Powered By Blogger

Selasa, 05 Maret 2013

Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan


Dalam akuntansi pemerintahan, entitas akuntansi (accounting entity) mengacu
pada sebuah entitas yang dikukuhkan untuk tujuan akuntansi untuk aktivitas atau
aktivitas-aktivitas tertentu (Engstrom & Copley, 2002), sedangkan entitas pelaporan
(reporting entity) mengacu pada organisasi secara keseluruhan (Freeman &
Shoulders, 2003).
Penentuan entitas pelaporan keuangan yang merupakan entitas akuntansi yang
menjadi pusat pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk memastikan
adanya     prosedur     penuntasan     akuntabilitas     (accountability     discharge).     Entitas
pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan (Ihyaul
Ulum MD, 2004).
Pada akuntansi pemerintahan Indonesia, setiap jenis akuntansi pada setiap
organisasi merupakan suatu entitas akuntansi tersendiri. Ada kemungkinan bahwa
suatu organisasi mempunyai jenis akuntansi lebih dari satu; dan untuk ini umumnya
entitas akuntansi tetap lebih dari satu, karena tiap jenis akuntansi merupakan entitas
yang terpisah. Pada akuntansi keuangan, walaupun terdapat entitas akuntansi lebih
dari satu, namun akan disatukan. Mekanisme penyatuannya bisa lewat konsolidasi
laporan keuangan. Dalam hal ini, perlu diketahui mana yang merupakan subsistem
dari suatu sistem akuntansi tertentu.
Sedangkan pada akuntansi pemerintahan, konsolidasi memang dilakukan,
meskipun mekanismenya bukan seperti konsolidasi antara kantor pusat dengan
kantor cabang, tetapi berjenjang (Sony Loho, 2004). Misalnya adalah sebagai
berikut:
a. Presiden menyampaikan laporan ke DPR dalam bentuk konsolidasi laporan
kementerian negara atau lembaga,
b. Antara menteri dengan direktorat jenderal dan kantor-kantornya laporannya juga
harus dikonsolidasikan
c. Eselon     I     mengkonsolidasikan     laporan     Eselon     II     dan     Kanwil     di     bawah
kewenangannya, demikian pula Kanwil mengkonsolidasikan satuan-satuan kerja
(satker) di bawahnya.
Dari Presiden sampai dengan satuan kerja masing-masing melakukan akuntansi (jadi
merupakan entitas akuntansi). Walaupun semuanya merupakan entitas akuntansi,
tetapi hanya Presiden dan Menteri (lebih tepatnya adalah kementerian atau
departemen) yang laporannya diaudit oleh BPK. Jadi hanya Presiden dan
kementerian yang merupakan entitas pelaporan. Hal penting yang dapat disimpulkan
bahwa tidak semua entitas akuntansi menjadi entitas pelaporan.
Dalam hal keuangan pemerintah daerah, Ihyaul Ulum MD (2004) menulis
bahwa entitas pelaporan dan entitas akuntansinya adalah:
a. Pemerintah Derah secara keseluruhan sebagai entitas pelaporan
b. DPRD,     Pemerintah     Propinsi/Kabupaten/Kota,     Dinas-dinas     pada     pemerintah
Propinsi/           Kabupaten/Kota,            Lembaga            Teknis            pada            Pemerintah
Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai entitas akuntansi. Penetapan Dinas sebagai
entitas akuntansi pemerintah daerah karena dinas merupakan unit kerja
pemerintah daerah yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah. Padahal, pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu
fungsi.      
Konsolidasi     laporan     antara     pemerintah     pusat     dengan     pemerintah     tidak
direncanakan untuk dilakukan. Presiden tidak akan melaporkan laporan konsolidasi
APBN dan seluruh APBD ke DPR. Jika dilakukan konsolidasi, akan menjadi masalah:
a. siapa yang berwenang memeriksa?
b. opini hasil pemeriksaan akan ditujukan kepada siapa, apakah presiden atau
kepala daerah?
Jika ada konsolidasi atau penggabungan laporan keuangan pusat dan daerah, hal itu
hanya untuk kepentingan analisa fiskal dan makro ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar