1 Sistem Penilaian Kinerja
Penilaian
prestasi kerja (Performance appraisal)
dalam rangka pengembangan sumber daya manusia adalah sangat penting artinya
dalam instansi tertentu dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Hal
ini mengingat bahwa dalam kehidupan organisasi setiap orang sumber daya manusia
dalam organisasi ingin mendapatkan penghargaan dan perlakuan yang adil dari
pemimpin organisasi yang bersangkutan.
Dalam
kehidupan suatu organisasi ada beberapa asumsi tentang perilaku manusia sebagai
sumber daya manusia, yang mendasari pentingnya penilaian prestasi kerja.
Asumsi-asumsi
dalam kehidupan organisasi, sebagai berikut :
a. Setiap orang ingin
memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan kerjanya sampai tingkat yang
maksimal.
b. Setiap orang ingin
mendapat penghargaan apabila ia dinilai melaksanakan tugas dengan baik.
c. Setiap orang ingin
mengetahui secara pasti tangga karier yang dinaikinya apabila dpat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
d. Setiap orang ingin
mendapat perlakuan yang objektif dan penilaian dasar prestasi kerjanya.
e. Setiap orang
bersedia menerima tanggung jawab yang lebih besar.
f. Setiap orang pada
umumnya tidak hanya melakukan kegiatan yang sifatnya rutin tanpa informasi.
Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja adalah
penting dalam suatu organisasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan
manajer dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kegiatan
mereka.
Secara
rinci manfaat penilaian prestasi kerja dalam suatu organisasi antara lain :
a. Peningkatan prestasi kerja, dengan adanya
penilaian, baik manajer maupun karyawan memperoleh umpan balik, dan mereka
dapat memperbaiki pekerjaan mereka.
b. Kesempatan kerja
yang adil, dengan adanya penilaian kerja yang akurat menjamin setiap karyawan
akan memperoleh kesempatan untuk menempati posisi pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya.
c. Kebutuhan-kebutuhan
pelatihan pengembangan, maka dengan
meningkatkan kinerja melalui penilaian prestasi kerja akan dideteksi
karyawan-karyawan yang tingkat kemampuannya rendah, dan kemudian memungkinkan
adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
d. Penyesuaian
kompensasi, adalah salah satu tujuan utama dalam meningkatkan prestasi kerja,
maka penilaian perstasi kerja dapat membantu para manajer untuk mengambil
keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi, gaji, bonus dan
sebagainya.
e. Hasil penilaian
prestasi kerja terhadap karyawan dapat dilakukan untuk mengambil keputusan
untuk mempromosikan karyawan yang berprestasi baik, dan demosi untuk karyawan
yang berprestasijelek.
f. Kesalahan-kesalahan
desain pekerjaan, biasa pekerjaan yang diberikan tidak diarahkan sehingga hasil
penilaian prestasi kerja dapat digunakan
untuk menilai menilai desain kerja. Artinya penilaian prestasi kerja ini dapat
membantu mendiagnosis kesalahan-kesalahan desain kerja.
g. Penyimpangan-penyimpangan
proses rekruitmen dan seleksi, untuk menilai prestasi kerja dapat digunakan
untuk menilai proses rekruitmen dan seleksi karyawan yang telah lalu. Prestasi
kerja yang sangat rendah bagi karyawan baru adalah mencerminkan adanya penyimpangan-penyimpangan
proses rekruitmen dan seleksi.
Sistem penilaian prestasi kerja dalam
suatu oganisasi mencakup beberapa elemen. Eelemen pokok sistem penilaian
prestasi kerja ini mencakup kriteria yang ada hubungannya dengan pelaksanaan
kerja, ukuran-ukuran kriteria tersebut, dan pemberian umpan balik kepada
karyawan dan manajer personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem
penilaian prestasi kerja, tetapi mereka yang melakukan penilaian prestasi kerja
pada umumnya atasan langsung karyawan yang bersangkutan.
Penilaian yang harus dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang yang diukur. Artinya penilaian tersebut
benar-benar menilai prestasi pekerjaan karyawan yang dinilai. Agar penilaian
mencapai tujuan ini maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yakni :
a. Penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
related), Artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai perilaku atau
kerja yang mendukung kegiatan organisasi di mana karyawan itu bekerja.
b. Adanya standar
pelaksanaan kerja (performance standards).
Standar pellaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai prestasi kerja
tersebut. Agar penilaian itu efektif, maka standar penilaian hendaknya
berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan setiap pekerjaan.
c. Praktis, sistem
penilaian yang praktis, bila mudah dipahami dan dimengerti serta digunakan,
baik oleh penilai maupun karyawan yangakan dinilai.
d. Metode penilaian,
adalah suatu metode untuk memberikan penilaian prestasi kerja pada umumnya
dikelompokkan menjadi dua macam, yakni penilaian yang berorientasi waktu yang
lalu, dan metode penilaian yang berorientasi pada waktu yang akan datang.
Instansi yang memberikan metode penilaian
prestasi pada karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, sebagai berikut
:
1. Metode penilaian prestasi kerja berorientasi
waktu lalu
Penilaian
prestasi kerja pada umumnya berorientasi pada masa lalu, artinya penilaian
prestasi kerja seseorang karyawan yang berdasarkan hasil yang telah dicapai
oleh karyawan selama ini. Pada metode yang berorientasi masa lalu ini mempunyai
kelebihan dalam hal perlakuan terhadap kerja yang telah terjadi dan sampai
derajat tertentu dapat diukur. Namun demikian, metode ini juga mempunyai
kelemahan yakni prestasi kerja pada waktu yang lalu tidak dapat diubah. Tetapi
dengan mengevaluasi prestasi kerja yang lalu para karyawan untuk memperoleh
umpang balik terhadap pekerjaan mereka. Selanjutnya umpang balik tersebut dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan-perbaikan prestasi mereka.
Teknik-teknik
penilaian prestasi kerja mencakup, sebagai berikut :
a. Rating Scale
Dalam hal ini penilai prestasi melakukan penilaian subjektif terhadap
prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu dari yang terrendah sampai dengan tertinggi. Penilai
memberikan tanda pada skala yang sudah ada tersebut dengan cara membandingkan
antara hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang telah ditentukan tersebut
berdasarkan justifikasi penilai yang bersangkutan.
b. Checklist
Dalam metode checklist penilai hanya
memilih pernyataan-pernyataan yang sudah tersedia dapat menggambarkan prestasi
kerja dan karakteristik-karakteristik karyawan yang dinilai. Cara ini dapat
memberikan gambaran prestasi kerja yang akurat, apabila pernyataan-pernyataan
dalam instrumen penilaian itu disusun secara cermat, dan diujui terlebih dahulu
tentang validitasi dan reliabilitasnya.
Misalnya
: 2 karyawan hasil pekerjaannya sama, oleh sebab itu mereka mempunyai nilai
yang sama. Pada hal dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut berbeda yang
satu mengerjakan dengan kasar (sikap negatif), sedangkan yang satu mengerjakan
dengan sikap yang baik.
c.
Metode peristiwa kritis
Dalam
metode penilaian ini didasarkan kepada catatan-catatan dari pimpinan atau
penilai karyawan yang bersangkutan. Pimpinan membuat catatan-catatan tentang
pekerjaan atau tugas-tugas dari karyawan yang akan dinilai. Catatan-catatan itu
tidak hanya mencakup hal yang negatif tentang pelaksanaan tugas saja, tetapi
juga hal-hal yang positif. Kemudian berdasarkan catatan-catatan peristiwa
kritis tersebut penilai atau pimpinan membuat penilaian terhadap karyawan yang
bersangkutan.
d.
Metode peninjauan lapangan
Metode
penilaian dilakukan dengan cara para penilai atau pimpinan melakukan terjun
langsung ke lapangan untuk menilai prestasi kerja karyawan.
e.
Tes prestasi kerja
Metode
penilaian ini dilakukan dengan mengadakan tes tertulis kepada karyawan yang
akan dinilai. Oleh karena apa yang dinyatakan (tes) dan jawaban dari karyawan
ini dalam bentuk tertulis, dan tidak mencerminkan langsung prestasi seseorang
maka metode ini termasuk tidak langsung.
2. Metode penilaian prestasi kerja berorientasi
waktu yang akan datang
Metode
penilaian prestasi kerja yang berorientasi waktu yang akan datang, memusatkan
prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan sasaran prestasi kerja di masa
yang akan datang.
Teknik-teknik
yang dapat digunakan antara lain :
a. Penilaian diri (self appraisals)
Metode penilaian ini menekankan bahwa
penilaian prestasi kerja karyawan dinilai oleh karyawan itu sendiri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk pengembangan diri karyawan dalam rangka pengembangan
organisasi
b.
Pendekatan management by objektive (MBO)
Metode
penilaian ditentukan bersama-sama antara penilai atau pimpinan dengan karyawan
yang akan dinilai. Mereka bersama-sama untuk menentukan tujuan-tujuan atau
sasaran-sasaran pelaksanaan kerja yang akan datang kemudian dengan menggunakan
sasaran tersebut penilaia prestasi kerja yang dilakukan secara bersama-sama.
c. Penilaian psikologis
Metode
penilaian dilakukan dengan mengadakan wawancara secara mendalam, diskusi atau
tes-tes psikologis terhadap karyawan yang akan dinilai. Aspek-aspek yang
dinilai antara lain, intelektual, emosi, motivasi dan sebagainya dari karyawan
yang bersangkutan. Dari hasil ini akan dapat membantu untuk memperkecil
prestasi kerja di waktu yang akan datang. Evaluasi ini relevan untuk
keputusan-keputusan penempatan atau perpindahan tugas di lingkungan organisasi.
d.
Teknik pusat penilaian
Di
dalam suatu organisasi yang sudah maju, terdapat satu pusat penilaian karyawan.
Pusat ini mengembangkan sistem penilaian yang baku dan dapat digunakan untuk
menilai para karyawannya. Hasil penilaian pusat ini sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi kemampuan manajemen di waktu-waktu yang akan datang.
3. Kriteria penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu
pedoman dalam bidang personalia untuk mengetahui dan menilai hasil kerja
karyawan selama periode tertentu. Perlu diketahui bahwa kinerja sangat erat
hubungannya dengan produktivitas individu, latihan dan pengembangan, perencanaan
karier/kenaikan pangkat serta pengupahan. Oleh karena itu informasi secara
rutin tentang kinerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta
menentukan kebijaksanaan di bidang personalia.
Secara terperinci,
tujuan penilaian kinerja menurut John Suprihanto dalam buku Penilaian Kinerja
dan Pengembangan Karyawan (2000 : 8), sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui
keadaan keterampilan dan kemampuan karyawan secara rutin.
b. Digunakan sebagai
dasar perencanaan bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja,
peningkatan mutu dan hasil kerja.
c. Digunakan sebagai
dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin, sehingga dapat
diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan
kenaikan jabatan.
d. Mendorong
terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
e. Mengetahui kondisi
perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi
karyawan dalam bekerja.
f. Secara pribadi
bagi karyawan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga
dapat memacu perkembangannya. Sebaliknya bagi atasan yang menilai akan lebih
memperhatikan dan mengenai bawahannya atau karyawannya, sehingga dapat membantu
dalam memotivasi karyawan dalam bekerja.
g. Hasil penilaian
kinerja dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di bidang personalia
secara keseluruhan.
Secara
sepintas memang dengan mudah dapat menilai suatu pekerjaan gagal atau sukses,
tetapi ukuran nyata sukses, gagal ataupun cukup sangat relatif. Apalagi jika
pekerjaan tersebut tidak dapat dihitung
hasilnya (output), misalnya bagian administrasi dan pekerjaan manajerial.
Tetapi dalam kondisi relatifpun sebaliknya dicoba disusun dan ditentukan
kriteria.
B. Flippo dalam buku Principle Of
Personal Management, (2002 : 9) dinyatakan bahwa syarat-syarat sistem penilaian
adalah relevance acceptabiitym
sencitivity dan practicality.
1. Relevance, berarti bahwa suatu sistem
penilaian yang digunakan untuk mengukur hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang ada
hubungannya. Hubungan yang ada kesesuaian antara hasil pekerjaan dan tujuan
yang ditetapkan terlebh dahulu.
2. Acceptability,
berarti hasil dari sistem penilaian tersebut dapat diterima dalam hubungannya
dengan kesuksesan dari pelaksanaan pekerjaan dalam suatu organisasi.
3. Reliability,
berarti hasil dari sistem penilaian tersebut dapat dipercaya (konsisten dan
stabil). Reliabilitas sistem penilaian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain waktu dan frekuensi penilaian.
4. Sensitivity,
berarti sistem penilaian tersebut cukup peka dalam membedakan atau menunjukkan
kegiatan berhasil/ sukses, cukup ataupun gagal/ jelek telah dilakukan oleh
seorang karyawan.
5. Practicality, berarti semua penilaian
agar dapat mendukung secara langsung tercapainya tujuan organisasi melalui
peningkatan produktivitas para karyawan.
Setelah sistem
penilaian ditentukan dan telah dijelaskan, maka selanjutnya ditentukan
kriteria keberhasilan suatu pekerjaan
yang biasanya meliputi kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan.
Acmad S. Ruky dalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia (2001 : 487) karakteristik yang diberlakukan secara umum untuk
semua pekerjaan dalam suatu lingkup organisasi/ perusahaan, yaitu :
a. Kuantitas
pekerjaan, yaitu volume pekerjaan yang dapat diselesaikan persatuan waktu.
b. Kualitas
pekerjaan, yaitu untuk mengukur ketepatan (akurasi) ketelitian dan kepuasan
orang yang dilayani.
c. Kejujuran, jujur
berarti berterus terang ( tidak munafik) dan mengatakan apa yang ada.
d. Ketaatan, yaitu
taat pada aturan dan atasan.
e. Inisiatif, yaitu
untuk mencari metode kerja yang lebih efektif dan efisien sehingga lebih cepat
menyelesaiakan tugas.
f.
Kecerdasan yaitu
suatu pengukuran yang berhubungan
dengan IQ dalam pekerjaan sehari-hari.
Penilaian aspek-aspek tersebut ditentukan
kriteria tertentu sehingga dapat diketahui bahwa seorang karyawan tingkat
prestasinya sangat memuaskan, kurang memuaskan, tidak memuaskan atau dengan
ungkapan lain tingkat prestasinya sangat baik, baik, cukup sedang dan kurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar