Perusahaan dalam konsep manajemen,
manusia diharapkan dapat memotivasi dalam memanfaatkan tenaga kerja sepenuhnya atau seoptimum mungkin untuk
meningkatkan produktivitas kerja, yang diikuti oleh terciptanya hubungan yang
bermutu penuh dan tanggung rasa serta saling membangun. Pemanfaatan sumber daya
manusia itu mengandung pengertian-pengertian struktur dan pengembangan mutu
tenaga kerja baik secara aktual maupun potensial.
Kinerja dalam arti kata bagaimana
memanfaat tenaga kerja dengan memberikan dorongan kerja yang maksimal. Dalam
Usaha peningkatan memotivasi tenaga
kerja dibahas dimana-mana dan disarankan bagaimana menggunakan tenaga
kerja. Peningkatkan produktivitas karyawan merupakan tanggung jawab setiap
perusahaan. Melalui para manajer, perusahaan berusaha sekuat tenaga dan dengan
berbagai cara untuk semakin memaksimalkan potensi karyawan dalam hal
peningkatan sumber daya yang dimiliki masing-masing. Mengenai peningkatan
produktivitas karyawan bukan monopoli yang mencarii keuntungan, melainkan juga
merupakan kepentingan organisasi-organisasi yang menjual jasa pelayanannya
kepada masyarakat.
Kesulitan yang dihadapi saat ini adalah
bagaimana menerapkan kinerja terhadap karyawan untuk meningkatkan keterampilan
tertentu, sehingga sangat sulit untuk memperoleh tenaga kerja yang mempunyai
imajinasi kerja yang tinggi sesuai untuk mengisi lowongan yang tersedia.
Adanya adanya kesulitan tersebut, maka
seorang pimpinan perusahaan utamanya manajer personalia perlu memahami
pengertian dan fungsi-fungsi dari manajemen Sumber Daya Manusia, untuk
mendapatkan efektivitas dan efisiensi pada perusahaan dalam memanfaatkan tenaga
kerja yang proposional.
Dapat pula dilihat usaha pemerintah untuk
turut serta dalam meningkatkan produktivitas karyawan melalui motivasi, yakni
dengan membangun pusat-pusat latihan. Segi lain yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan produktivitas adalah keterlibatan seluruh anggota perusahaan sebab
dalam hal ini tidak mungkin dapat tercapai jika hanya dilancarkan dalam
bidang-bidang tertentu, sehingga setiap manajer harus diajak secara sadar dalam
tugas meningkatkan penggunaan tenaga kerja secara efektif dan efisien.
Keberhasilan sumber daya inilah yang
sering mengakibat kan para pemimpin atau pengelola takut atau tidak berani
untuk mengambil keputusan untuk bertindak. Apabila hal tersebut terjadi, maka
tujuan dari pengawasan tentu saja tidak akan pernah tercapai, karena tidak
pernah dilaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pengawasan. Pemimpin dapat
berhasil apabila pengawasan dapat mengatasi/ hambatan yang harus dirintangi,
kepemimpinan bisa dianggap berhasil bila sasaran dapat tercapai.
Pengawasan yang dilakukan seorang
pemimpin umumnya menciptakan suatu target yang akan dicapai, apakah pengawasan
prefencive atau surefentive, yang harus sesuai dengan kondisi yang ada dalam
organisasi yang tidak memiliki sarana yang cukup.
Jelaslah bahwa motivasi dalam pemanfaatan
sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas merupakan masalah sistem,
karena banyak segi dalam pekerjaan dan kegiatan perusahaan yang mempunyai
akibat terhadap peningkatan produktivitas.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai
salah satu perusahaan yang ada di daerah ini, adalah Perusahaan di Kabupaten telah pula
mengambil peranan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja,
utamanya tenaga kerja yang ada di daerah ini.
Suatu hal ini yang perlu diperhatikan oleh perusahaan ini adalah
cara-cara untuk mendapatkan tenaga kerja yang bisa memberikan prestasi untuk
menunjang kelanjutan dan perkembangan
hidup perusahaan, disampig yang dapat mempengaruhi faktor-faktor kinerka
karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah gaji karyawan, disipilin kerja, bonus, insentif, penghargaan
dalam bentuk piagam dan sebagainya.
Dalam penulisan ini penulis akan menelaah faktor gaji dan disiplin kerja
sebagai faktor yang menentukan kinerja karyawan pada perusahaan ini
Perusahaan di Kabupaten yang bergerak dalam bidang kontraktor, konstruksi dan kerja bangunan yang
sering disebut kerja borongan baik rumah pribadi maupun toko, ruko dan
model-model lain sesuai dengan selera user.
A. Pengertian Sumber
Daya Manusia
Human Resources Management dapat pula
disebut sebagai Manajemen Personalia atau Manajemen Sumber Daya Manusia. Human
Resources Management ini mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau bidang kepegawaian,
dalam hal ini mempunyai sumber daya manusia yang handal.
Manullang, M, Manajemen Personalia, (1998
: 98), bahwa Personalia atau Kepegawaian adalah keseluruhan orang-orang yang
bekerja pada suatu organisasi tertentu, yang menitik beratkan perhatiannya
kepada soal-soal kepegawaian. Penggunaan sumber daya manusia dalam suatu usaha
merupakan hal yang sangat dibutuhkan, walaupun
perkembangan teknologi
semakin meningkat dan berkembang. Dengan adanya kebutuhan terhadap
sumber daya manusia ini maka Manajemen
Personalia mempunyai tugas untuk
mempelajari dan mengembangkan cara berbagai cara untuk mengintegrasikan secara
efektif kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan masyarakat. Manajemen Personalia
membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam suatu posisi lain tampa
kehilangan perspektif, dan kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan
reaksi manusia.
Ranupandojo, Pengantar
Manajemen, (2001: 15), dikatakan
bahwa personalia dapat 3 (tiga) kekuatan utama dalam menintkatkan
produktivitas kerja, yakni :
1. Perusahaan,
yang berkeinginan untuk disediakan
tenaga kerja yang mampu dan
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam memperluas usaha atau ekspansi.
2. Karyawan dan
organisasi, yang menginginkan agar
kebutuhan fisik dan psikologi mereka dapat terpenuhi dan
3. Masyarakat
umum, lewat lembaga-lembaga perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari
perlakuan diskriminasi atas kepentingan perusahaan.
M Manullang, Manajemen Personalia, (2002
; 14), menyatakan bahwa Manajemen Personalia adalah seni atau ilmu memperoleh, memajukan dan memanfaatkan tenaga
kerja sehingga tujuan organisasi dapat
direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para
pekerja. Edwin B. Flippo, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (1999: 128) bahwa Personnel Management adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk
membantu mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat.
Sedangkan menurut Muchdarsyah,
Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
(2003 : 4) mengemukakan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas
dan terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Sumber daya manusia yaitu kemampuan
manusia yang merupakan hasil akal budinya disertai pengetahuan serta pengalaman
yang dikumpulkan dengan penuh kesadaran untuk memenuhi kebutuhan secara
individual serta sasaran-sasaran sosial. Manusia aktif dan dominan dalam setiap
kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu
terwujudnya tujuan organisasi. Sumber daya manusia sering disebut dengan
istilah Manajemen Personalia.
Alex
S. Nitisemito, Manajemen Sumber Daya Manusia, (2000: 10), menyatakan bahwa manajemen Personalia
adalah suatu ilmu dan seni untuk
melaksanakan antara lain perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan sehingga efektivitas dan efisiensi personalia
dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi dan
perusahaan.
T. Hani Handoko (1999 : 5), bahwa menyatakan bahwa sumber daya manusia
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai baik tujuan individu maupun organisasi”. Manajemen
personalia diperlukan untuk meningkatkan
efektifitas sumber daya manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk
memberikan pada organisasi sebuah kerja efektif. Untuk mencapai tujuan ini,
Studi tentang manajemen personalia menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan,
mengevaluasi dan memlihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe
(kualitas) yang tetap.
Kalau Edwin B. Flippo (1999 : 5)
menyatakan bahwa manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia
agar tercapai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
Umar Husein, Manajemen Sumber Daya Manusia, (1999 : 75) juga mengemukakan bahwa
yang dimaksud manajemen personalia atau
manajemen sumber daya manusia adalah merupakan bagian dari manajemen
keorganisasian yang memfokus pada unsur manusia dan pentingnya kedudukan
manusia dalam organisasi dalam proses pencapaian tujuan. Lebih lanjut Umar mengemukakan bahwa manajemen sumber
daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan atas pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan secara terpadu.
1.
Pengertian Tenaga
Kerja
Di Indonesia pengertian tenaga kerja
mulai sering digunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir
seperti pekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat
ikut bekerja.
Kehidupan masyarakat pada umumnya demi
pembangunan Sisdjiatmo, K, Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja, (1999:
194) mengatakan bahwa tenaga kerja (manpower) adalah sejumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas. Benggolo AMT, Manajemen Personalia,
(2003 : 73) menyatakan bahwa tenaga mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, dan yang melakukan kegiatan yang lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara praktis pengertian tenaga kerja dibedakan menurut
batas umur, seperti dikemukakan oleh Payaman J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, (2000: 194) yaitu, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 samapai 60 tahun sedangkan yang
berumur dibawah 14 tahun atau batas 60 tahun digolongkan bukan tenaga
kerja.
Di Indonesia dipilih batas umur minimun
10 tahun tanpa batas umur maksimun. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur
minimun adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak
penduduk terutama didesa yang sudah atau mencari pekerjaan khususnya dibidang
pertanian, Misalnya dalam tahun 1971, diantara penduduk kota dalam batas umur 14 tahun terdapat 7,1 %
yang tergolong bekerja (terlibat dan langsung dalam bekerja) atau mencari pekerjaan, sedang diantara penduduk desa
terdapat 18 %. Dengan kata lain sekitar 18% penduduk kota dan Desa dalam
kelompok umur 10 - 14 tahun yang ternyata telah bekerja atau mencari
pekerjaan.
Dalam tahun 1980 jumlah ini menjadi 11 %.
Bertambahnya kegiatan pendidikan seperti adanya program pemerintah wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka jumlah penduduk dalam usia sekolah
melanjutkan kegiatan ekonomi akan berkurang. Dengan demikian sampai dengan umur
17 tahun akan berada disekolah, sehingga jumlah penduduk yang bekerja dalam
batas umur tersebut menjadi sangat kecil (batas umur minimun) lebih tepat
dikatakan menjadi 18 tahun.
Tenaga kerja yang sudah memiliki masa
pensiun biasanya masih tetap bekerja atau sebagian besar tenaga kerja dalam
usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga itu mereka tetap
digolongkan sebagai personalia yang mencakup buruh karyawan/pegawai.
Ketiga, istilah tersebut adalah sama,
sebab semuanya merupakan tenaga kerja. Hanya saja pengertian umum di
masyarakat, buruh dan karyawan ialah tenaga kerja dalam perusahaan swasta,
sedangkan yang dimaksudkan tenaga kerja sebagai pegawai negeri.
C. Pengertian Kinerja
Karyawan
Kinerja dalam bahasa sehari-hari
aktivitas dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
sedangkan karyawan adalah orang yang telah dterima sebagai bekerja pada
perusahaan. J. Ravianto, Produktivitas dan Pengukurannya (1999 : 19),
menyatakan bahwa :
1. Kinerja karyawan
adalah keluaran fisik per unit dari usaha yang secara produktif.
2. Kenerja adalah
tingkat keefektifan dan manajemen pemasaran di dalam penggunaan
fasilitas-fasilitas untuk pendapatan.
3. Kinerja karyawan
adalah keefektifan dari penggunaan tenaga kerja.
4. Kinerja karyawan
adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama di dalam
organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan-kumpulan hasil-hasil.
5. Kinerja karyawan
adalah usaha untuk mencapai tingkat (level) tertinggi dari unjuk laku
(performance) dengan pemakaian dari sumber daya yang minim.
Kalau
Malayu SP. Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (1998
25) menyatakan bahwa :
1.
Kinerja karyawan adalah pada dasarnya suatu sikap yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu esok lebih baik dari hari ini.
2.
Secara umum kinerja karyawan mengandung pengertian perbandingan antara hasil
yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
3.
Kinerja karyawan merupakan dua pengertian yang berbeda, adalah peningkatan
pendapatan/ penjualan menunjukkan pertambahan suatu hasil yang telah dicapai
sedangkan peningkatan kinerja karyawan mengandung pengertian pertambahan hasil
dan perbaikan cara pencapaian pendapatan yang diinginkan.
4. Peningkatan kinerja dapat dilihat dalam tiga
bentuk :
a. Jumlah pendapatan/
penjualan meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
b. Jumlah penjualan
yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.
c. Jumlah penjualan
yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif
lebih kecil.
5. Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses
peningkatan pertambahan kinerja karyawan, oleh karena pendapatan/ penjualan dan
teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
J. Ravianto, Produktivitas dan
Pengukurannya (1998 : 18) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran serta kerja karyawan persatuan waktu.
Edwin B. Flippo, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (1999: 112) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah sebagai suatu
perbandingan antara output (hasil yang dicapai) dan input ( tenaga kerja)
dimana kinerja karyawan yang digunakan selama proses pendapatan dikatagorikan
ke dalam input pendapatan.
Payaman J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, (2000 : 15)
menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah mengefektifkan faktor kinerja
karyawan yang secara langsungdigunakan dalam proses pendapatan.
Dengan memandang kinerja karyawan sebagai
faktor masukan (input) yang paling utama guna meningkatkan kinerja karyawan
pada suatu instansi, maka upaya kearah penggunaan kinerja karyawan secara
efektif semestinya dilaksanakan oleh istansi. Upaya-upaya penggunaan kinerja
karyawan secara efektif ini dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan
seperti pelaksanaan pendidikan, latihan dan berbagai upaya lainnya dilaksanakan
dalam pembahasan ini.
D. Faktor-Faktor Yang
Pempengaruhi Kinerja Karyawan
Malayu SP. Hasibuan, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (1998 : 76) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/
jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu
proses pengembangan kinerja karyawan yang lebih bersifat teoritis dan
konseptual yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan
tugas pegawai. Sedangkan latihan merupakan proses pengembangan sumber daya
manusia untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat.
T. Hani Handoko, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (1999 : 204) ada 8 jenis tujuan dalam pengembangan kinerja karyawan :
1.
Productivity (Produktifitas personil dan organisasi)
2. Quality (Kualitas Produk organisasi)
1. Human Resource
Planning (Perencanaan sumber daya manusia)
2. Morale (Semangat
personil dan iklim organisasi)
3. Inderecht
Compensation (Meningkatkan kompensasi secara tidak langsung)
4. Health and safety
(Kesehatan mental dam fisik)
5. Obsolescence Prevention
(Pencegahan merosotnya personil)
6. Personil Growth
(Pertumbuhan kemampuan personil secara individual)
Dengan memperhatikan tujuan pengembangan
tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan pula manfaat suatu
program pengembangan sumber daya manusia adalah:
1. Produktivitas
kerja meningkat
2. Pengurangan
pemborosan
3. Mengurangi ketidak
hadiran dan turn over pegawai
4. Memperbaiki metode
dan sistem kerja
5. Meningkatkan
pelayanan
6. Mengembangkan
moral pegawai
7. Peningkatan karir
pegawai
8. Konseptual dan
kepemimpinan
9. Memperbaiki
komunikasi serta
10. Meningktkan
pengetahuan serbaguna pegawai
Maslow, Riset
Organsasi (1999 : 152) motivasi seorang
pekerja yang merupakan hal yang rumit melibatkan beberapa faktor yaitu sifat
individual dari organisasi, diantaranya :
a. Faktor individual, yaitu :
1.
Kebutuhan-kebutuhan (needs)
2.
Tujuan-tujuan (goals)
3.
Sikap (attitudes)
4.
Kemampuan-kemampuan (Abilities)
b. Faktor organisasional, yaitu :
1.
Pembayaran/ gaji (pays)
2.
Keamanan pekerjaan (job security)
3.
Sesama pekerja (co worker)
4.
Pujian itu sendiri (job it self)
Faktor-faktor tersebut diatas hanyalah
merupakan suatu kecenderungan dalam arti faktor tersebut bukanlah merupakan
faktor yang mutlak bagi suatu perusahaan melainkan ada beberapa faktor yang
turut memegang peran yang dapat menyebabkan turunnya motivasi kerja
karyawan.
2. Metode dalam
Melakukan Motivasi
a. Metode yang meyakinkan
Metode ini bertujuan untuk
merubah sikap dan pendirian karyawan
supaya tingkah lakunya sesuai dengan tujuan perusahaan. Hal ini dapat terlaksana bila karyawan tersebut yakni bahwa
ia akan memperoleh penghargaan yang layak atas prestasi yang telah dicapainya.
Bila ia memperoleh penghargaan tersebut, maka prestasinya dapat meningkat.
b. Metode Pendorong
Adanya insentif akan mendorong karyawan untuk melakukan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Metode ini dibedakan atas : metode insentif positif dan metode insentif negatif.
c. Metode Pembalasan Jasa dan Hukuman
Balas jasa yang diberikan kepada perusahaan bagi karyawan yang
berprestasi dapat diberikan dalam bentuk konpensasi, sedangkan bila merugikan
perusahaan akan dikenakan denda.
d. Metode Dalam Pemberian sanksi
Sanksi yang sering dan harus
diberikan kepada karyawan perusahaan yaitu sesuai dengan job descritip tidak
dijalankan sesuai dengan job, maka
karyawan tersebut dikenakan sanksi atau tidak ada tanggung jawab.
Fungsi pengembangan (fungsi development),
menyangkut tentang peningkatan dan
kecepatan tenaga kerja yang sudah ada melalui training yang diperlukan sebagai
tenaga kerja yang baik. Fungsi ini perlu dijelaskan karena tuntutan dalam
perkembangan tekhnologi yang modern, juga dipengaruhi bertambahnya situasi
manajemen yang dihadapi dan memerlukan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi pemberian kompensasi (fungsi
compensasi) fungsi fungsi ini merupakan pemberian balas jasa yang setimpal pada
personalia yang layak dan adil, karena sumbangan terhadap pengembangan sumber
daya manusia.
Fungsi integrasi (integration), fungsi-fungsi ini menyangkut cara yang baik untuk
mengadakan kombinasi atau perpaduan yang serasi antara kepentingan-kepentingan
individu, sebab itu fungsi-fungsi dalam meningkatkan produktivitas ini
menyangkut leadership, komunikasi, motivasi. labour relation dan sebagainya.
Fungsi pemeliharaan (fungsi maintenance), fungsi-fungsi ini berhubungan dengan usaha-usaha untuk mempertahankan dan
memperbaiki kondisi-kondisi yang hendak dibangun
melalui keempat fungsi operatif. Bilamana suatu perusahaan membutuhkan
tenaga kerja baru, maka sudah barang tentu diusahakan untuk menarik atau
mencari orang-orang yang dianggap dapat melaksanakannya pada tugas itu, maka
tidak terlepas dengan aspek kuantitatif mengenai persyaratan minimun yang harus
dipenuhi tenaga kerja atau karyawan bisa
menjalankan pekerjaan dengan baik.
Bagaimana mengetahui orang-orang yang
seharusnya bagaimana perlu dicari untuk melaksanakan pekerjaan yang akan diisi
dengan analisa terlebih dahulu artinya dapat diberikan gambaran dari pekerjaan
atau pengadaan diadakan job analisis.
E.
Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Malayu SP. Hasibuan (1998 : 76)
menyatakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan
latihan.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses
pengembangan sumber daya manusia yang lebih bersifat teoritis dan konseptual
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan tugas
pegawai. Sedangkan latihan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia
untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan sefektif mungkin..
T. Hani Handoko, (1999 : 204) ada 8 jenis
tujuan dalam pengembangan sumber daya manusia :
1. Productivity
(Produktifitas personil dan organisasi)
2. Quality
(Kualitas Produk organisasi)
3.
Human Resource Planning (Perencanaan sumber daya manusia)
7. Morale (Semangat personil dan
iklim organisasi)
8. Inderecht Compensation (Meningkatkan kompensasi secara tidak
langsung)
9. Health and safety (Kesehatan mental dam fisik)
10. Obsolescence Prevention (Pencegahan merosotnya personil)
11. Personil Growth (Pertumbuhan kemampuan personil secara
individual)
Dengan memperhatikan tujuan pengembangan
tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan pula manfaat suatu
program pengembangan sumber daya manusia adalah:
1. Produktivitas
kerja meningkat
2. Pengurangan
pemborosan
3. Mengurangi ketidak
hadiran dan turn over pegawai
4. Memperbaiki metode
dan sistem kerja
5. Meningkatkan
pelayanan
6. Mengembangkan
moral pegawai
7. Peningkatan karir
pegawai
8. Konseptual dan
kepemimpinan
9. Memperbaiki
komunikasi serta
10. Meningktkan pengetahuan serbaguna pegawai
F. Dasar Penilaian
dan Unsur-Unsur Penilaian Karyawan
1. Dasar Penilaian
Adalah uraian pekerjaan dari setiap
individu karyawan karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan
tanggung jawab yang akan dilakukan oleh setiap pegawai. Penilaian melalui
pelaksanaan uraian pekerjaan itu apa baik atau buruk, apa selesai apa tidak dan
apa yang dikerjakan secara efektif atau tidak. Tolak ukur yang akan digunakan
untuk mengukur prestasi kerja pegawai adalah standar yang menjadi pengukuran
dan penilaian oleh pimpinan perusahaan, dan produktivitas kerja pegawai.
Hasibuan
Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (1998 : 39) menyatakan bahwa sebuah
standar dapat dianggap sebagai pengukur dan ditetapkan, sesuatu yang harus
diusahakan, sebuah modal untuk diperbandingkan, suatu alat untuk membandingkan
antara satu hal dengan hal yang lain. Secara umum standar berarti apa yang akan
dicapai sebagai ukuran penilaian.
Alex S.Nitisemito, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (2000 : 13) Secara garis besar standar dibedakan atas dua :
1. Tangible standar
Tangible standar yaitu sasaran yang
dapat ditetapkan alat ukurnya
atau standarnya. Standar ini dibagi atas :
a. Standar dalam
bentuk fisik dibagi atas : standar kualitas, standar kuantitas dan standar
waktu.
b. Standar dalam
bentuk uang yang terbagi atas standar biaya, standar penghasilan dan standar
investasi.
2. Intengible standar
Intengible standar yaitu sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur
atau standarnya. Misalnya standar perilaku, kesetiaan, partisipasi, loyalitas,
serta dedikasi karyawan terhadap perusahaan. Seorang karyawan memang ada metode
penilaian yang menjadi standar, dalam hal ini bila diberikan pekerjaan dapat
diselesaikan sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
2. Unsur- unsur yang
dinilai
Unsur-unsur yang dinilai dalam
produktivitas menurut AMT. Benggolo, Manajemen Personalia, (2003 : 125) membagi
beberapa aspek adalah :
1. Kesetiaan
2. Prestasi kerja
3. Kejujuran
4. Kedisiplinan
5. Kreatifitas
6. Kerjasama
7. Kepemimpinan
8. Kepribadian
9. Prakarsa
10. Kecakapan
11. Tanggung jawab
Dari
beberapa aspek yang menjadi penilaian
oleh pimpinan perusahaan, sehingga karyawan mempunyai penilaian khusus agar
sesuatu yang dapat dipromosikan jabatan ke jenjang lebh di atas, dengan kata
lain bahwa produktivitas kerja karyawan dapat dikatakan meningkat apabila ada
perubahan sejak pertama menjadi pegawai hingga sekarang atau kriteria penilaian
pimpinan yang ditentukan di atas.
G. Pengertian
Pelatihan
Pendidikan dan latihan akan menambah
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan karyawan dapat mempunyai dampak
langsung terhadap produktivitas. Kegiatan pengembangan ini dapat mengakibatkan
pertumbuhan produktivitas yang terus menerus. Latihan-latihan yang diberikan
kepada karyawan merupakan dorongan bagi
karyawan tersebut untuk bekerja
lebih keras (Sisdjiatmo, Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja,
2000 : 115). Ini disebabkan karena karyawan yang mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik, akan berusaha
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Manajer-manajer yang baik
menyadari bahwa latihan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus dan
bukan proses yang sesaat saja.
1. Tujuan Pelatihan bagi Karyawan
Latihan yang tidak diketahui apa yang
akan dicapai akan tidak fektif dan tidak ada gunanya. Oleh sebab itu maka
tujuan setiap latihan harus dijelaskan dengan baik, sebab tujuan latihan
merupakan pedoman dalam penyusunan program pendidikan dalam pelaksanaan dan
pengawasan.
Jadi tujuan pengembangan karyawan menurut
Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (1998 : 35) adalah
untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil yang
telah ditetapkan. Sikap para karyawan terhadap pelaksanaan tugas, juga perlu
diperhatikan sebab juga pengembangan sikap untuk menanggapi permasalahan yang
sering muncul harus diusahakan dalam pengembangan karyawan.
Di atas penulis menyinggung tujuan latihan
bagi para karyawan secara umum. Sedangkan tujuan latihan khususnya bagi
karyawan operasional, adalah :
1. Meningkatkan
produktivitas
2.
Memperbaiki moral
3. Mengurangi
pengawasan
4. Mengurangi
kemungkinan terjadinya kecelakaan
5. Meningkatkan
kestabilan dan keluwesan organisasi perusahaan
2. Prinsip-Prinsip Latihan
Prinsip-prinsip latihan sebagai pedoman
dalam merubah pengetahuan, keterampilan
dan sikap dapat digunakan
beberapa prinsip untuk melaksanakan kegiatan yang dibebankan (Susilo
Martoyo, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, 1998 : 19), dengan tugas
tersebut, yakni :
a.
Motivasi
b.
Laporan kemajuan
c.
Reinforcement
d.
Praktek
e.
Perbedaan individual
3. Prosedur Latihan
Agar latihan dapat terlaksana seperti
diharapkan, maka latihan tersebut harus
dapat dimengerti oleh para peserta. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama antara
pelatih dan yang dilatih. Melatih pada seseorang bukan pekerjaan yang mudah,
walaupun ia seorang ahli belum tentu dapat menjadi seorang pelatih yang baik.
Untuk menjadi seorang pelatih yang bijak
dan baik perlu mengetahui bagaimana melatih seseorang baik secara teori maupun
dilapangan menurut Ranupandoyo, Pengantar Manajemen, (1998 : 23), yakni :
1. Persiapan dari pelatih
2. Persiapan dari karyawan yang dilatih
3. Memperagakan latihan
4. Meminta karyawan untuk memperaktekkan latihan
5. Mengamati karyawan yang sebenarnya setelah
selesai dilatih.
4. Penilaian Program-Program Latihan
Untuk mengetahui apakah prosedur program
latihan yang dilaksanakan sudah baik
atau tidak, maka diperlukan adanya penilaian terhadap latihan tersebut.
Flippo, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(1999 : 23) Faktor yang dapat dinilai dalam
latihan ini adalah tingkat
produksinya, dimana perlu di peroleh
gambaran dalam produktivitas sebelum dan sesudah latihan, kemudian dilakukan
penilaian apakah memang benar terjadi peningkatan produktivitas.
H. Pengertian
Produktivitas
Produktivitas
dapat diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk
menghasilkan sesuatu, atau diartikan juga sebagai perbandingan antara input dan
output.
T Hani Handoko, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (1999 ; 210), bahwa
produktivitas adalah adanya hubungan masukan-masukan dengan keluaran-keluaran
suatu sistem produktif yang dapat meningkatkan produktivitas kerja..
Dari defenisi ini dapat disimpulkan bahwa
untuk menaikkan produktivitas harus menghasilkan lebih banyak keluaran dari
setiap unit masukan, atau dari setiap jam kerja yang digunakan.
Selanjutnya, Muchdarsyah Sinungan,
Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (2003;16), memberikan defenisi
bahwa produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari esok lebih baik dari hari ini.
Dari defenisi ini dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa produktivitas berarti adanya perubahan kondisi atau perilaku
kearah yang lebih baik guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Payaman J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, (1998 : 38),
mengemukakan pengertian produktivitas sebagai berikut Produktivitas tenaga
kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan segala
sumber daya (masukan) yang digunakan persatuan waktu yang mengandung cara atau
metode pengukuran.
Ahmad Tohardi, Dasar-Dasar Manajemen,
(2002 : 448), berpendapat bahwa Produktivitas adalah hubungan diantara jumlah
produk yang diproduksi dan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi
produk tersebut atau dengan rumusan yang lebih umum yaitu rasio antara kepuasan
kebutuhan dengan pengorbanan yang diberikan.
Defenisi tersebut merupakan sikap mental
yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Satu keyakinan bahwa
seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin
dan hari esok lebih baik daripada hari ini. Selanjutnya usaha yang terus
menerus untuk menyesuaikan aktivitas ekonomi terhadap kondisi yang berubah.
Sikap mental yang menerapkan teori-teori serta metode-metode baru dan
kepercayaan yang teguh akan kemajuan umat manusia.
Produktivitas adalah suatu pendekatan
interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana,
aplikasi penggunaan cara yang produktivitas menggunakan sumber-sumber secara
efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi.
Produktivitas mengikutsertakan
pendayagunaan secara terpadu Sumber Daya Manusia dan keterampilan. Barang model
teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada
pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat.
Pengertian produktivitas dapat berbeda
untuk tiap negara tergantung pada potensial dan kelemahan yang ada, serta
perbedaan aspirasi jangka pendek dan jangka panjang tetapi mempunyai kesamaan
pada aplikasi dibidang industri, pendidikan, jasa-jasa pelayanan dan sarana
masyarakat, komunikasi dan informasi.
Wihitmore dalam oleh Sedarmayanti,
Manajemen Personalia, (2001 : 58), mendefenisikan bahwa produktivitas adalah
suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang dinyatakan
sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.
Produktivitas memiliki dua dimensi yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi
pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam arti
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan
dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Penjelasan tersebut mengutarakan
produktivitas secara total atau secara keseluruhan yang dihasilkan, diperoleh
dari keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan tersebut lazim
dinamakan sebagai faktor produksi. Keluaran yang dihasilkan dari masukan yang
melakukan proses kegiatan yang bentuknya dapat berupa produk nyata atau jasa.
Masukan atau faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, kapital, bahkan
teknologi dan energi. Salah satu masukan seperti tenaga kerja data menghasilkan
keluaran yang dikenal dengan produktivitas individu yang dapat juga disebut
produktivitas parsial.
Konsep produktivitas dikembangkan untuk
mengukur besarnya kemampuan menghasilkan nilai tambah atas komponen masukan
yang digunakan produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap
sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.
Produktivitas yang meningkat, berarti
performasi yang baik akan menjadi feedback bagi usaha atau motivasi pekerja
pada tahap berikutnya.semakin besar kemampuan itu dibina semakin efektif
pemanfaatan sumber daya yang digunakan, dan itu berarti dapat menekan besarnya
biaya.
Faktor-faktor yang dianggap sebagai
kekuatan yang mempengaruhi dinamika produktivitas secara langsung maupun tidak
langsung melalui perubahan unsur-unsur pemasukan hasil serta hubungan satu sama
lain.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah :
1. Manusia, mencakup
aspek kuantitas tingkat keahlian, latar belakang, kebudayaan, pendidikan,
kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan dan jenis kelamin.
2. Modal , mencakup
segala aspek modal tetap, teknologi, dan bahan baku.
3. Metode (proses),
mencakup data ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin,
perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi
yang memakai cara alternatif.
4. Produksi, meliputi
kuantitas, kualitas, ruangan, produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi.
5. Lingkungan
organisasi, meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia,
sistem manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim
kerja sistem intensif dengan berbagai pettimbangan.
6. Lingkungan negara,
meliputi struktur sosial politik, struktur industri pengesahan, tujuan
pengembangan jangka panjang, dengan tingkat produktivitas yang diharapkan pada
suatu instansi dan lain-lain kriteria yang dinilai..
7. Lingkungan
internasional, meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan
internasional, kebijaksanaan migrasi tenaga kerja.
8. Umpan balik
menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi berapa
banyak uang yang harus dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja
dan modal) di mana masyarakat menawarkan pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Benggolo, AMT, 2003, Manajemen Personalia, Edisi Kedua, Mandar Maju, Yogyakarta.
Flippo, Edwin B, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko, Hani, T, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Mandar Maju, Bandung.
Hasibuan, SP, 1998, Manajemn Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Husein, Umar, 2000, Riset Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Gramedia, Jakarta,
Manullang, M, 2002. Manajemen Personalia, Balai Pustaka, Jakarta.
Muchdarsyah, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi ke II, BPEE, Yogyakarta.
Martoyo, Susilo, 2000, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung
Moslow, 1999, Riset Organisasi, Edisi Ketiga, PT. Gramedia, Jakarta.
Nitisemito, Alex S, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
Pertama, Edisi Ketiga, Binaman Pustaka, Jakarta.
Ranupandoyo 2001, Pengantar Manajemen, Edisi Kedelapan, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Bandung.
Ravianto, J, 1999, Produktivitas dan Pengukurannya, Seri Produktivitas VIII,
PT. Binaman Teknika, Jakarta.
Simanjuntak, Payaman J. 2000, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Edisi Kedua, Fakultas ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta
Sedarmayanti, 2001, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Sisdjiatmo, 2000, Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Ke
lima, Bumi Aksara, Jakarta.
Tohardi, Ahmad, 2002, Dasar- Dasar Manajemen, Edisi Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar