Powered By Blogger

Selasa, 17 Januari 2017

Pengendalian Piutang

      Sebagaimana diketahui, piutang merupakan salah satu bagian penting dalam harta lancar perusahaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pengendalian piutang merupakan suatu perangkat alat yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan perusahaan. Dengan kata lain resiko tidak tertagihnya piutang dari para langganan tetap, adalah tanggung jawab bersama di antara fungsionaris perusahaan. Untuk mengantisipasi timbulnya kerugian akibat tidak tertagihnya piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pijaman atau menambah pinjaman sebelumnya, pihak perusahaan terlebih dahulu mengadakan evaluasi tentang keadaan atau kemampuan ekonomis calon pembeli yang dapat disesuaikan dengan keadaan oleh  Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  (2004,  56).                                                                                                                    
      Ada dua hal kemungkinan dapat menimbulkan kerugian piutang, yaitu akibat dari kecerobohan atau kekurangan hati-hatian perusahaan pada saat terjadi apabila transaksi penjualan barang dan jasa dapat terjadi kerugian karena keinginan buruk pembeli dengan sengaja menyia-menyiakan kepercayaan yang diberikan perusahaan (produsen/penjual). Dan untuk kemungkinan kedua yang mengarah pada kerugian piutang, yang tidak boleh diabaikan oleh pihak perusahaan, musibah yang menimpa para pelanggan seperti bencana alam, perampokkan dan lain-lain. Masalah kedua ini selain mengakibatkan kegurian piutang, juga akan mempengaruhi seluruh kebijaksanaan perusahaan.                                                      
      Kerugian piutang yang tidak tertagih, merupakan persoalan timbul setelah terjadinya transaksi penjualan barang dan jasa, dan hal ini sering diketahui dalam jangka waktu yang relatif lama.  Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh keadaan  ekonomi dan kebijakan penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
      Apabila perusahaan menurunkan standar pemberian pinjamannya, maka penjualan akan meingkat yang berarti pula meningkatnya piutang. Meningkatnya piutang perusahaan selain dapat meningkatkan keuntungan, juga perusahaan harus menanggung beban investasi piutag yang besar. Dalam hubungan ini Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  (2004,  76) lebih lanjut mengmukakan 5 hal yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam  piutang, yaitu :                                                      
"1. Syarat pembayaran penjualan kredit
 2. Volume penjualan kredit
 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
 4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan modal
 5. Kebijaksanaan membayar dari langganan".
1)   Syarat pembayaran penjualan kredit
       Syarat pembayaran penjualan kredit bersifat tidak tetap (sewaktu-waktu ketat dan sewaktu-waktu lunak). Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti perusahaan lebih mementingkan kredit dari pada pertimbangan profitabilitas.
2)   Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar investasi dalam piutang. Dengan demikian untuk memperbesar penjualan kredit dalam setiap tahun, berarti perusahaan menyediakan investasi piutang yang lebih besar pula, dan demikian halnya dengan  masalah  profitabilitas. Akan tetapi  perusahaan juga diharapkan dengan masalah resiko, dalam arti bahwa makin besar piutang, juga makin besar resiko kerugian akibat tidak tertagihnya piutang tersebut.
3)    Ketentuan tentang pembatasn kredit
       Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon kredit yang diberikan kepada para pelanggan. makin besar plafon pinjaman yang ditetapkan untuk setiap pelanggan berarti makin besar pula  dana yang diinvestasikan dalam piutang, demikian pula ketentuan mengenai siapa yang diberikan pinjaman. Makin selektif langganan  yang  dapat  di berikan  kredit atau  pinjaman akan dapat memperbaiki besarnya investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan pinjaman disini adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4)    Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
       Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan di dalam hal pengumpulan  piutangnya secara aktif dan pasif.
Perusahaan yang secara aktif menagih piutang memiliki pengeluaran uang untuk aktivitas pengumpulan piutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pasif.
5)   Kebijaksanaan membayar dari pelanggan

      Ada kebiasaan dari sebagian pelanggan dalam membayar pinjamannya menggunakan kesempatan dengan alasan menunda pembayaran merasa ada keuntungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar