Sebagaimana
telah dikemukakan di atas, bahwa dengan menghubungkan setiap elemen dari
berbagai aktiva dan passiva dalam neraca pada suatu saat tertentu, maka akan
diperoleh gambaran mengenai keadaan financial pada suatu perusahaan. Dalam neraca
tersebut menggambarkan nilai aktiva, hutang dan modal pada suatu saat tertentu, sedangkan laporan rugi laba menggambarkan
hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. melalui laporan keuangan tersebut dapatlah
diketahui keadaan likuiditas dan
profitabilitas suatu perusahaan.
Masalah
likuiditas suatu perusahaan berhubungan erat dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi.
Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan harus mempunyai
alat-alat likuid yang berupa aktiva lancar yang jumlahnya harus lebih besar
dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi berupa hutang-hutang
lancar dalam waktu singkat.
Makin besar
jumlah aktiva lancar yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan hutang lancar, maka makin
besar tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Dan sebaliknya apabila jumlah
aktiva lancar lebih kecil daripada hutang lancar, berarti bahwa perusahaan
tersebut berapa dalam likuid.
Berapa
penulis mengemukakan batasan pengertian
rasio likuiditas antara lain Van Horne yang diterjamahkan oleh Junior
Tirok (1997: 16) mengemukakan rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur
tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Kemudian menurut J. Fred Weston (1999: 225),
diterje mahkan oleh Jaka Wasana, mengemukakan bahwa rasio-rasio likuiditas
adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi
kewajiban bila jatuh tempo.
Suatu
perusahaan dikatakan memeliki tingkat likuiditas yang baik apabila tingkat
likuiditas berada di atas standar 1 : 1. Dengan mementukan tingkat likuiditas
yang baik merupakan suatu tindakan hati-hati dari perusahaan dalam
mengantisipasi suatu keadaan.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada tingkat likuiditas suatu perusahaan
memegang peranan yang penting dan dapat perhatian utama apabila perusahaan
mengadakan analisis finansial, sebab tingkatan likuiditas suatu perusahaan
merupakan salah satu faktor lain yang menentukan berhasil tidaknya suatu
perusahaan dikelola karena mengakut penyediaan kebutuhan dana dan uang tunai
dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta turut menentukan
seberapa jauh perusahaan akan menanggung resiko, dimana faktor-faktor/ resiko
tersebut menyangkut dana jangka panjang
serta menyangkut hubungan antara dana pemegang saham.
Adapun
hubungan antar dana pemegang saham dan dana pinjaman jangka panjang biasanya di atas, olehnya itu dengan pembatasan
tersebut maka akan tetap dipertahankan tingkat standard yang berlaku untuk
pendapatan dan cadangan harta sebagai jaminan dana tersebut.
Jika
tingkat likuiditas harus dipertahankan pada standar yang normal, maka salah
tugas utama manajer adalah untuk menilai rencana kerja mereka dengan
memperhitungkan akan kebutuhan uang tunai untuk jaminan agar dapat memenuhi
kewajiban-kewajiban yang mana
kewajiban-kewajiban tersebut berasal dari luar perusahaan yang biasa disebut
likuiditas badan usaha, sedangkan kewajiban yang berasal dari dalam perusahaan
merupakan suatu untuk memperlancar jalannya operasional seperti gaji karyawan,
pembelian bahan baku yang mana kewajiban ini biasanya disebut dengan likuiditas
perusahaan atau likuiditas intern.
Tingkat
likuiditas badan usaha memeliki arti bahwa perusahaan tersebut harus menjaga
ketepatan janji keuangan pada pihak luar karena tanpa perusahaan maka
kelangsungan hidup perusahaan akan terancam, sedangkan likuiditas intern
menyangkut orang-orang yang sewaktu-waktu dapat menghambat jalannya operasi
perusahaan.
Suatu
perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila perusahaan
tersebut memiliki tingkat likuiditas yang wajar. Tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak
menganggur dan apabila terlalu rendah maka keselamatan perusahaan
terancam.
Adapun
beberapa peralatan rasio likuiditas oleh Syafaruddin Alwi (1998: 115) yang
dapat digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat likuiditas yaitu :
- Current
ratio
- Quick
ratio
- Cash
ratio
Namun dalam
hal ini penulis hanya menggunakan current ratio, maka sebab itu selain untuk
umum dipergunakan oleh perusahaan, currnet ratio juga merupakan peralatan yang
mengukur pada tingkat likuiditas secara kasar dibandingkan dengan yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini akan dijelaskan mengenai rasio likuiditas
yang diukur dengan current ratio.
Current
ratio merupakan ukuran yang sangat berharga dalam menilai kemampuan yang
dimiliki perusahaan dalam memenuhu hutang-hutang lancarnya yang segera jatuh
tempo. Akan tetapi suatu perusahaan dengan current rasio yang tinggi belum
tentu menjamin akan dapat membayar hutang perusahaan yang jatuh tempo karena
proporsi dan aktiva lancar yang tidak menguntungkan misalnya jumlah persediaan
yang relatif tinggi dibandingkan dengan taksiran pada tingkat penjualan yang akan datang, sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya saldo piutang yang besar sulit untuk ditagih.
Current
ratio yang terlalu tinggi yang menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva
lancar dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Namun timbul masalah
sampai pada tingkat manakah rasio tersebut akan dapat dipertahankan agar dapat
memenuhi kewajibannya dengan segera. Ukuran tentang current rasio yang tepat
bagi perusahaan tidak dapat ditentukan dengan pasti, oleh Bambang Riyanto
(2004: 25) mengemukakan bahwa pedoman current rasio 2 : 1 sebenar nya hanya
didasarkan pada prinsip hati-hati.
Jadi
tingkat likuiditas yang sebaiknya dipertahankan adalah 200 %. Namun pedoman ini
bukanlah merupakan pedoman yang mutlak dan hanya merupakan tidakan hati-hati
bagi perusahaan, sebab apabila suatu perusahaan menetapkan current rasio 2 : 1
atau 200 %, ini berarti bahwa setiap satu rupiah hutang lancar, dapat dijamin
dengan dua rupiah aktiva lancar.
Adanya
current rasio sebesar 200 % memberikan suatu petunjuk kepada manajer perusahaan
tentang berapa besar kredit yang bida dipinjan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek yang tidak mengganggu tingkat likuiditasnya menurut D. Hartanto (2001:
123).
Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung current rasio adalah sebagai berikut :
Aktiva
Lancar
Current Rasio
= ------------------- x 100 %
Hutang
lancar
Current
rasio ini merupakan indikator likuiditas yang dipakai secara luas, karena dapat
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutupi hutang
lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar