Di dalam suatu perusahaan
prosedur penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi
penerimaan uang tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi
prinsip-prinsip internal control.
Ruchiyat Kosasi, (2001 : 35)
mengatakan bahwa di antara bagian-bagian yang terlibat di dalam proses
penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian pemeriksaan interen
Bagian surat masuk bertugas menerima semua
surat-surat yang diterima perusahaan. Surat
yang berisi pelunasan piutang harus dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap
hari bagian surat
membuat daftar penerimaan uang harian,
mengumpulkan cek dan remittance
advice. Kecocokan antara jumlah dalam cek dengan jumlah dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian
surat masuk.Setelah daftar penerimaan uang
harian selesai dikerjakan oleh bagian surat
masuk, maka daftar tersebut didistribusi
oleh kepala bagian yang bersangkutan,
satu lembar bersama-sama dengan cek di serahkan kepada kasir.
Salah satu lembar bersama dengan remittance advice diserahkan kepada
seksi piutang. Jika dalam surat yang diterima
oleh bagian surat
masuk terdapat remittance sesudah
diterima, amplop dari langganan dapat digunakan sebagai remittance sesudah ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop
tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang berasal
dari bahan surat
masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh salesman. Kasir harus membuat surat setoran ke bank dan menyetorkan
semua uang yang diterimanya.
Agar penerimaan uang ini dapat
diawasi dengan baik, maka satu lembar
bukti sebagai setoran dari bank langsung dikirim ke Bagian Akuntansi. Bukti
setoran yang diterima di bagian akuntansi dicocokkan dengan daftar penerimaan
uang yang dibuat oleh bagian surat masuk dan oleh kasir. Salah satu cara
pengawasan penerimaan uang langsung oleh kasir dapat dilakukan dengan dibuatnya
bukti kas masuk yang diberi nomor urut yang dicetak
Sumber dan
bentuk penerimaan uang
menurut Zaki Baridwan (2003 : 199), sebagai berikut
penerimaan uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber
yang sering terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula
sumber penerimaan yang jarang terjadi, seperti penjualan aktiva tetap.
Selain sumber-sumber tersebut,
penerimaan-penerimaan uang bisa juga berasal dari adanya pinjaman baik dari
bank (eksternal) maupun dari pinjaman wesel. Apabila terjadi setoran model
baru, maka ini juga merupakan sumber penerimaan kas, tapi biasanya dibukukan
secara terpisah.
Formulir-formulir yang
digunakan dalam prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2003 : 100)
adalah sebagai berikut :
1. Dokumen (bukti)
asli pendukung setiap penerimaan uang yang terdiri dari :
- Pemberitahuan tentang pelunasan dari para langganan (remittance advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang diberi nomor urut yang dicetak dan dibuat oleh kasir untuk
penerimaan uang langsung.
- Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar
penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman,
penagihan oleh bank.
2.
Data harian yang
menunjukkan kumpulan ataukah ringkasan penerimaan kas yang terdiri dari :
-
Bukti setoran ke bank
- Daftar penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir) dan daftar penerimaan kas harian (yang dibuat
oleh bagian surat masuk).
- Ringkasan cash register
- Proof tapes
3.
Buku jurnal (book of original
entry)
- Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shet dengan jurnal penerimaan uang.
4.
Buku pembantu piutang dan buku besar
Uang
tunai/ kas adalah barang yang mudah menjadi sasaran pencurian dan
penyelewengan, karena uang itu mudah dibawa, maka mudah disimpan dan mudah
digunakan untuk mengadakan transaksi. Oleh karena itulah pengawasan yang baik
sangat diperlukan, sejak saat diterimanya sampai dimaksudkan ke dalam peti besi atau ( brankas ), atau langsung
disimpan ke bank agar uang tersebut dapat terhindar dari bahaya (resiko) yang
bisa melanda perusahaan.
Untuk bisa menyusun suatu manual atau
pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu harus
diadakan analisa tentang fungsi dari pada pengeluaran kas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Ruchiyat Kosasi, (2001 :102) mengemukakan, sebagai berikut :
1. Pengeluaran
kas harus diperinci
agar dapat disusun suatu ikhtisar laporan dan pencatatan, dari ke dalam jurnal
pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat berasal dari
"voucher register", jurnal pembelian (buku pembelian), atau dari perincian faktur-faktur terpisah
dari prosedur jurnal ataukah catatan harian. Jadi buku jurnal atau
pencatatan pengeluaran kas dipakai
sebagai control chek terhadap
buku-buku tersebut di atas.
3. Sebagian besar
pos-pos debet sebagai lawan pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang dan
biaya tetapi juga bisa berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca
serta rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan baik
dan posting ke pos debet. Suatu sistem
efektif mengenai pengeluaran
kas hal ini sangatlah penting sehingga
tidak kalah pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena
pengurus dan pimpinan suatu perusahaan harus
mengirim surat dan dapat
menjelaskan mengenai siapa yang berwewenang untuk menandatangani
cek. Semua pembayaran/ pengeluaran kas, sebaiknya dilakukan dengan cek atau
nama perusahaan ataukah chek voucher,
merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur sebagai pemberitahuan
tentang pembayaran bersama dengan ceknya, tembusannya merupakan catatan utang
yang menunjukkan suatu persetujuan
pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara otonomi.
Oleh karena penandatanganan cek-cek yang cukup banyak ini yang memerlukan suatu
ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang menandatangani cek harus mempertanggung
jawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak dimengerti sepenuhnya. Meskipun sistem pengendalian intern tidak
dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi dalam
hal ini perlu adanya pedoman dalam pembukuan.
Sistem dan
pembukuan dalam pengendalian intern yang
perlu diperhatikan, menurut Zaki Baridwan (2003 : 39) sebagai berikut :
1.
Sebelum faktor pembelian disetujui untuk dibayar, harus dilakukan pemeriksaan
perhitungan-perhitungannya dalam faktur dan dokumen-dokumen pendukungnya.
2
Dalam hal adanya
retur pembelian, maka jumlahnya harus dapat ditentukan untuk mengurangi
hutang yang akan dibayar.
3.
Semua hutang dibayar dalam periode potongan sehingga diperoleh potongan
pembelian.
4.
Jumlah saldo dalam buku pembantu hutang harus cocok dengan besarnya
saldo rekening kontrolnya dan dengan surat pernyataan piutang dari penjual
(kreditur).
5. Semua pengeluaran uang harus dengan
cek kecuali untuk pengeluaran dari kas kecil.
6. Pembentukan dana kas kecil
dengan impers sistem.
7.
Penandatanganan cek harus dipisahkan dari orang yang memegang buku cek.
8. Petugas yang menandatangani cek
dibedakan dari petugas yang menyetujui pengeluaran kas dan sedapat mungkin
ke- duanya harus menyarankan uang
jaminan.
9.
Harus ada pertanggung jawaban dari pemegang buku cek tentang nomor-nomor
cek yang digunakan, serta yang dibatalkan.
10. Tanggung jawab
penerimaan uang harus dipisahkan
dari tanggung jawab atas pengeluaran kas,
prinsip ini tidak berlaku untuk lembaga-lembaga keuangan
seperti bank.
11. Petugas pengeluaran uang harus
dipisahkan dari petugas
yang mengerjakan pembukuan kas.
12. Rekonsiliasi dilakukan laporan dibuat oleh
petugas yang tidak menandatangani cek, atau menyetujui
pengeluaran.
13. Persetujuan pengeluaran uang harus
didukung dengan faktur dari penjual yang sudah disetujui serta dokumen-dokumen
pendukung lainnya.
14. Cek untuk pengisian kas kecil dan
gaji pegawai harus dibuat atas nama penerima.
15. Sesudah dibayar, semua dokumen
pendukung harus di cap lunas atau dilubang agar tidak digunakan lagi.
16.
Dilakukan cuti berkala untuk petugas-petugas pengeluaran uang kas.
17. Transfer uang antara bank harus
dengan izin khusus dan dibuat rekening perantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar