2.1 Kajian Tentang Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif”
yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif
merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai
tujuan.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya “felling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki
motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya
yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip
pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa
belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan
dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam
belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar
dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka
pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
2.1.2 Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,
tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 :
123) ada tiga fungsi motivasi:
a. Motivasi sebagai pendorong
perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa
yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak
perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan
suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak
didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus
dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong timbulnya suatu
kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan
timbul perbuatan seperti belajar
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3
fungsi motivasi :
a. Mendorong manusia untuk
berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah
tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan
dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan
didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan
optimal.
2.1.3 Jenis motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat
kekuatan, yaitu:
a. Motivasi Primer
Motivasi
primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar
tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip
pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan
perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa
ingin tahu dan sebagainya.
b. Motivasi sekunder
Motivasi
sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif
sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif,
kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting
dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
2.1.4 Sifat motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar
tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar
siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono,
2002:90).
a. Motivasi Intrinsik
Adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya
pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku
pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa
pengetahuan yang ia dapatkan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia
belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya
motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi
ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi
belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam
Dimyati, 2002:91).
2.1.5 Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi
menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan
akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis adalah
berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan,
pangan.
b. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan
dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan
cemas.
c. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam
lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju.
d. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan
jati diri.
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah
kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya.
Kebutuhan-kebutuhan
ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi
, akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai
kebutuhannya dapat terpenuhi.
2.1.6 Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi
pada diri seseorang itu memiliki
ciri-ciri :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang
rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang
diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal.
Apabila seseorang mempunyai
ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan
belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar,
tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi
kesulitan belajar.
2.1.7 Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita
atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar.
b. Kemampuan belajar
Dalam
belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya
penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi.
c. Kondisi siswa
Siswa
adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi
psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan
menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang
datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukuan hidup,
ketertiban pergaulan perlu dipertinggi
mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam
belajar
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses
belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan
bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar,
situasi dalam keluarga dan lain-lain.
f. Upaya guru dalam pembelajaran
siswa
Upaya
yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila
upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa,
maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.
Motivasi mempunyai peranan penting
dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui
motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan
semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat
belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
2.1.8 Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
Menurut Djamarah (2002:125) ada
beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah, antara lain :
a. Memberi angka
Angka
dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik
untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa
mendatang.
b. Hadiah
Hadiah
dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah
tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.
c. Kompetisi
Kompetisi
adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa
belajar.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan
kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah
sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa
akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Ulangan
bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar
jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan
merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat
belajar juga merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan
mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan
mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan
harapan hasilnya akan terus meningkat.
g. Pujian
Pujian
adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan
sekolah Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
h. Hukuman
Hukuman
merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak
akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat
untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat
untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik
sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku
belajar.
j. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar.
Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan
lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan
:membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman
yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan
berbagai macam metode menggajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan
tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup
penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk
belajar.
Dari berbagai uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah
:
a. adanya minat untuk belajar
akuntansi
b. tekun dalam menghadapi tugas
c. senang memecahkan soal-soal
d. ulet dalam mengatasi kesulitan
belajar
2.2 Kajian Tentang Metode Pembelajaran
2.2.1 Pengertian metode pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan
suatu metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan
materi yang diajarkan oleh guru.
Metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung
pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau
pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi
pelajaran akuntansi. menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses
belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat
situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya
serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut,
strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar
adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan
belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah
tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.
Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai
tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.2.2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi metode pembelajaran
Sebagai suatu cara,metode tidaklah
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih
mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang
khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut.
Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a. Anak didik
Anak
didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah,
gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada
aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
b. Tujuan
Tujuan
adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan dalam
pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan
kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang
dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Situasi
Situasi
kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke
hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang
diciptakan itu.
d. Fasilitas
Fasilitas
merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung
penggunaan metode eksperimen.
e. Guru
Setiap
guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
2.2.3 Syarat-syarat metode
pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20)
syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:
a. Metode mengajar harus dapat
mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
b. Metode mengajar harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
c. Metode mengajar harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode mengajar harus dapat merangsang
keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi
(pembaharuan).
e. Metode mengajar harus dapat mendidik murid
dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
f. Metode mengajar harus dapat meniadakan
penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau
situasi yng nyata dn bertujuan.
g. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan
cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.4 Macam-macam metode
pembelajaran
Proses belajar-mengajar yang baik,
hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian
atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan
kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar-mengajar. Menurut Djamarah (2002:93-110) macam-macam
metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Metode proyek
Metode
proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah,
kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan dan
bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah
perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya
melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah
tersebut.
b. Metode eksperimen
Metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
c. Metode tugas atau resitasi
Metode
resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini
diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materei
pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang
biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di
sekolah, di perpustakaan,dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang
anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan
sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.
d. Metode diskusi
Metode
diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara
bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaks, tukar
menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.
e. Metode sosiodrama
Metode
sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya sering
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
f. Metode demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
g. Metode problem solving
Metode
problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
h. Metode karya wisata
Karyawisata
dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti
umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Teknik karya wiasta adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar
siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu.
i. Metode tanya jawab
Metode
tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa,tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat
dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
j. Metode latihan
Metode
latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
k. Metode ceramah
Metode
ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam
metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini
banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.
Setiap metode pembelajaran mempunyai
keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif
dan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat siswa senang
dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dari uraian di atas,
indikator-indikator dari metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
a. membangkitkan motif dan minat
belajar siswa
b. mendidik siswa belajar sendiri
c. membangkitkan keinginan belajar
lebih lanjut
d. meniadakan verbalitas dalam
penyampaian materi
2.3 Kajian Tentang Lingkungan Sekolah
2.3.1 Pengertian lingkungan sekolah
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan
ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76).
Sekolah adalah wahana kegiatan dan
proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan,
pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004:18). Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu
Yusuf, 2001:54).
Sedangkan lingkungan pendidikan adalah
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan
tempat berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan
ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.
2.3.2 Faktor-faktor dalam
lingkungan sekolah
Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup :
a. Metode mengajar
Metode
mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar.
Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa
dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat,
efisien dan efektif mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu
sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan
berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
c. Relasi guru dengan siswa
Proses
belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh
relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai gurunya, juga
akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan
baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.
d. Relasi siswa dengan siswa
Siswa
yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan
batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan
berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan
berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut
memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa
akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
e. Disiplin sekolah
Kedisiplinan
sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan
sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam
bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan
layanan.
Seluruh
staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa
disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.
f. Alat pelajaran
Alat
pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran
tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu
mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan
bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar
akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan
lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar.
g. Waktu sekolah
Waktu
sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu
sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah dipagi hari adalah
adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi
jasmani masih baik.
Dari uraian di atas,
indikator-indikator dalam lingkungan sekolah pada penelitian ini adalah :
a. disiplin sekolah
b. relasi guru dengan siswa
c. relasi siswa dengan siswa
d. fasilitas sekolah
2.4 Kajian Tentang Lingkungan Keluarga
2.4.1 Pengertian tentang lingkungan
keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang
akan berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah.
Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengalaman yang dapat
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku dan prestasi seseorang.
Keluarga adalah kelompok sosial yang
pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45).
Keluarga adalah kelompok sosial kecil
yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan relatif
tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi (Ahmadi,
1991:167). Dalam arti luas keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin
kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan yang bermaksud saling menyempurnakan diri (Soelaeman, 1994:12).
Lingkungan menurut Purwanto dalam
(Asih, 2007:32) digolongkan menjadi tiga,yaitu:
1. Lingkungan Keluarga, yang disebut
juga lingkungan pertama.
2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga
lingkungan kedua.
3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga
lingkungan ketiga
Pengaruh pertama dan utama bagi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga.
Banyak sekali kesempatan dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan
berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi sangat besar pengaruhnya
terhadap prestasi seseorang. Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang
bersifat informal. Keluarga bersifat informal dapat diartikan bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang tidak mempunyai program resmi seperti yang
dimiliki lembaga pendidikan formal.
Apabila
hubungan orang tua dengan anak dan hubungan anak dengan anak berjalan dengan
harmonis maka kondisi tersebut memberi stimulus dan respons yang bik dari anak
sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Jadi yang dimaksud lingkungan keluarga
adalah suatu daerah yang tediri dari ayah, ibu dan anak untuk mencapai tujuan
bersama.
2.4.2 Faktor-faktor dalam
lingkungan keluarga
Menurut
Slameto (2003:60) lingkungan keluarga akan memberi pengaruh pada siswa berupa :
a. Cara orang tua mendidik
Cara
orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua
yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang tua tidak menyediakan
peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Dalam
mendidik anak hendaknya orang tua harus memberikan kebebasan pada anak untuk
belajar sesuai keinginan dan kemampuannya, tetapi juga harus memberikan arahan
dan bimbingan. Orang tua dapat menolong anak yang mengalami kesulitan dalam
belajar dengan bimbingan tersebut.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi
antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan
anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak. Demi
kelancaran keberhasilan belajar siswa, perlu diusahakan relasi yang baik dalam
keluarga tersebut. Hubungan yang baik didalam keluarga akan mensukseskan
belajar anak tersebut.
c. Suasana rumah
Suasana
rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang sering terjadi
dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana
rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah dirumah dan dapat belajar
dengan baik.
d. Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan
ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak. Pada kondisi ekonomi keluarga
yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak,
tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak.
Keadaan
ekonomi yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah dalam belajar. Orang tua
dapat memenuhi kebutuhan anak termasuk fasilitas belajar, sehingga orang tua
kurang perhatian pada anak karena merasa segala kebutuhan si anak sudah
dicukupi. Akibatnya anak kurang perhatian terhadap belajar.
e. Perhatian orang tua
Anak
perlu dorongan dan pengertian dari orang tua dalam belajar. Kadang anak yang
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan dorongan
untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak belajar jangan diganggu dengan
tigas-tigas rumah agar konsentrasi anak tidak terpecah.
f. Latar belakang kebudayaan
Tingkat
pendidikan dan kebiasaan orang tua juga berpengaruh terhadapsikap anak. Maka
perlu ditanamkan kebiasaan yang baik agar dapat mendorong anak semangat
belajar.
2.4.3 Fungsi keluarga
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi edukasi
Fungsi
edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya
dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi
ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut pula penentuan dan
pengukuan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan
perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyedian sarana
dan prasarana dan pengayaan wawasannya.
b. Fungsi sosialisasi
Tugas
keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi yang mantap tetapi
juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki kedudukan sebagai
penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Fungsi
sosialisasi dapat membantu anak menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial
secara mantap yang dapat diterima rekan-rekannya bahkan masyarakat.
c. Fungsi lindungan atau fungsi
proteksi
Mendidik
hakekatnya bersifat melindunggi yaitu melindungi anak dari tindakan yang tidak
baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak dari
ketidak mampuannya bergaul dengan lingkungan bergaulnya, melindungi dari
pengaruh yang tidak baik.
d. Fungsi afeksi atau fungsi
perasaan
Anak
berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya dengan keseluruhan
pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik
serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan
anak dalam keluarga. Makna kasih sayang orang tua pada anaknya tidak tergantung
dari banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut
dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah
menciptakan suasana perasaan sehat dalam keluarga.
e. Fungsi religius
Keluarga
wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk
menjadi insan yang beragama sehingga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan
hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan.
f. Fungsi ekonomis
Fungsi
ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan serta
pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua
akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan ekonomi rendah
menganggap anak sebagai beban. Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi
kemungkinan dapat memenuhi semua kebutuhan akan tetapi dalam pelaksanaanya
tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagai mana mestinya karena ekonomi
keluarga tidak tergantung dari materi yang diberikan.
g. Fungsi rekreasi
Rekreasi
dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan damai, jauh dari
ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan
dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan
kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga
secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup
berkeluarga.
h. Fungsi biologis
Fungsi
biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis
anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan
kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus dan lain-lain. Dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi itu hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisahkan
fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu pihak saja.
Dari uraian diatas, maka
indikator-indikator lingkungan keluarga dalam penelitian ini adalah :
a. cara orang tua mendidik
b. keadaan ekonomi keluarga
c. hubungan antar anggota keluarga
d. pengertian orang tua
2.5 Kajian Tentang Prestasi Belajar
2.5.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Menurut Garry and Kingsley yang dikutip
oleh Sudjana (1989:5), menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang orisinil melalui latihan-latihan dan pengalaman.
Secara psikologi, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku.
Belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2003:27).
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.
2.5.2 Ciri-ciri Belajar
Menurut Djamarah (2002:15).ciri-ciri
belajar adalah:
a. Perubahan yang terjadi secara
sadar
Individu
yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya
individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya
ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,
kebiasaannya bertambah.
b. Perubahan dalam belajar
bersifat fungsional
Perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis.
Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif
Dalam
belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya
bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara
Perubahan
yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini
berarti bahwa tingkah laku yang terjadi
setelah belajar akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan
atau tararah
Perubahan
tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar
terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku
Perubahan
yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia
akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
2.5.3 Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Dimyati (2005:30),
prinsip-prinsip belajar adalah:
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Apabila
bahan pelajaran tersebut dirasa penting, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Motivasi berkaiatan erat dengan minat. Siswa yang mempunyai
minat akan cenderung perhatian dan timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
tertentu.
b. Keaktifan
Keaktifan
anak akan mendorong untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi
sendiri. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan langsung atau
berpengalaman
Dalam
belajar melalui pengalaman, siswa tidak hanya mengamati tetapi menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab terhadap hasilnnya.
d. Pengulangan
Prinsip
belajar menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut
teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya: mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya yang dilatih akan
menjadi sempurna.
e. Tantangan
Dalam
belajar, siswa menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan belajar. Agar timbul
motif pada anak untuk mengatasi hambatan tersebut, bahan pelajaran haruslah
menantang. Tantangan yang dihadapi membuat siswa bergaiarah untuk mengatasinya.
f. Balikan dan penguatan
Siswa
akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Dengan hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
untuk usaha belajar selanjutnya. Balikan yang diterima melalui penggunaan
metode akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
g. Perbedaan individu
Siswa
merupakan individu yang unik. Tipe siswa mempunyai perbedaan satu dengan yang
lain. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
2.5.4 Teori-teori belajar
Macam-macam teori belajar antara lain:
a. Teori belajar menurut ilmu
jiwa daya
Menurut
pandangan teori ini, bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini
adalah kekuatan yang tersedia. Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu
pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Oleh karena
itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar,
latihlah semua daya yang ada di dalam diri.
b. Teori belajar menurut ilmu jiwa
gestalt
Gestalt
adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari
Jerman.Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari
bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.
Dalam
belajar, menurut teori gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama,
yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
insight.
c. Teori belajar menurut ilmu jiwa
asosiasi
Menurut
pandangan teori ini bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan
bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian
melahirkan konsep keseluruhan.
d. Teori konektionisme
Thorndike
adalah orang yang mengemukakan teori konektionisme. Menurut Thorndike dasar
dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls
atau bertindak. Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi
suatu hubungan yang erat apabila sering dilatih.
e. Teori Kontruktivisme
Menurut
teori kontruktivisme, belajar merupakan proses untuk merekonstruksi makna,
sesuatu mungkin itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain.
Belajar proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki sehingga pengertiannya
menjadi berkembang.
Jadi
menurut teori kontruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif dimana subyek
belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subyek belajar juga mencari sendiri
sesuatu yang mereka pelajari.
2.5.5 Pengertian Prestasi
Belajar
Prestasi merupakan hasil yang
dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu (Tu’u
2004:75). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar merupakan penguasaan terhadap mata
pelajaran yang ditentukan lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini, prestasi belajar dapat dirumuskan :
a. Prestasi belajar adalah hasil
belajar yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
b. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai
aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
c. Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan
melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Jadi prestasi belajar berfokus pada
nilai atau angka yang dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai
tersebut dinilai dari segi kognitif karena guru sering memakainya untuk melihat
penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil belajar siswa.
Menurut Sudjana (1990:23), mengatakan
“diantara ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, maka
rana kognitif sering dinilai para guru di sekolah”
Prestasi belajar dalam penelitian ini
adalah rata-rata nilai ulangan harian
mata pelajaran akuntansi yang diperoleh siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten semester1 tahun
pelajaran 2006/2007 .
2.5.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Merson U.Siagalang dalam Tu’u
(2004:78) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari:”kecerdasan,
bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar” (Kartini
Kartono,1990:1-6)
a. Faktor kecerdasan
Biasanya
kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Kecerdasan
menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami,
mengerti dan memecahkan problem tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku
berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya.
b. Faktor bakat
Bakat
adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, warisan
orang tua. Bakat tiap siswa berbeda-beda. Bakat-bakat yang dimiliki siswa
tersebut apabila diberi kesempatan untuk bisa dikembangkan dalam pembelajaran
akan dapt mencapai prestasi yang optimal.
c. Faktor minat dan perhatian
Minat
adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu, sedangkan perhatian adalah
melihat dan mendengarkan dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa
berminat terhadap suatu pelajaran biasanya siswa cenderung memperhatikan dengan
baik.
d. Faktor motif
Motif
adalah dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Dalam belajar, jika
siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, siswa akan berusaha keras mencapai
prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi akan berdampak kurang baik
terhadap prestasi belajar.
e. Faktor cara belajar
Keberhasilan
belajar dipenggaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien
memungkinkan tercapainya prestasi yang optimal. Cara belajar yang efisien
sebagai berikut :
f. Faktor lingkungan keluarga
Sebagian
waktu seorang siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik-kakak siswa adalah
orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga merupakan
salah satu potensi yang besar dan positif untuk memberi pengaruh pada prestasi
belajar siswa. Orang tua sebaiknya memberi dorongan, semangat, bimbingan dan
teladan yang baik kepada anaknya. Suasana hubungan dan komunikasi yang lancar
antara orang tua dengan anak, ekonomi orang tua, kelengkapan fasilitas belajar
juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
g. Faktor sekolah
Selain
keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh
pada prestasi belajar siswa. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah
terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman
nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan.
Apabila sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif, maka akan menorong
pencapaian prestasi belajr yang optimal.
Jadi keberhasilan siswa mencapai
prestasi yang optimal dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari kecerdasan, pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat dan
perhatian terhadap pelajaran, motivasi yang kuat, cara belajar yang efisien,
strategi pembelajaran yang bervariasi, suasana keluarga yang mendorong siswa
maju, lingkungan sekolah yang kondusif
bagi kegiatan pembelajaran.
2.5.7 Faktor-faktor yang menghambat
prestasi belajar s iswa
Menurut Kartono Kartini dalam Tulus
Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar siswa antara
lain :
a. Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi :
1. Faktor kesehatan
Siswa
yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan anak tertinggal pelajarannya.
Karena itu, orang tua harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan makanan
yang bergizi.
2. Faktor kecerdasan
Siswa
dengan kecerdasan yang kurang menyebabkan siswa tersebut lambat dan akan
tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu,
kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan belajar siswa.
3. Faktor perhatian
Perhatian
disini terdiri dari perhatian di sekolah dan di rumah. Perhatian belajar di
rumah sering terganggu dengan acara televisi, kondisi keluarga dan rumah
sedangkan perhatian belajar disekolah sering terganggu dengan suasana
pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan
berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.
4. Faktor minat
Minat
merupakan kecenderunagn yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru
tidak menimbulkan minat, akan membuat siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
5. Faktor bakat
Bakat
adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila
pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi
belajar yang dicapai tidak optimal.
b. Penghambat dari luar
Penghambat dari luar meliputi :
1. Faktor keluarga
Faktor-faktor
tersebut berupa faktor orang tua misalnya cara orang tua mendididk yang kurang
baik, teladan yang kurang, faktor suasana rumah yang ramai an sering cekcok;
faktor ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor
sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, misalnya metode yang kurang
variatif dan membosankan siswa; faktor hubungan antara guru dan siswa yang
kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang pengguasaan terhadap
materi, faktor sarana di sekolah seperti buku-buku yang kurang, lingkungan yang
ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi yang baik.
3. Faktor disiplin sekolah
Disiplin
sekolah yang tidak ditegakkan dengan baik akan berpengaruh negatif terhadap
proses belajar anak. Misalnya siswa yang terlambat dibiarkan saja tanpa adanya
hukuman.
4. Faktor masyarakat
Faktor
media massa seperti acara televisi yang mengganggu waktu belajar, faktor teman
bergaul yang kurang baik, merupakan faktor yang paling banyak memepengaruhi
prestasi dan perilaku siswa.
5. Faktor lingkungan tetangga
Misalnya
tetangga yang pengangguran, pencuri, penjudi, peminum merupakan lingkungan yang
dapat bergaul terhadap hasil belajar siswa.
6. Faktor aktivitas organisasi
Jika
siswa mempunyai banyak aktivitas organisasi selain menunjang hasil belajar,
dapat juga menganggu hasil belajar jika tidak dapat menggatur waktu dengan
baik.
2.5.8 Prestasi belajar Akuntansi
Prestasi belajar akuntansi merupakan
prestasi belajar yang dicapai siswa dengan kegiatan belajar secara efektif di
sekolah, khususnya setelah siswa atau individu mempelajari mata pelajaran
akuntansi yang diberikan guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar tersebut baik faktor internal maupun faktor eksternal
dilakukan melalui pengalaman belajar mata pelajaran akuntansi. Pencapaian
prestasi belajar dalam mata pelajaran akuntansi biasanya ditunjukkan dengan
angka yang mencerminkan seberapa besar siswa mampu menguasai materi yang telah
diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.6 Kajian Tentang Akuntansi
2.6.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu
organisasi (Jusup, 2001:5).
Akuntansi adalah bahasa atau alat
komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan berupa
posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu
bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Dengan
informasi ini pembaca laporan keuangan tidak perlu lagi mengunjungi suatu
perusahaan atau melakukan intervieu untuk mengetahui keadaan keuangannya, hasil
usahanya maupun memprediksi masa depan perusahaan.
2.6.2 Bidang spesialisasi akuntansi
Perkembangan dunia usaha yang semakin
pesat mengakibatkan masalah-masalah yang
dihadapi manajemen semakin komplek sehingga pada bidang-bidang tertentu perlu
penanganan khusus. Sehubungan dengan kepentingan tersebut kekhususan pada
bidang kegiatan akuntansi, antara lain sebagai berikut:
a. Akuntansi Keuangan
Akuntansi
keuangan pbertujuan menyediakan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern
perusahaan (manajemen) dan pihak-pihak ekstern seperti bank, investor, kreditur
dan masyarakat umum
b. Akuntansi Biaya
Akuntansi
biaya bertujuan menyediakan informasi biaya untuk kepentingan intern perusahaan
(manajemen), antara lain informasi harga pokok produk yang diperlukan untuk
menentukan harga jual dan penyusunan laporan keuangan.
c. Akuntansi Manajemen
Tujuan
kegiatan akuntansi manajemen adalah menyediakan data yang diperlukan manajemen
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, dan dalam penyusunan rencana kegiatan
operasi dimasa yang akan datang.
d. Akuntansi Pemeriksaan
Akuntansi
pemeriksaan (auditing) adalah bidang akuntansi yang berhubungan dengan kegiatan
pemeriksaan terhadap catatan hasil kergiatan akuntansi keuangan.
e. Akuntansi Perpajakan
Bidang akuntansi perpajakan berhubungan dengan
penentuan objek pajak yang menjadi tanggungan perusahaan serta perhitungannya.
f. Akuntansi Anggaran
Bidang
kegiatan akuntansi berhubungan dengan pengumpulan dan pengolahan data operasi
keuangan yang sudah terjadi serta taksiran kemungkinan yang akan terjadi, untuk
kepentingan penetapan rencana operasi keuangan perusahaan (anggaran) dalam
suatu periode tertentu.
g. Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi
pemerintahan adalah bidang akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan
masalah pemeriksaan keuangan negara.
2.6.3 Pemakai informasi akuntansi
Menurut
Jusup (2001:7), pihak-pihak yang memerlukan informasi akuntansi adalah
sebagai berikut:
a. Pemilik
Pemilik
berkepentingan mengetahui perkembangan dan kondisi perusahaan yang dapat
diperoleh dari laporan keuangan yang dibuat pihak manajemen
b. Manajer
Manajer
perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk menyusun perencanaan
perusahaannya,mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan
dan melakukan tindakan koreksi yang diperlukan.
c. Investor
Investor
melakukan penanaman modal dalam perusahaan dengan tujuan untuk mendapat hasil
yang sesuai dengan harapannya.Para investor harus melakukan analisis atas
laporan keuangan perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat penanaman
modalnya.
d. Kreditur
Kreditur
memerlukan informasi akuntansi, untuk menilai apakah kredit telah digunakan
sesuai dengan tujuan yang telah disepakati
e. Instansi Pemerintah
Informasi akuntansi merupakan sumber utama
bagi badan pemerintah seperti badan pelayanan pajak untuk menetapkan besarnya
pajak perusahaan.
f. Karyawan
Karyawan
dapat memanfaatkan informasi akuntansi sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan negosiasi dengan pihak manajeman berkenaan dengan upah, gaji, jaminan
sosial.
Mata
pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa SMA jurusan Ilmu Sosial.Penguasaan siswa terhadap mata pelajaran
akuntansidapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan pembukuan.
Selain
menggunakan teori sebagai landasan di dalam penelitian, ada beberapa penelitian
terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Berikut ini
penyajiannya dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel
2.1
Tabel
Penelitian Terdahulu Sebagai Dasar Penelitian
No.
|
Judul Skripsi
|
Variabel
|
Hasil Penelitian
|
1.
|
Pengaruh
Motivasi, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi SMK Negeri 1 Batang Tahun Ajaran
2005/2006
(Dian
Pratiwi Vikka).
|
Motivasi
Belajar
Metode
Pembelajaran
Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
Orang Tua
|
Terdapat
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar.
MB
sebesar 48,3%, MP 41,8%, LS 26,08%, LK 19,6%.
|
2.
|
Pengaruh
Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Metode Pembelajaran
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII sma Virgo Fidelis Bawen
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
(Yustina
Sulistyaningsih).
|
Motivasi
Belajar
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
Metode
Pembelajaran
|
Terdapat
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar.
MB
sebesar 83,33%, LK sebesar 20,72%, LS 17,83%, MP 20,27.
|
3.
|
Pengaruh
Motivasi Belajar, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan
Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 12
Semarang.
(Yatik
Hidayati).
|
Motivasi
Belajar
Metode
Pembelajaran
Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
Keluarga
|
Terdapat
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar.
MB
sebesar 29%, MP 65,79%, LS 49,02 dan
LK 54,18%
|
4
|
Pengaruh
Motivasi, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jekulo
Kudus Tahun Ajaran 2005/2006.
(Agus
Sulistyaningsih)
|
Motivasi
Belajar
Metode
Pembelajaran
Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
Keluarga
|
Terdapat
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar.
MB
sebesar 13,3%, MP 25,59%, LS 18,51%, LK 60,34%.
|
5
|
Pengaruh
Motivasi Belajar, Metode Pembelajaran, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan
Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Karang Anyar Demak Tahun Ajaran 2006/2007.
(Agusta
Ika Amalia).
|
Motivasi
Belajar
Metode
Pembelajaran
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
|
Terdapat
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar.
MB
sebesar 38,60%, MP sebesar 16,21%, LK 10,24% dan LS sebesar 8,53%
|
Pada
tabel 2.1 menggambarkan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel yaitu
motivasi belajar, metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga terhadap prestasi belajar siswa.
Slameto
(2003 : 54) mengatakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor,
yaitu faktor dari dalam (faktor intern) dan faktor dari luar (faktor ekstern).
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Pada tahun 2006 Dian melakukan penelitian di SMK Negeri
1 Batang. Di dalam penelitiannya tersebut dia menyatakan bahwa motivasi belajar
memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar yaitu sebesar
0,483 (48,3%). Angka tersebut memiliki
makna bahwa setiap terjadi kenaikan motivasi belajar sebesar satu satuan maka
akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,483 (48,3%) begitu juga
sebaliknya, apabila terjadi penurunan motivasi belajar sebesar satu satuan maka
akan diikuti penurunan prestasi belajar sebesar 0,483 (48,3%). Penelitian
sejenis juga dilakukan oleh Yustina, Yatik, Agus dan Agusta. Mereka juga
menyatakan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar
sebesar 83,33% (Yustina), 29% (Yatik), 13,3% (Agus) dan sebesar 38,60%
(Agusta).
Selain
faktor dari dalam (faktor intern), ada faktor ekstern yang mempengaruhi
prestasi belajar salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Di dalam penelitiannya Dian menyatakan bahwa metode pembelajaran
mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar yaitu sebesar 0,418
(41,8%) artinya bahwa setiap terjadi kenaikan metode pembelajaran sebesar satu
satuan maka akan diikuti peningkatan prestasi belajar sebesar 0,418 (41,8),
begitu juga sebaliknya jika terjadi penurunan kualitas metode pembelajaran
sebesar satu satuan maka juga diikuti penurunan prestasi belajar sebesar 0,418
(41,8%). Hasil ini didukung oleh hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Yustina yaitu sebesar 0,2027 (20,27%), Yatik 0,658 (65,79%), Agus 0,256 (25,59)
serta Agusta sebesar 0,162 (16,21%).
Selain metode
pembelajaran, lingkungan sekolah juga merupakan faktor ekstern yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan oleh Yustina dalam
penelitiannya, dia menyatakan bahwa lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 0,1783 (17,83%). Artinya
jika terjadi kenaikan kualitas lingkungan sekolah sebesar satu satuan maka akan
diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,1783 (17,83%), dan sebaliknya jika
terjadi penurunan kualitas lingkungan sekolah sebesar satu satuan maka akan
diikuti penurunan prestasi belajar sebesar 0,1783 (17,83%). Hasil penelitian
ini sesuai dengan pendapat Tu’u ( 2004 : 18) bahwa sekolah merupakan wahana
yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap , perilaku, dan
prestasi seorang siswa. Selain itu juga didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yatik, Dian, Agus serta Agusta. Mereka juga menyatakan bahwa
lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap pretasi belajar siswa yaitu
sebesar 26,08% (Dian), 49,02% (Yatik), 18,51% (Agus) serta 8,53% (Agusta
Ika).
Hasil
penelitian yang lain yang dijadikan sebagai acuan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Agus pada tahun 2006, Dalam hasil penelitiannya, dia
mengungkapkan bahwa lingkungan keluarga juga memiliki pengaruh terhadap
prestasi belajar sebesar 0,256 (25,59%). Artinya, jika terjadi kenaikan
kualitas lingkungan keluarga sebesar satu satuan maka akan diikuti kenaikan
prestasi belajar sebesar 0, 256 (25,59%), dan sebaliknya, jika terjadi
penurunan kualitas lingkungan keluarga sebesar satu satuan maka akan diikuti
penurunan prestasi belajar sebesar 0,256 (25,59%). Hal ini sesuai dengan
pendapat Tu’u ( 2004 : 16) yang menyatakan bahwa perjumpaan dan interaksi di
dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi seseorang. Selain itu
juga didukung oleh hasil penelitian yang lain yang menyatakan lingkungan
keluarga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar yaitu sebesar 20,72%
(Yustina), 19,6% (Dian), 54,19% (Yatik) dan 10,24% (Agusta Ika).
2.7 Kerangka
Berfikir
Belajar merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sadar oleh manusia untuk mencapai perubahan. proses atau usaha
yang dilakukan seseorang untuk mencapai perubahan. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto,2003:2).
Kegiatan belajar siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor,baik faktor yang
berasal dari dalam diri siswa maupun
yang berasal dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi,
perhatian sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti metode
pembelajaran, lingkungan sekolahdan lingkungan keluarga. Kedua faktor tersebut
sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Salah satu faktor dari dalam diri siswa
yang mempengahi belajar adalah motivasi. Motivasi merupakan faktor utama yang
harus ada dalam belajar.Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar.Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
belajar siswa.Untuk itu agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal,
siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Seorang siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang tinggi dapat diketahui pada saat ia mengikuti pelajaran, seperti
adanya minat untuk belajar akuntansi, tekun dalam menghadapi tugas, senang
memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Motivasi belajar
agar dapat aktif dan berfungsi dengan baik membutuhkan rangsangan dari luar
seperti metode pemblajaran yang digunakan oleh guru, lingkungan sekolah serta
lingkungan keluarga.
Proses belajar mengajar di sekolah
tidak dapat dipisahkan dari peran serta guru sebagai pengajar yang memberikan
ilmu pengetahuan sekaligus sebagai pendidik yang mengajarkan nilai-nilai,
akhlak maupun sosial. Seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran perlu
memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa
merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan, karena metode
pembelajaran merupakan alat untuk menjembatani penyampaian materi. Dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan disesuaikan dengan materi yang
diajarkan diharapkan siswa lebih senang dan termotivasi untuk belajar
akuntansi.
Lingkungan sekolah adalah lingkungan
yang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar siswa. Di
sekolah siswa akan menerima pelajaran dan berinteraksi dengan anggota sekolah
misalnya guru, kepala sekolah siswa lain dan pegawai. Sekolah merupakan tempat
belajar formal dengan seperangkat aturan-aturannya. Apabila sekolah berhasil
menciptakan situasi belajar yang kondusif,
hubungan dan komunikasi yang baik antar warga sekolah, metode pembelajaran yang
aktif, penyediaan fasilitas yang memadai, serta siswa yang tertib dan disiplin
maka akan mendorong siswa untuk belajar dan berkompetensi dalam pembelajaran
dengan baik sehigga hasil belajar.
Selain lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga juga mempengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Keluarga merupakan suatu lingkungan yang terdiri dari
orang-orang terdekat bagi seorang anak (Tu’u,2004:16). Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang utama bagi siswa. Di lingkungan keluarga terjadi
banyak interaksi, terutama dengan orang tua. Perhatian dan teladan dari orang
tua yang baik sangat diperlukan. Selain itu orang tua harus dapat menciptakan
kondisi yang harmonis dalam keluarga seperti menciptakan situasi rumah yang
menyenangkan dan memberikan motivasi pada siswa untuk belajar, serta penyediaan
fasilitas belajar.Hal itu akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah yang kondusif akan mendorong timbulnya motivasi belajar didalam siswa
sehingga pencapaian prestasi belajar dapat optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat disederhanakan menjadi :
Metode Pembelajaran
Prestasi
belajar
Motivasi
Lingkungan sekolah
Lingkungan keluarga
II. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penalitian ini adalah :
1. Ada pengaruh antara metode
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1Karanganom
Klaten.
2. Ada pengaruh antara lingkungan sekolah
terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
3. Ada pengaruh antara lingkungan keluarga
terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
4. Ada pengaruh antara motivasi terhadap
prestasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
5. Ada pengaruh antara metode pembelajaran
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
6. Ada pengaruh antara lingkungan sekolah
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
7. Ada pengaruh antara lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar