PT Bintang Toedjoe merupakan perusahaa
yang bergerak dalam bidang produksi, produk-produk kesehatan, di samping
memproduksi perusahaan juga melakukan kegiatan promosi dan membantu untuk
meningkatkan avebiliti yang dipasarkan perusahaan guna meningkatkan penjualan.
Salah stu produk yang dihasilkan perusahaan dan sekaligus menjadi pembahasan
selanjutnya yaitu Extra Joss. Pimpinan
perusahaan perlu memperhatikan biaya operasional yang menjadi pokok pembahasan.
Justru itulah pemanfaatan biaya operasional harus secara efektif dan efisien.
Biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu harus dapat bersaing dengan
perusahaan lain dalam bidang yang sama.
Biaya operasional adalah suatu biaya
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam proses penjualan
barang yang merupakan faktor penting dalam memperlancar arus penjualan pada
perusahaan, di samping faktor-faktor lainnya dalam mempertahankan service dan
pelayanan pada konsumen agar tidak berpindah pada perusahaan untuk membeli
produk yang sama pula.
Dalam proses penjualan adalah masalah
yang mendasar karena menyangkut kelangsungan hidup perusahaan dalam upaya
meningkatkan kegiatan/aktivitas, di samping biaya operasional perusahaan, untuk
meningkatkan volume penjualan yang melaksanakan pelayanan dan service lebih menyakinkan kepada konsumen dalam proses
penjualan memerlukan
pengelolaan biaya
yang menyangkut biaya umum dan administrasi, untuk bersaing di pasar dalam
meraih pangsa pasar, perusahaan ini tidak memproduksi hanya melakukan penjualan
obat-obatan yang telah selesai di proses.
Untuk memperhitungkan biaya operasional
perusahaan dalam meningkat volume penjualan, maka salah faktor yang perlu
diperhatikan guna mencapai sasaran yaitu pengaruh biaya
operasional yang menjadi sarana dalam memperlancar proses terjadinya
transaksi antara pembeli dan penjual. Proses penjualan mempunyai fungsi dan
pengaruh dalam menentukan terhadap bagian-bagian lain dari perusahaan untuk
lebih aktifnya aktivitas perusahaan.
Proses penjualan yang memerlukan biaya
operasional yang memperlancar terjadinya proses terjadinya transaksi, maka
menjadi titik perhatian pada fungsi dan peranan manajemen keuangan, di samping
pembelanjaan suatu perusahaan. Sebab dalam membelanjai perusahaan harus ada
keseimbangan antara bahan baku dengan tenaga kerja, dengan pertimbangan bahwa
keselarasan bahan baku dan tenaga kerja memang menjadi perhatian utama bagi
bagian produksi.
Apabila terlalu banyak barang yang akan
dipasarkan dan tenaga kerja (sales) biasanya menimbulkan resiko dan juga
sebaliknya pula bila tenaga sales banyak dan barang kurang akan mengakibatkan
pengangguran, oleh karena itu manajemen pada perusahaan harus lebih cermat
dalam melihat situasi dan kondisi perusahaan yang sering dialami perusahaan
baik perusahaan multi nasional maupun perusahaan swasta penuh yang beroprasi
dengan mengutamakan kepentingan konsumen.
Biaya operasional pada perusahaan harus
dikelola secara cermat dalam rangka memasarkan hasil produk dari daerah yaitu hasil bumi melalui
PT. Bintang Toedjoe , karena perusahaan hanya sebagai distributor atau
dalam istilah titipan barang.
Perusahaan ini berstatus distribusi
obat-obatan perusahaan yang berproduksi, maka perlu tenaga sales yang terampil
dan mengetahui perusahaan yang bergerak dalam bidang sama, sehingga dalam
meningkatkan volume penjualan hasil produk perusahaan dapat dijamin pelayanan
dan service kepada konsumen. PT. Bintang Toedjoe akan meningkatkan dan
memerhatikan pelayanan dan service kepada konsumen, karena biaya operasional
harus disesuaikan dengan tujuan dan hasil penjualan dapat eningkatkan, karena
ditunjang oleh mutu dan kualitas barang yang akan dipasarkan. Oleh karena itu
penelitian ini lebih memfokuskan pada biaya operasional yaitu biaya variabel.
Perusahaan PT. Bintang Toedjoe tidak luput dari masalah di atas, sehingga dengan demikian, penulis tertarik
mengkaji masalah pada perusahaan menerima hasil produksi obat-obatan dan
sekaligus bergerak dalam bidang penjualan di Kota .
A. Pengertian dan
Jenis-Jenis Biaya
1. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu
barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang
dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin
diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil
yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan
datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha
hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi
pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal
ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total
penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan
diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya
merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua
pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, dalam bukunya Kapita Salecta,
(2000: 147), menyatakan bahwa bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya
yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam
dua sifat, yaitu yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak
yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan
bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia, (1997: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah
jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam
bentuk konstan atau dalam bentuk
pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau
kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang
atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang,
karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi dan pengertian biaya di
atas, dapatlah dikatakan bahwa
pengertian biaya yang dikemukakan
di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas
oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya
termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di
atas, maka D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, ( 2002 : 89),
memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut
cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service
potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang
dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah biaya yang
telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Jenis-jenis biaya ini tidak dapat
memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba
rugi.
2. Jenis-Jenis Biaya
Sehubungan dengan jnis-jenis biaya
tersebut, maka D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, (2002: 37)
mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
:
"1) Biaya variabel dan biaya tetap
2) Biaya yang dapat dikendalikan".
Sedangkan menurut Mulyadi, dalam bukunya
Akuntansi Biaya, (2000: 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang
tidak bisa dihindari menghubungkan
tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya
variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan volume penjualan atau produksi,
atau ukuran kegiatan yang lain.
Sedangkan biaya tetap atau biaya
kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi
perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
Gambaran umum tentang pengertian biaya di
atas, maka dapat diketahui sebagai
berikut :
1) Biaya
variabel adalah sejumlah
biaya yang ikut berubah untuk mengikuti
volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses
produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga
kerja langsung yang mengikuti perkembangan.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya
yang tidak berubah walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan.
Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain.
Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam
perencanaan usaha pengembangan karena dengan demikian akan didapatkan suatu
gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta
pengawasan.
B. Unsur - Unsur Biaya
Untuk membicarakan unsur-unsur dlam proses
produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang
dikorbankan oleh D. Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan, (2002:
49), sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil
produksi bisa memperoleh laba.
Dalam suatu proses produksi melibatkan
suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna
menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah
segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya,
karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
Unsur - unsur biaya tersebut di atas,
adalah sebagai berikut :
1) Manufacturing
cost, adalah semua biaya
yang muncul sejak
pembelian bahan-bahan sampai
berubah menjadi produk selesai (final
product)
Manufacturing cost terbagi atas :
a) Prime cost (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan
secara langsung dan upah tenaga kerja
langsung dalam kegiatan pabrik.
1. Prime cost terdiri dari :
2. Direct material, yaitu semua bahan baku
yang membentuk keseluruhan bahan yang dapat secara langsung dimasukkan
dalam perhitungan kerja pokok.
3. Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja yang
ikut secara langsung pemberian
sumbangan dalam proses produksi.
b)
Manufacturing expenses, dapat
juga disebut factory over head
cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
Yang termasuk golongan biaya ini adalah
1.
Indirect labour, yaitu
tenaga kerja yang
tidak terlibat langsung
dalam proses produksi, misalnya
kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk
menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
2. Other
manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect
labour dan indirect material, seperti
biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan
perbaikan
2) Commercial
expenses, yang meliputi :
a. Selling
expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses
produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan,
pengangkutan penagihan dan ongkos
yang menyangkut fungsi-fungsi
penjualan.
b.
Administration expenses, adalah
ongkos-ongkos yang meliputi
ongkos perencanaan dan pengawasan. Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak
dibebankan pada bagian produksi
atau penjualan dipandang sebagai ongkos administrasi.
Sedangkan
menurut Charles T. Horngren, dalam bukunya Cost Accounting A.
Managerial Emphasis, ( 1999: 15 )
unsur-unsur biaya dapat diklasifikasikan ke dalam :
a) Time when camputed
1. Historical cost
2. Budgeted cost
b) Behavior in relation to fluctuation in
activity :
1. Variabel cost
2. Fixed cost
3. Other cost
c) Degree of overaging :
1. Total cost
2. Unit cost
d) Management function :
1. Manufacturing cost
2. Selling cost
3. Administration cost
e) Easy of tracekbility :
1. Direct cost
2. Indirect cost
f) Timing of change againts revenue :
1. Product cost
2. Priod cost
Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya
tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
1) Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi di
masa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan
datang.
2) Variabel cost, adalah
biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah dengan berubahnya volume produksi atau
penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan tidak
akan mengalami perubahan pada
suatu tingkat produksi atau penjualan.
3) Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebnkan pada
seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap
unit dari obyektif.
4) Manufacturing cost, adalah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan
dan tenaga kerja).Manufacturing cost
terdiri dari direct cost,
material cost, direct labour cost dan inderect cost/ overhead cost.
Sedangkan
administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
perusahaan secara keseluruhan.
5) Direct cost,
adalah biaya-biaya yang
mudah ditelusuri terhadap suatu obyek
tertentu. Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya yang tidak
ditelusuri hubunganny dengan
obyek tertentu.
Sedangkan priod
cost merupakan biaya-biaya
yang timbul karena berjalannya waktu.
Dengan kata lain,
period cost adalah
setiap biaya yang
dialokasikan berdasarkan waktu.
C.
Pengertian Biaya Operasional
Untuk memproduksi sesuatu barang dan
biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar produk akibat dari fator biaya
operasional, karena biaya merupakan objek yang menjadi kendala di samping
tenaga kerja dari kegiatan produksi. Mulyadi (1998 : 8) mengemukakan bahwa
biaya operasional dalam arti luas adalah sejumlah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang yang telah menjadi atau yang dimungkinkan akan
terjadi untuk tujuan tertentu.
Dalam kaitannya dengan pengertian biaya
operasional dalam arti luas sebagai berikut
:
1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
B. Diukur dalam
satuan uang
C. Yang telah terjadi
atau yang secarta potensial akan terjadi
D. Pengorbanan
tersebut untuk tujuan tertentu.
Selanjutnya, Mulyadi dalam bukunya
Akuntansi Biaya, (2000 : 10)
mengemukakan bahwa biaya dalam, arti sempit dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian
biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini
disebut dengan istilah “Harga Pokok”. Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak
menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Kalau pengusaha
telah mengeluarkan biaya operasional akan tetapi pengorbanan tidak mendatangkan
keuntungan (revenue), maka pengorbanan ini disebut rugi.
Secara
lebih terperinci tehnik-tehnik pengukuran kerja dapat digunakan untuk
maksud-maksud tersebut, sebagai berikut :
1.
Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam pelaksanaan evaluasi ini
dapat dilakukan melalui perbandingan keluaran yang nyata selama periode wakti
tertentu dengan keluaran standar yang ditentukan dari alokasi tenaga kerja.
B. Menentukan tingkat
kepastian, untuk suatu kegiatan tertentu dalam menggunakan tenaga kerja dan
peralatan yang tersedia (sarana dan prasarana), maka standar-standar pengukuran
kerja dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepastian yang harus tersedia
bahan baku dalam persediaan.
C. Menetapkan tingkat
upah atau insentif, dengan menggunakan istilah upah dan insentif, para karyawan
yang menerima pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih besar. Standar waktu
melatar belakangi rencana-rencana insentif mencantumkan keluaran 100 persen.
D. Pengertian
Manajemen Operasional
Semakin canggihnya teknologi membuat
sistem operasional pada hotel memiliki sejumlah pilihan yang bisa diterapkan
baik sendiri maupun secara bersamaan, untuk lebih jelasnya pengertian oleh
Endar Sugiarto (1998: 12) menyatakan bahwa : penerapan operasional tergantung
pada tuntutan kebutuhan suatu perusahaan.
Berdasarkan penjelasan Sugiarto, dalam
bukunya Analisa Laporan Keuangan, (1998: 35), ada 3 (tiga) teknologi yang
digunakan untuk mencatat kegiatan, sebagai berikut :
1. Operasi Menual
Operasi
secara menual mendominasi kegiatan perhotelan di seluruh dunia sebelum tahun
1920 hingga sekitar tahun tujuh puluhan. Sementara itu di Indonesia
pengoperasian hotel secara manual ini semua data dari sistem pelaporan masih
menggunakan tulisan tulisan tangan dalam pengisian formulir-formulir. Secara
manual tentu saja blangko formulirnya sudah dicetak.
2. Operasi semi otomatis
Sistem
semi otomatis ini biasa disebut juga sebagai electronical system, yaitu
menggabungkan cara manual dengan komputerisasi/menggunakan peralatan elektronik
lainnya. Kelemahan pada sistem ini karena peralatan semi otomatis sulit
untuk dipelajari, rumit dalam
pengoperasian tidak terintegrasi dengan sistem yang lain.
3. Operasi otomatis/komputerisasi
Semua
pendataan tamu sudah dikerjakan secara otomatis oleh program komputerisasi
khusus untuk keperluan yang saling menghubungkan satu sama lain. Dengan
demikian, sistem disatu pihak pada data yang diinginkan dapat terjalin satu
sama lainnya.
E. Pengerttian
Penjualan
Konsep penjualan
pada dasarnya dapat diartikan mengenai penjualan sebagai bagian dengan cara
untuk memenuhi kepuasan konsumen, di samping dapat memberikan suatu ketenangan
dalam menikmati barang yang telah dibelinya pada penjual.
Untuk lebih jelasnya Soehardi Sigit,
Marketing Praktis, (2001 : 1860
memberikan batasan mengenai penjualan, menyatakan bahwa penjualan adalah
sesuatu kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian pemasaran dengan jalan bagaimana
cara meningkatkan pendistribusian hasil produk perusahaan dilaksanakan pada
perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas,
dibicarakan tentang masa yang akan datang bagaimana kegiatan selanjtnya apakah
dapat meningkat atau tidak, sehingga kegiatan dapat diketahui perkembangan pada
hari esok.
Penjualan yang tepat bagi perusahaan, akan
sangat bermanfaat bagia setiap tahap perencanaan bisnis. Dalam kaitannya dengan
perencanaan, maka manajer pemasaran harus senantiasa memiliki data yang
digunakan untuk melaksanakan penjualan. Maksud dari ramalan tersebut antara
lain adalah untuk menentukan kuota, sebagai pedoman dasar dalam pengembangan
produk, merencanakan kegiatan promosi, serta untuk kepentingan pengalokasian
tenaga kerja.
Pada dasarnya penjualan perusahaan dapat
dibuat untuk beberapa jangka waktu yang biasanya meliputi lima tahunan. Namun
demikian, adapula diantaranya perusahaan yang membuat ramalan (forchasthin)
yang dilakukan, antara lain banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain metode ramalan yang dipergunakan, serta kapasitas dari personalia yang
melakukan kegiatan peramalan yang dapat ditargetkan. .
Mengenai metode peramalan yang digunakan,
diantaranya bermacam-macam terdapat ahli memasukkan aspek teknisnya. Diantara
peramalan penjualan yang dominan digunakan, oleh Basu Swastha dan Irawan,
Manajemen Pemasaran Modern, (2000 : 166) sebagai berikut :
B. Pendapat manajer
2.
Pendapat salesman
3.
Survei minat pembeli
B. Modal matematika
C. Analisa time serise
D. Metode regresi.
Dajan, Anton, 1996, Pengantar Metode Statistik, Edisi Pertama, Penerbit LP2ES, Jakarta.
Farid Djahidin, 1998, Analisa Laporan Keuangan, Jakarta, Cetakan Kedua, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2002, Akuntansi Untuk Usahawan, Yogyakarta, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit Ganesha. Jakarta
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Harga, Yogyakarta, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Horngren, T, Charles, 1999, Cost Accounting A. Managerial Emphasis, Fourth Edition Preencil-Hall, Of India, Private Limited New Delhi.
Horngren, Charles, 1999, Cost Accounting A. Managerial Emphasis, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Sigit, Soehardi, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Jakarta, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Swastha, Basu, dan Irawan, 2000, Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok, BPFE, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Kapita Selecta, Bandung, Alumni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar