Di dalam suatu perusahaan prosedur
penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi penerimaan uang
tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi prinsip-prinsip
internal control oleh Tuana Kotta Petunjuk Pemeriksaan Umum (2002 : 290).
Diantara bagian-bagian yang terlibat di
dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat
masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian pemeriksaan interen
Bagian
surat masuk
bertugas menerima semua surat-surat yang diterima perusahaan. Surat yang berisi pelunasan piutang harus
dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap hari bagian surat membuat daftar
penerimaan uang harian, mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara jumlah dalam chek dengan jumlah
dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian surat masuk. Setelah daftar penerimaan uang
harian selesai dikerjakan oleh bagian surat
masuk, maka daftar tersebut didistribusi
oleh kepala bagian yang bersangkutan, satu lembar bersama-sama dengan chek
diserahkan kepada kasir.
Dari Satu lembar bersama dengan remitttance advice diserahkan kepada seksi piutang. Jika dalam
surat yang diterima oleh bagian surat masuk terdapat remittance sesudah diterima, amplop dari langganan dapat digunakan
sebagai remittance sesudah ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang
berasal dari bahan surat
masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh salesman. Kasir harus membuat surat setoran kebank dan menyetorkan semua
uang yang diterimanya.
Agar
penerimaan uang ini dapat diawasi dengan baik, maka satu lembar bukti sebagai
setoran dari bank langsung dikirm ke bagian akuntansi. Bukti setoran yang
diterima dibagian akuntansi dicocokkan dengan daftar penerimaan uang yang
dibuat oleh bagian surat
masuk dan oleh kasir. Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh
kasir dapat dilakukan dengan dibuatnya bukti kas masuk yang diberi nomor urut
yang dicetak
Sumber dan
bentuk penerimaan uang
menurut Zaki Baridwan (2001 ; 199), sebagai berikut penerimaan
uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber yang sering
terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula sumber
penerimaan yang jarang terjadi,
seperti penjualan aktiva tetap.
Selain sumber-sumber tersebut, penerimaan-penerimaan
uang bisa juga berasal dari adanya pinjaman baik dari bank maupun dari pinjaman
wesel . Apabila terjadi setoran model baru, maka ini juga
merupakan sumber penerimaan kas.
Formulir-formulir yang digunakan dalam
prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2001 : 100) adalah sebagai
berikut
1.
Dokumen (bukti) asli pendukung setiap penerimaan uang yang terdiri dari :
- Pemberitahuan tentang pelunasan dari para langganan (remittance advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang diberi
nomor urut yang di
cetak dan dibuat oleh kasir untuk
penerimaan uang langsung.
- Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar
penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman,
penagihan oleh bank.
2. Data harian yang menunjukkan kumpulan ataukah ringkasan penerimaan kas yang terdiri dari :
-
Bukti setoran ke bank
- Daftar
penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir) dan daftar penerimaan kas harian
(yang dibuat oleh bagian surat
masuk).
-
Ringkasan cash register
-
Proof tapes
3. Buku jurnal (book of original entry)
- Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shhet dengan jurnal
penerimaan uang.
4. Buku pembantu piutang dan buku
besar"
Uang
tunai/ kas adalah barang yang mudah menjadi
sasaran pencurian dan penyelewengan, karena uang itu mudah dibawa, maka
mudah disimpang dan mudah digunakan untuk mengadakan transaksi. Oleh karena
itulah pengawasan yang baik sangat diperlukan, sejak saat diterimannya sampai
dimaksudkan ke dalam basi peti atau (
brankas ), atau langsung disimpang kebank agar uang tersebut dapat terhindar dari beberapa bahaya (resiko) yang
bisa melanda perusahaan.
Untuk
bisa menyusun suatu manual atau pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan
kas, maka terlebih dahulu harus diadakan analisa tentang fungsi daripada
pengeluaran kas tersebut. Sehubungan
dengan hal tersebut, Ruchiyat Kosasi, (2001 : 102) mengemukakan, sebagai
berikut :
1. Pengeluaran kas
harus diperinci agar dapat disusun suatu ikhtisar laporan dan pencatatan, dari
kedalam jurnal pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan kecil,
pos-pos debet dapat berasal dari "voucher
register", jurnal pembelian
(buku pembelian), atau dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur
jurnal ataukah catatan harian. Jadi buku jurnal atau pencatatan pengeluaran kas dipakai sebagai kontrol chek
terhadap buku-buku tersebut di atas.
3. Sebagian besar pos-pos debet
sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang
dan biaya tetapi juga bisa berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam
neraca serta rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan baik dan posting ke pos
debet. Suatu sistem efektif
mengenai pengeluaran kas hal sangatlah penting sehingga tidak kalah
pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena pengurus dan
pimpinan suatu perusahaan harus mengirim
surat dan
dapat menjelaskan mengenai
siapa yang berwewenang untuk
menandatangani chek.
Semua
pembayaran/ pengeluaran kas, sebaiknya dilakukan dengan chek atau nama perusahaan
ataukah chek voucher, merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur
sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan cheknya, tembusannya
merupakan catatan utang yang menunjukkan suatu persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat
diperoleh secara otonomi. Oleh karena penanda tanganan chek-chek yang cukup
banyak ini yang memerlukan suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang
menandatangani chek harus mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang
meragukan atau tidak dimengerti sepenuhnya.
Meskipun
sistem pengendalian interen tidak dapat disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam hal ini perlu adanya pedoman dalam
pembukuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar