Pengertian Break Even Point adalah suatu
analisis titik yang menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang
dikeluarkan dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Sehubungan dengan itu, untuk lebih
mengetahui tentang pengertian biaya, dibawah akan dikemukakan secara luas oleh
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 3)
dibahas tentang penentuan harga pokok, dikemukakan bahwa di dalam arti luas
break aven point adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang mana laba dari suatu
periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh
laba tetapi juga tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan.
Pengertian yang telah dikemukakan oleh
Suhardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001 : 24) menyatakan bahwa, dalam proses
produksi memang mengeluarkan sejumlah biaya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Sehingga perusahaan biasanya menghitung sebelum menjalankan kegiatan apakah
perusahaan itu dapat menguntungkan atau tidak, dalam teori mengenai titik
pulang pokok (Break Even Point) pada suatu perusahaan yaitu tidak mengalami kerugian
dan keuntungan (Impas).
Perusahaan yang mengalami hal yang demikian pasti memikirkan
hal-hal tentang pengembangan diri akan adanya kelebihan, bagaimana pada masa
yang akan datang Analisis titik pulang pokok adalah suatu analisis titik yang
menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Juga dapat dikatakan analisis ini
menunjukkan keadaan di mana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan juga
tidak mengalami kerugian. Pengertian break even ini oleh Suhardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001: 2l7) dikemukakan
bahwa suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat
perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha
tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mendapatkan
keuntungan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh
Suhardi Sigit di atas dapatlah dikatakan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan
sama besarnya dengan jumlah hasil
penjualan yang diperoleh hanya dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
(tidak terjadi laba kerugian). Dari analisis pulang pokok (impas) ini kita
dapat mengetahui atau dapat memberikan penjelasan tentang berapa jumlah barang
yang harus diproduksi atau berapa banyak barang harus dijual dalam suatu
periode tertentu di mana perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak
mendapatkan keuntungan.
Selain istilah-istilah yang ada dalam
analisis break even point juga sering digunakan istilah cost volume
profit. Analisis ini menunjukkan hubungan antara biaya yang
dikeluarkan dengan volume produksi yang
dihasilkan dan besarnya laba/keuntungan yang diperoleh. Jika pada volume
tertentu terdapat perolehan penjualan sama besarnya dengan biaya yang
dikeluarkan, maka pada titik ini disebut titik impas. Oleh Hartanto, Analisa
Laporan Keuangan, (2002 : 217) beliau menekankan pada penentuan biaya atau alokasi dikemukakan
bahwa penyelidikan atas hubungan yang terdapat pada antara biaya, laba volume
adalah sangat penting bagi manajement untuk dapat membuat suatu rencana yang
baik. Selanjutnya dari penyelidikan ini kita dapat mendapat sesuatu klasifikasi
biaya yang baik untuk tujuan managerial planning dan strategi untuk dapat
meningkatkan keuntungan.
Definisi yang dikemukakan Hartanto diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengadakan penyelidikan antara hubungan
biaya, volume dan biaya itu akan sangat berguna manajement karena dalam hal ini
penyelidikan tersebut akan memberikan informasi dalam perencanaan yang baik
demi kelancaran usaha dalam penyampaian tujuan yang diinginkan.
Walaupun
terdapat berbagai kegunaan pada
analisis pulang pokok, namun terdapat pula beberapa kelemahan. Perencanaan
mempersiapkan sebuah break even membutuhkan banyak perkiraan dan asumsi yang
dapat mengakibatkan ketidak tepatan hasil yang disajikan oleh bagan tersebut.
Beberapa keterbatasan sistem pulang pokok oleh Moelyadi, Akuntansi Biaya,
Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 89) sebagai berikut :
a. Garis keseluruhan, yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya
tetap dan biaya variabel, seharusnya
tidak digambarkan sebagai garis lurus oleh karena dalam kenyataan biasanya
biaya tersebut tidak berubah secara proposional.
b. Sistem break even menunjukkan gambaran statis, sedang
jalannya perusahaan amat dinamis, oleh karena perubahan-perubahan setiap waktu
dapat terjadi.
c. Pengklasifikasian biaya semi variabel dan semi tetap
sering kali diabaikan, kemudian dimasukkan saja dalam golongan biaya variabel
atau biaya tetap.
d. Bilamana
perusahaan menghasilkan berbagai jenis produksi maka timbul
masalah lain disamping masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas
misalnya bauran produk cenderung mengeluarkan biaya yang berbeda, sehingga tiap
perusahaan bauran produk akan cenderung mengubah fakta yang terdapat dalam
bagan break even.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar