Piutang (Recevables) yang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu
dalam keadaan perputaran secara terus menerus dalam rantai perputaran modal
kerja dengan mengikuti perkembangan antara lain kas, inventory dan piutang.
Dalam keadaan yang normal dan dimana
penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat
likuiditas yang lebih tinggi dari pada inventori, karena perputaran dari
piutang ke kas membuktikan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga muncul yang namanya kredit.
Menurut Gunawan Adisaputro, Anggaran
Perusahaan (1999 : 38) bahwa adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya investasi dalam piutang adalah :
1. Volume
penjualan kredit
Makin besar proporsi
penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar investasi piutang.
Dengan makin besar volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti perusahaan
itu menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.
2. Syarat
pembayaran kredit
Syarat pembayaran
kredit bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat
pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan kredit daripada
pertimbangan profitabilitasnya.
3. Ketentuan
tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan
kredit perusahaan menetapkan batas maksimal atau plafon dari kredit yang
diberikan kepada para langganan.
4. Kebijaksanaan
dalam pengumpulan piutang
Perusahaan dalam
menjelaskan kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam mengumpulkan
piutang akan mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktivitas
mengumpulkan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang
menjalankan kebijaksanaan secara pasif.
5. Kebiasaan
membayar dari pada langganan
a. Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan mendapatkan cash/discount dan adapula yang tidak menggunakan
kesempatan tersebut.
b.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap mana
yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
- Alternatif pertama ialah apabila mereka akan
membayar pada hari ke 30 yang ini berarti mereka membelanjai pembelian
sepenuhnya dengan kredit penjualan (kredit leveransir).
- Alternatif kedua ialah kalau mereka membayar
pada hari ke 10 dengan mendapatkan cash discount, dengan meminjam uang dari
bank yang pada umumnya dengan tingkat bunga yang terlebih rendah dari pada
bunga kredit dari leveransir.
Dalam rangka upaya untuk
memperbesar volume penjualan perusahaan pada umumnya, khususnya perusahaan yang
berskala besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit ini tidak
segera menghasilkan uang kas, melainkan menimbulkan piutang langganan
akan piutang dagang. Pada saatnya nanti
akan jatuh tempo yang menimbulkan aliran kas masuk yang biasa disebut
cash inflow yang berasal dari pengumpulan piutang yang tertagih.
Untuk lebih jelasnya tentang pahaman piutang,
maka akan dikemukakan beberapa pengertian. Menurut Zaki Baridwan, Akuntansi,
Penyusutan dan Metode, (2001 : 94), pengertian piutang dagang adalah Piutang
dagang menujukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau
jasa-jasa yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu
satu tahun dan dikelompokkan ke dalam aktiva lancar.
Selanjutnya Mulyadi, Akuntansi Biaya,
Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Harga Pokok, (2000 : 418) mendefinisikan
piutang yaitu yang dimaksud dengan piutang (recevable) bukan hanya piutang para
langganan, tetapi meliputi piutang para pegawai, wesel tagih, piutang klaim,
biaya transpor, piutang klaim asuransi, saldo debet perkiraan lain. Namun
piutang para langganan merupakan yang terpenting dalam totalnya.
Dari pengertian di atas, termasuk kemponen
piutang dagang adalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Oleh karena itu
mengirim (penitipan) atau penjualan barang dalam bentuk konsinyasi tidak
dapat dicatat sebagai piutang sampai pada saat barang tersebut terjual.
Sedangkan piutang yang timbul dari angsuran
akan dipisahkan menjadi aktiva lancar, dan hal ini tergantung pada jangka waktu
angsuran tersebut. Piutang yang terjadi akibat penjualan barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tidak termasuk dalam kelompom piutang dagang,
melainkan dikelompokkan sendiri dengan sebutan piutang bukan dagang.
Sebagaimana disebutkan dalam uraian di
atas bahwa, piutang terjadi akibat transaksi penjualan barang dan jasa secara
kredit, atau terjadi karena kegiatan lain seperti memberian pinjaman. Dalam hubungan ini, Soemarsono SR, Analisa Laporan
Keuangan, (2001 : 331) menyatakan, sebagai berikut :
1. Piutang dagang atau piutang usaha, yaitu piutang yang
berasal dari penjualan kredit barang-barang dan jasa-jasa yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
2. Piutang yang
selain piutang dagang atau piutang usaha seperti piutang pegawai, piutang bunga,
piutang dari perusahaan afiliasi dan piutang persero dan lain-lain".
Mengenai piutang dagang, Al Haryono Yusuf, Dasar-Dasar
Akuntansi, (1998 : 72) memberikan pengertian yaitu Piutang dagang adalah
tagihan-tagihan kepada perorarangan atau
organisasi timbul dari penjualan barang-barang dan jasa-jasa secara kredit
tanpa disertai dengan suatu perjanjian secara tertulis yang formil.
Apabila pengertian terakhir ini diperhatikan dengan
saksama, menujukkan bahwa piutang pada dasarnya adalah suatu tuntutan keuangan
kepada pihak lain. Dalam pengertian
piutang ini. Ikatan Akuntansi Indonesia (1994 : 32) memberipandangan
sebagai berikut :
"1. Menurut
sumber terjadinya, piutang digolongkan
dalam dua katagori, yaitu piutang
piutang usaha yang meliputi piutang yang
timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi
dikatagorikan usaha tersebut digolongkan dalam katagori piutang lain-lain.
2. Piutang yang diperkuat dengan promes
disebut wesel tagih".
Dari beberapa pengertian piutang tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan aktiva lancar
perusahaan yang meliputi hal-hal, sebagai berikut :
1)
Penjualan barang dan jasa secara kredit
2)
Wessel tagih
3)
Piutang klaim biaya transfer
4)
Pinjaman kepada pegawai
5)
Pinjaman kepada perusahaan lain.
6)
Lain-lain pinjaman.
Penjualan barang dan jasa banyak
dilakukan dengan cara kredit, sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan
barang dan jasa diterimanya uang (hasil penjualan). Dalam tenggang waktu
tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeli. Salin tagihan dapat tercipta
dari penjualan barang dan jasa, tagihan dapat juga terjadi dari berbagai
kegiatan lain seperti memberikan pinjaman kepada karyawan, membayar uang muka
kepada akan perusahaan atau dapat terjadi dari
penjualan aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi dalam perusahaan
serta pengakuan akuntansi karena dasar waktu (acrrual basis).
Sebagai akibat diberikannya pinjaman, adalah
timbulnya tuntutan kepada pihak lain,
sebagaimana dikemukakan oleh
Zaki Baridwan, dalam bukunya Sistem Akuntansi, Penyusutan dan Metode, (2001:
931), yaitu tagihan disini dimaksudkan dengan klaim perusahaan atau uang,
barang - barang dan jasa jasa kepada pihak-pihak lain.
Piutang sesungguhnya merupakan elemen modal
kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam siklus
perputaran modal kerja yang berawal dari keinventory, piutang dan kembali
menjadi kas.Dalam keadaan yang normal, penjualan pada umumnya dilakukan dengan
cara kredit, piutang mempunyai tingkat likwiditas kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya yang segera harus dipenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar