Arus kas
merupakan suatu aliran dana masuk (Cash
in flow) dan keluar (cash out flow)
melalui prosedur tertentu dengan memperhatikan bahwa investasi baru perlu
mendapat perhatian khusus cara pengelolaannya, sehingga aliran dana yang
diperuntukkan perusahaan ada keseimbangan antara pemasukan pengeluaran.
Perusahaan
akan mempertahankan kelansungan hidupnya, karena ingin mencapai tujuan tertentu
atau mengharapkan laba yang maksimal. Untuk mencapai tujuan ini, maka diperlukan
adanya pengelolaan dana yang efektif dan efisien dari sumber-sumber yang
dimiliki oleh perusahaan dapat menunjang tersedianya dana dalam bentuk kas atau
alat likuid lainnya.
Kas adalah
sebagai komponen dan modal kerja paling tinggi tingkat likwiditasnya, perlu
dipertahankan dan disertai dengan sistem serta prosedur tertentu dalam aliran
dana pada suatu perusahaan, disebabkan kas adalah alat bayar yang paling cepat
untuk digunakan sebagai alat pembayaran bagi perusahaan.
Perusahaan
selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya seperti pembayaran
gaji pegawai, pengadaan barang dagangan dan lain sebagainya, di mana uang yang
dikeluarkan diharapkan daat masuk kembali melalui hasil penjualan produknya.
Uang yang diterima dari hsil produksi tersebut akan dikeluarkan lagi untuk
membelanjai operasional kegiatan, dengan demikian maka dana tersebut terus
menerus berputar setiap periode selama operasi perusahaan.
Selanjutnya,
dana yang tersedia harus dialokasikan secara efektif dan efisien baik dalam
bentuk tunai, piutang maupun persediaan barang dagangan. Penyimpangan yang
timbul akibat penggunaan dana yang kurang tepat dapat mengganggu aktivitas
perusahaan. Hal ini berarti resiko kerugian yang ditanggung perusahaan semakin
besar.
Aliran dana
dalam perusahaan selalu menjadi perhatian, sebab dana merupakan salah satu
unsur penentu terhadap peningkatan dan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu
usaha untuk memperoleh dana dan bagaimana pengalokasikan dana tersebut secara
efektif dan efisien merupakan masalah yang vital dalam suatu perusahaan,
efektif tidaknya pengalokasian dana tersebut tercermin dalam laporan keuangan
perusahaan tersebut.
Dengan
demikian, mengadakan interprestasi atau analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan dapat diketahui posisi dan perkembangan fnansial dan merupakan dasar
dalam menentukan dana yang dibutuhkan dalam jumlah kas yang harus tersedia
dalam perusahaan serta penggunaan selanjutnya dan penerimaan hasil yang berupa
keuntungan riil agar tidak terjadi uang yang menganggur (Idle money).
Dalam operasionalisasi pelaksanaan
tugas-tugas pada Perusahan Meubel yang bergarak dalam
bidang meubel rotan polis adalah untuk memenuhi permintaan konsumen agar
pelayanan pada perusahaan cepat, tepat dan rama, merupakan pelayanan prima bagi
perusahaan menjadi ajang promosi bagi masyarakat.
Perusahan Meubel mempunyai tujuan akhir dari lembaga adalah mengusahakan kelangsungan hidup
melalui usaha-usaha pengadaan dan penyediaan meubel yang terbuat dari rotan dan
pencapaian keuntungan secara wajar. Artinya dalam operasional suatu usaha
haruslah berusaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan tujuan
yang utama pula adalah turut serta dalam membangun dan mengembangkan
perekonomian nasional, utamanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah melalui usaha
kerajinan tangan dari rotan polis.
A Pengertian Dana
Indriyo,
(1997:27) mengatakan bahwa dana adalah adalah merupakan kekayaan atau aktiva
yang diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan yang
selalu berputar.
Selanjutnya
Bambang Riyanto, (2004 : 49) mengemukakan bahwa dana dengan adanya 3(tiga)
konsep yaitu:
1. Konsep Kwantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kwantitas dari pada dana yang
tertanam dalam keseluruhan unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini
merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva
dimana dana tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.
Dana yang dimaksud adalah modal kerja bruto, yaitu keseluruhan dari pada aktiva
lancar.
2. Konsep Kwalitatif
Konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
likuiditasinya.
Dana yang dimaksud adalah modal kerja netto yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini berdasarkan fungsi dari pada dana dalam
menghasilkan pendapatan (income).
Setiap dana yang dikerjakan dalam perusahaan adalah dimaksud untuk menghasilkan
laba.
Bambang Riyanto, (2004 : 175) membedakan jenis-jenis dana
yaitu :
Dana asing atau hutang adalah dana yang
berasal dari luar perusahaan yang sifatnyasementara bekerja di dalam perusahaan
dan bagi perusahaan yang bersangkutan dan tersebut merupakan “hutang”, yang
pada saatnya harus dibayar kembali.
Dana asing atau hutang dibagi atas tiga golongan yaitu :
1.
Dana
asing atau hutang jangka pendek (short
term debt), yaitu jangka waktunya pendek, kurang dalam satu tahun terdiri
dari:
-
Kredit
rekening koran
-
Kredit
dari penjual
-
Kredit
dari pembeli dan
-
Wesel.
2.
Dana
asing atau hutang jangka menengah (intermediate
term debt), yaitu hutang jangka waktunya atau umurnya lebih dari satu
tahun.
3.
Dana
asing atau hutang jangka panjang (long
term debt) umumnya lebih dari sepuluh tahun terdiri dari:
-
Pinjaman
obligasi
-
Pinjaman
hipotik.
4. Dana sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik (dari
dalam) perusahaan atau sumber intern yang ternama untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya, berupa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dan dana
sendiri yang berasal dari luar perusahaan atau sumber extern yaitu dana yang
berasal dari pemilik perusahaan terdiri dari:
a. Dana saham adalah
tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan Bentoel
saham tersebut dapat berupa saham biasa (commond stock), saham preferren stock)
dan saham preferren kumulatif (commulative preferren stock).
b. Cadangan yang
dimaksud adalah merupakan cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang didapat
oleh perusahaan selama beberapa periode yang telah lalu atau dari tahun sedang
berjalan antara lain: cadangan espansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih
kurs dan cadangan umum.
c. Keuntungan
atau laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang mana
sebagian dibayar sebagai devident dan sebagian ditahan oleh perusahaan, akan
tetapi apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan
keuntungan, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan.
B Proses Aliran Dana
Impleentasi
penerimaan kas (uang) yang ada pada perusahaan atau bank (kas) yang setiap saat dibutuhkan dalam
perputarannya, sehingga dana yang dalam kas dalam membiayai kegiatan
operasional, tidak hanya penyajiannya dalam laporan neraca dan laporan rugi
laba, melainkan juga dalam hal penyelenggaraan pencatatan selama periode
akuntansi yang sedang berjalan.
Harnanto (2000 : 21) menyatakan bahwa
dalam penyajian laporan keuangan perusahaan harus menampakkan lebih jelas
terhadap dana yang pada aktiva lancar. Berdasarkan hal tersebut untuk menampung
atau mengakomodasi transaksi-transaksi yang berhubungan dengan kas dalam
perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan menyelenggara kan rekening-rekening pembukuan, yang
terdiri dari :
1. Kas yaitu
digunakan untuk menampung transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
melalui kasir di dalam perusahaan, termasuk penerimaan dan pengeluaran secara
tunai melalui bank.
2. Kas kecil yaitu
merupakan sejumlah dana (uang) yang dibentuk atau dipersiapkan khusus untuk
kepentingan tertentu termasuk pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin dan
relatif kecil.
3. Selisih kas, yaitu
digunakan untuk menampung perbedaan jumlah fisik kas (yang ada dalam
perusahaan) menurut hasil kas opname dengan jumlah kas menurut catatan
pembukuan sementara sebelum penyebab terjadinya perbedaan itu dapat diketahui.
Pada dasarnya setiap penanaman investasi
mengandung dua macam aliran kas. Bambang Riyanto (2004 : 98) aliran kas terdiri
dari :
1. Aliran kas keluar netto ( net out flow cash ) yaitu yang diperlukan
untuk investasi baru.
2. Aliran kas masuk netto
tahunan (net anual inflow of cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru
yang ini sering pula disebut net cash
proceceeds atau cukup dengan istilah proceeds.
Berdasarkan pengertian di atas
menunjukkan bahwa yang dianggap sebagai aliran kas keluar adalah sejumlah dana
yang dikeluarkan untuk keperluan investasi, sedangkan aliran kas masuk secara
netto tahunan adalah hasil dari investasi yang ditanamkan.
1. Kas masuk bersih = laba setelah
pajak + penyusutan :
Kalau kita menganggap bahwa proyek tersebut
dibelanjai dengan modal sendiri seluruhnya.
2. Kas
masuk bersih = laba setelah
pajak + penyusutan + bunga ( 1 - Tax ) : kalau proyek tersebut
dibelanjai sebagian dengan modal pinjaman.
C Pengertian Kas
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan atau
estimasi mengenai aliran kas di dalam suatu instansi pemerintah. Dalam hal ini
instansi tersebut perlu menyusun anggaran kas.
Untuk lebih jelasnya oleh Bambang Riyanto, (2004 : 19) menyatakan bahwa
kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya.
Kalau Syafaruddin, (1998 : 27) memberikan batas tertentu tentang
penggunaan dana yaitu pengertian anggaran kas atau cash forecast (ramalan kas),
adalah kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan bagian dari financial
planning perusahaan.
Periode anggaran kas umumnya disusun untuk jangka waktu satu tahun yang
dibagi dalam interval tertentu seperti bulanan, kuartalan dan enam bulan, untuk
menyusun anggaran kas yaitu dalam mingguan atau bulanan. Sedangkan perusahaan
yang mempunyai pola cash flow relatif dapat menyusun anggaran kas dalam
kuartalan atau tahunan. Namun demikian jarang sekali anggaran kas disusun untuk
lebih dari waktu satu tahun. Walaupun dengan interval bulanan.
Karena sukar untuk menjamin validitas ramalan baik ramalan penerimaan
kas namun ramalan pengeluaran kas. Apabila jika dihadapkan dengan situasi
ekonomi yang kurang stabil. Pada tingkat inflasi yang tinggi misalnya, anggaran
kas lebih baik disusun dalam interval yang lebih pendek yaitu dalam
bulanan.
Masukan kunci dari anggaran kas adalah ramalan penjualan atas sales
forecash yang diberikan oleh bagian penjualan. berdasaekan ramalan tersebut,
manajer financial dapat mengestimasikan cash flow bulanan yang dihasilkan dari
produksi penerimaan baik penerimaan dari penjualan tunai maupun dari penjualan
kredit dan pengeluaran.
D Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Di dalam suatu perusahaan prosedur
penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi penerimaan uang
tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi prinsip-prinsip
internal control.
Ruchiyat Kosasi, (2001 : 35) mengatakan bahwa diantara
bagian-bagian yang terlibat di dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian
pemeriksaan interen
Bagian surat masuk bertugas menerima semua
surat-surat yang diterima perusahaan. Surat
yang berisi pelunasan piutang harus dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap
hari bagian surat
membuat daftar penerimaan uang harian,
mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara jumlah dalam
chek dengan jumlah dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian surat masuk.Setelah daftar penerimaan uang harian selesai
dikerjakan oleh bagian surat
masuk, maka daftar tersebut didistribusi
oleh kepala bagian yang bersangkutan,
satu lembar bersama-sama dengan chek di serahkan kepada kasir.
Dari Satu lembar bersama dengan
remitttance advice diserahkan kepada seksi piutang. Jika dalam surat
yang diterima oleh bagian surat
masuk terdapat remittance sesudah diterima, amplop dari langganan dapat
digunakan sebagai remittance sesudah ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop
tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang berasal
dari bahan surat
masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh salesman. Kasir harus
membuat surat
setoran kebank dan menyetorkan semua uang yang diterimanya.
Agar penerimaan uang ini dapat diawasi
dengan baik, maka satu lembar bukti sebagai
setoran dari bank langsung dikirm ke bagian akuntansi. Bukti setoran yang
diterima di bagian akuntansi dicocokkan dengan daftar penerimaan uang yang
dibuat oleh bagian surat
masuk dan oleh kasir. Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh
kasir dapat dilakukan dengan dibuatnya bukti kas masuk yang di beri nomor urut yang dicetak
Sumber
dan bentuk penerimaan
uang menurut Zaki Baridwan (2003 ; 199), sebagai berikut penerimaan
uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber yang sering
terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula sumber
penerimaan yang jarang terjadi, seperti penjualan aktiva tetap.
Selain sumber-sumber tersebut,
penerimaan-penerimaan uang bisa juga berasal dari adanya pinjaman baik dari
bank maupun dari pinjaman wesel . Apabila terjadi setoran model baru, maka ini
juga merupakan sumber penerimaan kas.
Formulir-formulir yang digunakan dalam
prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2003 : 100) adalah sebagai
berikut
1. Dokumen (bukti) asli pendukung setiap penerimaan uang yang terdiri dari :
- Pemberitahuan tentang pelunasan dari para
langganan (remittance advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang diberi nomor urut
yang di cetak dan dibuat oleh kasir
untuk penerimaan uang langsung.
-
Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang
pelunasan, daftar penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank
tentang pinjaman, penagihan oleh bank.
2. Data harian yang
menunjukkan kumpulan ataukah ringkasan
penerimaan kas yang terdiri dari :
- Bukti setoran ke bank
- Daftar
penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir)
dan daftar penerimaan kas harian (yang dibuat oleh bagian surat masuk).
-
Ringkasan cash register
- Proof tapes
3.
Buku jurnal (book of original entry)
- Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shhet dengan jurnal penerimaan uang.
4.
Buku pembantu piutang dan buku besar
Uang
tunai/ kas adalah barang yang mudah menjadi sasaran pencurian dan
penyelewengan, karena uang itu mudah dibawa, maka mudah disimpang dan mudah
digunakan untuk mengadakan transaksi. Oleh karena itulah pengawasan yang baik
sangat diperlukan, sejak saat diterimannya sampai dimaksudkan ke dalam basi peti atau ( brankas ), atau
langsung disimpang kebank agar uang tersebut dapat terhindar dari beberapa
bahaya (resiko) yang bisa melanda perusahaan.
Untuk bisa menyusun suatu manual atau
pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu harus
diadakan analisa tentang fungsi daripada pengeluaran kas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Ruchiyat Kosasi, dalam bukunya Ruchiyat Kosasi (2001 :102) mengemukakan,
sebagai berikut :
1. Pengeluaran
kas harus diperinci
agar dapat disusun suatu ikhtisar laporan dan pencatatan, dari kedalam jurnal
pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat berasal dari "voucher register", jurnal pembelian (buku pembelian), atau dari perincian faktur-faktur terpisah
dari prosedur jurnal ataukah catatan harian. Jadi buku jurnal atau pencatatan pengeluaran kas dipakai sebagai kontrol
chek terhadap buku-buku tersebut di
atas.
3. Sebagian besar
pos-pos debet sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang dan
biaya tetapi juga bisa berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca serta
rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting ke pos debet. Suatu
sistem efektif mengenai pengeluaran kas hal sangatlah penting sehingga tidak kalah
pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena pengurus dan
pimpinan suatu perusahaan harus mengirim
surat dan
dapat menjelaskan mengenai
siapa yang berwewenang untuk menandatangani chek. Semua pembayaran/
pengeluaran kas, sebaiknya dilakukan dengan chek atau nama perusahaan ataukah
chek voucher, merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur sebagai
pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan cheknya, tembusannya merupakan
catatan utang yang menunjukkan suatu persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat
diperoleh secara otonomi. Oleh karena penandatanganan chek-chek yang cukup
banyak ini yang memerlukan suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang
menandatangani chek harus mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang
meragukan atau tidak dimengerti sepenuhnya.
Meskipun sistem pengendalian interen tidak dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam hal ini perlu adanya
pedoman dalam pembukuan.
Sistem dan pembukuan dalam pengendalian interen
yang perlu diperhatikan, sebagai berikut
:
1. Sebelum faktor pembelian disetujui untuk dibayar, harus
dilakukan pemeriksaan perhitungan-perhitungannya dalam faktur dan
dokumen-dokumen pendukungnya.
2 Dalam hal
adanya retur pembelian, maka
jumlahnya harus dapat ditentukan untuk mengurangi hutang yang akan dibayar.
3. Semua hutang
dibayar dalam periode potongan sehingga diperoleh potongan pembelian.
4. Jumlah saldo dalam
buku pembantu hutang harus cocok dengan besarnya saldo rekening kontrolnya dan
dengan surat
pernyataan piutang dari penjual (kreditur).
5. Semua pengeluaran uang harus dengan chek kecuali untuk
pengeluaran dari kas kecil.
6. Pembentukan dana kas kecil dengan inpers
sistem.
7. Penandatanganan
chek harus dipisahkan dari orang yang memegang buku chek.
8. Petugas yang menandatangani chek dibedakan dari petugas
yang menyetujui pengeluaran kas dan sedapat mungkin ke- duanya harus menyarankan uang jaminan.
9. Harus ada
pertanggung jawaban dari pemegang buku chek tentang nomor-nomor chek yang
digunakan, serta yang di- batalkan.
10. Tanggung
jawab penerimaan uang harus dipisahkan dari tanggung jawab
atas pengeluaran kas, dimana prinsip ini
tidak berlaku untuk
lembaga-lembaga keuangan seperti bank.
11. Petugas pengeluaran uang harus dipisahkan dari
petugas
yang
mengerjakan pembukuan kas.
12. Rekonsiliasi dibuat laporan dilakukan
oleh petugas yang
tidak menandatangani chek, atau menyetujui pengeluaran.
13. Persetujuan pengeluaran uang harus didukung dengan
faktur dari penjual yang sudah disetujui serta dokumen-dokumen pendukung
lainnya.
14. Chek untuk pengisian kas kecil dan gaji pegawai harus
dibuat atas nama penerima.
15. Sesudah dibayar, semua dokumen pendukung harus di cap
lunas atau dilubang agar tidak digunakan lagi.
16. Dilakukan cuti
berkala untuk petugas-petugas pengeluaran uang kas.
17. Transfer uang antara bank harus dengan izin khusus dan
dibuat rekening perantara.
Untuk menyusun pedoman tentang system dan
prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu diadakan analisa tentang fungusi
pengeluaran kas tersebut. Dalam hal ini Ruckiyat Kosasi (2003 : 102)
menjelaskan sebagai berikut :
1. Pengeluaran kas
harus diperinci agar dapat disusun suatu ichtisar laoran dan pencatatan, ke
dalam jurnal pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan
kecil, pos-pos debet dapat berasal dari voucher register, jurnal pembelian
(buku pembelian), atau dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur
jurnal ataukah catatan harian. Buku jurnal atau pencatatan pengeluaran kas
dapat sebagai control chek terhadap buku-buku tersebut di atas.
3. Sebgian besar
pos-pos debt sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utamh dan
biaya, tetapi juga berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca
serta rugi laba. Cacatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting pos debet.
Untuk menjamin kebenaran pengeluaran
kas, diperlukan adanya pembuktian yang cukup. Zaki Baridwan dalam bukunya
Akuntansi Keuangan (2003 : 116) menyatakan bahwa fungsi bagian pengeluaran uang
adalah :
a. Memeriksa
bukti-bukti pendukung faktur pembelian atau voucehernya untuk memastikan bahwa
dokumen-dokumen tersebut sudah cocok dan perhitungan benar serta disetujui oleh
orang-orang yang berwenang.
b. Mendatangani check
c. Mengecap lunas
pada bukti-bukti pendukung pengeluaran kas atau melubangi pada perforator.
d. Mencatat chek ke
dalam daftarnya (cek register)
e. Menyerahkan chek
kepada kreditur (orang yang dibayar).
Suatu system yang efektif mengenai
pengeluaran kas sangat penting sehingga tidak kalah pentingnya dengan system
yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena itulah pengurus dan pimpinan
perusahaan harus mengirimkan surat
kepada bank dengan menjelaskan mengenai siapa yang berwenang untuk mendatangani
chke. Semua pembayaran/ pengeluaran kas, dilakukan dengan chek atas nama
perusahaan atau chek voucher, yaitu merupakan suatu formulir yang dikirimkan
kepada kreditur sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan
chkenya.
Setelah itu tembusan merupakan cacatan hutang
yang menunjukkan suatu persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima
dapat diperoleh secara otomatis. Oleh karena pendatanganan chek yag cukup
banyak ini memerlukan suatu ketelitian dan keamanan, maka mereka yang
mendatangani chek harus mempertanggungjawabkan setiap transaksi yang meragukan
atau tidak mengerti sepenuhnya.
Zaki Baridwan (2003 : 117) menyatakan
bahwa meskipun system pengendalian intern dapat disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam system pengendalian intern yang
harus diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Sebelum faktur
pembelian disetujui untuk dibayar, harus dilakukan pemeriksaan
perhitungan-perhitungannya dalam faktur-faktur dan dokumen.
2. Dalam hal adanya transaksi retur pembelian,
maka jumlahnya harus dapat ditentukan untuk dapat mengurangi hutang yang akan
dibayar.
3. Semua hutang
dibayar dalam periode potongan sehingga diperoleh potongan pembelian.
4. Jumlah saldo-saldo dalam buku pembantu hutang
harus cocok dengan besarnya saldo rekening kontrolnya dan dengan surat pernyataan piutang
dari penjual (kreditur).
5. Semua
pengeluaran uang harus dengan chek kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran dari
kas kecil.
6. Pembentukan dana kas kecil dengan impers
system.
7. Penandatanganan chek harus dipisahkan dari
orang yang memegang buku chek.
8. Petugas yang
mendatangani chek dibedakan dari petugas yang menyetujui pengeluaran kas dan
sedapat mungkin keduanya harus menyerahkan uang jaminan.
9. Harus ada pertanggungjawaban dari pemegang
buku chek tentang normo-nomor chek yang
digunakan, serta yang dibatalkan.
10. Tanggung jawab
penerimaan uang harus dipisahkan dari tanggung jawab atas pengeluaran kas, di
mana prinsip ini tidak berlaku lembaga keuangan seperti bank.
11. Petugas
mengeluarkan uang harus dipisahkan dari petugas yang mengerjakan pembukuan kas.
12. Rekonsiliasi
laporan dari bank dilakukan oleh petugas yang tidak mendatangani chek, atau
menyetujui pengeluaran.
13. Persetujuan
mengeluarkan uang harus didukung dengan faktur dari penjual yang sudah
disetujui serta dokumen-dokumen pendukung lainnya.
14. Chek untuk
mengisian kas kecil dan gaji pegawai harus dibuat atas nama penerima.
15. Sesudah
dibayar, semua dkumen pendukung harus di cap lunas atau dilubang agar tidak digunakan lagi.
16. Dilakukan cuti berkala untuk petugas-petugas
pengeluaran uang kas.
17. Transfer uang
antara bank harus dengan izin khusus dan dibuatkan rekening perantara
(performance).
Dari uraian di atas, prosedur merupakan
pembayaran dalam jumlah cukup besar yang
dilakukan dengan uang tunai atau chek. Dengan demikian perlu pula diperkirakan
pembayaran dalam jumlah kecil yang dilakukan dengan kontan dan bukan dengan chke,
seperti untuk pembelian perangko, materai dan sebagainya. Untuk kebutuhan
inilah perlu diselenggarakan pembentukan dana kas kecil. Agar dana ini dapat
diawasi, maka pengelolanya sebaiknya menggunakan dua bentuk metode yang
pemiliknya tergantung kepada perusahaan bersangkutan yang mana harus digunakan.
Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada
dua metode yang lazim digunakan yaitu :
1 Metode Imperst
Metode imperst yaitu metode yang
menentukan jumlah kas kecil yang selalu kostan dan tidak berubah. Biasanya kas
kecil diisi ( dari kas besar) sejumlah uang tertentu untuk keperluan
pembayaran-pembayaran selama jangka waktu tertentu, mislnya untuk satu minggu,
dua minggu, dan seterusnya.
Pada saat pembentukan kas kecil, maka
dibuat jurnal sebagai berikut :
Kas kecil Rp. xxxx
Kas Rp. xxxx
Bilamana sisa saldo uang dalam kas
kecil sudah hamper habis tau jika pada saat pengisian kembali dana kas kecil
sudah tiba, kuitansi (bukti) pembayaran tersebut dikeluarkan dengan uang kepada
pemegang kas besar. Jurnal pengisian kembali dana kas kecil pada metode imprst
adalah sebagai berikut :
Biaya-biaya Rp. xxxx
Kas Rp.
xxxx
2 Metode fluktuasi
Metode fluktuasi yaitu metode yang menentukan kas kecil
dalam jumlah yang selalu konstan, melainkan memberikan kemungkinan untuk
berubah-ubah (berfluktuasi). Oleh sebab itu, biasanya pengisian uang dari kas
besar ke kas kecil tidak dikaitkan dengan jangka waktu tertentu. Pada waktu
pemebentukan kas kecil dibuat jurnal sebagai berikut :
Kas kecil Rp. xxxx
Kas Rp. Xxxx
Sewaktu-waktu dana habis pada kas kecil menggunakan tersebut
untuk pembayaran yang menjadi wewenangnya, harus dibuat jurnal, sebagai berikut
:
Biaya-biaya Rp. xxxx
Kas
kecil Rp. xxxx
Bilaman sisa uang dalam kas kecil sudah hampir habis, kasir
pemegang kas kecil dapat menerima
dropping tambahan kepada kas besar. Jumlah dropping tersebut tidak selamanya
sama dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan melalui kas kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki,
2003, Akuntansi Keuangan, Edisi
Ketujuah, Cetakan Kedua, Fakultas
Ekonomi, UGM, Yogyakarta .
Hernanto, 2000, Mpokok-Pokok Intermedite Accounting, Edisi Pertama, Liberty ,
Yogyakarta .
Indiryo, 1997, Prinsip Anggaran dan Pebelanjaan Perusahaan,
Edisi Ketiga, Liberty , Yogyakarta .
Ruchiyat. Kosasi,
2001. Auditing, Prinsip Accounting, Edisi Baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Riyanto, Bambang, 2004,
Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan
Kedelapan, Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta .
Subajah, E, 2000, Manajemen Keuangan dan Syclus Pembelanjaan,
PT Radja Grafindo, Jakarta .
Syafaruddin, 1998, Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar