manajemen
1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
Peranan manajemen dalam
pengendalian disebut “Pengendalian Manajemen” dan sistem yang digunakan seperti
mengumpulkan dan menganalisis informasi, mengevaluasi dan memanfaatkannya serta
tindakan-tindakan lain untuk melakukan pengendalian disebut sistem pengendalian
manajemen.
Sistem pengendalian
(control system) dalam organisasi berfungsi seperti otak pada pengemudi mobil
yang mengarahkan dan menuntun organisasi ke tujuan yang diinginkan.
Pengendalian manajemen mencakup sistem pengendalian manajemen yang terdiri dari
struktur penataan organisasi, wewenang, tanggungjawab dan konsepsi informasi
untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian dan suatu proses atau seperangkat
tindakan yang dilakukan
untuk memastikan bahwa
organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya.
1.2. Tahap-Tahap Sistem Pengendalian Manajemen
Proses
pengendalian manajemen melibatkan komunikasi informal dan interaksi antara
manajer dengan karyawan, untuk melengkapi pengendalian informal. Perusahaan
juga mempunyai sistem pengendalian formal yang meliputi tahap-tahap yang saling
berkaitan sebagai berikut :
a.
Pemrograman
Pemograman
adalah proses memilih program tertentu untuk kegiatan-kegiatan organisasi
program menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan organisasi dalam
rangka pelaksanaan strategi. Pada perusahaan yang berorientasi pada laba,
setiap produk atau lini produk (product line) merupakan program.
b. Penganggaran
(budgeting)
Anggaran operasi
sebenarnya adalah rencana
tindakan yang dinyatakan dalam satuan uang, pada proses penganggaran,
penyusunan dilakukan dengan mengumpulkan anggaran bagian dan divisi yang
merupakan tanggungjawab para managernya.
Proses
penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan negosiasi antara manajer pusat
pertanggungjawaban dengan atasannya untuk menerapkan apa yang harus dilakukan
manajer dan bagaimana caranya.
c.
Operasi dan pengukuran
Selama
periode operasi aktual, pencatatan dilakukan terhadap sumber daya yang
digunakan, dinyatakan sebagai biaya dan pendapatan yang diperoleh. Catatan ini
dilakukan sedemikian hingga setiap data biaya dan pendapatan diklasifikasikan
menurut program dan pusat pertanggungjawaban data yang diklasifikasikan
digunakan sebagai dasar pemrograman yang akan datang. Untuk tujuan terakhir
data aktual dari hasil dilaporkan dengan cara yang memungkinkan perbandingan
dengan anggaran.
d.
Pelaporan dan analisis
Sistem pengendalian manajemen
berfungsi sebagai alat komunikasi. Informasi yang
dikomunikasikan terdiri dari data akuntansi maupun non-akuntansi.
Pelaporan
juga digunakan sebagai alat pengendalian beberapa diturunkan dari analisis yang
mengembangkan rencana dan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang
direncanakan. Berdasarkan laporan formal ini dan juga berdasarkan informasi
yang diterima lewat saluran non-formal, manajer memutuskan apa yang harus
dilakukan.
B. Akuntansi
Pertanggungjawaban
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi
dibentuk oleh para pemimpin tertinggi yang membagi kegiatan dan menetapkan
suatu hirarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang ditetapkan lebih
dahulu dan yang memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan. Akuntansi pertanggungjawaban
dipergunakan untuk mengartikan setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin
oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Dalam kaitan ini satu organisasi
diumpamakan sebagai kumpulan beberapa
pusat pertanggungjawaban.
Keseluruhan
pusat pertanggungjawaban ini membentuk hirarki dalam organisasi tersebut. Pada
tingkat paling rendah bentuk pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai
seksi, regulernya bergilir, serta unit-unit kerja lain. Sedangkan pada tingkat
yang lebih tinggi kita dapatkan dalam bentuk departemen-departemen ataupun
divisi-divisi yang biasanya merupakan kumpulan beberapa unit yang lebih kecil
dari organisasi tersebut ditambah dengan staff serta tenaga manajemen lainnya.
Akuntansi pertanggungjawaban memiliki daya tarik bagi kebanyakan pimpinan
karena dapat memudahkan pelimpahan (delegasi) pengambilan keputusan, sebagai
setiap manajer menengah diberi kekuasaan atas suatu bagian yang lebih kecil
(sub unit) bersama-sama dengan suatu wewenang dan hal lain akuntansi
pertanggungjawaban memberikan sarana-sarana dasar untuk mengadakan evaluasi
atas kemampuan setiap manajer sebagai pimpinan tertinggi akan mendapatkan
informasi yang kuat. Akuntansi pertanggungjawaban menekankan pertanggungjawaban
sampai ke pihak yang memiliki keterangan yang paling lengkap.
Pengertian
akuntansi pertanggungjawaban telah banyak dibahas dalam literatur khususnya
akuntansi manajemen. Beberapa pakar akuntansi lebih banyak menulis dibidang
akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut di bawah ini menurut Charles T.
Hongren :
“Akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat
pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi
dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan
penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab yang
bersangkutan disebut juga akuntansi keuntungan atau akuntansi kegiatan”. (1993,
hlm. 307)
Menurut
H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen
dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun
untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang
menjadi tanggungjawab”. (1991, hlm. 6)
Berdasarkan
dari definisi di atas, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan
bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah :
a.
Suatu
sistem akuntansi yang
ada dalam suatu
organisasi berfungsi sebagai alat pengawasan manajemen.
b.
Suatu sistem akuntansi yang menyusun
dan melaporkan pendapatan dan biaya untuk pusat pertanggungjawaban.
2. Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi
pertanggungjawaban menurut fungsinya adalah sebagai alat penilaian kinerja dan
memberikan atau menghasilkan arus balik sehingga operasi diwaktu yang akan
datang dapat ditingkatkan.
a. Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
Informasi
akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat pendapatan adalah
pendapatan. Jika pusat pendapatan hanya menjual produk atau jasanya kepada pihak
luar perusahaan, pengukuran pendapatan dilaksanakan dengan mudah, yaitu dengan
cara mengalikan kuantitas produk atau jasa yang dijual dengan harga jual yang
dibebankan kepada pelanggan. Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh
pendapatan baik yang berasal dari transaksi penjualan produk atau jasa kepada
pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, dipakai sebagai tolok ukur
kinerja pusat pendapatan.
b. Penilaian Kinerja Pusat Biaya
Informasi
akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah biaya.
Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat
biaya adalah :
1). Masalah perilaku biaya
Seringkali
terdapat keracunan antara variabilitas dengan terkendalikan atau tidaknya suatu
biaya. Variabilitas biaya merupakan perilaku biaya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Sedang terkendalikan atau tidaknya biaya
bersangkutan dengan hubungan biaya dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer
tertentu. Anggapan bahwa biaya variabel sebagai biaya terkendali dan biaya
tetap sebagai biaya tidak terkendalikan oleh manajer pusat laba adalah
pandangan yang salah. Dalam menentukan terkendalikan atau tidaknya biaya, perlu
dihubungkan antara biaya tertentu dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer pusat
biaya tersebut.
2) Masalah hubungan biaya dengan pusat biaya
Dalam
hubungannya dengan pusat biaya, biaya dibagi menjadi dua : biaya langsung dan
biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang manfaatnya hanya
dinikmati oleh pusat biaya tertentu. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu pusat biaya. Dalam pengukuran kinerja
pusat biaya, biaya langsung maupun biaya tidak langsung yang diperhitungkan
sebagai ukuran kinerja harus berapa biaya terkendalikan oleh manajer pusat
biaya tersebut. Biaya terkendalikan adalah biaya langsung dan biaya tidak
langsung yang dapat
dipengaruhi secara signifikan
oleh manajer dengan wewenang yang dimilikinya.
3) Masalah jangka waktu
Dalam
jangka panjang, semua biaya pada dasarnya dapat dikembalikan oleh manajer
tertentu dalam organisasi perusahaan. Biaya kebijakan merupakan biaya
terkendalikan dalam jangka pendek. Namun perlu disadari bahwa ada beberapa
biaya yang memiliki tingkat terkendalikan untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
4) Masalah tanggungjawab ganda
Dalam
pengukuran kinerja manajer pusat biaya, yang berada dibawah wewenang lebih dari
satu manajer pusat biaya, digunakan untuk mengukur kinerja masing-masing
manajer pusat biaya yang terkait. Manajer pusat biaya penghasil jasa
bertanggung jawab atas dihasilkannya jasa dengan biaya yang minimum, sedangkan
manajer pusat biaya pemakai bertanggung jawab dalam meminimumkan penggunaan
jasa pusat penghasil jasa.
c. Penilaian Kinerja Pusat Laba
Pusat
laba adalah pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk
mengendalikan perusahaan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Karena
laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri
sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka laba perlu dihubungkan dengan
investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
d. Penilaian
Kinerja Pusat Investasi
Pusat
investasi adalah pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang
manajernya dinilai prestasinya atas dasar laba yang diperoleh dihubungkan
dengan investasinya. Sumber dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan biasanya
terbatas, oleh karena itu manajemen harus menilai apakah laba yang dihasilkan
oleh suatu divisi dan suatu perusahaan secara keseluruhan sepadan dengan
investasinya. Pengukuran prestasi pusat investasi mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1) Menyediakan alat evaluasi proyek investasi masa
lalu dan masa yang akan datang, baik secara individual maupun secara
keseluruhan.
2) Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
manajer divisi dan manajer kantor pusat untuk membuat keputusan investasi yang
tepat bagi divisi dan perusahaan secara keseluruhan.
3) Memotivasi manager divisi agar selalu memonitor
aktiva, utang dan modal divisi yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya
investasi.
4) Mengukur prestasi manager pusat investasi dan
mengukur prestasi divisi sebagai suatu kesatuan ekonomi.
5) Sebagai dasar pemberian insentif pada setiap
manajer pusat investasi sesuai dengan prestasinya masing-masing.
3. Konsep Dasar Akuntansi Pertanggungjawaban
Konsep-konsep
di bawah ini adalah syarat untuk membentuk dan mempertahankan sistem akuntansi
pertanggungjawaban :
a. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas
pengelompokan tanggungjawab (departemen-departemen) manajerial pada setiap
tingkat dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi
masing-masing departemen. Individu yang mengepalai klasifikasi
pertanggungjawaban harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
biaya-biaya menurut biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan oleh kepala
departemen ke departemen. Umumnya biaya-biaya yang secara langsung dapat
dibebankan ke departemen, kecuali biaya tetap, merupakan biaya yang dapat
dikendalikan oleh manajer departemen tersebut.
b. Titik awal dari sistem akuntansi
pertanggungjawaban terletak pada bagian organisasi dimana ruang lingkup
wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasari pertanggungjawaban biaya tertentu
dan dengan pertimbangan serta kerja sama antara penyelia, kepala departemen,
atau manajer, biaya tersebut dituangkan dalam anggaran perusahaan.
c.
Setiap
anggaran harus secara jelas menunjukan biaya yang terkendali oleh personal yang
bersangkutan. Bagan perkiraan harus disesuaikan supaya dilakukan pencatatan
atas beban terkendali atau yang ditanggungjawabi berdasarkan dalam cakupan
wewenang yang dilimpahkan.
4. Kegunaan Akuntansi Pertanggungjawaban
Kegunaan akuntansi
pertanggungjawaban bagi manajemen adalah :
a.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses
penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha
pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran diterapkan
siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian
sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan untuk
memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan
tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi.
Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia
informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber
daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran
yang berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber
daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk
mencapai sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi
akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengiriman peran kepada
manajer yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
b.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
sebagai penilaian kinerja manajer pertanggungjawaban.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau
biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi
realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung
jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan
skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai
sasaran perusahaan.
c.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
sebagai pemotivasi manajer.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian yang signifikan, sebagian
informasi akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua
jalur berikut ini :
-
Menimbulkan pengaruh langsung terhadap
motivasi manajer dengan mempengaruhi kemungkinan usaha diberi penghargaan. Jika
struktur penghargaan sebagian didasarkan atas informasi akuntansi, maka manajer
akan berkeyakinan bahwa kinerjanya yang diukur dengan informasi akuntansi
pertanggungjawaban (informasi masa lalu) akan diberi penghargaan yang sebagian
kinerja atas informasi akuntansi. Kemungkinan kinerja akan memperoleh
penghargaan ini yang memotivasi manajer untuk meningkatkan usaha.
-
Secara tidak langsung akuntansi
pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi melalui nilai penghargaan.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban (berupa informasi masa lalu) yang
digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Jika struktur penghargaan sebagian
besar didasarkan atas informasi akuntansi, manajer akan memperoleh kepuasan.
Kepuasan atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi oleh penilaian manajer
atas kepantasan penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasan manajer atas
penghargaan yang diterimanya berdampak atas tinggi rendahnya nilai penghargaan.
Faktor yang terakhir ini berdampak terhadap motivasi manajer untuk berusaha.
d.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan pengelolaan aktivitas. Manajemen memerlukan pemisahan aktivitas
penambahan dan bukan penambah nilai dan identifikasi sumber daya yang
dikonsumsi oleh kedua tipe aktivitas tersebut. Dengan menyajikan informasi
biaya yang dipisahkan ke dalam biaya penambah dan bukan penambah nilai,
manajemen dapat :
-
Memperoleh informasi biaya bukan
penambah nilai yang menggambarkan besarnya pemborosan yang sekarang dialami
oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
-
Memperoleh biaya-biaya bukan penambah
nilai yang memungkinkan mereka memusatkan pengendalian mereka terhadap
aktivitas bukan penambah nilai.
-
Memperoleh informasi biaya-biaya
penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan penyempurnaan efisiensi
aktivitas penambah nilai.
e.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan pemantauan efektivitas program pengelolaan aktivitas manajemen
memerlukan informasi biaya aktivitas untuk memantau secara berkesinambungan
program pengelolaan aktivitas. Dengan menyajikan informasi biaya yang
dipisahkan ke dalam biaya-biaya penambah dan bukan penambah nilai dalam bentuk
perbandingan dari periode ke periode, manajemen dapat :
-
Memantau efektivitas program
pengelolaan efektivitas. Untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan aktivitas
bukan penambah nilai, diperlukan jangka waktu panjang, yang hasilnya harus
diwujudkan dalam bentuk pengurangan biaya. Oleh karena itu dengan mengikuti
perkembangan biaya-biaya bukan penambah nilai dari periode akuntansi yang satu
ke periode akuntansi yang lain, manajemen biaya-biaya bukan penambah nilai
dalam bentuk perbandingan antar periode akuntansi.
-
Merumuskan keputusan-keputusan
strategik. Program pengelolaan aktivitas memberikan gambaran berapa penghematan
biaya yang dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan informasi
penghematan biaya yang diperoleh dari pengelolaan aktivitas, manajemen dapat
merumuskan keputusan strategik, seperti penentuan harga jual produk, pemilihan
teknologi manufaktur yang digunakan untuk menjadikan aktivitas penambah nilai
lebih efisien.
5. Keterbatasan Akuntansi Pertanggungjawaban
Keterbatasan
informasi akuntansi pertanggungjawaban yaitu hanya digunakan untuk :
a.
Penilaian
kinerja
Penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
b.
Penyusunan
anggaran
Penyusunan
anggaran adalah proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu tahun
yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif yang lain.
6. Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pusat
tanggungjawab pada dasarnya diciptakan untuk mencapai suatu sasaran tertentu,
baik sasaran tunggal ataupun sasaran majemuk. Sasaran-sasaran tersebut sering
pula kita sebut sebagai obyektif yang harus kita capai. Dalam kaitan ini, dapat
dimengerti apabila sasaran dari masing-masing individu dalam tiap-tiap pusat
tanggungjawab itu harus diusulkan agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha
mencapai sasaran umum dari organisasi diputuskan dalam suatu proses perencanaan
strategik yang dalam hal ini diasumsikan telah ditetapkan sebelum awal proses
pengendalian manajemen dimulai.
a.
Pusat
Pendapatan (Revenue Center)
Pada
pusat pendapatan, tingkat keluaran kita ukur dalam bentuk nilai uang, tetapi
tidak ada usaha formal yang dilakukan untuk mengkaitkan masukan atau biaya
dengan keluaran yang dihasilkannya. Pusat pendapatan terutama banyak kita temui
pada organisasi pemasaran. Anggaran atau target penjualan telah dipersiapkan
atau direncanakan terlebih dahulu, dimana gunanya adalah untuk mengukur
transaksi-transaksi penjualan yang sudah dilakukan ataupun order-order
pembelian yang sudah tercatat dalam rangka kegiatan pusat pendapatan secara
keseluruhan dan juga untuk mencatat hasil kegiatan dari masing-masing wiraniaga
yang melaksanakan aktivitas tersebut.
Kemudian
hasil-hasil nyata dari seluruh kegiatan tersebut kita bandingkan dengan nilai
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya suatu anggaran.
b. Pusat Pengeluaran
Pusat
pengeluaran adalah pusat tanggungjawab, dimana masukan atau biayanya diukur
dalam satuan uang, akan tetapi keluarannya tidak kita ukur dalam satuan uang.
Secara umum ada dua macam pusat pengeluaran, yaitu pusat pengeluaran yang
besarnya dan pusat pengeluaran dimana nilai pengeluarannya itu kurang dapat
diukur (diskresioner).
1).
Pusat
Pembiayaan Terukur Atau Terencana (Engineered
Expenses Center)
Biaya-biaya terukur ini
biasanya dinyatakan sebagai biaya standar. Bila seseorang telah menetapkan
standar untuk suatu pusat pembiayaan tertentu, maka cara pengukuran tentang
besarnya keluaran atau hasil dari bagian tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengalihkan kuantitas hasil fisiknya dengan biaya standar per unitnya, sehubungan
didapatkan biaya tertentu. Perhitungan biaya nyatanya anti dipertimbangkan
dengan nilai biaya standar tadi, apabila terdapat perbedaan nilai maka
perbedaan besarnya nilai tersebut akan dianalisis untuk menduga apa yang
menyebabkan perbedaan tersebut. Keberhasilan prestasi kerja para manajer dari
pusat pembiayaan dinilai atas dasar seberapa jauh mereka selalu sama, atau
bahkan berada di bawah tingkat biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2). Pusat Pembiayaan Diskresioner (Tak Terukur)
Beberapa
unit organisasi menghasilkan keluaran yang tidak dapat diukur dengan besaran
nilai uang. Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa besaran nilai uang.
Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa unit staff administratif, unit
pembelian dan pengembangan produk serta beberapa unit dalam kegiatan pemasaran.
Usaha proses pengendalian untuk unit-unit pembiayaan diskresioner ini dimulai
dengan ditetapkannya suatu anggaran ataupun perencanaan tahunan yang telah
disetujui oleh pihak manajemen. Selanjutnya realisasi pembiayaan itu kita
bandingkan dengan nilai anggarannya. Oleh karena pada perbandingan tersebut
besarnya tingkat masukan itu tidak kita ukur dalam besaran nilai uang, maka
pada dasarnya upaya ini tidak dapat kita lakukan sebagai cara pengukuran
prestasi kerja yang lengkap dan oleh karena itu maka cara ini dapat kita pakai
sebagai dasar pengukuran yang menyeluruh tentang usaha penilaian para manajer
secara keseluruhan.
c.
Pusat
Laba (Profit Center)
Pusat
laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajer diukur berdasarkan
laba pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Dengan demikian baik masukan
diukur dengan nilai moneternya, yang artinya masukan diukur dalam bentuk biaya
dan keluaran diukur dalam pendapatan. Pusat laba pada umumnya terdapat pada
organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan divisi-divisi penghasilan laba
(organisasi divisional). Manajer unit divisi ataupun manajer pusat laba
menentukan harga jual, strategi pemasaran serta kebijaksanaan produksi. Jumlah
investasi dalam unit ini hanya dapat diusulkan oleh manajer pusat laba,
sedangkan keputusan ditentukan oleh pimpinan tertinggi dari unit-unit pusat
laba yang ada.
d.
Pusat
Investasi (Investment Center)
Pusat
investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dapat mengawasi
revenue, biaya dan jumlah investasi atas harta yang ada pada pusat
pertanggungjawaban tersebut. Pada pusat pertanggungjawaban ini manajernya dapat
menentukan dan menetapkan jumlah piutang, kebijaksanaan persediaan, menetapkan
pembelian peralatan yang perlu untuk produksi dan pemasaran hasil produksinya.
7. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi
pertanggungjawaban menganggap bahwa pengendalian organisasi dapat meningkat
dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan
struktur organisasi formal perusahaan. Struktur organisasi mencerminkan
pembagian hirarki wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi,
manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas khusus kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat
dicapai pembagian pekerjaan yang bermanfaat.
Jika
seorang manajer diberi wewenang untuk melaksanakan sesuatu, ia akan merasa
memiliki kekuasaan untuk secara resmi bertindak dalam lingkup wewenangnya dan
untuk mempengaruhi perilaku bawahannya. Namun wewenang yang diterima dari
manajer atas tersebut tidak ada artinya, jika wewenang tersebut tidak diterima
atau diakui adanya oleh bawahan manajer tersebut.
Sayangnya,
seringkali banyak perusahaan memiliki kelemahan dalam masalah pendelegasian
wewenang. Pembagian wewenang seringkali tumpang tindih (overlapping) dan
seringkali tanggungjawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian
wewenang yang memadai. Jika seseorang dibebani tanggungjawab yang tidak sepadan
dengan wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tersebut,
akan ditimbulkan adalah frustasi dan keengganan.
Akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggungjawab kepada manajer pusat
pertanggungjawaban dengan anggapan bahwa manajer tersebut seolah-olah merupakan
individu yang terpisah dari manajer lain. Pembebanan tanggungjawab
kadang-kadang mengabaikan fakta bahwa dalam organisasi terdapat pimpinan
kelompok formal dan non formal serta bahwa kinerja kelompoklah yang sebenarnya
diukur. Oleh karena itu, dalam perancangan sistem akuntansi
pertanggungjawaban, perlu
dipertimbangkan dinamika kelompok, yang merupakan kekuatan yang berpengaruh
terhadap kesediaan kelompok untuk menerima sasaran yang diterapkan.
Karena
pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi
pertanggungjawaban, kerangka pusat seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Kerangka pusat pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama. Struktur
organisasi harus dianalisis mengenai kemungkinan adanya kelemahan dalam
delegasi wewenang yang terdapat di dalamnya. Jaringan pusat pertanggungjawaban
dapat menjadi alat efektif untuk mengendalikan organisasi, jika struktur
organisasi yang melandasinya disusun secara rasional.
C. Jenis Laba
1. Pengertian Pusat Laba
Bilamana prestasi keuangan dari suatu
pusat pertanggungjawaban diukur menurut
keuntungan, maka pusat pertanggungjawaban tersebut dinamakan “pusat laba”
(profit center). Dalam organisasi yang
besar, biasanya kegiatan-kegiatan fungsional utamanya seperti unit
pemasaran ataupun unit manufaktur dilaksanakan oleh unit organisasi tersendiri
yang terpisah. Apabila kegiatan-kegiatan fungsional itu dilaksanakan oleh
unit-unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri, maka proses tersebut
kita sebut “divisionalisasi”. Secara umum maksud dari adanya proses
divisionalisasi adalah untuk mendelegasikan otorisasi kerja yang lebih besar
kepada para manajer operasional. Apabila manajer tersebut mempunyai
pertanggungjawaban keuntungan, akan lebih praktis agar wewenang pengambilan
keputusan yang meliputi pertimbangan-pertimbangan antara besarnya pendapatan
dan biaya didalam kegiatan unit kerja tersebut juga didelegasikan hingga
tingkat bawah.
2. Pengertian Dan Jenis-Jenis Laba
Dari
segi perhitungannya, Selamat Sinurya memberikan pengertian sebagai berikut :
“Selisih
antara harga penjualan dengan jumlah biaya atau harga jual pokok, seandainya
harga penjualan lebih besar dari jumlah biaya, maka selisihnya merupakan laba
dan sebaliknya seandainya jumlah penjualan lebih kecil dari biaya maka
selisihnya merupakan kerugian”. (1990, hlm. 1)
Jenis-jenis
laba menurut pengukuran tingkat laba untuk suatu pusat laba tertentu ada lima
jenis, yaitu :
a.
Margin kontribusi
Laba
kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel dari pendapatan
yang diperoleh suatu divisi. Konsep ini bermanfaat untuk perencanaan dan
pembuatan keputusan laba suatu divisi dalam jangka pendek.
Contoh tabel menurut Supriyono, BPEP
Yogyakarta, Akuntansi Manajemen 2 Struktur Pengendalian Manajemen dibawah ini :
Tabel 1
PT. BAWONO
Lapora
Perbandingan laba kontribusi divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan
Rp)
|
|||
Keterangan
|
Divisi A
|
Divisi B
|
Total Perusahaan
|
Pendapaan
Biaya Variabel Divisi :
Terkendalikan
Tak terkendalikan
|
40.000
16.000
4.000
|
60.000
30.000
6.000
|
100.000
46.000
10.000
|
Jumlah Biaya Variabel
|
20.000
|
36.000
|
56.000
|
Laba Kontribusi
Biaya Tetap :
Terkendalikan
Tak Terkendalikan
|
20.000
|
24.000
|
44.000
5.000
10.000
|
Jumlah Biaya Tetap
|
|
|
15.000
|
Laba sebelum diperhitungkan biaya
KTR Pusat
Biaya Kantor Pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25%
|
|
|
29.000
9.000
20.000
5.000
|
Laba bersih sesudah PPh
|
|
|
15.000
|
Sumber : Supriyono, (2001, hlm. 84).
b.
Laba terkendali divisi
Laba
dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dengan biaya-biaya yang dapat
dikendalikan oleh manajer divisi yang meliputi biaya variabel yang terkendali
dan biaya tetap terkendali, yang telah diuraikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2
PT. BAWONO
Lapora
Perbandingan laba Terkendalikan divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan
Rp)
|
|||
Keterangan
|
Divisi
A
|
Divisi
B
|
Total
Perusahaan
|
Pendapaan
Biaya Terkendali Divisi :
- Variabel
- Tetap
|
40.000
16.000
2.000
|
60.000
30.000
2.000
|
100.000
46.000
5.000
|
Jumlah Biaya Terkendali
|
18.000
|
33.000
|
51.000
|
Laba Terkendali Divisi
Biaya Tak Terkendali Divisi :
- Variabel
- Tetap
|
22.000
|
27.000
|
49.000
10.000
10.000
|
Jumlah biaya tak terkendali
|
|
|
20.000
|
Laba sebelum diperhitungkan biaya
Kantor Pusat
Biaya Kantor Pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25%
|
|
|
29.000
9.000
20.000
5.000
|
Laba bersih sesudah PPh
|
|
|
15.000
|
Sumber : Supriyono, (2001, hlm. 84).
c.
Laba langsung
Laba
dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan divisi dengan semua biaya yang
langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan. Profitabilitas ini cocok
digunakan untuk menilai profitabilitas jangka panjang seperti contoh pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3
PT. BAWONO
Lapora
Perbandingan laba Langsung divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan
Rp)
|
|||
Keterangan
|
Divisi
A
|
Divisi
B
|
Total
Perusahaan
|
Pendapaan
Biaya Langsung divisi :
- Variabel terkendalikan
- Variabel tak terkendalikan
- Tetap terkendalikan
- Tetap tak terkendalikan
|
40.000
16.000
4.000
2.000
3.000
|
60.000
30.000
6.000
3.000
7.000
|
100.000
46.000
10.000
5.000
10.000
|
Jumlah biaya langsung
|
25.000
|
46.000
|
71.000
|
Laba langsung divisi
|
15.000
|
14.000
|
29.000
|
Biaya kantor pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25 %
|
|
|
9.000
20.000
5.000
|
Laba bersih sesudah PPh
|
|
|
15.000
|
Sumber : Supriyono, (2001, hal, 85).
d.
Laba bersih sebelum pajak
Dengan
menghitung pendapatan divisi dengan biaya langsung divisi dan biaya kantor
pusat. Laba ini mencerminkan prestasi ekonomi divisi, karena divisi menikmati
fasilitas kantor pusat, maka divisi mengalokasi biaya kantor pusat. Seperti
contoh pada tabel dibawah ini :
Tabel 4
PT. BAWONO
Lapora Bersih
Divisi Sebelum PPh
Tahun 2001
(Dalam Jutaan
Rp)
|
|||
Keterangan
|
Divisi
A
|
Divisi
B
|
Total
Perusahaan
|
Pendapaan
Biaya Divisi :
- Variabel terkendalikan
- Variabel tak terkendalikan
- Tetap terkendalikan
- Tetap tak terkendalikan
- Alokasi biaya Kantor Pusat
|
40.000
16.000
4.000
2.000
3.000
4.500
|
60.000
30.000
6.000
3.000
7.000
4.500
|
100.000
46.000
10.000
5.000
10.000
9.000
|
Jumlah biaya divisi
|
29.500
|
50.500
|
80.000
|
Laba Bersih divisi sebelum PPh
|
10.000
|
9.500
|
20.000
|
PPh 25 %
|
|
|
5.000
|
Laba bersih sesudah PPh
|
|
|
15.000
|
Sumber : Supriyono, (2001, hal, 86)
e.
Laba bersih sesudah pajak
Besar
laba dihitung melalui pengurangan laba bersih sebelum pajak dengan pajak
penghasilan divisi. Sebagai satu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri, laba
divisi perlu memperhitungkan pajak penghasilannya. Lihat pada contoh tabel
dibawah ini :
Tabel 5
PT. BAWONO
Lapora Bersih
Divisi Sebelum PPh
Tahun 2001
(Dalam Jutaan
Rp)
|
|||
Keterangan
|
Divisi
A
|
Divisi
B
|
Total
Perusahaan
|
Pendapaan
Biaya Divisi :
- Variabel terkendalikan
- Variabel tak terkendalikan
- Tetap terkendalikan
- Tetap tak terkendalikan
- Alokasi biaya Kantor Pusat
|
40.000
16.000
4.000
2.000
3.000
4.500
|
60.000
30.000
6.000
3.000
7.000
4.500
|
100.000
46.000
10.000
5.000
10.000
9.000
|
Jumlah biaya divisi
|
29.500
|
50.500
|
80.000
|
Laba Bersih divisi sebelum PPh
|
10.500
|
9.500
|
20.000
|
PPh 25 %
|
2.625
|
2.375
|
5.000
|
Laba bersih sesudah PPh
|
7.875
|
7.125
|
15.000
|
Sumber : Supriyono, (2001, hal, 87)
3. Komponen-Komponen Yang Menentukan Besarnya Laba
Komponen-komponen
yang dapat menentukan besarnya laba adalah :
a.
Penyimpangan laba kotor
Penyimpangan
antara realisasi penghasilan dan biaya diluar usaha dibandingkan dengan
anggaran penghasilan dan biaya diluar usaha.
b.
Biaya pemasaran
Biaya
pemasaran adalah meliputi semua biaya dalam rangka menyelenggarakan kegiatan
pemasaran, yaitu :
- Biaya
untuk memperoleh atau menimbulkan pesanan.
- Biaya
untuk memenuhi atau melayani pesanan.
c.
Biaya administrasi dan umum
Biaya
administrasi dan umum adalah semua biaya yang terjadi dan berhubungan dengan
fungsi administrasi dan umum, meliputi biaya dalam rangka penentuan
kebijaksanaan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan
perusahaan secara keseluruhan.
4. Anggaran Laba Sebagai Alat Ukur Prestasi Manajer
Anggaran Laba adalah tanggungjawab
manajer yang dapat mengawasi pendapatan dan biaya sehingga anggaran pendapatan
dan anggaran biaya dapat digabungkan menjadi anggaran laba. Anggaran laba
merupakan suatu rencana laba tahunan, yang terdiri dari serangkaian angka-angka
proyeksi untuk tahun yang akan datang, disertai dengan skedul pendukungnya.
Suatu anggaran laba-rugi dapat dipergunakan perusahaan secara keseluruhan,
ataupun pusat laba untuk alokasi sumber daya dalam mencapai sasaran dan
pengkoordinasian kegiatan perusahaan dan divisi, bahan pengecekan terakhir atas
ketetapan anggaran biaya serta untuk penugasan tanggungjawab setiap manajer,
serta untuk penugasan tanggungjawab setiap manajer, serta penentuan kontribusi
terhadap perusahaan atau divisi dari segi prestasi keuangan. Anggaran laba rugi
dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
a.
Untuk perusahaan secara menyeluruh dan
untuk pusat laba secara khusus anggaran tersebut dapat digunakan yaitu :
-
Untuk
mengalokasikan sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Anggaran yang telah
disahkan merupakan dasar wewenang bagi orang yang mempunyai wewenang untuk
menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk mencapai sasaran
anggaran.
-
Untuk
perencanaan dan pengkoordinasian dan kegiatan perusahaan dan divisi. Sebagai
contoh anggaran laba rugi dipakai sebagai dasar untuk memastikan bahwa
fasilitas produksi sesuai dengan ramalan penjualan dan tersedianya kas sesuai
dengan pengeluaran yang diperkirakan.
-
Untuk
sasaran pemeriksaan yang terakhir untuk anggaran laba. Meskipun kerangka
anggaran telah disetujui oleh manajemen sebelumnya, akan tetapi perlu
pengkajian lebih lanjut yang berguna dalam penyempurnaan anggaran tersebut.
-
Untuk
melihat tanggungjawab manajer yang memimpin pusat laba, yang dapat membandingkan
prestasi dengan rencana yang telah disusun, selanjutnya melihat sejauh mana
kontribusi yang telah disumbangkan.
b.
Bagi manajemen puncak (top manajemen)
-
Untuk
menilai prestasi ekonomi dan keuangan bagi perusahaan dimasa datang dan
melakukan tindakan koreksi terhadap apa yang telah tercapai.
-
Untuk
merencanakan dan mengkoordinasikan secara menyeluruh.
-
Berperan
serta dalam perencanaan divisi.
-
Pengawasan
divisi.
Suatu sistem pengukuran dan penilaian
terhadap prestasi bagian-bagian di dalam perusahaan harus dimulai dengan
pertanyaan apa tujuan yang hendak dicapai oleh pusat laba, yaitu :
a.
Menyediakan masukan bagi
keputusan-keputusan penting mengenai promosi mutasi, pemberhentian karyawan.
b.
Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan
training dan pengembangan karyawan.
c.
Sebagai pembanding prestasi antar
divisi.
d.
Pengawasan divisi-divisi.
Adapun metode pengukuran prestasi pusat
laba dapat menggunakan dua cara yaitu :
pengukuran prestasi manajemen menekankan seberapa jauh manajer pusat
pertanggungjawaban telah bekerja. Sedangkan pengukuran prestasi ekonomi
menentukan seberapa jauh manajer telah dapat mengawasi pendapatan dan biaya.
Oleh karena itu, suatu laba merupakan kegiatan dari perusahaan sedangkan
transaksi-transaksi yang dilakukan dengan bagian-bagian lain dari perusahaan
tersebut tidak selalu sederhana, maka persoalan-persoalan yang timbul juga
berbeda-beda dengan organisasi-organisasi yang berdiri sendiri. Ada tiga jenis
permasalahan dalam pengukuran tingkat laba secara umum, yaitu :
a.
Harga transfer
Harga
transfer adalah nilai dari barang dan jasa yang ditransfer oleh suatu pusat
pertanggungjawaban lainnya. Sebagai contoh, biaya yang dipindahkan dari pusat
biaya listrik ke pusat biaya produksi merupakan harga transfer.
b.
Pendapatan bersama
Pengukuran
tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh suatu pusat laba dapat dilakukan secara
langsung tetapi ada juga kondisi-kondisi dengan dua atau lebih pusat laba
bekerja sama dalam menghasilkan peningkatan volume penjualan. Secara idealnya
kedua unit patut mendapatkan penilaian.
c.
Pembiayaan bersama
Barang
atau jasa yang disediakan oleh pusat laba yang lain dinilai dengan hari
transfer jasa-jasa pelayanan yang disediakan oleh staff unit ataupun
biaya-biaya bersama lainnya, kalau memang akan dibebankan, harus dibebankan kepada
pusat-pusat laba atas dasar perhitungan yang dapat mengabarkan tingkat
penggunaan nyata jasa-jasa tersebut sejauh dimungkinkan.
Pusat laba dapat mengawasi pendapatan
dan biaya yang disatukan menjadi anggaran laba atau rugi. Adapun anggaran
laba-rugi adalah salah satu rencana laba tahunan yang terdiri dari serangkaian
angka-angka proyeksi keuangan untuk tahun yang akan datang. Dalam anggaran laba
ini dapat diketahui prestasi manager atau divisi terhadap perusahaan setelah
dibandingkan antara rencana dan realisasi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam anggaran laba ini :
a.
Penggunaannya dipakai sebagai alat
pengukur manajerial, sangat bervariasi di perusahaan dapat berupa suatu
komitmen, sampai dengan perkiraan terbaik mengenai apa yang akan terjadi dengan
sedikit tanggungjawab atas timbulnya perkiraan ini.
b.
Besarnya tanggungjawab yang disebabkan
kepada manajer yang disebabkan kepada manajer pusat laba untuk mencapai hasil
yang telah ditetapkan dilihat dari anggaran laba. Besarnya tanggungjawab
tersebut berbeda menurut pertimbangan masing-masing perusahaan.
C. Tujuan
Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Pengukuran Prestasi Manajer
Pusat Laba
Pusat
laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan
dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka
laba perlu dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Dengan demikian, untuk mengukur kinerja pusat laba, umumnya digunakan
dua ukuran yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba dengan investasi
yang digunakan untuk menghasilkan laba : kembalian investasi (Return on
Investment atau seringkali disingkat dengan ROI) dan Residual Income (sering
disingkat RI).
Kembalian
investasi dihitung dengan membagi laba dengan investasi. Residual Income
dihitung dengan mengurangi laba dengan beban modal (merupakan persentase beban
modal x investasi). Laba yang dihasilkan pusat laba ditentukan oleh komponen
utama : pendapatan dan biaya. Sebagai ukuran kinerja, laba yang digunakan
adalah laba yang komponennya secara signifikan dapat dipengaruhi oleh manajer
pusat laba dengan menggunakan wewenang yang ia miliki. Dengan demikian timbul
kebutuhan penentuan pendapatan dan biaya terkendali yang secara signifikan
dapat dipengaruhi oleh manajer pusat laba.
Dalam pengukuran
kinerja pusat laba, diperlukan investasi yang akan dipakai sebagai
penyebut dalam rumus perhitungan kembalian investasi atau dipakai sebagai dasar
untuk menghitung beban modal dalam perhitungan Residual Income. Informasi
investasi atau beban modal dalam perhitungan Residual Income disebut investment
base.
Dalam
pengukuran kinerja manajer pusat laba tersedia dua alternatif untuk
memperhitungkan nilai aktiva tetap kedalam investment base harga perolehan atau
nilai buku tertentu. Jika nilai buku dipakai untuk memperhitungkan nilai aktiva
tetap dalam investment base, setiap tahun nilai buku akan semakin menurun
dengan adanya biaya depresiasi, yang mengakibatkan investment semakin mengecil.
Akibatnya ukuran kinerja kembalian investasi dan Residual Income secara konstan
memperlihatkan kenaikan profitabilitas, padahal sebenarnya tidak terjadi
perubahan profitabilitas dalam tahun-tahun selama umur ekonomis aktiva tetap.
Di
lain pihak, jika harga perolehan aktiva tetap (gross book value) digunakan
untuk menghitung nilai aktiva tetap dalam investment base, setiap tahun nilai
aktiva tetap dalam investment base, akan sama jumlahnya, sebagai kembalian
investasi dan Residual Income yang memperhitungkan harga perolehan aktiva tetap
dalam investment base selalu akan mencerminkan kembalian yang lebih rendah dari
kembalian sesungguhnya. Jika nilai aktiva tetap yang diperhitungkan kedalam
investment base adalah sebesar harga perolehannya manajer pusat laba akan
termotivasi untuk menghentikan pemakaian aktiva tetap, meskipun aktiva
tetapmasih memiliki manfaat, karena investment base pusat laba tersebut akan
berkurang sebesar harga pokok aktiva tetap.
Sewa
guna usaha merupakan alternatif pembelanjaan aktiva tetap, yang memungkinkan
suatu divisi sebagai komponen aktiva, namun hanya memanfaatkan aktiva tetap
milik perusahaan lain dalam bisnis sewa guna usaha (leasing company) dengan
membayar biaya sewa guna usaha (leasing expense). Dampak sewa guna usaha
terhadap pengukuran kinerja pusat laba adalah :
a. Unsur
aktiva tetap dalam investment base menjadi kurang.
b. Unsur biaya depresiasi dalam perhitungan
laba menjadi berkurang, namun diimbangi dengan tambahan biaya sebagai akibat
dari sewa guna usaha.
Dengan
demikian, selama perubahan kedua unsur tersebut berdampak kenaikan ukuran
kinerja manajer pusat laba kembalian investasi atau Residual Income bertambah,
alternatif pembelanjaan aktiva tetap melalui sewa guna usaha akan menarik bagi
manajer pusat laba.
1. Manfaat Kembalian Investasi Sebagai
Pengukur Kinerja
Kembalian
investasi sebagai pengukur kinerja pusat laba memiliki tiga manfaat berikut ini
:
a.
Kembalian investasi mendorong manajer
pusat laba menaruh perhatian yang seksama terhadap hubungan antara pendapatan
penjualan, biaya, dan investasi.
b.
Kembalian investasi mendorong manajer
pusat laba melaksanakan efisiensi biaya.
c.
Kembalian investasi mencegah manajer
pusat laba melakukan investasi yang berlebihan didalam pusat laba yang
dipimpinnya.
2. Kelemahan Kembalian Investasi Sebagai
Pengukur Kinerja
Kembalian investasi
sebagai pengukur kinerja
pusat laba memiliki tiga kelemahan :
a.
Kembalian investasi tidak mendorong
manajer pusat laba untuk melakukan investasi dalam proyek yang akan berakibat
menurunkan kembalian investasi pusat laba, meskipun proyek tersebut menaikan
profitabilitas perusahaan sebagai keseluruhan.
b.
Kembalian investasi mengakibatkan
manajer pusat laba memusatkan perhatiannya kepada sasaran jangka panjang.
c.
Kembalian investasi sebagai pengukur
kinerja pusat laba sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.
3. Keunggulan Residual income sebagai
pengukur kinerja
Residual Income memiliki keunggulan
dengan kembalian investasi sebagai pengukur kinerja manajer pusat laba.
a.
Penggunaan Residual Income sebagai
pengukur kinerja pusat laba mengakibatkan semua pusat laba memiliki sasaran
laba yang sama untuk investasi yang sebanding.
b.
Residual Income dengan menggunakan
tarif beban modal yang berbeda untuk aktiva yang memiliki risiko yang berbeda.
4. Kelemahan Residual Income
Sebagai
tolok ukur kinerja pusat laba, Residual Income memiliki kelemahan sebagai
berikut :
a.
Seperti halnya dengan kembalian
investasi, Residual Income juga hanya mendorong manajer pusat laba memusatkan
orientasinya ke tujuan jangka pendek, karena laba dan komponen yang digunakan
untuk menghitung laba hanya dibatasi dengan periode akuntansi yang tidak lebih
dari satu tahun kalender.
b.
Seperti halnya dengan kembalian
investasi, Residual Income sebagai pengukur kinerja pusat laba sangat
dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.
c.
Tidak seperti halnya dengan kembalian
investasi yang berupa ratio atau prosentasi, Residual Income berupa angka
absolut, yang tidak dapat digunakan membandingkan kemampuan berbagai pusat laba
dalam menghasilkan laba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar