Dalam suatu kegiatan
bisnis kita selalu dihadapkan pada berbagai persoalan atau masalah yang
memerlukan keputusan yang cepat dan tepat. Dalam bisnis
setiap permasalahan akan berdampak ekonomis yaitu keuntungan dan kerugian. Agar
seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka ia perlu mencari dan
menghasilkan yang terbaik. Informasi tersebut digunakan oleh pihak manajemen
dalam mengelolah perusahaan, pedoman perencanaan dan pengendalian agar tindakan
dan keputusan manajemen mencapai hasil yang optimal.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui perkembangan perusahaan. Posisi dan kondisi keuangan perusahaan
dapat diketahui dengan menelaah dan menganalisis laporan keuangan perusahaan
tersebut sehingga kita dapat menilai kinerja keuangan perusahaan pada periode
tertentu.
Pada umumnya perusahaan didirikan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan biaya tertentu dan dapat beroperasi dalam jangka waktu
yang tidak terbatas. Untuk memastikan bahwa tujuan tersebut tercapai maka perlu
dilakukan pengukuran rasio keuangan yang dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan
merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan,
termasuk data perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, penganalisa
menyadari bahwa beberapa rasio akan membantu dalam menganalisa dan
mengintreprestasikan posisi keuangan suatu perusahaan sehingga dapat diketahui
kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja sebagai refleksi dari pencapaian keberhasilan dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai dari berbagai aktivitas yang dilakukan, oleh karena
itu kinerja perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayahgunakan
berbagai sumber daya yang ada dalam perusahaan.
A. Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan
keuangan sangat erat hubungannya dengan akuntansi karena laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu berupa ringkasan atau
ikhtisar peristiwa-peristiwa keuangan suatu perusahaan untuk suatu periode
tertentu. Oleh sebab itu untuk memberikan suatu batasan yang baik, maka
terlebih dahulu akan diberikan pengertian akuntansi.
Munawir, Analisa Laporan
keuangan (2004 : 5) mengatakan bahwa akuntansi adalah seni daripada pencatatan,
penggolongan dan peringkasan daripada kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya
sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan
penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang
timbul dari padanya.
Pengertian laporan
keuangan menurut Myer dalam Munawir, Analisa Laporan Keuangan (2004 : 5) adalah
bahwa dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan
dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga
yaitu daftar surplus atau daftar laba yang dibagikan (laba yang ditahan).
S.S. Harahap, Analisa
Kritis Atas Laporan Keuangan (2006 : 105) mengatakan bahwa laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu.
Agnes Sawir, Analisis
Kinerja Keuangan dan Perncanaan Keuangan Perusahaan (2001 : 2) mengatakan bahwa
laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi, dari setiap transaksi
yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa.
Sehubungan dengan
pengertian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka laporan
keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba dan ditambahkan laporan perubahan
modal, semua ini menggambarkan tentang posisi keuangan perusahaan.
B.
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat
dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodic
yang dilakukan pihak manajemen atau akuntan.
Agnes Sawir, Analisis
Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (2001 : 2), tujuan laporan
keuangan sebagai berikut :
- Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
- Laporan
keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar
pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian
masa lalu.
- Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggung
jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
C.
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Telah disajikan pada
bagian terdahulu bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan pada umumnya
terdiri dari neraca, laporan rugi-laba dan laporan perubahan modal atau laba
ditahan. Berikut ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai jenis-jenis
laporan keuangan :
- Neraca
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan
Perusahaan (2004 : 19) bahwa neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan
pada suatu waktu tertentu. Sisi kiri menunjukkan aktiva perusahaan, sedangkan
sisi kanan neraca menunjukkan kewajiban dan ekuitas, atau klaim terhadap aktiva
tersebut.
Dwi Prastowo, Analisa Laporan Keuangan
(2001 : 16) mengatakan bahwa neraca adalah laporan keuangan yang memberikan
informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas) perusahaan pada
saat tertentu.
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan
(2004 : 13) mengatakan bahwa neraca adalah laporan yang sistematis tentang
aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal waktu tertentu, biasanya pada
waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhit tahun
fiscal atau tahun kalender.
Dengan demikian neraca terdiri dari
tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. Pada dasarnya aktiva dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian utama yaitu aktiva lancer dan aktiva tidak
lancer.
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan
(2004 : 14) mengatakan bahwa aktiva
lancer adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode
berikutnya.
Enny dkk dalam Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (2001 :169) mengatakan bahwa aktiva lancer adalah aktiva yang secara
normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun.
Penyajian pos-pos aktiva lancar di
dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, yang dimulai dari aktiva
yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid.
Yang termasuk kelompok aktiva lancar
adalah :
a.
Kas
atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
b.
Investasi
jangka pendek (surat-surat berharga) adalah investasi yang sifatnya sementara
(jangka pendek).
c.
Piutang
wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak
lain yang dinyatakan dalam suatu wesel
atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d.
Piutang
dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan)
sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan.
e.
Persediaan,
untuk perusahaan manufacturing yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi.
f.
Piutang
penghasilan adalah penghasilan yang masih harus diterima pembayarannya sehingga
merupakan tagihan.
g.
Persekot
adalah biaya yang dibayar dimuka.
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan
(2004 : 16) mengatakan bahwa aktiva tidak lancer adalah aktiva yang mempunyai
umur kegunaan relative permanent atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis
lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan).
Yang termasuk aktiva tidak lancar
adalah :
a.
Investasi
jangka panjang. Bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai kekayaan
atau modal yang cukup atau sering melebihi dari yang dibutuhkan, maka
perusahaan ini dapat menanamkan modalnya dalam investasi jangka panjang di luar
usaha pokoknya.
b.
Aktiva
tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit).
c.
Aktiva
tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak,
tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan
untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
d.
Beban
yang ditangguhkan adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang
mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun) atau suatu pengeluaran
yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya.
e.
Aktiva
lain-lain adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat
atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya.
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan
(2004 : 18) mengatakan bahwa hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana
atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat
dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka
panjang.
Hutang lancar atau hutang jangka
pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau
pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan.
Hutang lancar antara lain :
a.
Hutang
dagang adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara
kredit.
b.
Hutang
wesel adalah
hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang)
untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang
akan datang.
c.
Hutang
pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan
karyawan yang belum disetorkan ke kas Negara.
d.
Biaya
yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
e.
Hutang
jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian (seluruh) hutang jangka
panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan
pembayarannya.
f.
Penghasilan
yang diterima di muka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/ jasa yang
belum direalisir.
Hutang jangka panjang adalah kewajiban
keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang
(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).
Yang
termasuk hutang jangka panjang antara lain hutang obligasi dan pinjaman jangka
lain.
Modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),
surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
- Laporan Rugi-Laba
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan
Perusahaan (2004 : 17) mengatakan bahwa laporan rugi-laba adalah laporan yang
mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi
tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun.
Dari pengertian di atas, maka dapat
dilihat pentingnya laporan laba rugi sebab di dalam laporan tersebut tercantum
hasil yang diperoleh perusahaan. Begitupula kemajuan perusahaan dapat dilihat dari
laporan rugi laba.
- Laporan Perubahan Modal
S. R. Soemarso, Pengantar Akuntansi
(2004 : 133) mengatakan bahwa laporan perubahan modal adalah untuk mengetahui
perubahan besarnya modal selama satu periode akuntansi yang di ambil dari kolom
neraca.
Akun-akun pendapatan, beban dan prive
adalah akun-akun sementara yang digunakan untuk mengklasifikasikan dan
mengikhtisarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada akun modal selama satu
periode.
Ps. Djarwanto (2001 : 48) mengatakan
bahwa laporan perubahan modal yang disusun untuk perusahaan dengan cara
memperhitungkan pendapatan bersih yang diterima atau kerugian bersih yang di
derita, pemakaian prive dan penambahan modal bila ada.
- Laporan Laba Ditahan
Dewi Astuti (2004 : 21) bahwa laporan
laba ditahan adalah laporan bagian laba perusahaan yang telah disimpan dan
tidak dibayarkan sebagai dividen. Sedangkan menurut Ps. Djarwanto (2001 : 47)
menyatakan bahwa laporan laba ditahan adalah bagian laba yang ditanamkan
kembali dalam perusahaan.
Laporan laba yang ditahan adalah
laporan tentang perubahan modal selama jangka waktu tertentu, yang meliputi
saldo awal, perubahan modal dan saldo akhir.
D.
Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisa laporan
keuangan suatu perusahaan. Sofyan S. Harahap (2006 : 201) mengatakan bahwa
Analisa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi
unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara
data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.
Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
pada masa sekarang dan masa lalu, dengantujuan untuk menentukan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
E.
Pengertian Kinerja Keuangan
Pada prinsipnya kinerja
keuangan diartikan sebagai prestasi financial yang dicapai oleh suatu
perusahaan sehubungan dengan penggunaan dana dalam operasional usahanya dalam
jangka waktu tertentu.
Prestasi usaha ini dapat
diinterprestasikan terhadap efisiensi usaha atau tingkat kesehatan perusahaan.
Pencapaian tingkat kinerja usaha sangat tergantung pada tingkat kemampuan
manajemen usaha dalam mengkoordonir berbagai kegiatan usaha.
Bernadin dan Russel dalam
Ruki (2001 : 15) memberikan defenisi tentang performance sebagai berikut “
Performance is defined as the record of outcomes produced on specified job
function or activity during a specified time period ( prestasi adalah catatan
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
pekerjaan selama kurung waktu tertentu).
Dari pengertian kinerja
tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah hasil-hasil yang
dicapai perusahaan dalam periode tertentu yang tergambar dalam laporan keuangan
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan.
F. Rasio-Rasio Keuangan
1. Analisis Rasio Keuangan
Dalam mangadakan interpretasi dan analisa laporan
keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa financial memerlukan adanya
ukuran. Bambang Riyanto (2001 : 329) mengatakan bahwa ukuran yang sering
digunakan dalam analisa financial adalah rasio dan rasio itu sebenarnya
hanyalah alat ukur yang dinyatakan dalam aritmatikal terms yang dapat digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial.
Penganalisa financial dalam mengadakan analisa rasio
financial pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam cara pembandingan
yaitu :
a.
Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan
rasio-rasio dari waktu-waktu yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang
dari perusahaan yang sama.
b.
Membandingkan rasio-rasio dari perusahaan (rasio
perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/rasio standar).
Bambang Riyanto (2001 : 337) juga mengatakan bahwa di
Indonesia kalau perusahaan-perusahaan akan mengadakan analisa rasio mungkin
pada waktu ini hanya dapat dengan mengadakan analisa rasio histories, karena
pada waktu ini belum ada lembaga atau badan yang menyusun ratio industri.
2.
Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Pada
dasrnya macam atau jumlah angka-angka rasio sangat banyak, karena dapat dibuat
berdasarkan kebutuhan penganalisa.
S.
Munawir (2004 : 68-69) mengatakan bahwa angka-angka rasio dapat dikelompokkan
menjadi 2 golongan. Golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan
dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan dari penganalisa.
Berdasarkan
sumber datanya angka rasio dapat dibedakan sebagai berikut
a.
Rasio
rasio neraca (balance sheet ratio), yang tergolong dalam rasio ini adalah semua
rasio yang semua datanya diambil atau bersumber dari neraca, misalnya current
ratio, acid test ratio.
b.
Rasio-rasio
laporan rugi-laba (income statement ratio) yaitu angka-angka rasio yang dalam
penyusunannya semua datanya diambil dari laporan rugi-laba, misalnya
grossprofit margin, operating ratiop dan lain sebagainya.
c.
Rasio-rasio
antar laporan (interstatement ratio) ialah semua angka rasio yang penyusunan
datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi-laba, misalnya
tingkat perputaran piutang (account receivable turn over), tingkat perputaran
persediaan (inventory turn over) dan lain-lain.
Berdasarkan
tujuan penganalisa maka rasio-rasio keuangan menurut Bambang Riyanto (2001 :
331-336) digolongkan menjadi empat kelompok besar yaitu :
- Rasio
likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi. Dimana rasio likuiditas meliputi
:
- Current
ratio (rasio lancer) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang
yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancer. Current ratio 200%
kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi besarnya rasio
tergantung bebeapa factor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat
ditentukan untuk seluruh perusahaan. Perhitungan rasio ini adalah dengan
membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar dengan formulasi sebagai
berikut
Current Ratio = Aktiva Lancar x
100%
Utang Lancar
·
Quick
ratio adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancer yang lebih likuid. Elemen persediaan barang tidak
diperhitungkan karena dipandang sebagai aktiva lancer yang tingkat
likuiditasnya rendah dan paling sering mengalami fluktuasi harga. Dapat
dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai quick ratio kurang dari 100% dianggap
kurang baik.
Quick ratio = Kas + Efek + Piutang x 100%
Utang Lancar
·
Cash
ratio adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan. Jumlah kas dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5 kali
sampai 10 kali dari jumlah aktiva lancar. Adapun cara menghitung cash ratio
adalah dengan formulasi sebagai berikut
Cash
ratio =
Kas + Efek x
100%
Utang
lancar
- Ratio
Leverage (ratio utang) adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Dimana ratio
leverage meliputi :
·
Total
Debt to Equity Ratio (ratio utang atas modal sendiri) adalah rasio digunakan
untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan utang.
Total
debt to equity ratio = Jumlah
utang x
100%
Jumlah
modal sendiri
·
Total
debt to total capital assets ratio (rasio utang atas jumlah aktiva) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan
dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang
digunakan untuk menjamin utang.
Total debt to total
capital assets ratio=Total utang x100%
Jumlah
modal/aktiva
- Rasio
Aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dananya, yaitu :
Total assets turn over (perputaran
jumlah aktiva) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu
atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
Total assets turn over = Penjualan netto =
…….Kali
Jumlah
aktiva
Inventory turn over = Harga pokok penjualan = …….Kali
Rata-rata
persediaan
Working capital turn over = Penjualan bersih = …..Kali
Harta
lancar – Hutang lancar
- Ratio
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan tingkat
keuntungan dan tingkat efisiensi perusahaan.
Rasio rentabilitas meliputi :
·
Rentabilitas
ekonomis adalah untuk melihat kemampuan perusahaan menggunakan seluruh dananya
untuk menghasilkan keuntungan. Adapun rumus rentabilitas ekonomis adalah :
Rentabilitas
Ekonomis = Laba Bersih Sebelum Pajak
x 100%
Jumlah Modal Perusahaan
·
Rentabilitas
Modal Sendiri adalah untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
terhadap pemilik dana atau modal sendiri dalam perusahaan. Adapun rumus
rentabilitas modal sendiri yaitu :
Rentabilitas
Modal Sendiri = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%
Jumlah Modal Sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,
Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Ghalia Indonesia . Jakarta
Djarwanto,
Ps. Pokok-Pokok
Analisis Laporan Keuangan. BPFE.Yogyakarta
Harahap,
Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.
Rajawali Pers. Jakarta.
Husnan, Suad
dan Pujiastuti, Enny. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. AMP
YKPN. Yogyakarta.
Kadir. M. Akob. 2007. Pedoman Penulisan Skiripsi dan
tugas Akhir STIEM BONGAYA Makassar
Munawir, S.
2004. Analisa Laporan Keuangan. Liberty .
Yogyakarta
Prastowo, Dwi.
2001.Analisa
Laporan Keuangan. Liberty .
Yogyakarta .
Riyanto,
Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat BPFE. Yogyakarta .
Ruki, Achmad.
2001. Sistem Manajemen Kinerja. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar