A Pengertian dan
Jenis-Jenis Biaya
1. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu
barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang
dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima.
Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih
besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha
hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi
pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal
ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total
penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya
merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua
pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Kapita Salecta,
(2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya
yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam
dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak
yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan
alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997: Pasal I
ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan
uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran
modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan
biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi dan pengertian biaya di
atas, dapatlah dikatakan bahwa
pengertian biaya yang dikemukakan
di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas
oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya
termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di
atas, maka D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, ( 2002 : 89),
memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut
cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service
potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang
dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang
telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat
memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba
rugi.
2. Jenis-Jenis Biaya
Sehubungan dengan jnis-jenis biaya
tersebut, maka D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, (2002: 37)
mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
:
"1) Biaya variabel dan biaya tetap
2) Biaya yang dapat dikendalikan".
Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya
Akuntansi Biaya, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang
tidak bisa dihindari menghubungkan
tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya
variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan volume penjualan atau produksi,
atau ukuran kegiatan yang lain.
Sedangkan biaya tetap atau biaya
kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi
perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
Gambaran umum tentang pengertian biaya di
atas, maka dapat diketahui sebagai
berikut :
1) Biaya
variabel adalah sejumlah
biaya yang ikut berubah untuk mengikuti
volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses
produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga
kerja langsung yang mengikuti perkembangan.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya
yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan.
Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain.
Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam
perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu
gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta
pengawasan.
B Unsur - Unsur Biaya
Untuk membicarakan unsur-unsur dlam proses
produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang
dikorbankan oleh D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, (2002:
49), sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil
produksi bisa memperoleh laba.
Dalam suatu proses produksi melibatkan
suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna
menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah
segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya,
karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
Unsur - unsur biaya tersebut di atas,
adalah sebagai berikut :
1) Manufacturing
cost, adalah semua biaya
yang muncul sejak
pembelian bahan-bahan sampai
berubah menjadi produk selesai (final
product)
Manufacturing cost terbagi atas :
a) Prime cost (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan
secara langsung dan upah tenaga kerja
langsung dalam kegiatan pabrik.
1. Prime cost terdiri dari :
2. Direct material, yaitu semua bahan baku
yang membentuk keseluruhan bahan yang dapat secara langsung dimasukkan
dalam perhitungan kerja pokok.
3. Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja yang
ikut secara langsung pemberian
sumbangan dalam proses produksi.
b)
Manufacturing expenses, dapat
juga disebut factory over head
cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
Yang termasuk golongan biaya ini adalah
1.
Indirect labour, yaitu
tenaga kerja yang
tidak terlibat langsung
dalam proses produksi, misalnya
kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk
menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
2. Other
manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect
labour dan indirect material, seperti
biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan
perbaikan
2) Commercial
expenses, yang meliputi :
a. Selling
expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses
produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan,
pengangkutan penagihan dan ongkos
yang menyangkut fungsi-fungsi
penjualan.
b.
Administration expenses, adalah
ongkos-ongkos yang meliputi
ongkos perencanaan dan pengawasan. Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak
dibebankan pada bagian produksi
atau penjualan dipandang sebagai ongkos administrasi.
Sedangkan
menurut Charles T. Horngren, dalam bukunya Cost Accounting A.
Managerial Emphasis, ( 1999: 15 )
unsur-unsur biaya dapat diklasifikasikan ke dalam :
a) Time when camputed
1. Historical cost
2. Budgeted cost
b) Behavior in relation to fluctuation in
activity :
1. Variabel cost
2. Fixed cost
3. Other cost
c) Degree of overaging :
1. Total cost
2. Unit cost
d) Management function :
1. Manufacturing cost
2. Selling cost
3. Administration cost
e) Easy of tracekbility :
1. Direct cost
2. Indirect cost
f) Timing of change againts revenue :
1. Product cost
2. Priod cost
Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya
tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi di
masa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan
datang.
2) Variabel cost, adalah
biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah dengan berubahnya volume produksi atau
penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan tidak
akan mengalami perubahan pada
suatu tingkat produksi atau penjualan.
3) Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebnkan pada
seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap
unit dari obyektif.
4) Manufacturing cost, adalah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan
dan tenaga kerja).Manufacturing cost
terdiri dari direct cost,
material cost, direct labour cost dan inderect cost/ overhead cost.
Sedangkan
administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
perusahaan secara keseluruhan.
5) Direct cost,
adalah biaya-biaya yang
mudah ditelusuri terhadap suatu obyek
tertentu. Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya yang tidak
ditelusuri hubunganny dengan
obyek tertentu.
Sedangkan priod
cost merupakan biaya-biaya
yang timbul karena berjalannya waktu.
Dengan kata lain,
period cost adalah
setiap biaya yang
dialokasikan berdasarkan waktu.
C Pengertian Biaya Operasional
Untuk memproduksi sesuatu barang dan
biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar produk akibat dari fator biaya
operasional, karena biaya merupakan objek yang menjadi kendala di samping
tenaga kerja dari kegiatan produksi. Mulyadi (1998 : 8) mengemukakan bahwa
biaya operasional dalam arti luas adalah sejumlah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang yang telah menjadi atau yang dimungkinkan akan
terjadi untuk tujuan tertentu.
Dalam kaitannya dengan pengertian biaya
operasional dalam arti luas sebagai berikut
:
1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
B. Diukur dalam
satuan uang
C. Yang telah terjadi
atau yang secarta potensial akan terjadi
D. Pengorbanan
tersebut untuk tujuan tertentu.
Selanjutnya, Mulyadi dalam bukunya
Akuntansi Biaya, (2000 : 10)
mengemukakan bahwa biaya dalam, arti sempit dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian
biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini
disebut dengan istilah “Harga Pokok”. Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak
menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Kalau pengusaha
telah mengeluarkan biaya operasional akan tetapi pengorbanan tidak mendatangkan
keuntungan (revenue), maka pengorbanan ini disebut rugi.
Secara
lebih terperinci tehnik-tehnik pengukuran kerja dapat digunakan untuk
maksud-maksud tersebut, sebagai berikut :
1.
Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam pelaksanaan evaluasi ini
dapat dilakukan melalui perbandingan keluaran yang nyata selama periode wakti
tertentu dengan keluaran standar yang ditentukan dari alokasi tenaga kerja.
B. Menentukan tingkat
kepastian, untuk suatu kegiatan tertentu dalam menggunakan tenaga kerja dan
peralatan yang tersedia (sarana dan prasarana), maka standar-standar pengukuran
kerja dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepastian yang harus tersedia
bahan baku dalam persediaan.
C. Menetapkan tingkat
upah atau insentif, dengan menggunakan istilah upah dan insentif, para karyawan
yang menerima pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih besar. Standar waktu
melatar belakangi rencana-rencana insentif mencantumkan keluaran 100 persen.
D Pengertian
Manajemen Operasional
Semakin canggihnya teknologi membuat
sistem operasional pada hotel memiliki sejumlah pilihan yang bisa diterapkan
baik sendiri maupun secara bersamaan, untuk lebih jelasnya pengertian oleh
Endar Sugiarto (1998: 12) menyatakan bahwa : penerapan operasional tergantung pada
tuntutan kebutuhan suatu perusahaan.
Berdasarkan penjelasan Sugiarto, dalam
bukunya Analisa Laporan Keuangan, (1998: 35), ada 3 (tiga) teknologi yang
digunakan untuk mencatat kegiatan, sebagai berikut :
1. Operasi Menual
Operasi
secara menual mendominasi kegiatan perhotelan di seluruh dunia sebelum tahun
1920 hingga sekitar tahun tujuh puluhan. Sementara itu di Indonesia
pengoperasian hotel secara manual ini semua data dari sistem pelaporan masih
menggunakan tulisan tulisan tangan dalam pengisian formulir-formulir. Secara
manual tentu saja blangko formulirnya sudah dicetak.
2. Operasi semi otomatis
Sistem
semi otomatis ini biasa disebut juga sebagai electronical system, yaitu
menggabungkan cara manual dengan komputerisasi/menggunakan peralatan elektronik
lainnya. Kelemahan pada sistem ini karena peralatan semi otomatis sulit
untuk dipelajari, rumit dalam
pengoperasian tidak terintegrasi dengan sistem yang lain.
3. Operasi otomatis/komputerisasi
Semua
pendataan tamu sudah dikerjakan secara otomatis oleh program komputerisasi
khusus untuk keperluan yang saling menghubungkan satu sama lain. Dengan
demikian, sistem disatu pihak pada data yang diinginkan dapat terjalin satu
sama lainnya.
E Pengertian dan Tujuan Promosi
1.
Pengertian Promosi
Sebagaimana
diketahui bahwa sukses tidaknya kegiatan pemasaran tidak hanya tergantung
pada kualitas produk yang dihasilkan, kebijaksanaan yang tepat,
tetapi juga melalui banyaknya konsumen yang berkelanjutan untuk
menjaga agar hubungan tersebut jangan terputus, maka diperlukan hubungan
yang sistimatis dengan pembeli potensial para perantara.
Kata Promosi
atau komunikasi pemasaran dapat memberikan interprestasi dan bahasa
yang berbeda-beda. Pada dasarnya maksud
kata promosi adalah untuk memberitahu, membujuk dan
mengingatkan. Tujuannya untuk mempengaruhi potensial consumer's atau
pedagang perantara melalui komunikasi
(bauran promosi). Ditinjau dari segi ini maka yang termasuk
dalam kegiatan ini adalah advertising, promosi dagang,
publisitas penjualan pribadi. Keempat macam promosi tersebut merupakan
komunikasi yang umum digunakan, guna mempengaruhi pikiran
dan tingkalaku pembeli. Oleh karena itu, peranan promosi dalam pemasaran
sangat diperlukan oleh perusahaan dalam meningkatkan usahanya.
Untuk lebih
mengetahui pengertian promosi sebagaimana yang dikemukakan oleh Winardi, dalam
bukunya Manajemen Pemasaran (2003 : 379), bahwa promosi adalah (usaha untuk
menunjukkan sesuatu) kerap kali latihan promosi dihubungkan dengan
perdagangan, kepriwisataan, produksi yang berarti untuk
memajukan ketiga usaha tersebut dengan sasaran laba yang semaksimal
mungkin".
Berdasarkan
pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa promosi adalah merupakan suatu usaha yang
digunakan oleh perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, industri
maupun perdagangan. Promosi penjualan menurut Basu
Swastha, dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern (2002 :
115) mempunyai tujuan, sebagai berikut :
1. Memperkenalkan suatu barang atau jasa yang dihasilkan industri
dengan sasaran untuk meningkatkan penjualan suatu
produk sehingga dapat memperoleh laba yang semaksimal mungkin.
2. Memberikan
kesan atau daya tarik bagi orang akan membeli suatu produk yang ditawarkan jika
memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
3. Menyampaikan pesan menarik dengan cara yang jujur untuk menciptakan
2 . Tujuan Promosi
Promosi
pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk
menyampaikan suatu barang yang sudah diproduksi pada konsumen, agar informasi
dapat meluas, maka digunakan beberapa media masa menunjang informasi
tersebut.
Basu Swasta dan
Irawan dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern (2002 : 10) bahwa dalam praktek
promosi mempunyai beberapa tujuan untuk menyampaikan misi, sebagai
berikut :
1. Modifikasi
tingkah laku, dimaksudkan disini adalah
penjualan dalam promosi yang berusaha menciptakan kesan tentang
dirinya dan mendorong pembeli barang dan jasa melalu
usaha perubahan tingkah laku serta pendapat
konsumen. Konsumen sebelumnya tidak senang menggunakan produk perusahaan,
selanjutnya diarahkan agar mau beralih kepada produk yang
ditawarkan atau yang dihasilkan perusahaan, misalnya dengan
mengatakan "Penjualan gas elpiji” pada PT. Nusamin lebih
mudah.
2. Memberitahu,
berarti kegiatan promosi ditujukan untuk memberitahu
tentang pasaran produk
perusahaan. Dengan kata lain promosi ini
bersifat informatif kepada konsumen sehingga dapat
membantu mereka dalam pengambilan keputusan pembeli.
3. Membujuk,
dengan cara promosi yang sifatnya membujuk (persuasif)
yang diharapkan penjualan dapat ditingkatkan dengan terlebih dahulu membujuk
konsumen agar mau membelanjakan uangnya terhadap produk yang
ditawarkan oleh perusahaan. Umumnya metode promosi ini kurang
disenangi oleh masyarakat, tetapi kenyataannya sekarang
justru banyak muncul adalah promosi yang sifatnya
persuasif.
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
pembeli dan berusaha untuk menciptakan kesan positif terhadap produk
perusahaan serta memberi pengaruh yang lama pada
perilaku pembeli. Di samping itu promosi yang sifatnya persuasif
lebih diutamakan jika produk bersangkutan mulai memasuki tahap
pertumbuhan.
4. Mengingatkan, yaitu promosi yang sifatnya
mengingatkan untuk dilakukan terutama dalam
memperhatikan merek produk dihati masyarakat dan perlu
dilakukan seama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk ini, berarti
pula perusahaan berusaha untuk paling tidak mempertahankan pembeli yang ada.
F Promotion Mix/ Bauran Promosi
Perusahaan harus
mendisrtibusikan biaya promosi yang digunakan dalam pemasangan iklan,
baik melalui elektronik maupun iklan cetak, sehingga perusahaan selalu
mencari cara untuk bisa mencapai efektivitas dengan beralih dari
satu alat promosi ke alat promosi yang lain karena nilai ekonominya lebih
baik. Menurut Agus Maulana dalam bukunya Azas-Azas Marketing (2003 : 115) dalam
merancang bauran promosi akan lebih rumit bila satu alat
promosi digunakan untuk mempromosikan barang lain.
Banyak faktor
yang mempengaruhi pemasar dalam memilih alat-alat promosi yang bisa
meningkatkan volume penjualan. Promosi yang banyak ragam dan penggunaan iklan,
maka sukar sekali membuat generalisasi yang menyeluruh kualitas
khusus dari iklan sebagai suatu komponen bauran promosi, namun
kualitas kualitas bauran promotion, sebagai berikut :
1) Penampilan publik, artinya iklan model komunikasi
yang paling memasyarakat. Sifat publik iklan
menghasilkan suatu pengesahan terhadap produk yang diiklankan memberi
perwatan standar.
2) Biaya serap, artinya iklan atau media yang
dapat meresap karena penjual bisa mengurani pesan. Juga
memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari
berbagai saingan. Iklan berskala besar memungkinkan sesuatu
yang positif mengenai besarnya
suatu perubahan.
3) Ungkapan
perusahaan yang diperjelas, artinya iklan mampu mendramatisasi suatu perusahaan
beserta produknya melalui lukisan inilah, bunyi dan warna.
4) Tidak adanya tatapmuka,
artinya iklan tidak begitu memaksa, seperti tenaga
penjual.
G Pengerttian
Penjualan
Konsep penjualan
pada dasarnya dapat diartikan mengenai penjualan sebagai bagian dengan cara
untuk memenuhi kepuasan konsumen, di samping dapat memberikan suatu ketenangan
dalam menikmati barang yang telah dibelinya pada penjual.
Untuk lebih jelasnya Soehardi Sigit,
Marketing Praktis, (2001 : 1860
memberikan batasan mengenai penjualan, menyatakan bahwa penjualan adalah
sesuatu kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian pemasaran dengan jalan bagaimana
cara meningkatkan pendistribusian hasil produk perusahaan dilaksanakan pada
perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas,
dibicarakan tentang masa yang akan datang bagaimana kegiatan selanjtnya apakah
dapat meningkat atau tidak, sehingga kegiatan dapat diketahui perkembangan pada
hari esok.
Penjualan yang tepat bagi perusahaan, akan
sangat bermanfaat bagia setiap tahap perencanaan bisnis. Dalam kaitannya dengan
perencanaan, maka manajer pemasaran harus senantiasa memiliki data yang
digunakan untuk melaksanakan penjualan. Maksud dari ramalan tersebut antara
lain adalah untuk menentukan kuota, sebagai pedoman dasar dalam pengembangan
produk, merencanakan kegiatan promosi, serta untuk kepentingan pengalokasian
tenaga kerja.
Pada dasarnya penjualan perusahaan dapat
dibuat untuk beberapa jangka waktu yang biasanya meliputi lima tahunan. Namun
demikian, adapula diantaranya perusahaan yang membuat ramalan (forchasthin)
yang dilakukan, antara lain banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain metode ramalan yang dipergunakan, serta kapasitas dari personalia yang
melakukan kegiatan peramalan yang dapat ditargetkan. .
Mengenai metode peramalan yang digunakan,
diantaranya bermacam-macam terdapat ahli memasukkan aspek teknisnya. Diantara
peramalan penjualan yang dominan digunakan, oleh Basu Swastha dan Irawan,
Manajemen Pemasaran Modern, (2000 : 166) sebagai berikut :
1. Pendapat manajer
2.
Pendapat salesman
3.
Survei minat pembeli
4. Modal matematika
B. Analisa time serise
C. Metode regresi.
Dajan, Anton,
1996, Pengantar Metode Statistik, Edisi Pertama, Penerbit LP2ES, Jakarta.
Farid Djahidin,
1998, Analisa Laporan Keuangan,
Jakarta, Cetakan Kedua, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2002,
Akuntansi Untuk Usahawan, Yogyakarta,
Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit Ganesha. Jakarta
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Harga,
Yogyakarta, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Horngren, T,
Charles, 1999, Cost Accounting A. Managerial Emphasis, Fourth Edition
Preencil-Hall, Of India, Private Limited New Delhi.
Horngren, Charles,
1999, Cost Accounting A. Managerial
Emphasis, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Sigit, Soehardi,
2001, Analisa Laporan Keuangan,
Jakarta, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Swastha, Basu, dan
Irawan, 2000, Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok, BPFE, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Kapita Selecta, Bandung, Alumni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar