Semangat dan
prestasi kerja sebenarnya banyak bergantung pada hubungan antara pengharapan
dan realitas. Semakin konkrit lingkungan kerja tempat para pegawai bekerja
memberi pengharapan akan adanya peningkatan diri pegawai maka semangat dan
kegairahan kerja tersebut diharapkan akan semakin meningkat. Sebaliknya,semakin
tidak jelas lingkungan kerja dalam memberi penghargaan akan adanya peningkatan
diri pegawai, maka semangat dan kegairahan tanpa melalui kompromi akan merosot,
walaupun kurang diduga oleh manajemen sebelumnya.
Pada dekade sekarang ini, hampir setiap
manajemen telah memberikan perhatian yang serius terhadap semangat dan
kegairahan kerja guna meningkatkannya (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen,
2002 : 112). Secara umum, cara yang biasa yang ditempuh oleh manajemen dalam
rangka meningkatkan semangat dan prestasi kerja melalui tindakan sebagai
berikut :
a. Memberikan
kompensasi kepada pegawai dalam porsi yang wajar akan tetapi tidak memaksakan
kemampuan instansi, misalnya; bonus, gaji dan kesejahteraan.
b. Menciptakan iklim
dan lingkungan kerja yang menggairahkan bagi semua pihak, misalnya tidak boleh
ada tindakan pimpinan yang tidak tegas dan harus ada komunikasi antara pimpinan
dan bawahan.
c. Memperhatikan
kebutuhan yang berhubungan dengan rohani pegawai misalnya mengundang ceramah
agama dari luar.
d. Perlu saat
penyegaran sebagai media pengurangan ketegangan kerja dan memperkokoh rasa
setia kawan antara pegawai, maupun manajemen misalnya rekreasi.
e. Penempatan pegawai
pada posisi yang tepat berdasarkan prinsip “the
right men in the right place”.
f. Memperhatikan hari
esok para pegawai, misalnya diberikan uang pesangon atau uang pensiun.
Adapun
faktor-faktor yang mendukung peningkatan semangat kerja pegawai, sebagai berikut :
1. Rasa tanggung
jawab pegawai itu sendiri
2. Memiliki rasa
ingin bekerja dengan seikhlas hati
3. Mempunyai dedi
kasi yang tinggi
4. Adanya
keterampilan dimiliki.
5. Ingin
mengetahui sesuatu yang di perusahaan
6. Mempunyai
loyalitas dan kerja keras
7. Untuk
mengablikasikan antara teori dan praktek.
Berdasarkan faktor pendukung untuk
meningkatkan semangat pegawai, dengan dasar inilah pimpinan pada salah satu
instansi perlu memikirkan tunjangan dan konvensasi jika kelak pegawai memang
memiliki dari ke tujuh faktor pendukung tersebut.
Menurut Hasibuan (1999 : 201)
menyatakan bahwa kalau seorang pegawai
nanti ada motivasi kerja jika dijanji bonus atau tunjangan, pegawai semacam ini
tidak mempunyai dedi kasi yang tinggi pada instansi dimana ia bekerja.
Penjelasan di atas bahwa pegawai itu
tidak mengharap kan suatu tunjangan atau
konvensasi apabila memang ingin meningkatkan kinerjanya. Jika pada kesempatan
yang lain misalnya tidak dijanjikan atau tidak ada tunjangan dan konvensasi
berarti pegawai tersebut tidak mempunyai gairah kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar