Powered By Blogger

Rabu, 15 Februari 2017

pengaruh biaya operasinal dalam meningkatkan volume penjualan pada perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan yangbharus memperhatikan barang yang akan di pasarkan. Pimpinan perusahaan perlu memperhatikan biaya operasional yang menjadi pokok pembahasan. Justru itulah pemanfaatan biaya operasional harus secara efektif dan efisien. Biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu harus dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam bidang yang sama.
             Biaya operasional adalah suatu biaya yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam proses penjualan barang yang merupakan faktor penting di samping faktor-faktor lainnya dalam mempertahankan service dan pelayanan pada konsumen agar tidak berpindah pada perusahaan untuk membeli produk yang sama pula.
            Dalam proses penjualan adalah masalah yang mendasar karena menyangkut kelangsungan hidup perusahaan dalam upaya meningkatkan kegiatan/aktivitas operasional perusahaan, untuk meningkatkan volume penjualan yang melaksanakan pelayanan dan service yang lebih menyakinkan kepada konsumen dalam proses penjualan memerlukan pengelolaan biaya yang menyangkut biaya umum dan administrasi, untuk bersaing di pasar dalam meraih pangsa pasar, perusahaan ini tidak memproduksi hanya melakukan penjualan barang yang telah selesai di proses dan perusahaan menjual pakan ternak, di samping juga menerma hasil bumi dari daerah-daerah, misalnya cokelat, kopra dan hasil bumi lainnya.
            Untuk memperhitungkan biaya operasional perusahaan dalam meningkat volume penjualan, maka salah faktor yang perlu diperhatikan guna mencapai sasaran yaitu pengaruh  biaya  operasional yang menjadi sarana dalam memperlancar proses terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual. Proses penjualan mempunyai fungsi dan pengaruh dalam menentukan terhadap bagian-bagian lain dari perusahaan untuk lebih aktifnya aktivitas perusahaan.
            Proses penjualan yang memerlukan biaya operasional yang memperlancar terjadinya proses terjadinya transaksi, maka menjadi titik perhatian pada fungsi dan peranan manajemen keuangan, di samping pembelanjaan suatu perusahaan. Sebab dalam membelanjai perusahaan harus ada keseimbangan antara bahan baku dengan tenaga kerja. Apabila terlalu banyak barang yang akan dipasarkan dan tenaga kerja (sales) biasanya menimbulkan resiko dan juga sebaliknya pula bila tenaga sales banytka dan barang kurang akan mengakibatkan pengangguran, oleh karena itu manajemen pada perusahaan harus lebih cermat dalam melihat situasi dan kondisi perusahaan.
            Biaya operasional pada perusahaan harus dikelola secara cermat dalam rangka memasarkan hasil  produk dari daerah yaitu hasil bumi melalui, karena perusahaan hanya sebagai distributor atau dalam istilah titipan barang.
            Perusahaan ini berstatus distrbusi hasil bumi dari daerah-daerah, maka perlu tenaga sales yang terampil dan mengetahui perusahaan yang bergerak dalam bidang sama, sehingga dalam meningkatkan volume penjualan hasil produk perusahaan dapat dijamin pelayanan dan service kepada konsumen.  akan meningkatkan dan memerhatikan pelayanan dan service kepada konsumen, karena biaya operasional harus disesuaikan dengan tujuan dan hasil penjualan dapat eningkatkan, karena ditunjang oleh mutu dan kualitas barang yang akan dipasarkan.

            Perusahaan tidak luput dari masalah di atas, sehingga dengan demikian, penulis tertarik mengkaji masalah pada perusahaan menerima hasil bu,I dan sekaligus bergerak dalam bidang penjualan.     

   2.1. Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya
2.1.1. Pengertian Biaya
            Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
            Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
            Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, ( 2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses    produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
            Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1994: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                                          
            Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
            Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka  tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.                                                                                                         
2.1.2. Jenis-Jenis Biaya
            Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, (1998: 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :       "1) Biaya variabel dan biaya tetap
        2) Biaya yang dapat dikendalikan".     
            Sedangkan menurut Mulyadi, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain.
            Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya  untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
            Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1) Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah    walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

2.2. Unsur - Unsur Biaya      
            Untuk membicarakan unsur-unsur dlam proses produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan, sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka  dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil produksi bisa memperoleh laba.
            Dalam suatu proses produksi melibatkan suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam   unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
             Unsur - unsur biaya tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
1) Manufacturing  cost, adalah  semua  biaya  yang  muncul  sejak  pembelian  bahan-bahan sampai berubah menjadi produk     selesai (final product)
       Manufacturing cost terbagi atas :
   a) Prime cost  (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah tenaga  kerja langsung dalam kegiatan pabrik.
      - Prime cost terdiri dari :
        - Direct material, yaitu semua bahan baku yang membentuk  keseluruhan  bahan yang dapat secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja pokok.
        - Direct  cost, yaitu setiap tenaga  kerja yang  ikut secara langsung pemberian  sumbangan dalam  proses produksi.
   b) Manufacturing  expenses,  dapat  juga disebut  factory over head cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
      Yang termasuk golongan biaya ini adalah
         - Indirect  labour,  yaitu  tenaga  kerja  yang   tidak  terlibat   langsung  dalam            proses produksi,  misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.  
        -  Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti  biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan
2) Commercial expenses, yang meliputi :
   a. Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan  penagihan  dan ongkos  yang menyangkut  fungsi-fungsi penjualan.
   b. Administration  expenses,  adalah  ongkos-ongkos  yang meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan. Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak dibebankan pada  bagian  produksi  atau  penjualan  dipandang sebagai ongkos administrasi.
      Sedangkan  menurut  Charles  T. Horngren, ( 1999: 15 )   unsur-unsur biaya dapat diklasifikasikan ke dalam :           
     1) Time when camputed
         a. Historical cost
         b. Budgeted cost                                                                                                          
     2) Behavior in relation to fluctuation in activity :
        a. Variabel cost
         b. Fixed cost
         c. Other cost
      3) Degree of overaging :
         a. Total cost
         b. Unit cost
      4) Management function :
         a. Manufacturing cost
         b. Selling cost
         c. Administration cost
      5) Easy of tracekbility :
         a. Direct cost
         b. Indirect cost
      6) Timing of change againts revenue :
         a. Product cost
         b. Priod cost
       Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi di   masa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang  diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang.
2) Variabel cost, adalah  biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah  dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan  tidak  akan  mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan.                                                                                                            
3) Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebnkan pada seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari obyektif.
4) Manufacturing  cost, adalah biaya  yang diperlukan  untuk menghasilkan  barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga kerja).Manufacturing  cost terdiri  dari direct  cost,  material cost, direct labour cost dan inderect cost/ overhead cost.
      Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan secara keseluruhan.
5)  Direct cost, adalah  biaya-biaya  yang  mudah  ditelusuri terhadap  suatu obyek  tertentu. Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya  yang tidak  ditelusuri  hubunganny dengan obyek tertentu.
       Sedangkan  priod  cost  merupakan  biaya-biaya  yang  timbul  karena berjalannya  
       waktu. Dengan  kata  lain,  period  cost  adalah   setiap  biaya   yang  dialokasikan     
        berdasarkan waktu.

2.3. Pengertian Biaya Operasional         
            Untuk memproduksi sesuatu barang dan biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar produk akibat dari fator biaya operasional, karena biaya merupakan objek yang menjadi kendala di samping tenaga kerja dari kegiatan produksi. Mulyadi (1998 : 8) mengemukakan bahwa biaya operasional dalam arti luas adalah sejumlah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah menjadi atau yang dimungkinkan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
            Dalam kaitannya dengan pengertian biaya operasional dalam arti luas sebagai berikut  :
6        Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
7        Diukur dalam satuan uang
8        Yang telah terjadi atau yang secarta potensial akan terjadi
9        Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
       Selanjutnya, Mulyadi (1998 : 10)  mengemukakan bahwa biaya dalam, arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah “Harga Pokok”. Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Kalau pengusaha telah mengeluarkan biaya operasional akan tetapi pengorbanan tidak mendatangkan keuntungan (revenue), maka pengorbanan ini disebut rugi.
     Secara lebih terperinci tehnik-tehnik pengukuran kerja dapat digunakan untuk maksud-maksud tersebut, sebagai berikut :
9.1.1.1    Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam pelaksanaan evaluasi ini dapat dilakukan melalui perbandingan keluaran yang nyata selama periode wakti tertentu dengan keluaran standar yang ditentukan dari alokasi tenaga kerja.
9.1.1.2    Menentukan tingkat kepastian, untuk suatu kegiatan tertentu dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan yang tersedia (sarana dan prasarana), maka standar-standar pengukuran kerja dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepastian yang harus tersedia.
9.1.1.3    Menetapkan tingkat upah atau insentif, dengan menggunakan istilah upah dan insentif, para karyawan yang menerima pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih besar. Standar waktu melatar belakangi rencana-rencana insentif mencantumkan keluaran 100 persen.

2.4. Pengerttian Penjualan
            Konsep penjualan pada dasarnya dapat diartikan mengenai penjualan sebagai bagian dengan cara untuk memenuhi kepuasan konsumen, di samping dapat memberikan suatu ketenangan dalam menikmati barang yang telah dibelinya pada penjual.
            Untuk lebih jelasnya Soehardi Sigit (2001 : 1860 memberikan batasan mengenai penjualan, menyatakan bahwa penjualan adalah sesuatu kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian pemasaran dengan jalan bagaimana cara meningkatkan pendistribusian hasil produk perusahaan dilaksanakan pada perusahaan.
            Berdasarkan pengertian di atas, dibicarakan tentang masa yang akan datang bagaimana kegiatan selanjtnya apakah dapat meningkat atau tidak, sehingga kegiatan dapat diketahui perkembangan pada hari esok.
            Penjualan yang tepat bagi perusahaan, akan sangat bermanfaat bagia setiap tahap perencanaan bisnis. Dalam kaitannya dengan perencanaan, maka manajer pemasaran harus senantiasa memiliki data yang digunakan untuk melaksanakan penjualan. Maksud dari ramalan tersebut antara lain adalah untuk menentukan kuota, sebagai pedoman dasar dalam pengembangan produk, merencanakan kegiatan promosi, serta untuk kepentingan pengalokasian tenaga kerja.
            Pada dasarnya penjualan perusahaan dapat dibuat untuk beberapa jangka waktu yang biasanya meliputi lima tahunan. Namun demikian, adapula diantaranya perusahaan yang membuat ramalan (forchasthin) yang dilakukan, antara lain banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain metode ramalan yang dipergunakan, serta kapasitas dari personalia yang melakukan kegiatan peramalan yang dapat ditargetkan.   .
            Mengenai metode peramalan yang digunakan, diantaranya bermacam-macam terdapat ahli memasukkan aspek teknisnya. Diantara peramalan penjualan yang dominan digunakan, oleh Basu Swastha dan Irawan, (2000 : 166) sebagai berikut :
9.1.1.3.1.1.1        Pendapat manajer
9.1.1.3.1.1.2        Pendapat salesman
9.1.1.3.1.1.3        Survei minat pembeli
9.1.1.3.1.1.4        Modal matematika
9.1.1.3.1.1.5        Analisa time serise
9.1.1.3.1.1.6        Metode regresi. 

 DAFTAR PUSTAKA

Farid Djahidin, 1998,  Analisa  Laporan Keuangan, Jakarta, Cetakan Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia.

Hartanto, D, 1998, Akuntansi Untuk Usahawan, Yogyakarta, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit Ganesha.

Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan  Harga Pokok dan Pengendalian Harga, Yogyakarta, BPFE, Universitas Gajah Mada.

Horngren, T, Charles,  1999, Cost Accounting A. Managerial Emphasis, Fourth Edition Preencil-Hall, Of India, Private Limited New Delhi.

Sigit, Soehardi, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Jakarta, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty.

Swastha, Basu, dan Irawan,  2000, Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Yogyakarta, Penerbit BPFE. 

Winardi, 2000, Kapita Selecta, Bandung, Perbit Alumni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar